BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI A. GAMBARAN UMUM DAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI 1. Letak Geografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Kecamatan Margoyoso berada di wilayah Kabupaten Pati dengan luas wilayah 5996,588 Ha. Kecamatan Margoyoso ini mempunyai 22 desa yaitu: desa Tegal Arum, desa Soneyan, desa Tanjung Rejo, desa Sidomukti, desa Pohijo, desa Kertomulyo, desa Langgen Harjo, desa Pangkalan, desa Bulumanis Kidul, desa Purwodadi, desa Purworejo, desa Ngemplak Lor, desa Waturoyo, desa Cebolek Kidul, desa Tunjung Rejo, desa Margoyoso, desa Margotuhu Kidul dan desa Semerak.1 Kecamatan ini berada 18 kilometer dari pusat pemerintahan, 95 km dari Ibukota Propinsi. Kecamatan Margoyoso mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara
: Kecamatan Tayu
2. Sebelah Timur
: Laut Jawa
3. Sebelah Selatan
: Kecamatan Trangkil
4. Sebelah Barat
: Kecamatan Gunung Wungkal.2
2. Letak Demografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati a. Penduduk dan Mata Pencahariannya Penduduk Kecamatan Margoyoso seluruhnya berjumlah 64.357 jiwa yang terdiri dari 31.762 jiwa penduduk laki-laki dan 32.595 jiwa penduduk perempuan. Sementara itu jika dihitung jumlah kepala
1 Katalog BPS dan BAPPEDA Kabupaten Pati, Kecamatan Margoyoso dalam angka, 2006, hlm. 3 dan 5 2
Ibid., hlm. 3
31
32 keluarga (KK) terdapat 19.057 kepala keluarga dengan latar belakang sosiologi pribumi. Sedangkan bila ditinjau dari mata pencaharian penduduk kecamatan
Margoyoso
adalah
bermacam-macam
sumber
penghasilannya. Sebagaimana tampak dalam table berikut ini:
Tabel 1 Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan/Mata Pencahariannya di Kec. Margoyoso (10 Tahun ke Atas) Tahun 20063 No
Mata Pencaharian
Banyaknya 22,718
1.
Petani
2.
Nelayan
11
3.
Pengusaha
82
4.
Pengrajin
87
5.
Buruh Tani
12,734
6.
Buruh Industri
3,393
7.
Buruh Bangunan
8.
Pedagang
9.
Pengangkutan
873 3,458 895
10. Pegawai Negeri Sipil
695
11. ABRI
52
12. Pensiunan (ABRI/PNS)
211
13. Lainnya
420
Jumlah
45,629
Dari data tersebut, dapat kita lihat bahwa sebagian besar penduduk kecamatan Margoyoso adalah bertani. Mereka juga tidak lepas dari usaha-usaha sampingan dan pemanfaatan dari fasilitas yang ada seperti pasar, kios, toko-toko sebagai penunjang hidup mereka dan 3
Ibid., hlm. 51.
33 sebagian penduduk mempunyai sapi, kambing yang diternak secara alami. b. Agama Penduduk Tabel 2 Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut4 No.
Agama
Jumlah Penduduk 64.045
1.
Islam
2.
Kristen
145
3.
Katholik
115
4.
Budha
9
5.
Hindu
6
6.
Lainnya
37
Jumlah
64.045
Dengan melihat tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kecamatan Margoyoso adalah beragama Islam. Sebagai mayoritas, umat Islam yang ada di kecamatan Margoyoso, maka memiliki sarana ibadah di mana-mana. Setiap dusun di wilayah tersebut berdiri kokoh sebuah masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam. Di samping itu juga terdapat banyak mushalla, di wilayah ini juga terdapat sarana ibadah lain selain sarana ibadah Islam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3 Sarana Ibadah yang Ada di kecamatan Margoyoso Kab. Pati5 No.
Sarana Ibadah
Jumlah
1.
Masjid
33
2.
Surau atau Mushalla
199
3.
Gereja
4
Ibid., hlm. 54.
5
Ibid., hlm. 55.
2
34 4.
Kuil atau Pura
-
Jumlah
234
c. Pendidikan Keadaan pendidikan di Kec. Margoyoso dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4 Sarana Pendidikan yang Ada di kecamatan Margoyoso Kab. Pati6 No.
Jenis Sekolah
Jumlah Sekolah
Jumlah Murid
1.
TK
30
1345
2.
SD Negeri
34
5748
3.
SD Swasta
2
120
4.
SLTP Negeri
2
1.169
5.
SLTP Swasta
2
403
6.
SLTA Swasta Umum
1
175
7.
SLTA Swasta Kejuruan
1
615
8.
Madrasah Tsanawiyah Negeri
1
284
9.
Madrasah Aliyah Negeri
-
-
10.
Madrasah Aliyah Swasta
-
-
Jumlah
9.859
Tabel 5 Tingkat Pendidikan Penduduk Kec. Margoyoso Kab. Pati7 No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
Belum Sekolah
5.555
2.
Tidak atau Belum Tamat SD
15.698
3.
Tamat SD dan/atau Sederajat
24.680
4.
Tamat SLTP atau Sederajat
9.780
6
Ibid., hlm. 52.
7
Ibid., hlm. 58.
35 5.
Tamat SLTA
8.003
6.
Tamat Akademi atau Sederajat
231
7.
Tamat Perguruan Tinggi
340
Jumlah
64.287
Dengan melihat tabel di atas, dapat disimpukan bahwa tinkgat pendidikan masyarakat kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tergolong cukup lumayan baik. Hal ini terbukti dengan tersedianya fasililtasfasilitas pendidikan.
d. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu daerah dapat dilihat melalui keadaan sosial ekonomi masyarakatnya. Menurut Sunoto (39), seorang buruh industri tepung tapioka dari Desa Ngemplak Kidul mengatakan, bahwa sebagian besar buruh industri tapioka mulai melakukan aktivitasnya dari pagi sampai sore, kira-kira pukul 17.00 WIB, kadang-kadang ada juga sampai lembur malam.8 Mengenai pendapatan yang mereka peroleh, tergantung dari kondisi dan cuaca alam. Semakin baik kondisi dan cuaca alam, maka penghasilan akan semakin banyak, dan apabila kondisi atau cuaca alam buruk, maka penghasilan yang diperoleh sedikit. Menurut penuturan Zaenal Arifin (47), pengrajin (pengusaha kecil-kecilan) tepung tapioka, ketika sedang musim hujan penghasilan perbulan rata-rata 1,75 juta perbulan. Sedangkan ketika cuaca sedang berpihak kepada para pengrajin (maksudnya musim panas) pendapatan bisa mencapai 3 sampai 5 juta perbulan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh bahan baku tepung tersebut, yaitu ketela, ketika musim hujan biasanya banyak yang cepat basi (busuk), dan seterusnya.9 8 9
Wawancara penulis dengan Sunoto, warga Ngemplak Kidul, pada 31 Maret 2006.
Wawancara penulis dengan Zaenal Arifin, warga Ngemplak Kidul, pada 20 Juni 2006, di kediamannya.
36 Para buruh industri dalam melaksanakan aktivitasnya, tidak lepas dari kendala-kendala apabila cuaca sering hujan, mereka tidak akan mendapat penghasilan karena biasanya kalau musim hujan para pengusaha industri kecil tidak bisa memproduksi tepung tapioka, karena untuk mengeringkan tepung tapioka (Pati) itu memerlukan cuaca yang panas agar bisa kering, tetapi kalau cuaca hujan, maka tapioka (Pati) tidak bisa kering dan tidak bisa memproduksi. Hal ini berbeda kalau musim panas para buruh hampir tiap hari akan mendapat penghasilan yang lumayan. Usaha tepung tapioka ini menarik dibicarakan dalam penelitian ini, karena merupakan industri kecil lokal yang jarang (bahkan tidak ada) ditemui di tempat lain. Sementara produk tepung tersebut didistribusikan tidak hanya di kawasan kabupaten Pati, Jawa Tengah, tetapi juga merambah sampia ke kawasan kabupaten tetangga atau yang berdekatan dengan kabupaten, seperti kabupaten Kudus, Jepara, Demak, Rembang, Blora, Purwodadi, bahkan ada yang sampai Tuban, Semarang dan Surabaya. Mereka yang memiliki usaha tersebut bisa dikatakan sebagai kelompok orang sukses. Dan ekonomi mereka kuat. Itu kenapa, mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke sekolahsekolah faforit, bahkan tidak sedikit yang masuk di perguruan tinggi. Selain usaha berupa pembuatan tepung untuk keperluan rumah tangga, sebagian masyarakat juga bekerja sebagai petani, pedagang (sembako, pakaian, meubel, makanan, dan perabot rumah tangga) di pasar-pasar terdekat, baik di pasar Tayu, di pasar Margoyoso, bahkan ada juga yang sampai merambah kawasan kota Pati. Bisa disebutkan di sini, bahwa masyarakat Margoyoso bisa dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu “kelompok masyarakat menengah” dan “kelompok masyarakat bawah” (miskin). Kelompok masyarakat menengah terdiri dari pengusaha, pengrajin, petani kaya yang memiliki sawah dan ladang, pedagang sukses, pegawai negeri, dan ABRI. Pendapatn perbulan kelompok masyarakat ini sulit diprediksi.
37 Hal ini karena mereka rata-rata memiliki tingkat kecakapan di atas ratarata dalam mencari penghasilan tambahan. Sehingga banyak pemasukan yang dihasilkan dari usaha sambilan. Misalnya pedagang yang sudah mapan usahanya, pengahasilam mereka bisa mencapai lebih dari dua juta perbulan. Dan seterusnya. Sementara kelompok masyarakat bawah (miskin) terdiri dari: buruh tani, nelayah buruh, buruh industri, buruh bangunan, dan buruh pengangkut. Pendapatan mereka dari tiap-tiap kepala keluarga (KK) kurang dari Rp. 500.000,- perbulan. Pendapatan sebesar Rp. 500.000,perbulan adalah bagi keluarga yang baik suami maupun isteri memiliki pekerjaan tetap. Misalnya, si suami bertani sedangkan si isteri menjadi buruh di perusahaan tepung tapioka, dan lain sebagainya. Sedangkan bagi keluarga yang hanya mengandalkan pekerjaan dari si suami atau isteri, paling besar hanya memiliki pendapatan sebesar sekitar Rp. 300.000,- perbulan. Padahal untuk mencukupi kebutuhan hidup, paling tidak setiap satu kepala keluarga (KK) tidak kurang dari Rp. 390.000. Ini meliputi untuk keperluan makan sehari-hari, membayar listrik, dan belum termasuk untuk biaya sosial kemasyarakatan, misalnya: untuk kondangan hajatan, baik resepsi pernikahan, khitanan, maupun orang kena musibah. Meski kelihatannya sepele, tetapi kondisi pedesaan, tradisi seperti ini menghabiskan ongkos besar. Sehingga pengeluaran untuyk hal-hal seperti ini juga (tanpa disadari) menjadi besar. Belum lagi ditambah faktor minimnya budaya investasi bagi masyarakat yang belum maju di pedesaan tersebut.10 Sehingga bisa dibayangkan, untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga
saja
agak
mepet,
karenanya
mereka
hanya
mampu
menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang Sekolah 10 Hal ini dibenarkan oleh Bapak Margono, seorang pensiunan pegawai Pemda Kabupaten Pati, menurutnya, masyarakat desa, khususnya kecamatan Margoyoso masih memiliki rasa solidaritas yang kuat, antara satu warga dengan warga yang lain. Sehingga acara-acara yang berbau kebersamaan akan menghabiskan dana banyak, baik bagi penyelenggara maupun orang di sekitarnya (para tetangga, Jawa: tonggo teparo). Wawancara dengan penulis tanggal 17 Juni 2006.
38 Menengah Atas (ini maksimal), dan itupun hanya di sekolah-sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Kondisi sosial budaya yang dimaksud adalah aktivitas masyarakat sebagai makhluk yang berbudaya (mempunyai kreativitas) dan hubungan sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari saling membutuhkan satu sama lain, sehingga gambaran dari kondisi sosial budaya ini nanti bisa berupa kehidupan gorong royong, berorganisasi dan lain-lain. Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat cukup harmonis, sebab rasa solidaritas dan kebersamaan pada masyarakat sangat kuat terjalin. Hal ini bisa dibuktikan jika ada salah seorang penduduk yang terkena musibah, baik itu ada keluarga yang meninggal, mereka membantu dengan cara mengadakan yasinan, tahlilan bersama-sama di rumah orang yang terkena musibah. Walaupun tanpa diundang atau disuruh, mereka datang dengan sendirinya. Inilah bukti, bahwa masyarakat kecamatan Margoyoso mempunyai rasa kebersamaan yang terjalin dengan baik. Masyarakat kecamatan Margoyoso mayoritas memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari sensus penduduk yang tercatat dalam buku atau formulir Islam monografi kecamatan Margoyoso dengan jumlah penduduk 64,357 jiwa, jumlah masjid sebanyak 33 buah dan jumlah mushalla sebanyak 199 buah. Sedangkan dalam hal pendidikan agama, baik mengenai pendidikan non formal di kecamatan Margoyoso cukup baik. Hal ini terbukti setiap kelurahan ada sarana tersebut, seperti TPQ, pengajian bapak-bapak, ibu-ibu maupun remaja setiap hari Minggu dan ada yang setiap bulan. Hal ini membuktikan, bahwa masyarakat kecamatan Margoyoso
peduli
dengan
pembinaan
kehidupan
keagamaan
masyarakatnya. Di samping itu, mereka juga memikirkan masa depan pendidikan anak-anak mereka. Di samping hal pendidikan, mereka sangat baik dalam mengadakan pengajian rutin, baik di setiap desa
39 maupun di setiap RT, misalnya mengadakan maulid nabi Muhammad saw., yasinan, tahlilan yang hampir setiap minggu diselenggarakan. Dalam kegiatan keagamaan tersebut, semua orang memiliki kesempatan untuk dapat mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Dari anak-anak, orang dewasa, santri maupun non santri atau masyarakat Islam abangan. Namun dalam hal ini, rutinitas acara keagamaan tersebut banyak dihadiri oleh kaum santri sekaligus sebagai penggerakknya. Akan tetapi bagi masyarakat Islam abangan tidak begitu aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Kadang-kadang mereka bisa mengikuti kegiatan keagamaan dalam dua minggu atau tiga minggu sekali. Artinya, dalam hal kegiatan keagamaan, masyarakat abangan cenderung ikut-ikutan (Jawa: melu-melu, nyamani bolo dan tonggo teparo–hanya sekedar untuk rasa solidaritas) dan bukan sebagai penggerak. Hal ini berbeda dengan kaum santri yang merupakan motor penggerak kegiatan dan syiar keagamaan. Sedangkan
untuk
kegiatan
amaliah
(kegiatan
sosial
kemasyarakatan), antar masyarakat santri dan abangan di kecamatan Margoyoso tidak ada perbedaan yang signifikan. Mereka sama-sama aktif dalam beramal. Misalnya dalam penarikan infaq, pembangunan masjid atau mushalla, mereka sama-sama beramal dalam kegiatan keagamaan tersebut. Dalam hal ini, kelompok masyarakat yang tergabung dalam ormas (organisasi masyarakat) keagamaan, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama atau NU, termasuk dalam kategori masyarakat santri, yaitu umumnya mereka menjadi motor (penggerak) atau pionir dalam syiar keagamaan Islam, seperti pengajian rutin, dan peringatan hari besar Islam tertentu. Sedangkan dalam hal kegiatan sosial (misalnya, penarikan dana untuk korban bencana, pembuatan masjid) tidak ada perbedaan yang mencolok antara kaum santri dan abangan. Bukti dari kebenaran data tersebut, seperti yang terjadi saat ini, ketika bencana gempa melanda kawasan Klaten, Jawa Tengah, dan
40 daerah Yogyakarta, batas-batas atau sekat di antara mereka menipis. Maksudnya, baik kelompok santri yang terdiri dari masyarakat Muhammadiyah dan NU, maupun kelompok yang masuk kategori abangan, sama-sama memiliki kepedulian untuk mengumpulkan dana sedapatnya untuk menolong para korban di lokasi bencana.11 Kondisi lain yang bisa diamati adalah organisasi yang khusus mewadahi kelompok masyarakat berdasarkan umur, yaitu remaja, dewasa, bapak-bapak, dan kelompok ibu-ibu. Bahkan dinamika berbagai kelompok organisasi tersebut akhir-akhir ini semakin semarak. Hal ini nampak dari kegiatan yang dibidani oleh remaja masjid, kelompok rebana putra putri, IPNU, IPPNU, Pemuda Muhammadiyah, Aisiyah, dan lain sebagainya. Sebenarnya organisasi itu sudah sejak alama ada, namun sekarang ini para remaja dan generasi muda mengaktifkan kembali organisasi tersebut sebagai wadah dan pengembangan mental keagamaan masyarakat. Dengan aktif dan semaraknya kegiatan-kegiatan tersebut, tidak berarti masyarakat kemudian tidak atau kurang melaksanakan ibadah, tetapi
justru
mereka
aktif
melaksanakannya.
Terbukti
dalam
melaksanakan shalat fardhu maupun shalat Jum’at, mereka aktif di mushalla maupun masjid terdekat. Apalagi dalam bulan suci Ramadhan, mushalla dan masjid selalu penuh dengan syiar ke-Islaman yang sangat meriah. Tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah yang lain yang berada di wilayah Kabupaten Pati, maka kecamatan Margoyoso juga memiliki kondisi alam yang cukup menguntungkan. Dengan perkembangan yang semakin maju, kini masyarakat kecamatan Margoyoso mulai berbenah diri untuk mengejar ketertinggalan, terutama dalam bidang pendidikan. Sudah disebutkan di atas, bahwa sebagian besar masyarakat tingkat pendidikannya masih rendah. 11
Wawancara penulis dengan Ahmad Kusdaryanto, ketua panitia “Posko Peduli Bencana” Jateng-Yogya, di kecamatan Margoyoso Kabupaten.
41 Kemajuan
lainnya
adalah
bidang
transportasi
dengan
bertambahnya jumlah angkutan, sehingga Kota Pati dapat dijangkau oleh daerah-daerah lain di sekitarnya sebagai usaha untuk memperlancar arus perekonomian. Juga pada masyarakat industri tapioka yang dahulu menggunakan peralatan tradisional, tetapi sekarang sudah mempunyai peralatan-peralatan mesin modern. Di sisi lain, masih terdapat adat istiadat yang telah membudaya di tengah masyarakat, yaitu adanya berbagai jenis selamatan. Budaya selamatan yang berkembang di kecamatan Margoyoso di antaranya adalah selamatan hari-hari besar Islam, selamatan tingkeban, selamatan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, yaitu seperti haul Syah Ahmad Mutammakin yang biasa diperingati pada bulan Suro tanggal 10 Suro dan Haul Syaikh Ronggo Kusumo yang diperingati pada bulan Safar tanggal 10 Safar. Di antara budaya-budaya tersebut yang paling menarik adalah selamatan mendoakan orang mati, yaitu pada tanggal 10 Suro dan 10 Safar. Biasanya pada bulan itu banyak masyarakat yang berkunjung untuk berziarah ke makam Syaikh Ahmad Mutammakin dan Syaikh Ronggo Kusumo.
Biasanya pada 10 Suro dan 10 Safar itu banyak
orang-orang berjualan di sepanjang jalan sampai ke makan, sehingga menjadikan jalan ramai dan biasanya banyak hiburan seperti ketoprak, wayang dan juga ada banyak aneka permainan. Kalau tepat tanggal 10 Suro dan 10 Safar biasanya diadakan pawai keliling, seperti drum band dan arak-arakan yang lain untuk memeriahkan suasana. Dan juga tidak lupa acara pengajian pun digelar untuk memperingati haul Syaikh Ahmad Mutammakin dan Syaikh Ronggo Kusumo. Biasanya pada tanggal 10 Safar, jalanan nampak sepi, karena banyak pengunjung yang sudah berziarah terlebih dahulu setelah berziarah ke makam Syaikh Ahmad Mutammakin pada bulan Suro tersebut. Kalau pada 10 Suro dimeriahkan oleh karnaval (pawai) yang banyak diikuti oleh masyarakat kecamatan Margoyoso, bahkan seluruh
42 desa sekecamatan berkumpul menjadi atau di Desa Ngemplak untuk menyaksikan acara tersebut. Adapun tradisi dan upacara yang dilakukan masyarakat antara lain: - Selamatan tingkeban Selamatan tingkeban yaitu selametan yang diselenggarakan pada bulan ketujuh kehamilan. Selamatan ini diperuntukkan hanya apabila anak yang di kandung adalah anak pertama dari si ibu dan si ayah. - Selamatan perkawinan Selamatan perkawinan adalah selamatan yang diselenggarakan pada malam hari menjelang upacara sebenarnya. Selamatan itu disebut midodareni menggunakan doa, tradisional mengharapkan agar pasangan tidak berpisah lagi. - Selamatan desa (bersih desa) Selamatan desa adalah selamatan yang berhubungan dengan pengkudusan dan pembersihan suatu wilayah, Clifford Geertz menuliskan, bahwa yang ingin dibersihkan adalah roh jahat atau roh yang berbahaya dengan mengadakan selamatan, di mana hidangan dipersembahkan kepada danyang desa (roh penjaga desa) di tempat pemakamannya. - Selamatan weton (hari kelahiran) Selamatan weton adalah selamatan yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran. Selamatan weton berbeda dengan hari ulang tahun tradisi orang barat. Dalam tradisi Jawa hari kelahiran didasarkan pada hari dan pasarannya menurut tahun Qomariyah sedangkan perayaan ulang tahun didasarkan pada tanggal dan bulan menurut Syamsiyah. - Selamatan sedekah bumi Selamatan sedekah bumi biasanya berhubungan dengan pengkudusan dalam ruang dengan merayakan dan membersihkan
43 batas-batas kepada salah satu kesatuan dasar teritorial struktur orang Jawa. Selamatan ini diadakan setahun pada masing-masing desa mengambil bulan dan hari yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi setempat. B. SEJARAH TRADISI REBO WEKASAN Apabila dilacak dalam kamus, makna atau arti Rabu Wekasan berarti: Rebo adalah hari Rabu atau hari yang jatuh ke urutan keempat atau nomor urut empat dari Ahad, Senin, Selasa, dan Rabu; Arbaa, jadi, Rebo adalah namanama hari ketujuh dan Rebo jatuh dari nama yang keempat (berasal dari bahasa Arab).12 Wekasan berasal dari bahasa Jawa, Wekas dan akhiran an, yang memiliki dua pengertian, yaitu paling akhir. Wekasan yang dimaksudkan di sini adalah menurut yang kedua yaitu yang paling akhir.13 Jadi, Rebo Wekasan adalah hari Rabu yang paling akhir. Menurut Bapak Abdul Aziz warga Desa Bulumanis Kidul, bahwa Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar atau disebut dengan hari untuk menolak balak. Menurutnya, maksud dan tujuannya dari hari Rebo Wekasan itu merupakan sebagai awal mula memperingati hari perkabungan, yaitu hari di mana nabi Muhammad saw. sakit yang akhirnya meninggal dan tepat di hari Rabu terakhir bulan Safar, maka ada sebagian masyarakat yang menganggap hari itu dianggap membawa kesedihan.14 Menurut Bapak Maskan, warga Desa Kajen, bahwa sejarah Rebo Wekasan itu berdasarkan ulama-ulama kuno, sebelum nabi lahir pada bulan Safar di tanah Arab orang-orang kafir berunding untuk membuat ka’bah. Tujuannya agar orang-orang sekiranya mau pindah untuk tawaf di Ka’bah yang dibuat oleh mereka yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Orang-orang kafir ini 12
W.J.S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PPKPP dan K, Jakarta, 1954, hlm. 808. 13 14
Ibid., hlm. 835.
Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz, warga Desa Bulumanis Kidul Kec. Margoyoso Kab. Pati pada tanggal 30 April 2006.
44 melihat bangunan Ka’bah yang dibuat nabi Ibrahim as., banyak orang-orang yang mengunjunginya untuk mengelilingi Ka’bah tersebut. Tetapi bangunan yang dibuat orang-orang kafir tidak ada satupun yang mengunjunginya, sehingga mereka marah dan berusaha untuk menghancurkan Ka’bah dengan membuat pasukan untuk merobohkan Ka’bah tersebut. Ka’bah saat itu, Sayid Abu Thalib berdo’a (bangunan ini bukan punyaku, tetapi punya Allah). Beliau melakukan shalat munajat untuk menolak balak. Pada tanggal 12 Maulid orang-orang kafir menyerang ka’bah, tetapi dengan bantuan Allah dengan mendatangkan burung Ababil yang menjatuhi orang-orang kafir dengan kerikil. Akhirnya Ka’bah selamat dari serangan orang-orang kafir, sehingga balak yang akan datang itu tidak jadi karena setelah melakukan shalat tolak balak yang dilakukan Sayid Abu Thalib semuanya selamat dari bencana.15 Asy-Syaikh Ahmad ad-Dairabi dalam kitab Mujarabat-nya mengatakan sebagian ulama ahli ma’rifah menerangkan, bahwa setiap tahun diturunkan ke alam dunia tiga ratus dua puluh ribu musibah. Semua musibah itu diturunkan pada hari Rabu akhir bulan Safar. Maka hari itu adalah hari yang paling berat dibandingkan dengan hari-hari dalam setahun. Barangsiapa melaksanakan shalat sunat empat rekaat dengan dua salam pada hari itu, setiap rakaatnya sesudah membaca surat al-Fatikhah, membaca surat al-Kautsar sebanyak sebanyak tujuh belas kali, surat al-Ikhlas sebanyak lima kali, surat al-Falaq dan surat an-Nash masing-masing sekali, maka dengan kemuliaan Allah SWT, akan melindungi ia dari segala musibah dan bencana yang turun pada hari itu, ia tidak akan tertimpa musibah selama satu tahun penuh.16 Asy-Syaikh al-Buni dalam kitabnya al-Firdaus mengatakan, bahwa allah SWT., menurunkan musibah dan bencana pada hari rabu akhir bulan safar di antara langit dan bumi, lalu seseorang malaikat yang telah ditugaskan
15
Wawancara dengan Bapak Maskan, warga Desa Kajen Kec. Margoyoso Kab. Pati 28 April 2006. 16
K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, Babon Primbon Mujarrobat Tahun Hijrah, TB. Kota Wali, Demak, 2000, hlm. 42.
45 mengambilnya dan menyerahkan kepada seorang malaikat yang bertugas di bumi bersama Quthubul Ghauts agar membagikan penghuni bumi. Siapa saja yang tertimpa bencana, kecelakaan, mati dan hal-hal yang menyusahkan hati dalam tahun ini, maka adalah dari musibah dan bencana yang telah dibagikan oleh seorang malaikat yang bernama Quthubul Ghauts tadi. Oleh karena itu, jika anda ingin selamat dari musibah dan bencanabencana hendaklah pada hari Rabu akhir bulan Safar, anda bershalatlah sunat mutlak enam rakaat dengan tiga kali salam. Dalam setiap rakaat pertama membaca surat al-Fatikhah dan ayat suci Kursi dan rakaat keduanya membaca surat al-Fatikhah dan surat al-Ikhlash. Setelah selesai shalat enam rakaat, maka memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw.17 Sebagian ulama ahli ma’rifah menerangkan, bahwa Rabu akhir bulan Safar adalah hari naas. Maksudnya hari yang penuh sial dan kemalangan, maka dianjurkan kepada setiap muslim membaca surat Yasin pada hari itu, paling sedikit membaca sekali. Bila bacaannya sampai pada ayat yang ke-58, yaitu:
(58 :ﺭﺣِﻴ ٍﻢ )ﻳﺲ ﺏ ﺭ ﻦ ﻮ ﹰﻻ ِﻣ ﻡ ﹶﻗ ﻼ ﺳ ﹶ Artinya: “(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang” (QS. Yasin: 58).18 Ayat tersebut diulang-ulang sebanyak tiga ratus kali dan sesudah itu membaca doa di bawah ini, lalu melanjutkan bacaannya sampai akhir surat. Jika anda amalkan, insya Allah SWT., anda tidak akan mengalami sial dan kemalangan pada hari itu. Apalagi tertimpa bencana dan kecelakaan yang menyedihkan kemudian memohon kepada Allah SWT. tentang hal-hal yang
17
Ibid., hlm. 44-45.
18
Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran al-Qur’an, op. cit., hlm. bbbb
46 penting untuk dimohonkan keselamatan bagi diri sendiri, keluarga dan semua orang Islam.19 As-Sayid asy-Syarif al-Husaini dalam kitabnya Na’tul Bidayat menerangkan, barangsiapa pada hari Rabu Akhir bulan Safar melaksanakan shalat sunah empat rekaat, pada setiap rakaat sesudah surat al-Fatikhah membaca surat al-Kautsar tujuh kali, al-Ikhlash lima kali, al-Falaq dan an-Nash masing-masing sekali. Sesudah itu menulis ayat-ayat di bawah ini lalu menghapusnya dengan air dan meminumnya, insya Allah SWT., akan menyelamatkan dari musibah dan bencana dari hari itu sampai setahun penuh.20 Ayat yang ditulis ialah:
ﻼ ٌم ﻋَﻠﻰ َﺳ َ .ﻦ َ ح ﻓِﻰ اْﻟﻌَﺎَﻟ ِﻤ ْﻴ ٍ ﻼ ٌم ﻋَﻠﻰ ُﻧ ْﻮ َﺳ َ .ب َرﺣِﻴ ٍﻢ ﻦ َر ﱟ ْ ﻻ ِﻣ ً ﻼ ٌم َﻗ ْﻮ َﺳ َ ﻼ ٌم َﺳ َ .ﻦ َ ﺳ ْﻴ ِ ﻼ ٌم ﻋَﻠﻰ ِا ْﻟﻴَﺎ َﺳ َ .ﻼ ٌم ﻋَﻠﻰ ُﻣﻮْﺳﻰ َوهَﺎ ُروْن َ ﺳ َ .ِا ْﺑ َﺮ ِه ْﻴ َﻢ ﻄَﻠ ِﻊ ْ ﺣﺘﱠﻰ َﻣ َ ﻰ َ ﻼ ٌم ِه َﺳ َ ﻦ ُآﻞﱢ َا ْﻣ ٍﺮ ْ ِﻣ.ﻦ َ ﻃ ْﻴ ُﺘ ْﻢ ﻓَﺎ ْدﺧُﻠ ُْﻮهَﺎ ﺧَﺎِﻟ ِﺪ ْﻳ ِ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َ .ﺠ ِﺮ ْ اْﻟ َﻔ Artinya: “Kepada mereka dikatakan: salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang21 kesejahteraan (yaitu): kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim22 (yaitu): kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun23 (yaitu): kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu, maka masuklah Surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya24 Untuk mengatur segala urusan, makam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit Fajar.25 Asy-Syaikh Ahamd ibn Zaini Dahlan asy-Syafi’i seorang ulama ahli ma’rifah dan pengajar di masjid Hasam juga sering mengamalkannya. Dia berkata, bahwa amalan ini sangat bermanfaat untuk anak-anak kecil, kaum 19
K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, op. cit., hlm. 46.
20
Ibid., hlm. 48.
21
QS. Yasin: 58.
22
QS. Ash-Shaaffat: 79.
23
QS. Ash-Shaaffat: 109.
24
QS. Az-Zumar: 73.
25
QS. Al-Qadr: 5.
47 wanita dan siapa saja yang tidak mampu mengamalkannya. Maksudnya, seorang dapat mengamalkannya, kemudian airnya diminumkan kepada orang lain untuk menjaga keselamatan.26 C. PRAKTEK REBO WEKASAN Awal mula dilaksanakan tradisi Rebo Wekasan menurut sebagian besar masyarakat Kec. Margoyoso serta para tokoh adat setempat mengatakan, bahwa tradisi Rebo Wekasan itu suda ada semenjak nenek moyang mereka masih hidup dan dilaksanakan secara turun-temurun, sehingga sampai saat ini dalam pelaksanaannya hanya bersifat melanjutkan saja. Dalam hal ini, masyarakat masih mempercayai adanya roh-roh halus (setan) yang datang untuk menyebarkan balak (penyakit) yang dapat menjadikan sial bagi masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya tradisi Rebo Wekasan ini mereka menilai baik sebab dengan melakukannya senantiasa dapat memperoleh keselamatan, terhindar dari penyakit serta mara bahaya.27 Tradisi Rebo Wekasan pada dasarnya merupakan suatu bentuk tradisi yang dilakukan oleh masyarakat untuk memohon keselamatan dan agar terhindar dari berbagai macam penyakit, kesialan dan juga mara bahaya. Tradisi Rebo Wekasan ini dilaksanakan sekali dalam setahun, tepatnya di bulan Safar. Pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, bagian terpenting bagi sebagian masyarakat adalah membuang “rajah” yang dibuat oleh Kiai untuk di buang di dalam sumur, kamar mandi karena tempat-tempat seperti itu biasanya banyak di huni oleh setan (makhluk halus). Roh-roh atau makhluk halus yang dipercayai oleh masyarakat Jawa adalah seperti yang ditulis oleh Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Java yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Dia menggambarkan makhluk halus itu sebagai berikut:
2006.
26
K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, op. cit., hlm. 49.
27
Wawancara dengan Bapak Aslor Warga Desa Ngemplak Kidul pada tanggal 31 April
48 1. Memedi (roh yang menakut-nakuti) Memedi disebut juga hantu (spooks), yaitu makhluk halus yang hanya menakut-nakuti dan menganggu orang, tetapi biasanya tidak merusak benar dan tidak begitu membahayakan. Sebagaimana namanya, memedi secara harfiah, berarti tukang menakut-nakuti. Memedi laki-laki disebut dengan “gendruwo” dan “wewe” mempunyai anak dinamakan “tuyul”.28 2. Lelembut (roh yang menyebabkan kesurupan) Lelembut adalah jenis roh yang menyebabkan orang kesurupan. Jenis roh ini biasanya terdiri dari genderuwo, setan, demit dan jin. Roh ini dianggap sangat berbahaya bagi manusia karena apabila bertemu dan masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan sakit, gila dan bisa berakhir dengan kematian. 3. Tuyul (makhluk halus yang karib) Tuyul adalah anak-anak kecil yang telanjang tetapi bukan manusia. Oleh orang-orang jawa disebut anak wewe. Tuyul tidak menakut-nakuti atau menyakiti, bahkan sebaliknya dapat dimintai bantuan untuk mencuri harta dan ingin cepat kaya. Orang biasanya berhubungan dengan cara bersemedi. 4. Demit (makhluk halus yang menghuni suatu tempat) Demit adalah makhluk halus dan mungkin mau membantu keinginan manusia. Mereka bertempat tinggal di tempat-tempat keramat yang disebut “punden yang ditandai dengan reruntuhan candi (mungkin kuburan tua, sumber air yang hampir tersembunyi) dan beberapa fotografis semacam itu. 5. Danyang (roh pelindung) Danyang pada umumnya adalah nama lain dari demit (yang akar jawa berarti roh). Dia mengambil tempat tinggal tetap pada sebuah punden. Dia tidak menganggu atau menyakiti orang melainkan bermaksud
28
Cliford Geertz, op. cit., hlm. 19.
49 melindungi. Berbeda dengan demit, dayang adalah roh tokoh desa yang pada masa hidupnya sebagai pendiri desa. Mereka menerima permohonan orang yang minta tolong dan sebagai imbalannya adalah menerima selamatan.29 Pada umunya untuk berhubungan dengan makhluk-makhluk tersebut, maka orang Jawa mengadakan selametan. Selametan adalah upacara bersama yang dalam bahasa Jawa disebut wilujengan (Jawa) adalah suatu ucapara sistem religi orang Jawa pada umumnya dan penganut agama Jawi pada khususnya.30 Sedangkan pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan adalah sebagai berikut: 1. Pada malam Rabu setelah shalat Maghrib diadakan shalat empat rakaat dan setiap rakaat membaca niat shalat Rebo Wekasan:
اﺻﻠﻰ ﺳﻨﺔ رآﻌﺘﻴﻦ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ 2. Setiap rakaat sesudah membaca al-Fatikhah membaca a. Surat al-kautsar 17 x b. Surat al-Ikhlas 5 x c. Surat al-Falaq 1 x d. Surat an-Nas 1x31 3. Setelah salam membaca doa
ﻚ ﺰِﺗ ﺖ ِﺑ ِﻌ ﻦ ﹶﺫﱠﻟ ﻣ ﺎ ﻳﻳﺰﻋ ِﺰ ﺎﺎ ِﻝ ﻳﺪ ﹾﺍﻟِﻤﺤ ﻳﺷ ِﺪ ﺎ ﻳ.ﻴ ِﻢﺮ ِﺣ ﻤ ِﻦ ﺍﻟﺮﺣ ﷲ ﺍﻟ ِ ﺴ ِﻢ ﺍ ِﺑ ﹸﻞﻣ ﹶﻔﻀ ﺎ ﹸﻞ ﻳﺠﻤ ﻣ ﺎ ﻳﺴﻦ ِﺤ ﺎﻣﻚ ﻳ ﺧ ﹾﻠ ِﻘ ﻴ ِﻊﺟ ِﻤ ﺮ ﺷ ﻦ ﻣ ﻚ ِﺇ ﹾﻛ ِﻔﻨِﻰ ﺧ ﹾﻠ ِﻘ ﻴﻊﺟ ِﻤ .ﻦ ﻴﺍ ِﺣ ِﻤﻢ ﺍﻟﺮ ﺣ ﺭ ﺎﹶﺍﻚ ﻳ ﻤِﺘ ﺣ ﺮ ﻤﻨِﻰ ِﺑ ﺣ ﺭ ﺖ ِﺍ ﻧﻪ ِﺍﻻﱠﹶﺍ ﻦ ﹶﻻﺍِﻟ ﻣ ﺎ ﻳﺘ ﹶﻜِﺒّﺮﻣ ﺎ ﻳﻨ ِﻌﻢﺎﻣﻳ ﻮ ِﻡ ﻴﺮ ﻫﺬﹶﺍﺍﹾﻟ ﺷ ﻴ ِﻪ ِﺇ ﹾﻛ ِﻔﻨِﻰﺑِﻨﻭ ﻣ ِﻪ ﻭﺍﹸ ﻴ ِﻪﻭﹶﺍِﺑ ﺪ ِﻩ ﺟ ﻭ ﻴ ِﻪﻭﹶﺃ ِﺧ ﺴ ِﻦ ﳊ ﺮ ﹾﺍ ﹶ ﺴ ِ ِﺑﻬﻢ ﺍﹶﻟﻠﹼ ﻮ ﻭﻫ ﻢ ﺍﷲ ﻴ ﹶﻜﻬﻴ ﹾﻜ ِﻔﺴ ﺕ ﹶﻓ ِ ﺎﺒِﻠﻴﻊ ﺍﹾﻟ ﺍِﻓﺎﺩﺕ ﻳ ِ ﺎﻰ ﹾﺍ ﹸﳌ ِﻬﻤ ﺎ ﻛﹶﺎِﻓﻴ ِﻪ ﻳﺎِﻓﺮﻣ ﺷ ﻭ 29
Ibid., hlm. 32.
30
Koetjoroningrat, op. Cit., hlm. 343.
31
KH. Nawawi Abdul Aziz al-Hafidz, Kafabihi, Pondok Pesantren an-Nur, Yogyakarta, 2001-2003, hlm. 66.
50
ﻰ ﻌِﻠ ﷲ ﺍﹾﻟ ِ ﻮ ﹶﺓ ِﺍﻻﱠﺑِﺎ ﻭ ﹶﻻﻗﹸ ﻮ ﹶﻝ ﺣ ﻭ ﹶﻻ ﻴﻞﹸﻮ ِﻛ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻌ ﻭِﻧ ﷲ ُ ﺎ ﺍﺒﻨﺴ ﺣ ﻭ ﻴﻢﻌِﻠ ﻊ ﺍﹾﻟ ﻴ ِﻤﺍﻟﺴ .ﻴ ِﻢﻌ ِﻈ ﺍﹾﻟ Tujuannya agar Allah menjaga mereka dari seluruh cobaan dan tidak akan memberi cobaan pada tahun itu agar semua terhindar dari balak (mara bahaya) dan dari segala penyakit dan juga kesialan. Setelah selesai menjalankan shalat tolak balak itu, biasanya memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw. dan pada pagi harinya tepat hari Rabu biasanya masyarakat membuang rajah yang dianggap penangkal balak yang dibuang di dalam suur atau kamar mandi atau tempattempat sumber air. Kenapa harus dibuang di situ karena dimaksudkan, bahwa sumur atau sumber air itu biasanya banyak ditempati roh-roh halus karena mereka lebih senang. Karena air banyak dikonsumsi banyak orang, sehingga mereka mencari tempat untuk bertelur dan bersarang di air itu di hari Rebo Wekasan itu. Sehingga apabila masyarakat tidak membuang rajah tersebut, maka dipastikan orang tersebut akan mendapat musibah dan kesialan.32 Rajah itu berwujud tulisan huruf Arab yang dirangkai biasanya rajah dituliskan pada suatu benda, seperti kertas, daun sirih dan lainnya. Kemudian benda yang bertuliskan itu dipakai sebagai jimat.33 Begitu pula pada tradisi Rebo Wekasan orang membuang rajah sebagai jimat untuk menolak balak (mara bahaya). Di sini terlihat ada kepercayaan terhadap suatu kekuatan gaib pada alatalat yang dipergunakan itu yang kelihatannya lebih jels itu adalah pada penggunaan tulisan atau rajah, jimat yang ada tulisannya atau doanya atau rajahnya dengan syarat atau tidak dapat memenuhi keinginan manusia. Pada dasarnya perbedaan antara agama dan magi sangatlah sedikit, sehingga kadang-kadang suatu perbuatan dapat dikatakan magi tapi bisa disebut agama. Jadi perbedaan agama dan magi spirit kalau sikap batinnya 32
Wawancara dengan Bapak Mashudi, warga Desa Ngemplak pada tanggal 28 April
2006. 33
Romdon, Kitab Mujarrabat: Dunia Magi Orang Islam-Jawa, Lazuardi, Yogyakarta, 2002, hlm. 85.
51 bersifat memerintah atau memastikan keberhasilan usahanya, maka ini dapat dikatakan magi. Tetapi kalau sikap batinnya menyerahkan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan, maka ini dapat dikatakan agama. Oleh karena itu, penggunaan ayat atau surat al-Qur’an untuk penolak balak/pengobatan dapat disebut pedoman perbuatan magi agamis dan dapat juga disebut pedoman perbuatan magis murni tergantung kepada kepercayaan yang melandasi pelakunya.34 Faidah untuk penolak balak:
ت ُ ﺠ ْﺮ َ ﺳ َﺘ ْ ﷲ وَا ِ ﻒا ِ ﺖ ﻓِﻰ َآ َﻨ ُ ﺧ ْﻠ َ ﻒ وَاﻗِﻰ َد ٌ ﺻ َﻤ ٌﺪ ﺑَﺎﻗِﻰ َوَﻟ ُﻪ َآ َﻨ َ ﻲ ﺣﱞ َ س َ ن َﻳ ُﻜﻒﱠ َﺑ ْﺄ ْ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻋَﻠﻰ َا َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ِ ﺳ ْﻮ ُ ﺳ ﱢﻴﺪِى َر َ ِﺑ ِﺜ َﻘ ِﺔ ﻰ َ ﺴ ِﺒ ْﺣ َ ﻞ ْ ن َﺗ َﻮﱠﻟﻮْا َﻓ ُﻘ ْ ﻼ َﻓ ِﺈ ً ﺷ ﱡﺪ َﺗ ْﻨ ِﻜ ْﻴ َ ﺷ ﱡﺪ َﺑ ْﺄﺳًﺎ َوَا َ ﷲ َا ُ ﻦ َآ َﻔ ُﺮوْا وَا َ اﱠﻟ ِﺬ ْﻳ .ﻈ ْﻴ ِﻢ ْ ش اْﻟ َﻌ ِ ب اْﻟ َﻌ ْﺮ ﺖ َو ُه َﻮ َر ﱡ ُ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َﺗ َﻮ ﱠآ ْﻠ َ ﻻ ُه َﻮ ﻻاَﻟ َﻪ َا ﱠ َ ﷲ ُ ا Artinya: Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup, tempat bergantung kekal, memiliki perlindungan, aku berada dalam lingdungannya. Aku memohon pertolongan dengan mempercayakan junjungan kita Rasulullah saw. agar menahan orang-orang kafir. Allah adalah Yang Paling Besar keberaniannya dan hukumnya. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: cukuplaj Allah begitu, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Allah adalah Tuhan yang memiliki arsy yang agung. Adapun macam-macam rajah (wifik) dan kegunaannya adalah sebagai berikut :35 1. Wifik Tsulatsiy
Wifik yang berisi tiga kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya adalah : Mempermudah keturunan. 34 35
Ibid., hlm. 87.
M. Arif S. (penyadur), Rahasia Ilmu Ghaib Al Ghazali (Intisari Kitab Al-Aufaq), Ampel Mulia, Surabaya, 2002, hlm. 32-39.
52 Caranya tuliskan wifik tersebut pada tiga cawan. Tuangkan air pada cawan-cawan tesebut. Cawan pertama diminumkan. Cawan kedua diusapkan pada wajahnya. Dan cawan ketiga diusapkan pada ibu jarinya. Menolak pencuri. Caranya, tulislah wifik tersebut pada selembar kain saa matahari tergelincir. Lalu letakkan dalam almari pakaian. Menghancurkan rumah tangga. Caranya, tulislah wifik tersebut pada selembar kain katun. Sertakan di dalamnya nama orang yang dimaksud. Menulisnya saat remang-remang. Selanjutnya tanamlah wifik itu di sekita rumah. 2. Wifik Ruba’iy
Wifik yang berisi empat kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya adalah : Menjauhkan marabahaya dari harta benda. Mencegah penyakit ayan pada anak. Menambah
kewibawaan
di
permohonannya dikabulkan. Menarik kecintaan masyarakat. Menarik rezeki. 3. Wifik Khumaisy
hadapan
para
pejabat
sehingga
53 Wifik yang berisi lima kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya adalah : Menambah kecerdasan, menolak bahaya pada anak kecil dan memperbaiki budi pekertinya. Diterima permohonannya. Memicu kemarahan seseorang. Mengusir pembeli. 4. Wifik Sudasiy
Wifik yang berisi enam kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya adalah : Menimbulkan belas kasihan seseorang, sehingga dengna mudah akan mengabulkan permohonan yang diajukan kepadanya. Menambah kekuatan batin dan kemampuan melakukan segala sesuatu. Di samping itu orang yang membawanya juga akan lancar dalam berbicara sehingga bisa menarik perhatian orang yang mendengarnya. 5. Wifik Suba’iy
54 Wifik yang berisi tujuh kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya adalah : Menambah kecerdasan dan daya ingat. Caranya, tulislah wifik ini dengan zakfaran dan madu pada saat Atharid. Cara tulisan wifik tersebut dengan air dan minumkan pada anak kecil. Menambah kewibawaan dan mempermudah urusan. Caranya, tulislah wifik tersebut pada kulit kijang dengan misik dan zakfaran. Asapi dengan kayu Anbar serta celupkan ke dalam minyak Yasmin dan mawar. Bila mau bepergian untuk suatu tujuan, usapkan wifik tersebut pada tubuh Anda. 6. Wifik Tsumaniy
Wifik yang berisi delapan kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya adalah : Mendatangkan hujan. Menyembuhkan penyakit. Cincin pengasihan
55 7. Wifik Tusa’iy
Wifik yang berisi sembilan kolom ini berguna untuk mendamaikan orang yang sudah lama bermusuhan seperti suami istri, ayah dan anak, sesama saudara maupun sesama sesama kawan. Sedangkan macam-macam atau jenis-jenis azimat adalah sebagai berikut :36 1. Azimat Musytari
36
Ibid, hlm. 39-43.
56
Azimat ini berkhasiat melunakkan hati yang keras bila ditulis saat Qamar bertemu Musytari pada lembaran kertas putih dan saat menulisnya ia memakai wewangian serta menyebutkan nama orang yang dimaksud. Azimat ini dikenakan pada anggota badan. 2. Azimat Marih
Azimat ini berkhasiat untuk perlindungan diri dari serangan musuh. Caranya, tulislah azimat ini menggunakan darah cengger ayam jantan warna hitam hari Selasa saat Marih. 3. Azimat Syams Azimat ini diperuntukkan agi para raja dan penguasa. Caranya, tulislah azimat seperti di bawah ini pada penutup kuda, atau kalau tidak ada, tulislah dalam gelas dan tuangkan air ke dalamnya. Azimat yang dimaksud adalah :
57
4. Azimat Zahrah
Azimat ini sangat baik digunakan untuk meluluhkan hati seorang wanita dan menumbuhkan kecintaan pada hatinya. Caranya tulislah azimat di ats Qamar bertemu Zahrah. Hari yang digunkan terserah tapi yang lebih baik adalh pada hari Jum’at. Menulisnya menggunakan minyak misik dan zakfaran, lalu usapkan pada wajah Anda. 5. Azimat Atharid
Azimat ini berguna untuk membungkam mulut. Caranya, azimat tersebut ditulis pada saat Qamar bertemu Atharid. Bisa juga digunakan sebagai azimat saat menghadap pejabat atau pembesar negara agar ia merasa sayang dengan cara menulisnya dan diletakkan di dalam kopiah atau surban yang dikenakan pada saat menghadapinya.
58 6. Azimat Qamar
Azimat ini berguna sebagai mahabbah (jampi pelet) yang jitu baik digunakan sendiri maupun orang lain. Caranya, tulislah huruf-huruf di atas pada saat Qamar bertemu Musytari dan (titik-titik) diisi dengan orang yang dimaksud. Perlu diketahui, bahwa pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan itu dilaksanakan di rumah masing-masing orang (individu). Mereka melakukan shalat dan membuang rajah itu dengan sendiri-sendiri. Rajah diperoleh dari para kiai-kiai atau guru ngaji mereka. Tetapi di pondok pesantren mereka melakukan acara tersebut dengan bersama-sama. Banyak masyarakat yang masih percaya terhadap acara tradisi Rebo Wekasan karena dimaksudkan, tradisi Rebo Wekasan itu membawa masyarakat agar terhindar dari segala macam mara bahaya. Tradisi ini sifatnya melanjutkan dari nenek moyang sehingga sampai sekarang masih eksis dilakukan oleh masyarakat Kec. Margoyoso, tetapi juga banyak sebagian masyarakat yang sudah tidak percaya dengan Tradisi Rebo Wekasan. Selain membuang Rajah, sebagai tumbal unit penolak balak, kita juga bisa memperbanyak amalan-amalan seperti shadaqah dengan menggelar acara selametan (Jawa: bancaan) dengan memberi makan sanak saudara dan tetangga. Hal ini juga bisa dilakukan untuk menolak balak. Dan juga melakukan shalat sunat: shalat tasbih dan juga memperbanyak membaca surat
59 Yasin, kemungkinan besar balak (mara bahaya) yang akan datang tidak akan terjadi. Kita boleh mengamalkan tradisi Rebo Wekasan, tetapi yang penting jangan mengesampingkan yang lain.37
37
2006.
Wawancara dengan K.H. Abdullah Malik warga Desa Kajen pada tanggal 31 April,
60
61
62