BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Wanprestasi Kata “wanprestasi” berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu perikatan. Wanprestasi yang dimaksud disini adalah wanprestasi yang dilakukan oleh suatu pihak yang dapat menimbulkan pembatalan perjanjian dari pihak lain secara hukum. Wanprestasi seseorang dapat berupa: a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya b. Melakukan apa yang diperjanjikan, tapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan itu c. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan Dalam perjanjian gadai, jika benda gadai tidak ditebus dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka benda gadai dilelang pada waktu yang ditentukan oleh kepala PT Pegadaian. Lelang dilakukan sendiri oleh PT Pegadaian dan tidak boleh Balai Lelang. Pertimbangan untuk hal ini ialah karena PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga benda gadai dari pada Balai Lelang. Sebelum
lelang
dimulai
sebulan
sebelumnya
PT
Pegadaian
mengumumkan kepada masyarakat bahwa lelang akan dilaksanakan. Pada hari yang ditentukan, lelang dilakukan dan pembeli yang berhak adalah yang menawar
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
dengan harga tertinggi, setelah kepada umum dinyatakan penawaran itu dua kali tetap tidak disambut dengan tawaran yang lebih tinggi oleh penawar lain. Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal bulan kedelapan (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan. Sedangkan benda gadai yang termasuk golongan pinjaman C dan D dilakukan pada awal bulan kelima (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan.
B. Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai Wanprestasi bukan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang memberikan gadai, namun juga dapat dilakukan oleh yang menerima gadai, atau dengan kata lain wanprestasi itu dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, baik itu yang memberikan gadai maupun oleh penerima gadai. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan, ia dikatakan ingkar janji atau disebut juga dengan wanprestasi. Salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam perikatan itu dapat disebabkan atas kesalahannya sendiri tetapi juga mungkin diluar kesalahannya. Adapun bentuk wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Debitur tidak memenuhi perikatan atau sama sekali tidak melaksanakan prestasi b. Debitur terlambat memenuhi prestasi/perikatan c. Debitur melaksanakan prestasi tetapi tidak baik, atau debitur keliru atau tidak pantas dalam memenuhi perikatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Adapun bentuk wanprestasi diatas adalah bentuk wanprestasi yang umum, yang mana pada umumnya wanprestasi itu dilakukan oleh debitur. Bedanya dengan perjanjian gadai adalah dimana wanprestasi itu dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu si pemberi gadai maupun si penerima gadai, karena masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang sama-sama punya peluang untuk terjadinya wanprestasi yang diatas karena memang begitulah bentuk wanprestasi yang diatur oleh hukum kita.
C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh PT Pegadaian adalah aktivitas pemberian kredit. Dimana pemberian kredit tersebut terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani Surat Bukti Kredit (SBK), yaitu antara pihak nasabah dengan PT Pegadaian yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian setempat. Dengan ditanda tanganinya Surat Bukti Kredit oleh pemberi gadai (nasabah) berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi hubungan hukum antara
pihak
pemberi
gadai
(nasabah)
dengan
pihak
penerima
gadai
(PT Pegadaian) yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Dari isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian dapat di lihat hak dari PT Pegadaian, yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
1. Menguasai barang bergerak milik nasabah yang dijadikan jaminan 2. Menerima pelunasan dan biaya-biaya lain yang timbul karenanya, misalnya lelang dan bunga (sewa modal) 3. Berhak menahan barang gadai selama si berhutang belum melunasi pinjaman, bunga serta biaya lain yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang-barang tersebut 4. Menjual benda gadai dengan kekuasaan sendiri, sebelum penjualan harus didahului dengan peringatan atau somasi kepada pemberi gadai (debitur) apabila tidak melunasi uang pinjaman dan bunga sampai batas waktu yang ditetapkan di dalam Surat Bukti Kredit menurut golongannya masingmasing 5. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim apabila debitur (pemberi gadai) ingkar janji, maka PT Pegadaian (penerima gadai) dapat menuntut dimuka hakim agar dilakukan penjualan benda-benda gadai untuk mengambil perlunasan hutang ditambah sewa modal (bunga) dan biaya-biaya lain yang telah dikeluarkan guna menyelamatkan barang tersebut Adapun yang menjadi kewajiban pemegang gadai (PT Pegadaian) menurut perjanjian gadai adalah: 1. Menyerahkan Surat Bukti Kredit sebaga bukti bahwa barang telah diterima penerima gadai 2. Merawat barang jaminan selama dalam kekuasaannya, serta bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang jaminan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
3. Tidak memakai atau mempergunakan atau memanfaatkan barang yang dijaminkan untuk kepentingan sendiri 4. Wajib memberitahu kepada debitur bila hendak melelang barang gadai 5. Menyerahkan kembali barang jaminan apabila perjanjian pokok telah berakhir yang dibuktikan dengan Surat Bukti Kredit 6. Membayar uang kelebihan apabila masih terdapat sisa dari lelang barang jaminan dengan jangka satu tahun setelah lelang. Apabila lebih dari satu tahun, uang kelebihan tersebut menjadi milik negara 7. Membayar ganti rugi akibat kerusakan atau kehilangan barang jaminan karena kesalahan dalam pemeliharaan oleh pihak PT Pegadaian. Ganti rugi tersebut ditetapkan sebesar 125% dari harga taksiran pada saat perjanjian dibuat 8. Menyelenggarakan lelang dimuka umum dengan cara yang lazim digunakan 9. Bertanggung jawab atas hasil penjualan Sedangkan yang menjadi hak dari pihak penerima gadai (debitur) adalah: 1. Menerima Surat Bukti Kredit sebagai bukti penyerahan barang jaminan 2. Menerima uang pinjaman sesuai dengan nilai taksir barang yang ketentuannya telah ditetapkan oleh direksi 3. Menerima kembali barang yang telah dijaminkan dalam keadaan utuh seperti semula setelah perjanjian pokok berakhir 4. Menerima uang kelebihan dari sisa lelang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
5. Menuntut ganti rugi akibat dari kerusakan atau kehilangan atau kelalaian dari pihak penerima gadai (PT Pegadaian) sebesar 125% dari harga taksiran 6. Memperpanjang atau memperbaharui jangka wakru kredit apabila dikehendaki Selanjutnya yang menjadi kewajiban dari pemberi gadai (debitur) itu sendiri adalah: 1. Menyerahkan barang yang menjadi objek gadai 2. Menyerahkan Surat Bukti Kredit pada saat melunasi uang pinjaman 3. Menyerahkan sewa modal (bunga) dan biaya-biaya yang lain yang telah dikeluarkan untuk penyelamatan barang tersebut oleh PT Pegadaian 4. Tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh PT Pegadaian baik untuk perjanjian pokok maupun perjanjian gadai. Pada umumnya suatu perjanjian akan mulai berlaku (mengikat), setelah perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak yang mengadakannya. Dalam perjanjian gadai, perjanjian tersebut dianggap telah terjadi apabila dalam keadaan dimana ada bukti bahwa baik pemilik gadai, atau setidak-tidaknya menyetujui persyaratan terpentingnya dan kemudian salah satu pihak telah mengeluarkan biaya dan melakukan tindakan-tindakan yang berkenaan dengan perjanjian tersebut. Oleh karena itu salah satu pihak dapat dinyatakan bertanggung jawab atas kerugian yang timbul apabila ia tidak memenuhi kewajiban-kewajiban untuk melanjutkan isi perjanjian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Dengan demikian, apabila telah terjadi dalam perjanjian tersebut mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak, maka akan lebih jelas untuk menentukan siapa yang melakukan wanprestasi yang telah dilakukan. Wanprestasi tidak terjadi dengan sendirinya, maka untuk menentukan seseorang itu wanprestasi tergantung pada waktu yang diperjanjikan. Pada umumnya seseorang itu dikatakan wanprestasi adalah pada saat orang tersebut melakukan perbuatan yang dilarang dalam perjanjian misalnya tidak memenuhi perikatan maka dikatakan orang tersebut wanprestasi. Salah satu yang diatur dalam perjanjian itu adalah mengenai “Kewajiban-kewajiban pihak yang menggadaikan dan menerima gadai”. Sebagaiman lazimnya dalam hukum perjanjian dikenal adanya prestasi dan kontra prestasi jika ada hak tertentu ada pula kewajiban. Demikian juga dalam perjanjian gadai. Kewajiban ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu kewajiban yang bersifat finansial dan kewajiban yang bukan bersifat finansial.
D. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi Dalam suatu perjanjian, apabila para pihak itu saling melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika salah satu pihak atau keduanya tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika salah satu pihak atau keduanya tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
diinginkan oleh pihak lawannya disebut wanprestasi, hal ini akan menimbulkan suatu permasalahan. Pada umumnya yang melakukan wanprestasi itu adalah pihak debitur, dalam bentuk tidak mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kreditur atau PT Pegadaian dapat dikatakan kecil kemungkinannya. Jika nasabah cidera janji (wanprestasi) atau dengan kata lain barang yang digadaikan tidak ditebus dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan telah diberikan somasi terlebih dahulu, maka denda gadai tersebut akan dilelang pada waktu yang telah ditentukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian setempat (Pasal 17 ADP) dan lelang ini tidak dilakukan oleh Balai Lelang. Pertimbangan untuk hal ini adalah karena PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga benda gadai dari pada Balai Lelang. Sebelum
lelang
dimulai
sebulan
sebelumnya
PT
Pegadaian
mengumumkan kepada masyarakat. Pengumuman lelang biasa dilakukan melalui media masa setempat atau melalui papan pengumuman di Kantor Cabang pegadaian setempat. Pada hari yang ditentukan untuk melakukan lelang, pembeli yang berhak adalah yang menawar harga paling tinggi diantara peserta lelang yang hadir, setelah kepada umum dinyatakan penawaran ini dua kali tetapi tidak disambut dengan penawaran harga yang lebih tinggi oleh penawar yang lain. Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal bulan ke delapan (bulan kalender) terhitung mulai dari bulan digadaikan. Misalnya benda yang digadaikan dalam bulan November 2011 akan dilelang awal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
bulan Juni 2012, setelah jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) bulan dilalui, dan bulan ketujuh merupakan satu bulan yang bebas bunga oleh karena maksimal pengenaan bunga terhadap pinjaman adalah 180 hari dan pada bulan ketujuh ini merupakan waktu pertimbangan apakah benda gadai ditebus atau tidak oleh debitur. Lelang benda gadai yang termasuk golongan C dan D dilakukan pada awal bulan lima (bulan kalender) terhitung mulai digadaikannya suatu barang. Misalnya terhadap suatu benda yang digadaikan pada bulan November 2011, maka pelelangannya dilakukan pada awal bulan Maret 2012, mengenai tanggal pelelangan maupun setelah lelang dilakukan beserta hasil lelang (berita acaranya) harus dilaporkan kepada Balai Lelang. Kemudian salah satu hari setelah lelang dilaksanakan, maka PT Pegadaian harus memberitahukan kepada nasabah barangnya dilelang. Seluruh hasil lelang harus diberitahukan dan jika ada kelebihan uang pelelangan atas barang gadai tersebut akan dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi uang pinjaman, sewa modal, serta biaya lelang sebesar 3%. Selanjutnya, walaupun PT Pegadaian kecil kemunginan melakukan wanprestasi, akan tetapi bukan berarti PT Pegadaian tidak pernah melakukan wanprestasi akibat kelalaian petugas PT Pegadaian. Apabila PT Pegadaian melakukan satu wanprestasi maka PT Pegadaian akan memberikan ganti rugi kapada debitur sebesar 125% dari harga taksiran barang yang digadaikan tersebut, sehingga debitur tidak dirugikan apabila PT Pegadaian melakukan wanprestasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Saat ini kondisi wanprestasi di PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan semakin membaik. Sebelumnya pada tahun 2011 kondisi wanprestasi yang terjadi di PT Pegadaian meningkat, hal tersebut terjadi karena pendapatan atau hasil usaha nasabah menurun sehingga tanggung jawab untuk membayar hutang kepada pihak Pegadaian terhambat. Maka dari tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2012 tingkat wanprestasi di Pegadaian meningkat hal tersebut yang merugikan pihak Pegadaian. Tetapi pada akhir tahun 2012 sampai pertengahan tahun 2013 kondisi wanprestasi di Pegadaian menurun, hal tersebut terjadi karena pihak Pegadaian lebih memperhatikan calon nasabah yang akan menggadai dan melihat usaha yang dijalankan nasabah tersebut berjalan lancar. Kemudian pihak Pegadaian akan menjelaskan lebih terperinci akibat hukum yang akan diterima jika salah satu pihak melakukan wanprestasi. Setelah calon nasabah memenuhi persyaratan maka calon nasabah diberikan pinjaman sehingga wanprestasi yang terjadi di Pegadaian semakin menurun. Maka dari tahun 2011 sampai dengan pertengahan tahun 2013 wanprestasi yang terjadi di PT Pegadaian semakin berkurang dan menjadi lebih baik. Kondisi wanprestasi yang semakin membaik tersebut akan terus dipertahankan oleh para pihak agar di waktu yang akan datang tidak terjadi hal yang akan merugikan antara PT Pegadaian (Persero) dan nasabah tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Tanggung jawab antara PT Pegadaian dengan nasabah dalam pemberian kredit, terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani Surat Bukti Kredit, yaitu antara nasabah dengan dengan PT Pegadaian yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian. Dengan di tandatanganinya Surat bukti Kredit oleh nasabah (pemberi gadai), berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi tanggung jawab dan hubungan hukum antara para pihak pemberi gadai (nasabah) dengan pihak penerima gadai (PT Pegadaian) yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. 2. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi adalah jika PT Pegadaian yang melakukan wanprestasi, misalnya barang yang digadaikan hilang atau rusak berat, maka PT Pegadaian wajib mengganti rugi kepada nasabah sebesar 125% dari harga taksiran, sedangkan apabila pihak nasabah yang melakukan wanprestasi, maka barang yang digadaikan akan dilelang untuk pelunasaan uang pinjaman nasabah, dan kelebihan harga gadai
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
wajib dikembalikan kepada nasabah setelah dipotong dengan sejumlah pinjaman, sewa modal, dan biaya lelang.
B. Saran Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Mengingat PT Pegadaian satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi wewenang untuk menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai, diharapkan PT Pegadaian mendirikan cabangnya sampai ke desa-desa karena usaha kecil menengah, koperasi dan masyarakat ekonomi lemah masih terdapat di desa-desa. Selama ini PT Pegadaian membuka cabangnya masih terbatas di daerah perkotaan, sehingga masyarakat perdesaan sangat kesulitan mendapatkan kredit dalam menjalankan
usahanya,
kebanyakan
masyarakat
perdesaan
memperoleh kredit dari gadai gelap, praktek riba, dan pinjaman yang tidak wajar. 2. Diharapkan pihak PT Pegadaian memberi penjelasan kepada nasabah terhadap isi dari perjanjian gadai atau hak dan kewajiban kedua belah pihak sebelum Surat Bukti Kredit ditandatangani, mengingat perjanjian gadai yang dibuat oleh pihak PT Pegadaian dapat dikatakan suatu kontrak baku yang hanya di buat sebelah pihak saja serta tidak ada kebebasan membuat perjanjian (asas kebebasan berkontrak) di dalamnya. Sebagai contoh selama ini karena kebanyakan nasabah kurang memahami isi dari perjanjian gadai tersebut sehingga tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
mengetahui bahwa mereka juga mempunyai hak terhadap kelebihan hasil, pelelangan barang yang digadaikan akibat tidak sanggup melunasi pinjaman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA