31
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kepentingan umum. Pajak merupakan pungutan wajib atau dipaksakan kepada rakyat. Ada beberapa definisi pajak yang diungkapkan oleh para ahli, antara lain : 1. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., “pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum” (Mardiasmo, 2003) 2. Menurut S.I Djajadiningrat “Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum” (Resmi, 2008) 3. Menurut Rimsky K Judisseno, “pajak merupakan suatau kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undangundang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara” (Judisseno, 2005:)
Universitas Sumatera Utara
32
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak : 1. Merupakan Iuran rakyat kepada negara yang dipungut oleh negara kepada warga negara. 2. Dipungut berdasarkan Undang-undang Pajak dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 3. Tanpa ada kontraprestasi langsung dalam pembayaran pajak para pembayar tidak memperoleh kontraprestasi atau jasa timbal balik secara langsung. 4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.
B. Pengertian Penghasilan Pengertian penghasilan sesuai pasal 4 ayat 1 undang-undang PPh adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pengertian penghasilan menurut Prabowo adalah jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha
Universitas Sumatera Utara
33
lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengonsumsi dan/atau menimbun serta menambah kekayaan (Prabowo, 2004:21) Dari kedua defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diperoleh oleh wajib pajak yang berada di Indonesia
yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti
mengonsumsi dan menambah kekayaan.
C. Pengertian Pajak Penghasilan Pengertian Pajak Penghasian (PPh) berdasarkan Undang-Undang No 17 Tahun 2000
adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.
D. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 Pajak Penghasilan Pasal 22 atau PPh Pasal 22 menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2008 adalah PPh yang dipungut oleh: 1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang,
Universitas Sumatera Utara
34
2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. 3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah, adapun jenis barang yang tergolong sangat mewah adalah :
a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah). b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah). c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500 m2 (lima ratus meter persegi). d. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi). e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc.
Universitas Sumatera Utara
35
Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud seperti di atas yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lebih tinggi
100 % (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
E. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2007, pemungut PPh pasal 22 adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan cukai, atas impor barang. 2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang. 3. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan tersebut pada angka 4. 4. Bank Indonesia (BI), PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Perum Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, PT Pertamnina, dan Bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber dari APBN maupun non-APBN.
Universitas Sumatera Utara
36
5. Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, Industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya didalam negeri. 6. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas. 7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.
F. Objek Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 menurut UU Perpajakan No 36 tahun 2008 Yang merupakan objek pemungutan PPh pasal 22 adalah : 1. Impor Barang. 2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Pemerintah daerah. 3. Pembayaran atas pembelian barang yng dilakukan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daearah yang dananya berasal dari dana APBN maupun APBD.
Universitas Sumatera Utara
37
4. Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, industri rokok, indusri kertas, industri baja dan industri otomotif. 5. Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh pertamina dan badan usaha selain pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas. 6. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan dari pedagang pengumpul.
G. Tidak Termasuk Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Adapun yang dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 22 ditentukan sebagai berikut:
1. Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak PenghasiIan. 2. Barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan Nilai. 3. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan atas timbal balik. 4. Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
38
5. Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan. 6. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum. 7. Barang
untuk
keperluan
penelitian
dan
pengembangan
ilmu
pengetahuan. 8. Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya. 9. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah. 10. Barang pindahan. 11. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Pabean. 12. Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum. 13. Persenjataan, amunisi, dan pelengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara. 14. Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara. 15. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imuniasi Nasional (PIN). 16. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.
Universitas Sumatera Utara
39
17. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan
Pelayaran
Niaga
Nasional
atau
perusahaan
penangkapan ikan nasional. 18. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional. 19. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia. 20. Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia. 21. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah. 22. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM dan benda-benda pos. 23. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor. 24. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
Universitas Sumatera Utara
40
25. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
H. Sifat pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungutan PPh pasal 22 dapat bersifat final dan tidak final. Pemungutan pajak bersifat final dalam PPh pasal 22 artinya bahwa pajak yang telah di bayar oleh Wajib Pajak melalui pemungutan oleh pihak lain dalam tahun berjalan tersebut, tidak dapat dikreditkan pada total PPh yang terutang pada akhir suatu tahun pada saat pengisian SPT (Surat Pemberitahuan) tahunan PPh.
Jenis pajak penghasilan yang pemungutannya bersifat final adalah:
1. PPh pasal 22 atas penyerahan hasil produksi industri rokok di dalam negeri. 2. PPh pasal 22 atas penyerahan hasil produksi industri baja. 3. PPh pasal 22 atas penyerahan hasil produksi Pertamina atau badan usaha lain yang sejenis kepada penyalur/agen.
Universitas Sumatera Utara
41
Jenis pajak penghasilan yang pemungutannya bersifat tidak final adalah:
1. PPh pasal 22 atas penyerahan hasil produksi Pertamin atau badan usaha lain yang sejenis kepada pembeli lainnya (pabrikan) 2. PPh pasal 22 atas penyerahan hasil industri semen. 3. PPh pasal 22 atas penyerahan hasil industri kertas. 4. PPh pasal 22 atas penyerahan hasil otomotif. 5. PPh pasal 22 atas pembelian barang yang dibayar dengan dana dari Anggaran Pengeluaran Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD). 6. PPh pasal 22 atas pembelian barang yang dilakukan oleh instansi atau badan usaha tertenti seperti BI (Bank Indonesia), BPPN, BULOG, PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT Indosat, dan bank-bank BUMN yang melakuka pembelian barang yang dananya bersumber baik dar APBN maupun non-APBN. 7. PPh pasal 22 atas import barang. 8. PPh pasal 22 atas pembelian bahan-bahan atau ekspor hasil industri oleh eksportir industri perkebunan, perhutanan, pertanian, dan perikanan.
Universitas Sumatera Utara
42
I. Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran PPh pasal 22
Penulis ingin memaparkan beberapa tata cara pemungutan dan penyetoran PPh pasal 22 seperti yang tertera di bawah ini :
1. Pemungut pajak wajib memungut dan menyetorkan PPh pasal 22 ke Bank persepsi, Kantor Pos atau bank devisa. Ketentuan pemungutan dan penyetoran tersebut adalah sebaga berikut:
a. PPh pasal 22 atas Import, dipungut dan harus disetor sendiri oleh importir ke bank devisa pada saat pembayaran bea masuk. b. PPh pasal 22 atas import oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai, dipungut pada saat pembayaran bea masuk atau pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Import Untuk Dipakai (PIUD), dan harus disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak dilakukan. c. PPh pasal 22 atas pembelian barang oleh instansi pemerintah atau BUMN/BUMD dengan dana dari APBN/APBD, dipungut pada saat pembayaran, dan harus disetor oleh pemungut atas nama Wajib Pajak (rekanan) pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atau penyerahan barang. d. PPh pasal 22 atas pembelian barang oleh badan-badan tertentu seperti BI, BPPN, BULOG, PT Telkom, dan lain-lain, dipungut pada saat pembayaran, dan harus disetor oleh pemungut atas nama Wajib Pajak paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
43
e. PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi industri tertentu, dipungut pada saat penjualan, dan harus disetor oleh pemungut atas nama Wajib Pajak paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya. f. PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi pertamina dan badan usaha yang sejenis dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (delivery order), dan harus disetor sendiri oleh Wajib Pajak sebelum surat perintah pengeluaran barang ditebus. g. PPh pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri oleh industri atau eksportir dalam bidang perkebunan, perhutanan, pertanian, perikanan, dipungut pada saat pembayaran dan harus disetor oleh pemungut atas nama Wajib pajak, paling lambattanggal 10 bulan takwim berikutnya.
2. Pelaksanaan penyetoran PPh pasal 22, ditentukan sebagai berikut:
a.
Menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP) yang berlaku sebagai Bukti Pemngutan Pajak, untuk penyetoran PPh pasal 22 oleh Bendaharawan Ditjen Bea dan Cukai (atas import barang), badan usaha industri tertentu (atas penyerahan hasil industri tertentu), dan badan usaha/eksportir tertentu (atas pembelian oleh industri tertentu/eksportir).
Universitas Sumatera Utara
44
Pemungutan pajak kelompok ini wajib menerbitkan Bukti Pemungutan pajak PPh pasal 22 dalam rangkap 3 yaitu :
1. Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak. 2. Lembar ke-2 untuk Kantor Pelayan Pajak (KPP) 3. Lembar ke-3 untuk Pemungut Pajak.
b. Menggunakan formulir SSP secara kolektif, untuk penyetoran PPh pasal 22 oleh bank devisa dan bendaharawan/badan tertentu yang ditunjuk (atas impor barang), dan Pertamina atau badan usaha selain Pertamina (atas penjualan migas).
Pemungut pajak kelompok ini membuat daftar SSP rangkap 2 yaitu :
1. Lembar ke-1 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP). 2. Lembar ke-2 untuk Pemungut Pajak. 3. Flow chart pemotongan PPh pasal 22 berdasarkan Undang-undang
No. 36 tahun 2008 atas kegiatan pengadaan barang Pembayaran
Penjual
Tgl 10 bulan takwim berikutnya
Pembeli
PPh pasal 22 dipungut pada saat pembayaran dengan bukti pemotongan berupa SSP
Bank Devisa/ Pt Pos
Penerbitan SSP yang ditujukan kepada wajib paja, KPP pasa saat penyetoran, dan pemungutan Pajak
Universitas Sumatera Utara
45
J. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22
Perhitungan
PPh
pasal
22
menurut
SK
Menteri
keuangan
No.236/KMK.03/2003 adalah :
Tabel 2 : Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 22
No. Jenis Kegiatan
Tarif (%)
Dasar
Pemungutan
dan
sifatnya 1
Atas Impor : Yang
menggunakan
Angka 2,5
Nilai Impor (tidak final)
Yang tidak menggunakan Angka 7,5
Nilai Impor (tidak final)
Pengenal Impor (API)
Pengenal Impor (non-API) Impor yang tidak dikuasai
7,5
Harga jual lelang (tidak final)
2
3
Pembelian barang yang dibiayai 1,5
Harga
dengan APBN/APBD
final)
pembelian
(tidak
Penjualan hasil produksi yang bergerak dalam bidang : Industri semen
0,25
DPP PPN (tidak final)
Industri rokok
0,1
Harga bandrol (final)
Industri kertas
0,1
DPP PPN (tidak final)
Industri baja beton
0,3
DPP PPN (final)
Industri otomotif
0,45
DPP PPN (tidak final)
Universitas Sumatera Utara
46
4
Pembayaran
atas
pembelian 1,5
Harga pembelian
barang oleh pemungut PPh 22 5
Penjualan barang produksi oleh SPBU produsen/importir
BBM,
SPBU
Gas Swasta Pertamina
dan
Pelumas
atas
penjualan
BBM, Gas dan Pelumas Premium
0,3
0,25
Solar
0,3
0,25
Premix/super TT
0,3
0,25
(final)
Penyerahan/penjualan kepada agen
6
Minyak tanah
0,3
Gas LPG
0,3
Pelumas
0,3
Atas penyerahan barang yang dilakukan oleh BULOG berupa gula pasir kepada:
7
Penyalur
Rp. 380/kuintal
Final
Grosir
Rp. 270/kuintal
Final
Pembeli lainnya
Rp. 650/kuintal
Final
Penyalur
Rp. 53/zak
Final
Grosir
Rp. 38/zak
Final
Pembeli lainnya
Rp. 91/zak
Final
Atas penyerahan barang yang dilakukan oleh BULOG berupa tepung terigu kepada :
Universitas Sumatera Utara
47
8
Pembelian
bahan-bahan
oleh 0.25
Harga jual tidak termasuk
industri yang bergerak dalam
PPN (tidak final)
sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan
Sumber : Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 236/KMK.03/2003
Model Perhitungan PPh pasal 22 atas pengadaan barang menurut UU No 36 tahun 2008
Pengadaan barang berupa satu unit komputer dengan nilai barang barang sebesar Rp. 8.000.000 dan PPN sebesar Rp. 800.000. Harga Barang
Rp. 8000.000
PPN
Rp. 800.000
Total tagihan dari rekanan
Rp. 8.800.000
PPh pasal 22 yang dipungut 1.5% * Rp. 8.000.000
Rp.
120.000
K. Pengadaan Barang Pengadaan barang adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak bagian keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang bertujuan untuk menambah perlengkapan maupun peralatan yang di butuhkan dalam kegiatan
Universitas Sumatera Utara
48
perusahaan. Pengadaan barang yang di lakukan Fakultas Ekonomi USU dilaksanakan dengan kegiatan pembelian barang-barang yang tersedia di masyarakat yang mana Fakultas Ekonomi USU tidak melaksanakan pembelian Impor dalam bentuk apapun. Adapun pengadaaan barang yang biasa dilakukan oleh Fakultas Ekonomi USU adalah pengadaan komputer, peralatan kantor, Aalat tulis kerja, dan lain-lain.
L. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Pengadaan Barang Penulis akan memaparkan beberapa kasus mengenai perhitungan PPh pasal 22 yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi USU dalam beberapa transaksi seperti di bawah ini. Pada Tanggal 27 Oktober 2009 Fakultas Ekonomi USU membeli alat tulis kerja dari Multi Data Grafika senilai Rp. 3.375.000. Harga sudah termasuk PPN sebesar 10%. Jawab: Harga barang
Rp 3.375.000
Dasar pengenaan pajak (100/110 x Rp 3.375.000)
Rp 3.068.181,82
PPN ( 10% x Rp 3.068.181,82)
Rp. 306.818,18
PPh pasal 22 (1,5% x 3.068.181,82)
Rp. 46.023
Universitas Sumatera Utara
49
Berikut ini adalah faktur pajak standar atas pembelian yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi USU dari Multi Data Grafika. Gambar 1. Surat Setoran Pajak
Sumber : Bagian keuangan Fakultas Ekonomi US
Universitas Sumatera Utara
50
Berikut ini adalah faktur pajak standar atas pembelian yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi USU dari Multi Data Grafika. Gambar 2. Faktur Pajak Standar
Sumber : Bagian keuangan Fakulats Ekonomi USU
Universitas Sumatera Utara
51
Berikut ini adalah formulir setoran Pajak penghasilan pasal 22 Bank BNI Cab. USU atas pangadaan barang yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi USU pasa tanggal 27 Oktober 2009, yaitu: Gambar 3. Formulir Setoran Pajak
Sumber : Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi USU
Universitas Sumatera Utara
52
2. Pada tanggal 27 Oktober 2009 Fakultas Ekonomi USU membeli alat tulis kerja dari CV. Flora Kharisma Nusantara senilai Rp 4.538.000. Hraga sudah termasuk PPN 10%. Jawab : -. Harga barang
Rp 4.538.000
-. Dasar Pengenaan Pajak (100/110 x Rp 4.538.000)
Rp 4.125.454,55
-. PPN ( 10% x Rp 4.125.454,55)
Rp 412.545,455
-.PPh pasal 22 ( 1,5% x Rp 4.125.454,55)
Rp 61.882
Universitas Sumatera Utara
53
Berikut ini adalah surat setoran pajak Fakultas Ekonomi USU atas pangadaan Alat tulis kerja dari Cv. Flora Kharisma Nusantara yang digunakan sebagai bukti potongan atas PPh pasal 22 yang di pungut Gambar 4. Surat Setoran Pajak
Sumber : Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi USU
Universitas Sumatera Utara
54
Berikut adalah Faktur Pajak Standar atas Pengadaan Alat tulis kerja dari CV. Flora Kharisma Nusantara Gambar 5. Faktur Pajak Standar
Sumber : Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi USU
Universitas Sumatera Utara
55
Berikut ini adalah formulir setoran Pajak Penghasilan Pasal 22 Bank BNI Cab.USU atas pengadaan barang yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi USU, yaitu : Gambar 6 : Formulir Setoran Pajak
Sumber : Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi USU
Universitas Sumatera Utara
56
M. Prosedur Pemungutan dan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Pengadaan Barang
Pembayaran
Tgl 10 bulan takwim berikutnya
Fakultas Ekonomi
Penjual
USU PPh pasal 22 dipungut pada saat pembayaran dengan bukti pemtongan berupa SSP
Bank BNI Cab. USU
Penerbitan SSP yang ditujukan kepada wajib pajak,KPP pada saat penyetoran, dan pemungut pajak
Pemungut PPh pasal 22 yang dilakukan oleh bagian keuangan Fakultas Ekonomi USU dimulai dari adanya bagian yang melakukan pembelian kemudian dari pembelian tersebut pihak FE USU sebagai pembeli langsung melakukan pemotongan PPh pasal 22 yang dihitung terlebih dahulu pada tanggal yang sama dengan tanggal pembelian, lalu Fakultas Ekonomi USu menerbitkan Surat Setoran Pajak (SSP) yang berfungsi sebagai bukti potong PPh sebanyak 3 rangkap, yang mana rangkap pertama diserahkan kepada wajib pajak yang dikenai pungutan PPh pasal 22,rangkap kedua diserahkan kepada Kantor Pelayan Pajak (KPP) pada saat terjadi pelaporan Surat Pemberitahuan ( SPT) masa PPh pasal 22 dan SSp rangkap ketiga disimpan oleh Fakultas Ekonomi USU sebagai Pemungut PPh pasal 22 untuk diarsipkan. Selanjutnya pihak Fakultas Ekonomi menyetoran PPh pasal 22 yang dipungut atas pengadaan barang ke Bank BNI paling lambat 10 hari bulan
Universitas Sumatera Utara
57
takwim berikutnya atau paling lambat tanggal 10 di bulan berikutnya setelah bulan pajak sebelumnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa informasi diatas adalah bahwa perhitungan dan pemungutan PPh pasal 22 atas pengadaan barang yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi USU selaku pemungut PPh pasal 22 dapat dilihat melalui penetapan tarif yang digunakan, pemungutan yang dilakukan pada saat pembayaran dan penyetoran yang dilakukan sebelum paling lambat 10 hari bulan takwim berikutnya pada Bank Devisaa telah sesuai dengan peraturan Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia No 210/PMK.03/2008.
Universitas Sumatera Utara
58
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa 1. Pajak merupakan Iuran rakyat kepada negara yang dipungut berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum untuk kesejahteraan rakyat. 2. Fakultas Ekonomi USU telah membayar Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang pada saat pembayaran dengan nilai 1.5% dari harga
beli,
dengan bukti pemotongan berupa SSP. 3. Perhitungan dan prosedur pemotongan PPh pasal 22 pada Fakultas Ekonomi USU sebagai pemungut Pajak Penghasilan pasal 22 atas pengadaan barang telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan waktu dan tarif yang ditentukan.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan oleh penulis pada Fakultas Ekonomi USU, penulis ingin menyampaikan saran kepada pihak Fakultas Ekonomi USU yaitu agar dapat mempertahankan kepatuhan dalam membayar pajak sesuai dengan peraturan dan undang-undang perpajakan.
Universitas Sumatera Utara