BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan menggunakan paradigma kualitatif dengan metode penelitian studi kasus, karena dalam penelitian sosial tidak selalu dapat digeneralisir seperti halnya ilmu eksak. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam subjek penelitian. Seperti diketahui ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku manusia yang bersifat dinamis karena dipengaruhi potensi-potensi berpikir, emosi, pengalaman seseorang, kondisi sosial budaya, nilai-nilai yang berlaku dan dianut akan sangat berpengaruh pada hasil penelitian. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memahami permasalahan yang terjadi di kalangan penyalahgunaan narkotika, aturan yang berlaku dalam komunitas mereka dalam situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap dan pandanganpandangan mereka. Penelitian ini mencoba mengamati kehidupan para pengguna narkotika dan memahami secara lebih mendalam semua hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka selama kurang lebih delapan bulan. Penelitian ini mencoba mengesampingkan semua prasangka dan berusaha semampunya mencari informasi termasuk ungkapan-ungkapan perasaan, dan harapan-harapan mereka. Guba dan Lincoln (1981:248) mengetengahkan tujuh karakteristik yang menjadikan manusia sebagai instrument penelitian, yaitu:
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
71
| repository.upi.edu
72
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sifatnya yang responsif Adaptif Lebih holistik Kesadaran pada konteks tak terkatakan Mampu memproses segera Mampu mengejar klarifikasi dan mampu meringkas segera Mampu menjelajahi jawaban ideosinkretik dan mampu mengejar pemahaman yang lebih mendalam. Penelitian kualitatif sebagaimana yang didefinisikan oleh Bogdan dan
Taylor (1975: 4), yaitu : Refers to research procedures with procedure descriptive data : people‟s own written or spoken words and the observable behavior. This approach, direct itself at scvetting and the individuals within those setting and the study, be it an organization or an individual, is not reduced to an isolated variable or to a hypothesis, but is viewed instead as part of a whole. Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang mau piknik, ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi tentu belum tahu pasti apa yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki latar/setting, dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berpikir dan melihat subjek juga aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, serta melakukan wawancara. Pada tahap observasi mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasa dan ditanyakan. Semua informasi baru diperoleh masih dikenal serba sepintas. Setelah terjun ke lapangan, proses selanjutnya adalah tahap reduksi / fokus. Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh dari tahap pertama direduksi. Tahap reduksi ini berkaitan dengan menyortir data serta cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan (Miles & Huberman, 1986: 36). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai katagori yang ditetapkan
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
73
sebagai fokus penelitian. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, menemukan tema dengan cara memfokuskan data yang diperoleh menjadi suatu bangunan pengetahuan yang baru. Hasil akhir dari penelitian ini, bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasiinformasi yang bermakna. Permasalahan sosial yang dipilih sebagai tema penelitian ini adalah sebuah realitas sosial yang membutuhkan pemahaman sehingga dalam pengumpulan data dilakukan wawancara secara langsung dan observasi untuk mencari pemahaman tersebut. Paradigma penelitian kualitatif berpandangan bahwa realitas sosial tidak dapat dipisahkan dari pikiran dan persepsi subjek (orang yang diteliti maupun peneliti). Realitas sosial merupakan hasil konstruksi manusia. Karena setiap orang memiliki pandangan, pengalaman, atau makna yang berbeda tentang suatu peristiwa maka mereka bebas melakukan konstruksi dan memberi interpretasi tentang realitas secara subjektif. Untuk itulah penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dan untuk mengkaji masalah penelitian dipilih jenis studi kasus. Hal ini disebabkan karena metode pemilihan kualitatif lebih manusiawi bagi manusia sebagai instrument penelitian. Teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan dokumentasi, juga analisisnya lebih merupakan ekstensi dari perilaku manusia, seperti mendengarkan, berbicara, melihat, berinteraksi, bertanya, minta penjelasan, mengekspresikan kesungguhan dan
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
74
menangkap yang tersirat/tersembunyi (tacit knowledge.) Dari lapangan dapat terungkap seberapa dalam informasi dan makna dapat dimunculkan. Dalam paradigma ini memahami sebuah realitas tanpa membawa alat ukur. Creswell (1998: 40) menjelaskan tentang studi kasus yang menunjuk kepada kajian yang terikat waktu dan tempat tertentu, serta didukung bahan kontekstual berkaitan dengan setting kasus tersebut. Data dikumpulkan dari berbagai sumber untuk mengungkapkan gambaran mendalam mengenai kasus tersebut. Studi kasus dapat juga dijelaskan sebagai eksplorasi tentang “sistem terbatas” (bounded system) atau dapat juga beberapa kasus yang telah melewati waktu tertentu, melalui pengumpulan data secara mendalam yang berasal dari berbagai sumber informasi. B. PEMILIHAN INFORMAN PENELITIAN Teknik sampling adalah merupakan teknik pemilihan informan penelitian. Untuk menentukan informan yang akan digunakan dalam penelitian ini yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan informan yang akan menjadi sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mengenai keadaan yang sedang terjadi, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan untuk menjelajahi subjek / gejala yang diteliti.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
75
Lincoln dan Guba (1985: 247) mengemukakan bahwa : “Naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling. It is based on informational, not statistical considerations. Its purpose is to maximize information, not to facilitate generalization”. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistic) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Dalam penelitian kualitatif, penentuan sampel penelitian tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985: 247), dalam penelitian naturalistik spesifikasi informan tidak dapat ditentukan sebelumnya. Sedangkan ciri-ciri khusus informan purposive, yaitu : 1. Emergent sampling design / sementara. 2. Serial selection of sample units / menggelinding seperti bola salju (snowball). 3. Continuous adjustment or focusing of the sample / disesuaikan dengan kebutuhan. 4. Selection to the point of redundancy / dipilih sampai jenuh. Seperti telah dikutip di atas, besarnya informan purposif ditentukan oleh pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 247) bahwa : “If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated when no new information is forth-coming from newly sampled units; this redundancy is the primary criterion”. Dalam hubungan ini Nasution (1988: 248) menjelaskan bahwa penentuan unit informan (responden) dianggap telah memadai
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
76
apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh), ditambah informan tidak lagi memberikan informasi yang baru, artinya bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (subjek), hal itu merupakan keuntungan, karena tidak memerlukan banyak informan lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian dalam penelitian ini adalah “tuntasnya” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya informan sumber data.
H
C
K
G A
B F
J
D I E
(Miles & Huberman, 1986: 41-42) Gambar 3.2. Proses pemilihan informan sumber data sampai kepada subjek penelitian para pengguna dan mantan pengguna narkotika.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
77
Berdasarkan gambar 3.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa : peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama dari data yang diperoleh. Informan pangkal ini dipilih orang yang dapat “membukakan pintu” untuk mengenali keseluruhan medan secara luas, atau memberikan petunjuk untuk mendapatkan informan lain yaitu B. Selanjutnya dapat diperoleh informasi dari D, E, F dan seterusnya dalam hal ini sebagai subjek penelitian. Setelah dirasa jenuh, maka penelitian pun dihentikan karena sudah tidak dapat memberikan informasi lainnya. Penelitian ini mengambil enam orang informan dari beberapa instansi, yaitu Dinas Sosial, Kepolisian, Lembaga Permasyarakatan, Badan Narkotika Kabupaten, Bappeda Kabupaten Indramayu, Panti Rehabilitasi, sebagai informan pangkal. Informan pokok ada delapan orang para pengguna dan mantan pengguna, yang kemungkinan akan bertambah sesuai keadaan di lapangan. Wawancara dengan informan pangkal dan informan pendukung lainnya sebagai perwakilan dari masyarakat yaitu pihak-pihak terkait dari Dinas Sosial, Kepolisian, Badan Narkotika Kabupaten, dan Lembaga Pemasyarakatan, juga dengan subjek penelitian dalam hal ini para korban penyalahgunaan narkotika di lokasi penelitian yang dipilih. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data yang akurat mengenai pengetahuan mereka tentang narkotika itu sendiri (termasuk dampaknya yang akan diperoleh), latar belakang kehidupan sosial ekonomi mereka, sampai dengan memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi, demikian seterusnya, sehingga akan terjadi menggelinding seperti bola salju (snowball).
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
78
C. INSTRUMEN DAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA Sesuai metode dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman wawancara secara terbuka. Dalam hal ini, peneliti sebagai “human instrument” berperan sebagai perencana, penentu fokus penelitian, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dalam melakukan kegiatan di lapangan peneliti menggunakan catatan lapangan (field notes). Karena peneliti sebagai instrumen penelitian harus berupaya semaksimal mungkin bersikap dan berperilaku sebagai berikut : (1) mengkoordinir pengambilan informasi dari subjek penelitian, (2) menghindari perilaku dan pembicaraan yang tidak pasti tentang kepribadian yang menjadi subek penelitiannya, (3) menghindari kompetisi dengan subjek penelitian, (4) bersikap jujur, dan (5) menjaga kerahasiaan data yang disampaikan. Dengan demikian diharapkan data yang terkumpul memiliki tingkat kepercayaan yang cukup meyakinkan sehingga hasil penelitian yang diperoleh memenuhi syarat untuk penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah) dengan teknik pengumpulan data lebih
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
79
banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi baik data primer (data utama) maupun data sekunder (data penunjang). 1.
Observasi (pengamatan) Nasution (1982: 123) mengatakan bahwa: “observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataannya”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan memahami makna dari perilaku tersebut. Dengan demikian, bahwa instrumen penelitian ialah peneliti itu sendiri, yang terlebih dahulu perlu sepenuhnya memahami dan adaptif dalam situasi (Garna, 1990: 5). Dari pendapat Patton dalam Nasution (1988: 257), melalui observasi, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas). Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan pada aktivitas penyalahgunaan narkotika oleh sekelompok orang yang ada di sekitar Kabupaten Indramayu. Untuk menjadikan aktivitas penyalahgunaan narkotika tersebut sebagai sumber pembelajaran IPS, maka dilakukan pengamatan secara mendalam terhadap para pengguna yang masih mengkonsumsi narkotika dan menggali pengalaman langsung dari para mantan. Data-data pendukung diperoleh antara lain dari Dinas Sosial Kabupaten Indramayu, Polres Indramayu dan Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Indramayu.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
80
2.
Wawancara Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang efektif di
dalam penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif. Wawancara
menggunakan komunikasi dua arah antara peneliti dan responden, yaitu pihakpihak yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti mengadakan wawancara dengan para pengguna dan mantan pengguna, juga dengan informan pangkal yang membukakan jalan kepada para pengguna, dengan perwakilan masyarakat di Dinas Sosial Kabupaten Indramayu, Polres Indramayu dan Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Indramayu. Materi yang digali dalam wawancara adalah segala hal yang berkaitan dengan penanganan penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial masyarakat, yaitu seputar keadaan ekonomi, kebiasaan, status dan peran sosial orangtua, serta pertanyaan yang bersifat pribadi mengenai kehidupan masa lalu, mengapa dan kapan mulai menggunakan narkotika. Penjelasan di atas sejalan dengan Esterberg (2002) yang mendefinisikan wawancara sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topik”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data saat peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
81
yang akan diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam wawancara, peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanya. Hasil wawancara yang relevan dijadikan sumber dan dikemas menjadi materi pembelajaran IPS. Perolehan data terbanyak sebagai sumber pembelajaran yaitu hasil wawancara dengan para mantan pengguna yang telah menjalani program rehabilitasi sehingga lebih dapat memberikan relevansi dan pemahaman positif bagi para siswa.
3.
Studi dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Penggunaan
teknik studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk melengkapi data / informasi yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, dengan cara menelusuri, mempelajari dan mendalami berbagai dokumen yang bersifat permanen dan tercatat agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Data-data yang
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
82
dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain laporan ungkap kasus narkotika dari Kepolisian Kabupaten Indramayu dan Undang-undang Narkotika No 35 tahun 2009. 4.
Administrasi Pembelajaran IPS Peneletian ini melakukan teknik pengumpulan data primer terhadap kasus,
serta menganalisis pembelajaran IPS yang dilaksanakan di sekolah. Setelah melakukan sejumlah observasi dan wawancaraca dengan para informan serta mengkaji beberapa dokumentasi, penelitian dilanjutkan dengan melakukan uji coba kepada siswa di dalam kelas untuk materi-materi yang telah diteliti. Aplikasi di sekolah dengan mebuat rancangan soal-soal pemahaman berikut analisis kelompok atas dan bawah serta dan analisis butir soalnya. Untuk mengukur pemahaman diberikan soal-soal yang sama saat pretest dan posttest, yang diambil dan dikembangkan dari hasil wawancara dengan para informan pokok dan informan pangkal. Adapun materi yang dianalisis dalam soal adalah permasalahan seputar narkotika, seperti dampak dan pencegahan serta sedikit mengupas tentang undang-undang narkotika. Pembelajaran IPS yang dilakukan meliputi proses kegiatan secara runtut mulai dari perencanaan dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dengan materi yang telah diteliti yaitu penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial, melakukan proses kegiatan inti dengan metode dan strategi yang relevan, dan melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dilakukan penanaman pendidikan nilai-nilai yang diperlukan bagi
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
83
siswa agar terhindar dari perilaku penyimpangan sosial yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkotika. D. TAHAP PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan untuk keperluan studi ini adalah berbagai hal mengenai : 1. Latar belakang umum dan psikologis subjek penelitian, mengenai beberapa hal yang menyangkut kehidupan pribadi mereka, seperti : a.
Kondisi keluarga.
b.
Masa lalu kehidupannya.
c.
Saat pertama kali mulai mencoba narkotika.
d.
Latar belakang (alasan) menggunakan narkotika.
e.
Reaksi/tanggapan keluarga setelah mengetahui subjek terlibat narkotika.
f.
Subjek memikirkan atau tidak resiko yang akan diterimanya setelah terjun dalam dunia gelap narkotika.
g.
Subjek menikmati/menyenangi/membiarkan keadaannya.
2. Latar belakang sosial-ekonomi subjek penelitian, mengenai kondisi keluarga dan diri sendiri, seperti : a. Pekerjaan dan penghasilan keluarga (orang tua) b. Status sosial orang tua atau keluarga di masyarakat c. Pendidikan dan keterampilan subjek penelitian
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
84
3. Latar belakang kultural subjek penelitian, mengenai lingkungan tempat mereka berasal dan dimana mereka tinggal, seperti : a. Kebiasaan atau budaya yang sudah berlangsung di lingkungan subjek penelitian. b. Suasana dan hubungan antar keluarga di rumah. c. Pergaulan di antara sesama anak-anak dan remaja. d. Sikap dan tindakan dari masyarakat terhadap kegiatan para pengguna narkotika.
Untuk memperoleh data yang diharapkan, dilakukan tahap seperti yang dilakukan oleh Miles & Huberman (1986: 38) menjelaskan tahapan pengumpulan data dalam melakukan penelitian yaitu pertama selalu dimulai dari lokasi penelitian dengan melakukan observasi yang diperkuat melalui wawancara dengan para subjek penelitian. Dengan terjun langsung ke lokasi, dapat melihat bagaimana subjek berinteraksi sosial dengan lingkungan sosio-kulturalnya seperti keluarga, sekolah, dan peer groupnya. Observasi dilakukan terus menerus baik sebelum maupun sesudah wawancara dilakukan. Selanjutnya adalah melakukan pencatatan (record) dari semua peristiwa utama yang telah terjadi. Selain pengumpulan data-data primer (utama), juga melakukan pengumpulan data-data sekunder (penunjang), melalui studi dokumentasi dan literatur dari laporanlaporan dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkotika khususnya yang terjadi di Kabupaten Indramayu.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
85
E. VALIDITAS Guba dalam Noeng Muhadjir (1996: 126) menjelaskan ada tiga teknik untuk menguji terpercayanya temuan, yaitu: a) memperpanjang waktu tinggal dengan mereka, b) observasi lebih tekun, dan c) menguji secara triangulasi. Sedangkan Creswell (1997: 213) menyatakan, “He expands on two procedural concept: triangulation and member checking. He suggest that triangulation of information-searching for convergence of information-relates directly to “data situations” in developing in a case study.. Untuk tingkat kredibilitas setiap informasi yang diperoleh dalam penelitian ini mesti mendapatkan pembenaran dari sumber informasinya maupun sumber lain. Untuk itu dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1.
Informasi yang terkumpul dalam catatan lapangan melalui wawancara, dikofirmasikan secara langsung kepada responden untuk memperoleh pembenaran juga koreksi atau kritik, dan responden lainnya memungkinkan lebih lengkapnya dan menjamin keabsahan informasi tersebut. Tahap ini biasanya disebut tahapan member check yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran data. Member check merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan, karena merupakan langkah pengecekan ulang data yang telah diperoleh peneliti dari responden.
2.
Kegiatan berikutnya adalah menginformasikan hasil penelitian sementara kepada sumber data untuk memperoleh kebenaran data dan informasi, juga
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
86
untuk mendekati ketuntasan bagi pengelolaan data selanjutnya. Kemudian melakukan triangulasi dengan teman sejawat untuk memperoleh respons dan kritik ilmiah. Menurut Nasution (1996: 32) “triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu di luar data sebagai pembanding yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data.” 3.
Dari data yang dikumpulkan baru dianggap baik dan valid manakala ada penguat, untuk itu peneliti melakukan bimbingan dan meminta tambahan rujukan dari para pembimbing sebagai expert opinion agar lebih menguatkan untuk mengangkat kasus penyalahgunaan narkotika ini ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
F. ANALISIS DATA Data yang diperoleh dalam penelitian ini dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis data kualitatif, Miles & Huberman (1986: 49) menyatakan bahwa: “The ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them from the beginning”. (Model yang ideal untuk pengumpulan data dan analisa adalah peristiwa yang terjadi terhadap mereka dari awal). Sebagaimana lazimnya, penelitian naturalistik diolah dan dianalisis sepanjang penelitian berlangsung, jadi sejak studi pendahuluan dan tahapan pengumpulan data, analisis data sudah
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
87
dilakukan, juga setelah selesai di lapangan. Kegiatan menganalisis data dalam penelitian merupakan suatu pekerjaan penting untuk dilakukan, karena melalui kegiatan tersebut peneliti akan mendapatkan makna terhadap data yang dikumpulkan. Peneliti tidak mencari data untuk membuktikan kebenaran atau menolak hipotesis yang dibuat sebelumnya melainkan membuat abstraksi ketika fakta-fakta khusus terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama. Hal ini disebabkan karena penulis mengamati situasi yang terjadi dan mengangkatnya menjadi suatu kasus yang layak untuk diteliti dan dianalisis. Dalam hal ini Nasution (1988: 275) menyatakan bahwa “analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.” 1. Analisis sebelum di lapangan Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk fokus penelitian, antara lain dari Dinas Sosial, BNK dan Polres Kabupaten Indramayu, namun demikian, fokus penelitian itu masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama berada di lapangan. 2. Analisis data di lapangan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
88
saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Respondennya adalah sumber data primer yaitu para pengguna (dua orang wanita), mantan pengguna narkotika (enam orang pria) dan mantan pengguna sekaligus pengedar eksnarapidana (satu orang pria). Bila jawaban mereka setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, sehingga diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman dalam Moleong (2007: 287), mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis data itu adalah reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut :
Data Collection Data Display Data reduction Conslusions: Drawing/verifying
(Sumber : Moleong,2007: 287) Gambar 3.3. Komponen Analisis Data Model Interaktif
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
89
a. Data reduction (reduksi data) Mereduksi data berarti mengurangi, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, selanjutnya mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi data, peneliti harus terus berpegang pada tujuan utama yang akan dicapai dalam penelitian ini. Dalam melakukan reduksi data, peneliti tetap mendiskusikannya dengan para pembimbing sebagai „expert opinion‟ atau pakar di bidangnya seperti yang penulis lakukan, sehingga dapat menambah wawasan untuk mengembangkan pengembangan teori yang signifikan. b. Data display (penyajian data) Display data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan data berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Selanjutnya peneliti melakukan klasifikasi data dengan melakukan kegiatan menyusun, memadatkan dan memasang informasi sesuai dengan jenis, karakteristik dan bidang kajian. Kemudian peneliti menyusun draft. Pada awalnya secara garis besar dan kasar, meliputi judul dan sub-judul, selanjutnya diperhalus sesuai dengan langkah-langkah a) Menggolongkan data, b) Memilah-milah data primer, sekunder dan lainnya, c) Memilih data yang tingkat keterhandalannya tinggi dari yang tingkat keterhandalannya rendah,
d)
Mencari
data
pendukung
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
bagi
data
yang
tingkat
90
keterhandalannya rendah. Data display ini dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, flowchart dan sejenisnya. dalam penelitian ini penulis menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif. c. Conclusion drawing/verification Peneliti melakukan verifikasi atau memberi makna dari data yang dikumpulkan. Pemberian penafsiran atau makna ini dihubungkan dengan konsep pendukung berkenaan dengan upaya penanganan penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial masyarakat. Verifikasi dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hipotesis dan sebagainya. Kesimpulan awal penelitian masih bersifat sementara, karena masih sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang lebih mantap, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung. 3. Analisis data setelah selesai dari lapangan Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seeorang informan kunci “key informan” yang merupakan informan yang mampu dipercaya untuk “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan dan mencatat hasil dan menganalisisnya. Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kontras dengan tema-tema sosial budaya yaitu “apakah
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
91
selama ini pembelajran IPS telah mampu memberikan pemahaman mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika kepada para siswa?” Kemudian menuliskan laporan hasil penelitian. G. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN
Tahap penelitian yang dimaksud disini adalah aktivitas yang dilakukan secara berurut dari awal sampai akhir penelitian, yang nantinya memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan penanganan penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial masayarakat di Kabupaten Indramayu. Secara umum tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada empat tahap, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2004:85), yaitu : 1.
Tahap pralapangan Pralapangan adalah kegiatan awal yang dilakukan pada penelitian, meliputi
tujuh kegiatan: (1) menyusun rancangan penelitian atau usulan penelitian, (2) memilih lapangan penelitian untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, (3) mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitian, (4) menjajagi dan menilai keadaan lapangan atau orientasi lapangan, (5) memilih dan memanfaatkan informan, (6) menyiapkan perlengkapan penelitian, dan (7) persoalan etika penelitian.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
92
2.
Tahap pekerjaan lapangan Tahapan pekerjaan lapangan atau pelaksanaan studi adalah kegiatan yang
dilakukan peneliti di lokasi penelitian, yakni pengumpulan data melalui teknikteknik yang telah ditetapkan sesuai dengan prosedur penelitian dan kondisi lapangan, meliputi: (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri, (2) memasuki lapangan, dan (3) berperan serta sambil mengumpulkan data. Kegiatan ini dilakukan di SMP N 3 Balongan. Dalam melakukan penelitian ini, dikembangkan berbagai macam rubrik penelitian yang nantinya dapat membantu pelaksanaan proses pembelajaran dari sekolah. Peneliti mencoba menuangkan hasil penelitian ini untuk dijadikan sumber dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model reflective inquiry yang mengembangkan kemampuan mengambil keputusan atau decision making skill. Kemampuan ini berfungsi saling melengkapi dengan kemampuan memecahkan masalah atau problem solving. yang dikembangkan dalam pengajaran ilmu sosial yang berorientasi pada karakter ilmu sosial. 3.
Tahap analisis data Proses analisis data dimulai dengan menela’ah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai dengan kaidah pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil wawancara yang diperoleh dari para informan lalu mengemasnya ke dalam soal-
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
93
soal katagori pemahaman (C2) yang akan diberikan kepada siswa dalam pembelajaran di kelas. 4.
Tahap penulisan laporan Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan
kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan data, analisa data dilakukan secara terus-menerus selama proses penelitian sampai data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data sebagai laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap terkumpul.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu