BAB III PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian tersebut terletak di Desa Ngalian Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Dilihat dari letak desanya, Desa Ngalian mudah dijangkau oleh sarana transportasi, karena disamping jalannya sudah cukup baik juga letaknya yang strategis berada di jalur jalan utama Kecamatan Tirto. Kehidupan sosial keagamaan masyarakat Desa Ngalian cukup agamis, dengan afiliasi ormas keagamaan di Desa Ngalian umumnya adalah kaum Nahdliyin atau kaum NU dan sebagian lagi adalah ormas Muhammadiyah. Kehidupan ekonomi masyarakatnya sangat beragam dari yang bekerja menjadi PNS, Pedagang, Pekerja, Tukang Becak, dan lain sebagainya. Namun sebagian besar masyarakat desa Ngalian bekerja sebagai buruh pabrik, karena di Desa Ngalian dan sekitarnya terdapat beberapa pabrik yang dapat mendukung perekonomian masyarakat Desa Ngalian. 39
40
Sedangkan letak Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian berada di tengah-tengah perumahan penduduk, tepatnya di Desa Ngalian gang VI Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Lembaga pendidikan ini berdekatan dengan lembaga pendidikan yang lain. Walaupun letaknya berdekatan dengan lembaga pendidikan yang lain, namun suasana lembaga pendidikan yang satu dengan yang lain tidak saling terganggu. 1 2. Visi dan Misi Sekolah a. Visi Terwujudnya pendidikan yang islami, unggul, berbudipekerti, menguasai iptek, dan cinta tanah air. b. Misi 1) Memberikan pendidikan dasar tentang pengamalan Syari’at Islam dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. 2) Melaksanakan pembelajaran yang kompetitif dan berdaya saing. 3) Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadahi sesuai dengan minat dan bakat peserta didik serta tuntutan perkembangan zaman. 4) Mengembangkan pendidikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal, peduli lingkungan dan cinta Tanah Air.
Visi dan misi yang telah dirumuskan oleh MIS Ngalian ini adalah dalam rangka membentuk siswa-siswi MIS Ngalian menjadi insan kamil, yakni manusia yang berilmu dan berakhlakul karimah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ibu Fitriyah, S.Pd.I bahwa: 1
2014/2015.
Dokumentasi MI Salafiyah Ngalian Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Tahun
41
“Dalam merumuskan visi dan misi yang ada di MIS ngalian ini didasarkan pada tujuan utama pendirian madrasah dan landasan filosofis orang-orang NU. Diantara tujuan pendirian madrasah ini adalah untuk mencetak generasi muda masyarakat Ngalian menjadi manusia yang berilmu dan berakhlakul karimah. Sedangkan filosofis orang NU adalah al muhaafadzotu alal qodiimi sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Dari beberapa dasar dan landasan yang ada ini dirumuskan beberapa visi dan misi yang dirumuskan MIS Ngalian. Diantara visi misi MIS Ngalian yang paling menonjol adalah untuk membentuk manusia yang berilmu dan berakhlakul karimah.”2 3. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan guru dan karyawan Guru MIS Ngalian Tirto termasuk guru yang memiliki kepedulian yang tinggi kepada siswa-siswinya. Hal ini dikarenakan para guru yang ada di MIS Ngalian sebagian besar dari Desa Ngalian sendiri yang ingin mengabdikan diri dan berjuang di madrasah. Sehingga tujuan utama para guru yang ada di MIS Ngalian Tirto ini benar-benar untuk mencetak generasi desanya menjadi insan kamil melalui jalur pendidikan di madrasah. Guru yang ada di madrasah ini bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Ide-ide tentang pendidikan anak sering muncul pada diri mereka, sehingga upaya pembenahan dan usahausaha untuk memajukan madrasah selalu dilakukan terutama mengenai pendidikan karakter bagi anak. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Nur Khainisah, S.Pd.SD bahwa: 2
Fitriyah, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 21 Maret 2015.
42
“Menurut pengamatan saya, guru-guru yang ada di MIS Ngalian ini memiliki kepedulian dan perhatian yang tinggi kepada siswa-siswinya. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena mereka dalam mendidik dan mengajar di sekolah berangkat dari dorongan hati untuk mengabdi kepada masyarakat. Dan mereka kebanyakan berasal dari Desa Ngalian sendiri, sehingga dorongan hati untuk mencetak generasi desanya yang unggul muncul dari dirinya. 3 Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian Tirto ini memiliki sejumlah guru yang cukup, meskipun sebenarnya kurang. Di samping itu juga telah terbagi dalam memangku jabatan masing-masing, baik sebagai kepala madrasah, wakil kepala sekolah maupun guru biasa baik tetap maupun tidak tetap. Jumlah guru dan karyawan Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian Tirto sebanyak 15 orang, pendidikan terakhir tenaga pengajarnya beragam, mulai dari pendidikan guru (PG), diploma dan sarjana. Sedangkan mengenai status guru diklasifikasikan menjadi dua yakni:4 1) Guru tetap atau guru yang telah diangkat menjadi pegawai negeri berjumlah enam orang. 2) Guru dan karyawan tidak tetap berjumlah sembilan orang.
3
Nur Khainisah, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 7 Juni
4
Dokumentasi MI Salafiyah Ngalian Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Tahun
2015. 2014/2015.
43
b. Keadaan siswa Siswa-siswi MIS Ngalian sebagian besar berasal dari desa Ngalian itu sendiri. Mereka berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda, menjadikan MIS Ngalian memiliki siswa yang heterogen dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda pula. Siswa-siswi Ngalian juga mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di TPQ dan Madrasah Diniyah (MADIN). Sehingga adanya TPQ dan MADIN ini bisa membantu dalam pembinaan agama bagi siswa-siswi MIS Ngalian. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Risyanti, A. Md., bahwa: “siswa-siswi yang ada di MIS Ngalian Tirto berasal dari berbagai kalangan dan dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga yang religius, ada yang berasal dari keluarga yang kurang berpendidikan, ada yang dari keluarga kaya, ada yang berasal dari keluarga yang bermasalah dan lain sebagainya. Dengan keadaan seperti ini menyebabkan siswa-siswi Ngalian memiliki karakter yang berbeda-beda dan membutuhkan penanganan yang berbedabeda pula. Adapun kegiatan siswa selain yang ada di sekolah, mereka mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat dan TPQ. Hal ini dapat membantu sekolah dalam mendidik siswa-siswinya. Namun mereka terpengaruh dengan adanya kemajuan teknologi, budaya yang berkembang, serta anak-anak underground yang berpengaruh negative bagi mereka.5 Siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian Tirto Pekalongan Tahun Pelajaran 2014/2015 tercatat sejumlah 266 siswa, 5
Risyanti, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 9 Juni 2015.
44
dengan perincian untuk kelas 1 terdiri dari 2 rombel sebanyak 42 siswa, Kelas II terdiri dari 2 rombel sebanyak 45 siswa, kelas III terdiri dari 2 rombel sebanyak 49 siswa, kelas IV terdiri dari 2 rombel sebanyak 39 siswa, kelas V sebanyak 39 siswa dan kelas VI terdiri dari 2 rombel sebanyak 52 siswa.
B. Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan di Madrasah Penerapan metode pembiasaan dapat dilakukan dengan membiasakan anak untuk mengerjakan hal-hal positif dalam keseharian mereka. Dalam menerapkan metode pembiasaan, para pendidik di Madrasah Salafiyah Ngalian Tirto melakukan beberapa hal baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembiasaan-pembiasaan tersebut diantaranya adalah: 1. Membaca do’a sebelum dan sesudah memulai kegiatan belajar Kegiatan do’a pagi merupakan salah kegiatan rutinitas yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian Tirto. Do’a ini meliputi asma’ul khusna, do’a belajar, do’a untuk guru dan orang tua dan sholawat nariyah. Kegiatan doa pagi ini dilakukan sebelum anak-anak memasuki kelasnya masing-masing. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Abdul Wakhid S.Pd.I bahwa: “Salah satu kegiatan pembiasaan yang dilakukan setiap hari di sekolah kami adalah kegaiatan do’a pagi bersama. Do’a ini dilakukan
45
sebelum anak memasuki kelasnya masing-masing. Dalam kegiatan do’a ini, ada salah satu guru yang menjadi imam dalam do’a ini, sedangkan guru-guru yang lain mengkondisikan anak. Do’a ini dilakukan setiap hari dengan harapan anak-anak sebelum mengikuti pembelajaran dalam keadaan fresh dan benar-benar siap mengikuti kegiatan belajar.”6 Selain kegiatan do’a pagi yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian Tirto juga dilakukan kegiatan do’a sebelum pulang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Musbikhin S.Pd.I bahwa: “Sebelum pulang ke rumahnya masing-masing anak-anak diajak untuk melakukan do’a di kelasnya masing-masing. Do’a ini dipimpin oleh anak-anak yang ditunjuk oleh guru yang ada dalam kelasnya. Harapan adanya kegiatan do’a ini, akan tertanam nilai-nilai religius pada diri anak serta membiasakan mereka agar memulai dan mengakhiri kegiatan dengan do’a.”7 2. Melakukan sholat berjamaah Kegiatan sholat berjamaah merupakan salah satu pembiasaan yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian Tirto. Kegiatan sholat berjamaah ini meliputi kegiatan sholat dhuha berjamaah dan Sholat Dzuhur jamaah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Endang Susilowati S.Pd.I bahwa: “Salah satu pembiasaan yang dilakukan di sekolah kami adalah dengan membiasakan anak untuk melakukan sholat berjamaah. Kegiatan sholat jamaah ini dilakukan di masjid depan MIS Ngalian Tirto. Dengan adanya kegiataan sholat jamaah ini diharapkan akan tertanam nilai-nilai religius dan kebersamaan anak. Adapun yang
6 Abdul Wakhid, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 April 2015. 7 Musbikhin, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 April 2015.
46
menjadi imam sholat jamaah ini adalah guru yang telah dijadwalkan.”8 3. Mengucapkan salam dan perkataan yang baik Mengucapkan salam merupakan salah satu pembiasaan yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ngalian Tirto. Begitu juga dengan membiasakan anak untuk berkata yang baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendidik kepribadian anak untuk menjadi orang baik yang dimulai dari ucapan/cara berbicara, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sukhaibatul Aslamiyah bahwa: “Dalam membina dan mendidik karakter siswa-siswi di sekolah kami, kita membiasakan kepada seluruh warga sekolah untuk mengucapkan salam serta berkata yang baik dan sopan. Dengan terbiasa mengucapkan salam hubungan interpersonal antar semua warga sekolah diharapkan terjalin dengan baik. Begitu juga dengan membiasakan berkata sopan, ini merupakan pendidikan yang penting bagi. Karena dengan terbiasa mengucapkan kata-kata yang sopan dan hal-hal yang baik diharapkan anak mempunyai perilaku yang baik juga. Salah satu cara yang kita tempuh dalam pembiasaan ini, kita mulai dari diri para pendidik sebagai contoh bagi anak-anak dan selanjutnya anak-anak kita ajak untuk membiasakannya. Fungsi guru dalam hal ini adalah sebagai contoh dan pengontrol anak. Selain itu, kita juga mengadakan kesepakatan dengan anak untuk membuat aturan tentang sopan santun dalam berbicara.”9
8
Endang Susilowati, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 April 2015. 9 Sukhaibatul Aslamiyah, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 11 Mei 2015.
47
4. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah Salah pembiasaan yang dilaksanakan di MI Salafiyah Ngalian Tirto adalah membiasakan para peserta didik untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Pembiasaan ini juga berlaku bagi warga sekolah yang lain. Kebersihan lingkungan sekolah ini dianggap sangat penting karena merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung kegiatan belajar. Dengan adanya lingkungan sekolah yang bersih diharapkan peserta didik akan nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Musbikhin S.Pd.I bahwa: “Salah satu upaya yang telah kami lakukan dalam menciptakan suasana belayar yang nyaman adalah dengan membiasakan kepada semua warga sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Diantara upaya-upaya telah kami lakukan adalah dengan mengadakan tempat sampah, mewajibkan kepada seluruh warga sekolah apabila menemukan sampah langsung diambil dan dibuang ke tempat sampah, sebelum mengikuti kegiatan belajar siswa diajak untuk membersihkan kelasnya. Dengan adanya pembiasaan ini, diharapkan lingkungan sekolah selalu dalam keadaan nyaman. Di samping itu juga untuk melatih siswa-siswi untuk peduli terhadap lingkungan.”10 5. Membiasakan berdiskusi ketika pembelajaran di kelas Kegiatan diskusi merupakan salah pembiasaan yang diterapkan ketika pembelajaran dilaksanakan. Walaupun pembiasaan diskusi ini diterapkan, para pendidik juga menerapkan metode-metode yang lain. Seperti yng telah ditegaskan oleh Ibu Ella Maryana, S.Pd.I bahwa:
10
2015.
Musbikhin, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 April
48
“Pembiasaan diskusi saat kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan di sekolah. Diskusi yang telah kami terapkan meliputi kegiatan diskusi kecil dan kegiatan diskusi besar. Dari diskusi ini anak dilatih untuk mengungkapkan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain.”11 6. Mengisi kotak infaq Kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan di MI Salafiyah Ngalian dalam rangka meningkatkan kepedulian sosial anak adalah dengan cara melatih anak untuk mengisi kotak infaq setiap hari kamis. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Abdul Wakhid S.Pd.I bahwa: “Salah satu pembiasaan berikutnya yang kami terapkan di sekolah kami adalah membiasakan anak untuk mengisi kotak infaq. Hal terpenting dari pembiasaan ini adalah anak akan terlatih untuk mau memberi dan punya kepedulian sosial. Kami selaku pendidik tidak menekankan besarnya nominal yang diberikan oleh anak, yang terpenting adalah tumbuhnya empati pada diri anak. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak akan tetapi para pendidik dan tenaga kependidikan juga ikut melaksanakan kegiatan ini sebagai teladan bagi anak-anaknya.”12
C. Karakter-karakter yang Diharapkan pada Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan Pembiasaan-pembiasaan yang telah dilakukan di MIS Ngalian Tirto ini mempunyai beberapa tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Seperti dalam visi dan misi para pendiri sekolah diharapkan siswa-siswa MIS Ngalian tirto ini memiliki
11
Ella Maryana, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 April
12
Abdul Wakhid, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 April
2015. 2015.
49
akhlakul karimah (karakter-karakter yang baik). Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Abdul Wakhid S.Pd.I bahwa: “Mendidik anak agar menjadi manusia yang memiliki akhlakul karimah dan karakter-karakter yang baik tidaklah mudah. Untuk bias mencapai harapan itu butuh proses, kerja keras dan keistiqomahan kita dalam membimbing anak-anak. Sebab anak-anak yang datang ke sekolah membawa potensi yang berbeda-beda serta dari latar belakang yang berbeda-beda. Selain memberikan teladan kepada anak, kami berupaya untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan yang menanamkan nilai-nilai karakter yang kita harapkan. Adapun karakter-karakter yang diharapkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan ini adalah anak akan tertanam nilai-nilai religius, toleransi, peduli lingkungan bersahabat, peduli sosial, dan demokratis. Sebenarnya masih ada beberapa kegiatan pembiasaan-pembiasaan yang ingin kami laksanakan, namun masih dalam proses penggodokan. Mudah-mudahan dengan beberapa kegiatan pembiasaan-pembiasaan yang telah kami laksanakan ini akan membuahkan hasil sesuai dengan harapan.”13 Berdasarkan hasil musyawarah antara guru, komite sekolah dan pengurus yayasan pada tanggal 18 Juni 2014 di MIS Ngalian tentang pendidikan karakter bagi siswa-siswi Ngalian bahwa MIS Ngalian memiliki beberapa rumusan karakter yang ingin dicapai melalui pembiasaan-pembiasaan dan keteladanan yang dilakukan di madrasah. Karakter-karater tersebut adalah sebagai berikut: 1. Religius 2. Toleransi 3. Percaya diri 4. Bersahabat/komunikatif 5. Tanggung jawab
13
2015.
Abdul Wakhid, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 April
50
6. Demokratis 7. Peduli lingkungan 8. Peduli sosial14
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswasiswi MIS Ngalian Tirto terbagi menjadi dua yaitu: faktor endogen dan faktor eksogen. 1. Faktor Endogen Faktor endogen adalah faktor yang berasal dari dalam individu siswa itu sendiri yang dapat mempengaruhi karakter siswa-siswi MIS Ngalian Tirto. Hal ini seperti yang telah ditegaskan oleh Ibu Ella Maryana, S.Pd.I bahwa: “Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswasiswi MI Salafiyah Ngalian Tirto adalah faktor intern. Anak yang memiliki pembawaan baik cenderung mudah diatur dalam kegiatankegiatan yang diadakan disekolah. Sebaliknya anak yang memiliki pembawaan karakter yang kurang baik cenderung susah untuk mengikuti kegiatan. Anak-anak dengan pembawaan yang baik ini memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran sehingga para pendidik lebih mudah dalam membimbingnya. Namun kami menyadari di sekolah kami terdiri dari ratusan siswa yang memiliki pembawaan yang berbeda-beda dan hal ini bukan menjadi alasan bagi kami untuk menyerah begitu saja. Dengan adanya pembiasaan-
14
Hasil Musyawarah guru, komite sekolah dan yayasan di MI Salafiyah Ngalian Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Tanggal 18 Juni Tahun 2014.
51
pembiasaan yang telah kami terapkan ini akan mampu mengubah karakter anak untuk menjadi lebih baik lagi.” 15
2. Faktor Eksogen Faktor Eksogen adalah faktor yang berasal dari luar individu siswa tersebut yang dapat mempengaruhi karakter siswa-siswi MIS Ngalian Tirto. Dalam hal ini pengaruh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. a. Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga, yang didalamnya bapak, ibu, kakak dan adik secara langsung mampu mempengaruhi karakter anak. Namun yang paling berpengaruh adalah bapak dan ibu karena merka adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa-siswi MIS Ngalian Tirto ini diungkapkan oleh Ibu Ella Maryana, S.Pd.I bahwa: “Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak dalam hal ini adalah bapak dan ibu. Karena sebelum anak di masukkan di sekolah anak akan menerima pendidikan yang pertama dari bapak dan ibunya. Dan pendidikan yang diberikan kepada anak akan menjadi pondasi awal dalam pembentukan karakter anak. Terjalinnya hubungan antar pribadi yang harmonis dan menyenangkan dalam keluarga, adanya sikap orang tua yang demokratik, dan kuatnya hubungan emosi antara anak dan orang tua, yang secara tidak langsung menjadikan anak bertanggungjawab, berprestasi, mampu mengendalikan diri dan mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto berasal dari berbagai 15
2015.
Ella Maryana, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 April
52
keluarga dengan latar belakang dan pendidikan yang berbedabeda. Dengan demikian tentunya akan berpengaruh terhadap siswa-siswa kami.”16 b. Lingkungan sekolah/pendidikan Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga, dimana anak banyak menghabiskan waktunya untuk belajar. Lingkungan sekolah akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Karena sekolah merupakan sarana pendidikan bagi anak dan sebagai penetralisasi terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Adanya pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter anak ini telah ditegaskan oleh Bapak Musbikhin S.Pd.I bahwa: “Lembaga pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan karakter anak, walaupun sekolah bukan merupakan tempat pendidikan yang pertama bagi anak. Guru mempunyai tugas yang sangat besar dalam membimbing anakanaknya untuk menjadi manusia yang berakhlakul karimah. Pengaruh sekolah bagi siswa di MIS Ngalian Tirto antara lain: ikut serta memotivasi siswa untuk selalu belajar, mengembangkan ide dan bakat keterampilan yang dimilikinya, mampu berorganisasi dan bekerjasa dalam satu tim/kelompok mengenalkan siswa dengan berbagai teknologi terkini dan cara penggunaanya, contohnya komputer. Mengadakan kegiatankegiatan keagamaan secara bersama-sama untuk menjalin silaturohmi antar anggota sekolah dan meningkatkan persatuan dan kesatuan. Dan yang paling penting lagi adalah sebagai sarana perubahan menuju insan kamil.”17
16
Ella Maryana, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5 April
17
Musbikhin, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 April
2015 2015.
53
c. Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang penuh dengan berbagai macam aktivitas, yang secara tidak langsung mampu mempengaruhi pembentukan karakter anak. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ibu Endang Susilowati S.Pd.I bahwa: “Lingkungan masyarakat juga tidak kalah pentingnya dalam pembentukan karakter anak. Anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik akan berpengaruh baik juga terhadap anak anak, dan begitu sebaliknya. Pengaruh masyarakat bagi anak di MIS Ngalian Tirto antara lain: ikut serta dalam bermusyawarah gotong royong dalam mengadakan kegiatan keagamaan, berta’ziyah ketika ada orang yang meningggal dunia, bermusyawarah dalam pemilihan kepala desa, kerja bakti dalam membangun masjid/musholla, dan lain-lain. Hal itu secara tidak langsung mampu mempengaruhi karakter anak tentang tata cara berorganisasi, memiliki empati terhadap orang lain, dan mampu bermusyawarah untuk mufakat.”18
18
April 2015.
Endang Susilowati, Guru MI Salafiyah Ngalian Tirto, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 5