BAB III PENGUJIAN UNJUK KERJA MESIN 3.1. Uraian Umum Pengujian mesin merupakan salah satu unit dari bagian assembling,dimana komponenkomponen kendaraan yang telah dirakit, diuji terlebih dahulu sebelum siap dipasarkan. Tujuan pengujian ini, yaitu agar diketahui perbandingan unjuk kerja ( performance ) mesin kendaraan tersebut, agar memenuhi standart kelayakan yang telah ditentukan parameter yang diuji dalam analisa ini adalah sebagai berikut : 1. Torsi 2. Konsumsi bahan bakar dan 3. Biaya bahan bakar / tahun
45
3.2. Peralatan Yang Digunakan Dalam Pengujian Ini 1. Tempat Pengujian ( test bench ) 2. Mesin Diesel 3. Alat Pengukur solar 4. Alat pengukur bahan bakar 5. Alat pengukur kadar asap 6. Obeng dan Kunci pas untuk membuka baut-baut dengan mur
46
3.3. Urutan/ Langkah Kerja
Perumusan Masalah
Data Data Pengujian
Persiapan Pengujian
Pengujian Unjuk Kerja Mesin Diesel 2300cc
Pengujian Unjuk Kerja Mesin Diesel 2500c
1. Torsi 2. Konsumsi Bahan Bakar 3. Biaya Bahan Bakar/Tahun
1. Torsi 2. Konsumsi Bahan Bakar 3. Biaya Bahan Bakar/Tahun
Analisa Data Hasil Pengujian : A. Analisa Data Hasil Pengujian Mesin Diesel 2300cc B. Analisa Data Hasil Pengujian Mesin Diesel 2500cc
Kesimpulan
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 1. Mesin dinaikan kedudukan ( bench ) 2. Isi oli 3. Kaki mesin dikunci, agar tidak bergerak 47
4. Pemasangan plat kopling, agar pembebanan dapat dipasang 5. Mesin yang akan diuji dihubungkan dengan peralatan pengujian 6. Roda gila ( flywheel ) dipasang pada mesin 7. Periksa saluran air pendingin 8. Periksa oli 9. Pemasangan dinamo stater 10. Pemasangan exhaust manifold dan saringan udara 11. Pemasangan oli press adaptor 12. Pemasangan selang bahan bakar 13. Pemasangan kabel blow nosel plug 14. Pengecekan seluruh indikator yang akan dicatat 15. Penyalaan mesin, usahakan putaran mesin berada pada posisi idle stasioner ( 180’’/3 menit ) dan posisi tongkat 1/4 16. Periksa semua saluran dan keadaan jika ada terjadi kebocoran 17. Naikkan tongkat power menjadi 2/4 selama 3 menit 18. Naikkan power menjadi 3/4 selama 2 menit 19. Naikkan power menjadi 4/4 selama 2 menit 20. Catat seluruh informasi yang terdapat pada indikator setiap terjadi perubahan power 21. Matikan mesin setelah semua pengujian dilakukan 22. Buka/lepas semua peralatan yang dipasang pada awal/sebelum pengujian 23. Angkat mesin dari dudukannya ( bench ) dengan mengaitkannya pada crane 24. Tempatkan mesin pada jig, dan proses pengujian selesai
48
3.4. Jenis Pengujian Menerapkan dua jenis pengujian yang telah menjadi prosedur standard dan baku biasa dipakai/dilakukan dijepang. Jenis pengujian tersebut, yaitu : -
Pengujian mesin A, dan
-
Pengujian mesin B
Masing – masing pengujian mesin A dan mesin B, memiliki prosedur dan ketentuan tersendiri yang telah di tetapkan.
3.4.1. Pengujian Mesin A Pengujian mesin A merupakan pengujian awal, dimana mesin – mesin yang telah selesai dirakit, dilakukan pengujian dengan menggunakan alat test bench. Banyaknya mesin yang telah selesai dirakit dan akan dilakukan pengujian dengan alat ini, serta waktu pengujian untuk tiap mesin yang akan memakan waktu sampai 30 menit, menyebabkan pengujian hanya dilakukan pada hal – hal yang pokok – pokok saja, seperti pembebanan, kecepatan maksimum, konsumsi bahan bakar/detik, torsi, power ( daya ), suhu air ( pendingin ), dan suhu pada manifold. Ketentuan pengujian pada jenis ini, yaitu besar putaran mesin ( rpm ) yang berfariasi mulai dari 670 rpm ( idle ), 2200 rpm, 2500 rpm, 4300 rpm, hingga maksimum 4875 rpm. Faktor koreksi dalam hal ini telah ditentukan dan dapat dilihat dalam tabel. Pada pengujian ini juga dilakukan pengamatan mengenai konsumsi bahan bakar dari mesin tersebut.
49
3.4.2. Pengujian Mesin B Pengujian ini merupakan pengujian tahap akhir, dimana mesin – mesin yang telah diuji pada tahap pengujian sebelumnya dipilih secara acak ( random ), untuk kemudian dijadikan sebagai objek pada pengujian mesin B. Perbedaan dari pengujian ini dengan pengujian sebelumnya ( pengujian mesin A ), adalah pengujian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu pengujian sebelum 50 jam dan pengujian setelah 50 jam. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat pengujian yang lebih mendetail dan cermat. Sama halnya dengan pengujian mesin A, pada pengujian ini, putaran mesin yang ditentukan dimulai dari putaran terendah ( idle ) 670 rpm sampai dengan putaran maksimum 4655 rpm. Demikian pula dengan pengujian mesin A, pada pengujian ini pun dicatat mengenai pembebanan, konsumsi bahan bakar, torsi, daya, suhu air ( pendingin ) dan suhu pada manifold.
3.5. Faktor Koreksi Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa perhitungan hasil pengujian yang dilakukan, dan sangat dipengaruhi oleh nilai faktor koreksi. Adapun rumus untuk menghitung nilai faktor koreksi, yaitu dengan menggunakan rumus berikut ini :
K:
748 ,6 𝑃𝑘
.
( 273 + 𝐼𝑡 ) 273
( Ref.C.William H.Hal 34 )
50
Dimana :
K
: Faktor koreksi
Pk
: Tekanan udara pada ruangan pengujian mesin ( mm H g )
It
: Inlet temperatur ( 0 C )
51