BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Menurut
Azwar
(2004),
penelitian
deskriptif
bertujuan
untuk
menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karaktersitik mengenai sampel atau mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan hanya bersifat deskriptif sehingga tidak bermaskud mencapai penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, ratarata nilai atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Identifikasi variable penelitian merupakan langkah penetapan variabelvariabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian (Azwar, 2001). Purwanto (2008), mengungkapkan bahwa ada tiga ciri variabel, yaitu dapat diukur, membedakan antar objek dalam suatu populasi dan nilainya bervariasi. Penelitian kuantitatif deskriptif mengharuskan hasil penelitian yang objektif, terukur dan
43
Universitas Sumatera Utara
selalu terbuka untuk diuji (Purwanto, 2008). Menurut Bouma, 1993 (dalam Purwanto, 2008), variabel berbeda dengan konsep. Dimana konsep belum dapat diukur dan variabel merupakan operasionalisasi dari suatu konsep. Variabel juga merupakan karakteristik atau kualitas individu yang berbeda satu sama lain (Ghiselli, Campbell dan Zedeck, 1981 dalam Purwanto, 2008). Variabel merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah humanity pada perawat rumah sakit.
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional dari
penelitian
perlu
dijabarkan
untuk
menghindari
perbedaan
dalam
menginterpretasi masing-masing variabel penelitian (Hadi, 2000). Humanity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekuatan interpersonal yang melibatkan hubungan untuk menjalin kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Humanity ini diukur berdasarkan tiga kekuatan karakter yang dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari: Love, merupakan kondisi kognitif, perilaku dan emosional seseorang yang menjadi sumber utama kasih sayang untuk menjalin kedekatan dengan individu lain. Kindness, sebagai tindakan sukarela dalam memberikan pertolongan kepada
44
Universitas Sumatera Utara
orang lain, berkaitan erat dalam hal kemanusiaan. Dalam arti semua orang berhak mendapat perhatian dan pengakuan tanpa alasan utilitarian tetapi hanya karena mereka memang berhak mendapatkannya. Social Intelligence, mengarah pada kemampuan berfikir atau kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik. Humanity pada perawat rumah sakit dalam penelitian ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu dari skala humanity. Jika semakin tinggi skor skala humanity yang diperoleh maka semakin besar humanity yang dimiliki oleh perawat rumah sakit. Demikian sebaliknya, jika semakin rendah skor skala humanity humanity yang diperoleh maka semakin rendah humanity yang dimiliki perawat rumah sakit. Nilai alpha cronbach pada penelitian ini yaitu 0.942.
C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit. Populasi didefenisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena merupakan bagian dari populasi, tentulah harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2004). 2. Sampel Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang
45
Universitas Sumatera Utara
merupakan subjek yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000). Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yang bersifat teoritis dimaksudkan untuk memperoleh derajat kecermatan statistik yang maksimal. Sedangkan pertimbangan yang bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara lain keterbatasan kesempatan yang diberikan (izin dari pihak rumah sakit), waktu dan dana. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 199 orang perawat rumah sakit, untuk menghasilkan suatu bentuk distribusi frekuensi yang mendekati normal Azwar (2004), menyatakan secara statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. 3. Metode Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik non-probability sampling. Menurut Hadi (2000), nonprobability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, hanya individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diselidiki. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Incidental sampling diperoleh berdasarkan pada faktor incidental atau kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yag sesuai dengan karakteristik tertentu.
46
Universitas Sumatera Utara
D. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN 1. Alat Ukur yang Digunakan Pengukuran yang buruk dapat menghasilkan penelitian ilmiah yang tidak valid (Kerlinger, 1990). Oleh karena itu, alat pengumpul data atau instrumen penelitian yang digunakan akan menentukan kualitas data yang terkumpul dan kualitas penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk/konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2005). Metode skala mengungkap beberapa karakteristik yaitu: (1) stimulasinya tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (2) skala psikologi selalu berisi banyak aitem dan respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ‘benar’ atau ‘salah’. Menurut Azwar (2005), metode skala mempunyai perbedaan dengan angket, karakteristik skala yaitu: 1. Data yang diungkap berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. 2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indicator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasannya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.
47
Universitas Sumatera Utara
3. Responden
terhadap
skala
psikologi,
meskipun
memahami
isi
pertanyaannya, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut. 4. Respon terhadap skala psikologi diberi skor melewati proses penskalaan. Satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal. 5. Hasil ukur skala psikologi harus teruji realibitasnya secara psikometris di karenakan relevansi isi dan konteks kalimat yag digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror. 6. Validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalisasinya. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala humanity, yang disusun peneliti berdasarkan 4 komponen psikologis humanity yang diungkap oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari: love, kindness, dan social intelligence. Kemudian dilakukan penyesuaian terhadap perawat rumah sakit untuk pembuatan aitemnya. Berikut blue print dari skala humanity. Tabel 1. Blue Print Skala Humanity Sebelum Uji Coba No 1 2 3
Aspek Love
Nomor Item
Jumlah
F : 3, 4, 10, 11, 21, 29 UF : 7, 15, 18, 22, 23
11
F : 1, 13, 14, 27, 30 UF : 8, 16, 24, 26 F : 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28 Social Intelligence UF : 9, 17, 25 Jumlah Kindness
9 10 30
48
Universitas Sumatera Utara
Skala ini dibuat dengan model penyajian skala Likert, yaitu skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataan-pernyataan untuk mengukur sikap atau perilaku Delaney, 2007). Dengan alternative respon pernyataan terdiri atas empat pilihan jawaban, yaitu: 1) Sangat Sesuai (SS), 2) Sesuai (S), 3) tidak Sesuai (TS) dan 4) Sangat Tidak Sesuai (STS). Aitem dalam skala ini terbagi
dalam dua arah, yaitu favourable
(mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung), setiap pilihan alternatif respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah favourable atau unfavourable. Untuk aitem favourable, Sangat Sesuai diberi skor 4, Sesuai diberi skor 3, Tidak Sesuai diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai diberi skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavourable 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai, 3 untuk jawaban Tidak Sesuai, 2 untuk jawaban Sesuai, dan 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (Azwar, 2000). Skor total merupakan petunjuk tinggi rendahnya humanity pada perawat rumah sakit. Semakin tinggi skor yang dicapai maka semakin tinggi humanity perawat rumah sakit. Sebaliknya, semakin rendah skoryang dicapai, maka semakin rendah humanity pada perawat rumah sakit. Pengklasifikasian tinggi rendahnya gambaran humanity pada perawat rumah sakit dilakukan dengan mencari mean, varians dan standar deviasi dengan menggunakan SPSS version 17.0 for Windows.
49
Universitas Sumatera Utara
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Uji Validitas Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2004). Setelah skala humanity diuji cobakan kepada 100 perawat di RSU Bunda Thamrin, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitemaitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2004).
50
Universitas Sumatera Utara
Peneliti menggunakan formula koefesien korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala humanity. Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2004). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS version 17.0 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Menurut Azwar, (2004) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal rix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. 2. Uji Reliabilitas Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor error (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersamasama (Azwar, 2007). Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0
51
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1,00 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Version 17.0 for Windows. Data untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada satu kelompok responden (single-trial administration) (Azwar, 2005).
F. UJI COBA ALAT UKUR PENELITIAN Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala humanity diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar, 2009). Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 4 juni 2013 dan diujicobakan pada 100 orang perawat di RSU. Bunda Thamrin. Jumlah skala yang disebar sebanyak 100 skala yang layak untuk dianalisis. Skala humanity yang disebarkan terdapat 30 aitem. Tabel 2 menunjukkan distribusi aitem skala humanity sebelum uji coba. Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Humanity Sebelum diuji Coba Aspek Love Kindness Social
Favourable 3, 4, 10, 11, 21, 29 1, 13, 14, 27, 30 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28
Unfavourable 7, 15, 18, 22, 23 8, 16, 24, 26 9, 17, 25
Jumlah 11 9 10
52
Universitas Sumatera Utara
Intelligence Jumlah
18
12
30
Hasil uji coba alat ukur penelitian ini diuji sebanyak 2 kali yang memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas 0.300. Pada perhitungan, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan sebesar adalah 0.931 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.338 sampai 0.931 dan semua aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas 0.300. Terdapat 30 buah aitem yang dapat digunakan dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.931. Distribusi aitem skala humanity beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Humanity Setelah diuji Coba Aspek Love Kindness Social Intelligence
Favourable 3, 4, 10, 11, 21, 29 1, 13, 14, 27, 30
Unfavourable 7, 15, 18, 22, 23 8, 16, 24, 26
2, 5, 6, 12, 19, 20, 28
9, 17, 25
Jumlah
18
Jumlah 11 9 10
12
30
Keterangan: Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya beda yang rendah dan merupakan aitem yang gugur. Selanjutnya 26 aitem yang lolos seleksi dikompilasi menjadi alat ukur penelitian yang sesungguhnya dan akan disusun kembali distribusi aitem pada skala penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Distribusi Aitem dengan Penomoran Baru yang Digunakan pada Skala Penelitian Aspek Love Kindness Social Intelligence
Favourable 2, 3, 8, 9, 17,25 1,4, 10, 11,23,26
Unfavourable 15, 19 6,7,13,18,20,22
12,16,24
5, 14, 21
Jumlah 8 12 6
53
Universitas Sumatera Utara
Jumlah
15
11
26
G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut: a. Pencarian Referensi Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu humanity pada perawat rumah sakit. b. Pembuatan Alat Ukur Pada tahap ini, peneliti menyiapkan alat ukur penelitian yang akan digunakan dalam uji coba alat ukur. Alat ukur penelitian yaitu skala humanity yang disusun berdasarkan teori humanity Peterson & Seligman (2004). Kemudian alat ukur dibuat dalam bentuk booklet dari kertas berukuran A4 dengan huruf times new roman ukuran 14. Booklet tersebut berisi informasi mengenai data diri responden, alat ukur, dan pernyataan tertutup mengenai tatanga yang dihadapi perawat rumah sakit. c. Uji Coba Alat Ukur Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya. Skala diuji validitasnya berdasarkan professional judgement, kemudian skala tersebut diujicobakan kepada 100 subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. d. Revisi Alat Ukur
54
Universitas Sumatera Utara
Setelah aitem skala humanity pada perawat rumah sakit diperiksa oleh professional judgement dan telah diuji cobakan pada subjek try out, maka peneliti mengadakan sedikit perubahan atas aitem dalam skala, dan kemudian disusun kembali. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Sebelum dilaksanakannya pengambilan data, terlebih dahulu peneliti menyusun alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan adalah skala humanity dari Peterson & Seligman (2004). Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan skala humanity yang terdapat diawal skala pada subjek penelitian yang representative, kemudian dilanjutkan pemilihan aitem-aitem pertanyaan. Jumlah sampel yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini yaitu 199 orang. 3. Tahap Pengolahan Data Penelitian Setelah pelaksanaan penelitian, maka akan dilakukan pengelolaan data untuk mengetahui gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Proses pengolahan data ini dengan bantuan komputerasi SPSS versi 17.0 for windows. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah diungkapkan di bab I. 4. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan melakukan perhitungan nilai alat ukur humanity. Analisa kuantitatif deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2007).
55
Universitas Sumatera Utara
Penyajian hasil analisis deskriptif berupa frekuensi dan persentase, tabulasi silang, serta berupa statistik-statistik kelompok antara lain skor minimum, skor maksimum, mean, varians dan standar deviasi pada data yang bukan kategorikal (Azwar, 2007). Seluruh data yang terkumpul akan diolah dengan menggunakan program komputer Statistical packages for Social Science (SPSS) version 17.0 for Windows sebagai berikut: 1. Gambaran umum subjek penelitian diperoleh dari jawaban subjek pada data kontrol, diolah dan digunakan dalam bentuk persentase. 2. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan diperoleh dengan menggunakan SPSS version 17.0 for windows dengan perintah “descriptive”. 3. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing-masing komponen psikologis humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan diperoleh dengan menggunakan SPSS version 17.0 for windows dengan perintah “descriptive”.
56
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada. A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit, dengan jumlah sampel keseluruhan 199 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, unit kerja, dan suku. 1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan
jenis
kelamin,
penyebaran
subjek
penelitian
dapat
digambarkan seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Usia Laki-Laki Perempuan Total
Jumlah 9 190 199
Persentase (%) 4,5% 95,5% 100%
Tabel. 5 menunjukkan jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah subjek berjenis kelamin perempuan. Subjek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 orang (4,5%), sedangkan subjek berjenis kelamin perempuan berjumlah 190 orang (95,5%).
57
Universitas Sumatera Utara
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut: Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Dewasa Muda Dewasa Madya Dewasa Akhir Total
Jumlah 7 173 19 199
Persentase (%) 3,6% 86,9% 9,5% 100%
Seperti terlihat pada tabel 6, subjek penelitian dengan usia dewasa madya merupaka jumlah terbesar yaitu sebanyak 173 perawat (56,8%) dibandingkan dengan subjek penelitian usia dewasa akhir 19 perawat (39,7%) dan dewasa muda yaitu sebanyak 7 perawat (3,5%). 3. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir Penyebaran subjek penelitian berdasarkan pendidikan terakhir dapat digambarkan seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir D3 S1 SPK Total
Jumlah 155 38 6 199
Persentase(%) 77,9% 19,1% 3% 100%
Seperti terlihat pada tabel 7, subjek penelitian dengan tingkat pendidikan D3 berjumlah 155 orang (77,9%), jumlah pendidikan S1 berjumlah 38 orang (19,1%) dan jumlah yang terkecil pada subjek tingkat SPK yaitu sebanyak 6 orang (3%).
58
Universitas Sumatera Utara
4. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja Berdasarkan unit kerja subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut: Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja UGD Rawat Inap Total
Jumlah 17 182 199
Persentase (%) 8,5% 91,5% 100%
Seperti terlihat pada tabel 8, subjek penelitian dengan unit kerja rawat inap merupakan jumlah terbesar yaitu sebanyak 17 orang (91,5%)
dan subjek
penelitian dengan unit kerja UGD sebanyak 182 orang (8,5%). 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku Berdasarkan suku subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut: Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku Suku Batak Jawa Karo Mandailing Minang Simalungun Toba Total
Jumlah 41 16 86 12 4 7 33 199
Persentase (%) 20,6% 8,1% 43,2% 6% 2% 3,5% 16,6% 100%
Seperti terlihat pada Tabel. 9, subjek penelitan dengan suku Karo merupakan jumlah terbesar yaitu sebanyak 86 orang (43,2%) dan jumlah yang terkecil pada subjek penelitian dengan suku Minang yaitu sebanyak 4 orang (2%).
59
Universitas Sumatera Utara
B. HASIL PENELITIAN Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik variable yang diteliti, dalam hal ini adalah gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Fungsi analisis deskriptif adalah menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Secara teknis, analisis deskriptif merupakan kegiatan meringkas kumpulan data menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi. Selanjutnya membandingkan data kelompok subjek satu dan lainnya (Hastono, 2001). Hasil penelitian ini terdiri dari gambaran humanity pada perawat rumah sakit yang diperoleh dari 3 kekuatan karakter yang membentuk humanity, yaitu love, kindness, dan social intelligence. Deskripsi humanity pada perawat rumah sakit terdiri dari skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi. 1. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Analisa gambaran humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan dapat dilihat dari perbandingan antara mean empirik sebesar 55,58 dan mean hipotetik sebesar 65. Berikut ini merupakan tabel yang memuat nilai empirik dan tabel yang memuat nilai hipotetik pada subjek penelitian: Tabel 10. Gambaran Mean, Nilai Minimum, Nilai Maksimum dan Standar Deviasi Humanity
N
Min
Maks
Mean
Standard Deviasi
Hipotetik
199
26
104
65
13
Empirik
199
39
78
55,58
7,18
60
Universitas Sumatera Utara
Seperti terlihat pada Tabel. 10, maka dapat dilihat hasil perbandingan antara mean empirik = 55,58 dengan standar deviasi = 7,18 dan mean hipotetik = 65 dengan standar deviasi = 13. Hal ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih rendah dari mean hipotetik. Dengan demikian dapat didapatkan hasil bahwa humanity pada perawat rumah sakit dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Untuk mengklasifikasikan kuat lemahnya gambaran humanity pada perawat rumah sakit, maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi humanity, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel 11 yang selanjutnya menghasilkan pengkategorian skor humanity seperti pada tabel 12. Tabel 11. Pengkategorian Humanity pada Perawat Rumah Sakit Rumus
Kategori
X < (µ - 1,0 σ)
Rendah
(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ)
Sedang
X ≥ (µ + 1,0 σ)
Tinggi
Keterangan : X : Skor yang didapatkan oleh subjek µ : Mean hipotetik skala humanity σ : Standard deviasi Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 12 dan skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 11 di atas maka diperoleh penggolongan humanity
61
Universitas Sumatera Utara
pada perawat rumah sakit serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Pengkategorian Skor Humanity pada Perawat Rumah Sakit Variabel
Rentang Skor
Kategorisasi
Frekuensi (N)
Persentase (%)
Humanity
X < 52
Rendah
64
32,1%
52≤ X < 78
Sedang
135
67,9%
X ≥ 78
Tinggi
-
-
199
100%
Jumlah
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa humanity pada perawat rumah sakit yang tergolong sedang yaitu sebanyak 135 orang (67,9%), sedangkan humanity yang tergolong
rendah sebanyak 64 orang (32,1%) dan tidak ada humanity yang
tergolong tinggi. 2. Gambaran Umum Skor Humanity
pada Perawat Rumah Sakit
Berdasarkan Kekuatan Karakter Gambaran umum skor humanity pada perawat rumah sakit dapat dilihat melalui kekuatan karakter yaitu love, kindness, dan social intelligence. Dari 199 subjek penelitian diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean dan standar deviasi pada tiap kekuatan karakakter dapat dilihat pada tabel berikut ini: Table 13. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Kekuatan Karakter Kekuatan Karakter
N
Min
Max
Mean
Love Kindness Social Intelligence
199 199 199
10 9 7
40 36 28
25 27,5 17,5
Standar Deviasi 5 4,2 3,5
62
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa mean kekuatan karakter love (25), mean kekuatan karakter kindness (27,5), dan mean kekuatan karakter social intelligence (17,5). a. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity
Berdasarkan Kekuatan
Karakter Love Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh deskripsi umum humanity pada kekuatan karakter love sebagai berikut: Tabel 14. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Love Love
Rentang Skor
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase(% )
X < 20
Rendah
62
31,2%
20≤ X < 30
Sedang
136
68,3%
X ≥ 30
Tinggi
1
0,5%
199
100%
Jumlah
Seperti terlihat pada tabel 14, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter love ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 62 perawat (31,2%), kategori sedang sebanyak 136 perawat (68,3%) dan kategori tinggi sebanyak 1 perawat (0,5%). b. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Kindness Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh dekripsi umum humanity pada kekuatan karakter kindness sebagai berikut: Tabel 15. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Kindness
63
Universitas Sumatera Utara
Kindness
Rentang Skor
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase (%)
X < 23,3
Rendah
178
89,4%
23,3 ≤ X < 31,7
Sedang
21
10,6%
X ≥ 31,7
Tinggi
-
-
199
100%
Jumlah
Seperti terlihat pada tabel 15, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter kindness ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 178 perawat (89,4%), artinya perawat rumah sakit belum memiliki kepedulian serta tanggung jawab pada saat menangani pasien. Kategori sedang sebanyak 21 perawat (10,6%) dan tidak ada yang dalam kategori tinggi. c. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Social Itelligence Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh dekripsi umum humanity pada kekuatan karakter social intelligence sebagai berikut:
Tabel 16. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Social Intelligence Social Rentang Intelligence Skor
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase (%)
X < 14
Rendah
72
36,2%
14 ≤ X < 21
Sedang
120
60,3%
X ≥ 21
Tinggi
7
3,5%
199
100%
Jumlah
64
Universitas Sumatera Utara
Seperti terlihat pada tabel 16, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter social intelligence ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 72 perawat (36,2%), kategori sedang sebanyak 120 perawat (60,3%) dan kategori tinggi sebanyak 7 perawat (3,5%). 3. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Karakteristik Subjek a. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, gambaran humanity pada perawat rumah sakit dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini: Tabel 17. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Jenis Kelamin Jenis Kelamin
N
Mean Humanity
SD
Laki-laki
9
56,89
8,13
Perempuan
190
55,51
7,81
Seperti terlihat pada tabel 17, diperoleh gambaran nilai mean humanity pada perawat rumah sakit dengan jenis kelamin laki-laki (56,89) lebih tinggi dari perawat dengan jenis kelamin perempuan (55,51) Tabel 18. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Jenis Kelamin Kekuatan Karakter
Jenis kelamin
N
Mean
SD
Love
Laki-laki
9
22,33
3,46
Perempuan
190
21,13
3,38
Jenis kelamin
N
Mean
SD
65
Universitas Sumatera Utara
Kindness
Social Intelligence
Laki-laki
9
19,89
2,89
Perempuan
190
19,69
3,03
Jenis kelamin
N
Mean
SD
Laki-laki
9
14,66
2,83
Perempuan
190
14,69
2,94
Seperti terlihat pada tabel 18, nilai mean tertinggi perawat rumah sakit berjenis kelamin laki-laki pada kekuatan karakter love (22,33), kemudian kindness (19,89) dan yang terendah pada social intelligence (14,66). Pada perawat rumah sakit berjenis kelamin perempuan nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,13), kemudian pada kindness (19,69) dan yang terendah pada social intelligence (14,69). b. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia Tabel 19. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia Usia
N
Mean Humanity
SD
Dewasa muda
7
52,28
7,84
Dewasa madya
173
55,66
7,46
Dewasa akhir
19
56,00
10,68
Seperti terlihat pada tabel 19, diperoleh nilai mean humanity perawat rumah sakit tertinggi pada usia dewasa akhir (56,00), kemudian perawat rumah sakit dengan usia dewasa madya (55,66) dan perawat rumah sakit dengan usia dewasa muda memiliki mean terendah yaitu (52,28). Tabel 20. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia Kekuatan Karakter Love
Usia
N
Mean
SD
Dewasa muda
7
20,00
3,31
Dewasa madya
173
21,20
3,27
66
Universitas Sumatera Utara
Kindness
Social Intelligence
Dewasa akhir
19
21,47
4,36
Usia
N
Mean
SD
Dewasa muda
7
18,00
2,51
Dewasa madya
173
19,68
2,92
Dewasa akhir
19
20,47
3,87
Usia
N
Mean
SD
Dewasa muda
7
14,28
2,98
Dewasa madya
173
14,78
2,89
Dewasa akhir
19
14,05
3,29
Seperti terlihat pada tabel 20, diperoleh mean tertinggi perawat rumah sakit usia dewasa muda pada kekuatan karakter love (20,00), kemudian pada kekuatan karakter kindness (18,00) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,28). Niai mean tertinggi pada usia dewasa madya pada kekuatan karakter love (21,20), kemudian pada kekuatan karakter kindness (19,68) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,78). Pada usia dewasa akhir nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,47), kemudian pada kekuatan karakter kindness (20,47) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,05). c. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Tabel 21. Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir
N
Mean Humanity
SD
D3
155
55,64
8,14
S1
38
55,08
6,71
67
Universitas Sumatera Utara
SPK
6
57,16
6,11
Seperti terlihat pada tabel 21, dapat dilihat nilai mean humanity pada perawat rumah sakit yang tertinggi adalah perawat dengan tingkat pendidikan SPK (57,16), kemudian tingkat pendidikan D3 (55,64) dan yang terendah dengan tingkat pendidikan S1 yaitu (55,08). Tabel 22. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Pendidikan Terakhir Kekuatan Karakter
Love
Kindness
Social Intelligence
Pendidikan Terakhir
N
Mean
SD
D3
155
21,22
3,46
S1
38
20,92
3,27
SPK
6
21,38
2,13
Pendidikan Terakhir
N
Mean
SD
D3
155
19,69
3,08
S1
38
19,50
2,68
SPK
6
21,16
3,37
Pendidikan Terakhir
N
Mean
SD
D3
155
14,72
3,02
S1
38
14,65
2,64
SPK
6
14,16
2,56
Seperti terlihat pada tabel 22, diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit pendidikan terakhir D3 pada kekuatan karakter love (21,22), kemudian kindness (19,69) dan terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,72). Nilai mean tertinggi perawat rumah sakit pendidikan terakhir S1 pada kekuatan karakter love (20,92), kemudian kindness (19,50) dan yang terendah social
68
Universitas Sumatera Utara
intelligence (14,65). Pada tingkat pendidikan terakhir SPK nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,38), kemudian kindness (21,16) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,16). d. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Unit Kerja Tabel 23. Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Unit Kerja Unit Kerja
N
Mean Humanity
SD
Rawat Inap
182
55,54
7,72
UGD
17
55,94
8,96
Seperti terlihat pada tabel 23, diperoleh nilai mean humanity yang tertinggi adalah perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD (55,94), kemudian perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap (55,54). Tabel 24. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Unit Kerja Kekuatan Karakter
Unit Kerja
N
Mean
SD
Love
Rawat inap
182
21,16
3,42
UGD
17
21,41
3,08
Unit Kerja
N
Mean
SD
Rawat inap
182
19,65
3,02
UGD
17
20,11
3,10
Unit Kerja
N
Mean
SD
Rawat inap
182
14,70
2,93
UGD
17
14,58
2,93
Kindness
Social Intelligence
69
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil di atas, terlihat bahwa perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD pada kekuatan karakter love memiliki nilai mean tertinggi yaitu (21,41), kemudian kindness (20,11) dan yang terendah social intelligence (14,58). Nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap pada kekuatan karakter love (21,16), kemudian kindness (19,65) dan terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,70). e. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Tabel 25. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Suku Batak Jawa Karo Mandailing Minang Simalungun Toba
N 41 16 86 12 4 7 33
Mean Humanity 56,02 56,37 54,73 55,08 54,75 57,14 56,78
SD 6,71 8,81 7,71 9,48 16,23 7,17 7,57
Seperti terlihat pada tabel 25, diperoleh nilai mean humanity pada perawat rumah sakit dengan suku Simalungun (57,14) lebih tinggi dari suku Toba (56,78), suku Batak (56,02), suku Jawa (56,37), suku Karo (54,73), suku Mandailing (55,08), suku Minang (54,75). Tabel 26. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Kekuatan Karakter Love
Suku Batak Jawa Karo Mandailing Minang Simalungun Toba
N 41 16 86 12 4 7 33
Mean 21,12 21,56 20,87 20,66 22,00 22,14 21,78
SD 3,02 3,32 3,52 4,35 6,05 2,41 3,01
70
Universitas Sumatera Utara
Kindness
Social Intelligence
Suku Batak Jawa Karo Mandailing Minang Simalungun Toba Suku Batak Jawa Karo Mandailing Minang Simalungun Toba
N 41 16 86 12 4 7 33 N 41 16 86 12 4 7 33
Mean 19,48 19,37 19,34 21,00 21,00 17,28 20,90 Mean 15,04 14,81 14,53 13,75 14,25 15,14 14,90
SD 3,24 1,85 3,04 2,73 2,16 1,25 3,10 SD 2,72 3,85 3,05 2,63 3,30 2,54 2,60
Seperti terlihat pada tabel 26 di atas, diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan suku Simalungun pada kekuatan karakter love (22,14) dan terendah suku Mandailing (20,66). Pada kekuatan karakter kindness diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan suku Mandailing (21,00) dan suku Minang (21,00) dan terendah suku Simalungun (17,28). Nilai mean tertinggi pada perawat rumah sakit pada kekuatan karakter social intelligence yaitu suku Simalungun (15,14) dan terendah pada suku Mandailing (13,75).
C. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil utama dari penelitian ini, didapatkan bahwa mayoritas perawat rumah sakit memiliki humanity dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 67,9%. Hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit dalam penelitian ini umumnya sudah memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan para pasien serta mampu menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada
71
Universitas Sumatera Utara
para pasien walaupun hal tersebut belum mampu dilakukan secara maksimal. Hal ini juga didukung dengan hasil penemuan terhadap kekuatan karakter yang membentuk humanity tersebut, dimana perawat rumah sakit memiliki kekuatan karakter love, kindness dan social intelligence juga dalam kategori sedang. Perawat rumah sakit dalam penelitian ini memiliki humanity dalam kategori sedang, artinya perawat sudah mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan para pasien walaupun belum secara maksimal. Hal ini dapat menjadi perhatian khusus bagi pihak rumah sakit untuk dapat terus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar pengguna jasa pelayanan kesehatan merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Kemudian perawat menjadi semakin percaya diri terhadap kemampuannya dalam memberikan asuhan pelayanan kesehatan (Waltson, 2004). Ditinjau dari skor kekuatan karakter yang membentuk humanity dapat dilihat dari kekuatan karakter love yang menunjukkan mean 25,0 dan sebanyak 1 perawat rumah sakit (0,5%) berada pada kategori tinggi dengan perawat rumah sakit yang memiliki skor tertinggi 40. Pada kategori sedang terdapat 136 perawat rumah sakit (68,2%), ini menunjukkan bahwa para perawat rumah sakit sudah mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya hanya saja belum maksimal. Pada kategori rendah terdapat 62 perawat rumah sakit (31,2%), hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan dengan pasien dan tidak perduli terhadap terhadap orang lain. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa self-esteem,
72
Universitas Sumatera Utara
kemampuan dan motivasi mempengaruhi ketahanan seseorang dalam mencapai tujuan. Berdasarkan pernyataan ini, maka perawat rumah sakit dengan love rendah tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal, memiliki rasa peracaya diri yang rendah akan kemampuannya dan memiliki motivasi rendah dalam bekerja. Pada kekuatan karakter kindness diperoleh mean 27,5 dan terdapat sebanyak 21 perawat rumah sakit (10,6%) berada pada kategori sedang dengan skor tertinggi 36. Peterson & Seligman (2004), mengemukakan bahwa kindness merupakan perilaku menolong yang tidak didasarkan pada prinsip timbal-balik, pencapaian reputasi, atau hal lain yang menguntungkan diri sendiri. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka perawat rumah sakit yang memiliki kindness dalam kategori sedang akan memberikan pertolongan kepada kepada orang lain yang membutuhkan tanpa didasari prinsip timbal balik walaupun perilaku tersebut belum ditunjukkan secara maksimal. Kemudian pada kategori rendah terdapat 178 perawat rumah sakit (89,4%), hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit dalam memberikan pertolongan kepada orang lain masih didasarkan pada prinsip timbal-balik, pencapaian reputasi atau hal lain untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan karakter ketiga dari virtue humanity yaitu social intelligence memperoleh hasil terendah dibandingkan kedua kekuatan karakter lainnya dengan mean 17,5 dan terdapat sebanyak 7 (3,5%), dan perawat rumah sakit yang berada pada kategori tinggi dengan skor tertinggi 28. Social intelligence, dimaksudkan agar individu dapat memahami persamaan dan
73
Universitas Sumatera Utara
perbedaan suatu hal mengenai pola dan melihat hubungan lainnya (Peterson & Seligman, 2004). Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka perawat rumah sakit yang memiliki social intelligence pada kategori tinggi akan menggunakan kemampuan intelegensi, melibatkan pemahaman diri dan penilaian diri yang akurat, termasuk kemampuan untuk alasan tentang motivasi internal, emosional dan proses dinamis. Pada kategori sedang terdapat 120 perawat rumah sakit (60,3%) yang menunjukkan perawat rumah sakit dalam melakukan pekerjaannya memiliki kemampuan inteligensi yang belum terlalu baik sehingga pada saat menghadapi tantangan pekerjaan yang berat dapat menurunkan motivasi perawat rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Pada kategori rendah terdapat 72 perawat rumah sakit (36,2%), hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit tersebut tidak memiliki pemahaman dan penilaian diri yang akurat, termasuk kemampuan untuk alasan tentang motivasi internal, melihat begitu banyaknya tanggung jawab dari seorang perawat jika mereka memiliki social intelligence yang rendah maka dapat dipastikan mereka tidak akan mampu menjalankan perannya sebagai perawat. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa self-esteem, kemampuan dan motivasi sangat mempengaruhi ketahanan seseorang dalam mencapai tujuan. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa gender mempengaruhi tema dimana individu menampilkan kekuatan karakter pada suatu situasi. Bila ditinjau dari jenis kelamin, nilai mean humanity perawat rumah sakit jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Berdasarkan kekuatan karakternya,
mean
social
intelligence
merupakan
nilai
mean
terendah
74
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan kedua kekuatan karakter lainnya. Pada kekuatan karakter social intelligence mean perempuan lebih tinggi dari mean laki-laki, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Kartono (1989) bahwa betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi perempuan, namun pada intinya perempuan hampir-hampir tidak mempunyai ketertarikan terhadap hal-hal teoritis seperti lakilaki, perempuan lebih tertarik pada hal-hal yang praktis, perempuan juga lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis, sedangkan laki-laki lebih tertarik pada segi-segi abstrak. Social intelligence mengarah pada kemampuan berfikir abstrak, untuk memahami persamaan dan perbedaan suatu hal mengenai pola dan melihat hubungan lainnya, ada tiga intelegensi yaitu: personal, sosial dan emosional Peterson & Seligman (2004). Perkembangan dan pembentukan karakter terjadi disepanjang rentang kehidupan (Narvez & Lapsley, 2009). Bila ditinjau dari usia, mean skor humanity tertinggi diperoleh dari perawat rumah sakit dengan usia dewasa akhir sebesar 56,00. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat usia semakin baik humanity yang dimiliki. Leimon & Mahon (2009) menyatakan bahwa disepanjang kehidupan individu pasti akan menghadapi kedekatan, kepedulian dan perhatian. Semakin bertambahnya usia dan pengalaman, maka perawat rumah sakit akan lebih memiliki kekuatan interpersonal yang melibatkan kedekatan, kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Berdasarkan mean kekuatan karakter, perawat rumah sakit usia dewasa akhir kekuatan karakter love dan kindness memiliki mean tertinggi yaitu love 21,47 dan kindness 20,47. Hal ini menunjukkan semakin bertambahnya usia maka
75
Universitas Sumatera Utara
semakin baik kekuatan interpersonal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan menurut Erikson (dalam Papalia, 2004). Sedangkan pada kekuatan karakter social intelligence menunjukkan mean tertinggi pada usia dewasa madya, hal ini berarti kondisi fisik mendukung perawat rumah sakit dalam melakukan aktifitasnya (Santrock, 2002). Kebiasaan tertentu yang mendorong seseorang untuk menampilkan kekuatan karakter tertentu dalam menghadapi situasi tertentu disebut situational themes. Situational themes tersebut pasti berbeda dalam situasi yang berbeda. Dengan kata lain, situational themes bergantung situasinya (Peterson & Seligman, 2004). Dalam penelitian ini ada dua unit kerja yang memiliki situasi yang berbeda, yaitu rawat inap dan UGD. Secara umum, perawat rumah sakit yang bekerja di unit UGD memiliki mean humanity lebih tinggi dari perawat rumah sakit yang bekerja di unit rawat inap yaitu sebesar 55,94, dan perawat rumah sakit yang bekerja di unit rawat inap memiliki mean humanity 55,54. Perawat dalam menjalankan tugas dan taggung jawabnya sering berada dalam konflik dimana di satu sisi perawat dituntut untuk mengutamakan keuntungan, namun di sisi lain sesuai dengan kode etik keperawatan, perawat harus selalu senantiasa mengutamakan kesejahteraan pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Day (2007), yaitu perawat sering bekerja dalam situasi yang kompleks dan ambigu, menbuat perawat rumah sakit yang bekerja di UGD mengalami tekanan dan tingginya tingkat stress yang dihadapi oleh perawat rumah sakit, menjadikan motivasi kerja para perawat menurun sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan yng diberikan.
76
Universitas Sumatera Utara
Budaya menggambarkan apa yang kita butuhkan dan bagaimana memaknai kepuasan hidup, yang kemudian mempengaruhi bagaimana kita menyelesaikan emosi, perasaan, hubungan dengan orang lain dan apa yang kita pikirkan, bagaimana kita mengatasi kehidupan dan kematian, juga bagaimana memandang sehat atau sakit (Cross & Markus et. al, dalam Pervin, 2005). Bila ditinjau dari suku subjek penelitian, mean humanity tertinggi perawat rumah sakit pada penelitian ini ada pada subjek penelitian suku Simalungun (57,14) dan terendah ada pada subjek penelitian suku Karo (54,73). Perawat dengan suku Simalungun memiliki mean tertinggi dibandingkan suku lain dari perawat rumah sakit. Hal ini karena sifat masyarakat suku Simalungun yang selalu tolongmenolong dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari, sehingga secara otomatis humanity terbentuk didalam diri mereka. Hal ini sejalan dengan karakter utama dari suku Simalungun yang diungkapkan oleh Nurwani (2008), suku Simalungun dalam melakukan segala bentuk kegiatan selalu mengutamakan gotong-royong dan sistem kekeluargaan, karena masyarakat Simalungun dalam melakukan pekerjaan selalu tolong-menolong dan bersama-sama.
77
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini kemudian akan dilanjutkan dengan saransaran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini. A. KESIMPULAN Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengolahan dan analisis data: 1.
Gambaran humanity perawat rumah sakit pada penelitian ini umumnya berada pada kategori sedang, dengan kekuatan karakter love, kindness, dan social intelligence yang membentuknya juga berada pada kategori sedang. Artinya perawat rumah sakit sudah mampu untuk menunjukkan sikap yang baik kepada para pasien dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya walaupun hal tersebut belum ditunjukkan secara maksimal.
2.
Gambaran humanity pada perawat rumah sakit berdasarkan kekuatan karakter yang membentuknya: 1. Love pada perawat rumah sakit ditinjau dari: a. Jenis kelamin, dimana gambaran mean love, perawat rumah sakit lakilaki lebih tinggi dari perawat rumah sakit perempuan.
78
Universitas Sumatera Utara
b. Usia, dimana gambaran mean love perawat rumah sakit usia dewasa akhir lebih tinggi dari perawat usia dewasa muda dan dewasa madya. c. Tingkat pendidikan, dimana gambaran mean love tingkat pendidikan terakhir perawat rumah sakit tertinggi adalah SPK, kemudian tingkat pendidikan D3, dan terendah S1. d. Unit kerja, dimana gambaran mean humanity tertinggi pada perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD, kemudian unit kerja rawat inap. e. Suku, dimana gambaran mean humanity tertinggi pada perawat rumah sakit suku Simalungun, kemudian suku Minang, suku Toba, suku Jawa, suku Batak, suku Karo dan suku Mandailing. 2. kindness pada perawat rumah sakit ditinjau dari: a. Jenis kelamin, dimana gambaran mean kindness perawat rumah sakit laki-laki lebih tinggi dari perawat rumah sakit perempuan. b. Usia, dimana gambaran mean kindness perawat rumah sakit usia dewasa akhir lebih tinggi dari perawat usia dewasa muda dan dewasa madya. c. Tingkat pendidikan, dimana gambaran mean kindness tingkat pendidikan terakhir perawat rumah sakit tertinggi adalah SPK, kemudian tingkat pendidikan D3, dan terendah S1. d. Unit kerja, dimana gambaran mean kindness tertinggi pada perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD, kemudian unit kerja rawat inap.
79
Universitas Sumatera Utara
e. Suku, dimana gambaran mean kindness tertinggi pada perawat rumah sakit suku Mandailing dan suku Minang, kemudian suku Toba, suku Batak, suku Jawa, suku Karo dan terendah suku Simalungun. 3. social intelligence pada perawat rumah sakit ditinjau dari: a. Jenis kelamin, dimana gambaran mean social intelligence perawat rumah sakit jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari perawat rumah sakit jenis kelamin laki-laki. b. Usia, dimana gambaran mean social intelligence perawat rumah sakit usia dewasa madya lebih tinggi dari perawat usia dewasa muda dan dewasa akhir. c. Tingkat pendidikan, dimana gambaran mean social intelligence tingkat pendidikan terakhir perawat rumah sakit tertinggi adalah D3, kemudian tingkat pendidikan S1, dan terendah SPK. d. Unit kerja, dimana gambaran mean social intelligence tertinggi pada perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap, kemudian unit kerja UGD. e. Suku, dimana gambaran mean social intelligence tertinggi pada perawat rumah sakit suku Simalungun, kemudian suku Batak, suku Toba, suku Jawa, suku Karo, suku Minang, dan terendah suku Mandailing.
80
Universitas Sumatera Utara
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan gambaran humanity pada perawat rumah sakit. 1. Saran Metodologis Penelitian ini tidak luput dari kekurangan baik secara metodologis ataupun secara praktis. Peneliti menyampaikan beberapa saran metodologis yang diharapkan nantinya dapat menjadi bahan masukan yang cukup bererti bagi penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa saran metodologis yang penting untuk dipertimbangkan. a. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai humanity perawat rumah sakit dapat secara khusus meninjau dari suku responden yang dianut. b. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian secara mendalam mengenai humanity lain yang ada pada perawat yang menunjang kinerja perawat, misalnya wisdom & knowledge dan membandingkannya dengan humanity. c. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai humanity dengan menggunakan alat ukur yang sama dapat menggunakan subjek yang berbeda yang memiliki berbagai latar belakang yang berbeda misalnya, perawat puskesmas, perawat klinik, dan perawat lain diluar perawat rumah sakit.
81
Universitas Sumatera Utara
2. Saran Praktis Terkait hasil penelitian bahwa perawat rumah sakit secara umum memiliki humanity dalam dirinya untuk menjalani pekerjaan yang mengharuskan perawat agar memiliki kedekatan interpersonal dengan orang lain, dengan ini ada beberapa saran yang dikemukakan peneliti, yaitu: a. Para perawat yang masih menduduki masa pendidikan hendaknya sudah diberikan pendidikan mengenai pentingnya humanity, sehingga sebagai calon perawat di masa yang akan datang siap menghadapi beban tugas dan tanggung jawab serta tantangan-tantangan yang ada. b. Rumah sakit dapat melakukan pelatihan untuk meningkatkan humanity pada diri perawat, agar perawat mampu menjadi perawat profesional yang menunjukkan perilaku humanity dalam bekerja. c. Rumah sakit dapat mempertimbangkan untuk melakukan kenaikan pendapatan bagi perawat, karena gaji yang tidak sesuai dapat mengurangi motivasi
perawat
rumah
sakit
dalam
bekerja
yang
kemudian
mempengaruhi antusias bekerja. d. Para dokter dan atasan perawat di rumah sakit dapat memperbaiki hubungan dengan perawat-perawat rumah sakit karena dokter dan atasan yang kurang bersahabat mengurangi motivasi perawat dalam bekerja maksimal.
82
Universitas Sumatera Utara