BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat pengamatan aktual. Metoda penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu scan frekuensi dengan polarisasi dan sub-band yang berbeda. Pengukuran dilakukan pada dua titik di daerah Jakarta Selatan pada bulan Juni (mingguIV) 20012. Titik
pengukuran
yang
pertama
yaitu
pada
site
094281_Margasatwa dengan NE Id : IDU3 9-12154 di 106°48'36.10 bujur timur dan 06°18'29.90 lintang selatan, ketinggian antena 24 meter dan azimuth
321.290.
Titik
pengukuran kedua
yaitu
pada
site
091522_Cilandak Barat dengan radio id : 206-42886 di 106°48'11.92 bujur timur dan 06°17'59.71 lintang selatan, ketinggian antena 28 meter dan azimuth 141.290. Tabel rincian pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
35
36 Tabel 3.1. Rincian pelaksanaan penelitian Kegiatan Waktu Scan Frekuensi Margasatwa ODU 1 /18-ODU Polarisasi Verikal 20 Juni 2012 Scan Frekuensi Lembah Nyiur 1 RAU1 7/33 Polarisasi Vertikal Scan Frekuensi Cilandak Barat ODU 1 /18-ODU Polarisasi Horisontal 20 Juni 2012 Scan Frekuensi Cilandak Barat ODU 1 /15-ODU Polarisasi Vertikal Scan Frekuensi Margasatwa ODU 1/18-ODU Polarisasi Horisontal
23 Juni 2012 Scan Frekuensi Margasatwa ODU 2/17-ODU Polarisasi Vertikal
Scan Frekuensi Bekasi Timur RAU1 7/48 Polarisasi Horisontal Teknik analisis interferensi yang digunakan merupakan teknik analisis far interference, yaitu dengan memilih kanal dari hasil scan frekuensi mengacu pada receiver threshold yang telah ditentukan. Dengan menggunakan program Optix RTN 600 Web LCT, diperoleh parameter frequency setting dan power setting pada radio unit. 3.2. Instrumen Penelitian 3.2.1. Material-material Pendukung Material-matrial yang digunakan dalam pelaksanaan pelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
37 Tabel 3.2. Rincian material yang digunakan 094281, Item 1
2
Denomination/ Functional Description ANTENNA EQUIPMENT
Margasatwa
Antenna 1.2m 7/8GHz HP, Dual Polarized
1
satwa
091522, Cilandak Barat 1
RADIO UNIT/ODU1/15-ODU Dan ODU2/17-ODU
1 1
1
1
35
25
6 0
1
1
2
2
OUTDOOR INSTALLATION Radio cable Ø10 mm, price/m Kit for Separate Installation of Radio ODU 1, 7/8 GHz, 1.2m Earthing kit, DC cable 11 mm
4
2
RADIO EQUIPMENT RADIO UNIT/ODU1 /18-ODU
3
TOTAL
2 4
INDOOR EQUIPMENT OPTIK RTN 620 IDU RTN 620 IDU 155/128 Kit (128 QAM) TRU EL. Kit
1
1
2
1
1
2
2
2
4
3
3
6
1
1
2
STM-1 El. Cable DC cable, price/m 5
OPTIK RTN 600 Web LCT RTN 605 IDU Kit: for Ring OPTIK RTN 620 PLUG-IN UNIT/LTU RJ-45
38
3.2.2. Peralatan Pengukuran Peralatan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Perangkat Keras: multimeter dan Komputer Notebook Pentium Core 2 CPU. 2. Perangkat Lunak: Sistem operasi menggunakan Microsoft Windows XP Profesional Service Pack 3, Internet Explorer Version 7.05730.61, Java 2 Platform Standard Edition Version 1.5, dan Optix RTN 600 Web LCT. 3.3. Microwave Path Planning Untuk mengetahui kualitas dari transmisi terrestrial point to point sesuai dengan performance yang diinginkan, direncanakan dengan menghitung besarnya kerugian- kerugian (loses) dan link budget (signal level dari received power) dan margin untuk mengetahui kehandalan transmisi tersebut. 3.3.1. Free Space Loss Free Space Loss atau kehilangan kekuatan sinya dari gelombang elektromagnetik yang diakibatkan dari sisi line of sight (saling berhadapan langsung) melalui ruang kosong (free space) tanpa penghalang disekitarnya yang menyebabkan refleksi ataupun difraksi.
Untuk
mendapatkan free space loss (Afs), perlu ditentukan dahulu path length (jarak) antara kedua titik (d) dan dan frekuensi (f) yang akan digunakan.
39
Dalam penelitian ini, dikehahui : d
= 5,44 km;
f
= 7,306 GHz;
maka diperoleh Afs
= 92.4 + 20 log d + 20 log f = 92.4 + 20 log 5,44 + 20 log 7,306 = 124,38 dB.
3.3.2. Signal Level Signal level atau receiver power (Lrx) dikehahui besarnya
didapatkan setelah
transmitted power (Ltx), antenna gain atau
penguatan antena (Gant), feeder loss
(Afeeder), dan free space loss
(Afs).Dalam penelitian ini, diketahui : Ltx = 21,0 dBm; Gant
= 37,0 dBi;
Afeeder = 1,6 dB; Afs
= 124,38 dB; maka diperoleh :
Lrx = Ltx + 2Gant - 2Afeeder - Afs = 21,0 + 2.37,0 – 2.1,6 – 124,38 = -32,58 dBm.
3.3.3. Margin Agar
transmisi
dapat
berfungsi
dengan
baik,
receiver
(penerima) harus menerima margin di atas 0 yang berarti bahwa sinyal yang diterima sama atau lebih besar dari pada ambang (threshold). Untuk memperoleh
transmisi
yang
diandalkan,
mendapatkan 25 sampai 40 dB dari margin.
umumnya
disarankan
40
Dalam penelitian ini, diketahui : Lrx
= -32,58 dBm;
Lthresh
= -68 dBm (receiver threshold BER 10^-6 128QAM);
maka diperoleh M
= Lrx - Lthresh = (-32,58) – (-68) = 38,42 dB.
3.4. Interference Test Inteference Test dilakukan dengan menggunakan set material seperti pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2.
Gambar 3.1. Foto Set material instalasi outdoor dan indoor site 094281_Margasatwa.
Gambar 3.2. Foto Set material instalasi outdoor dan indoor site 091522_Cilandak Barat. 3.5. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini antara lain : perbandingan sinyal yang diterima dengan besanya ambang penerima (Threshold to interference (T/I) ratio) dan Analisis interferensi oleh kanal yang berdekatan (adjacent channel interference).
41
42
3.5.1. Threshold To Interference (T/I) ratio Analisis perbandingan sinyal yang diterima dengan besanya ambang penerima (Threshold to interference (T/I) ratio) adalah metoda scan frekuensi dengan memanfaatkan perangkat lunak Optix RTN600 WebLCT. dibantu dengan sejumlah perangkat lunak lainya yaitu Internet Explorer Version 7.05730.13, Java 2 Platform Standard Edition Version 1.5. Proses analisis interferensi sebagaimana dalam gambar 3.1. penerima (receiver) tersebut.
Gambar 3.3. Diagram Alir Proses Analisis Interferensi
43
Berdasarkan diagram alir pada Gambar 3.1, maka proses interference test dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama-tama disiapkan data scan berupa channel plan yang diperbolehkan untuk bandwidth sebesar 28 MHz yang terdiri atas 5 pasang frekuensi (sub-band pair)
pada pita 7 GHz, antara lain untuk
sub-band ODU 1/18-ODU adalah : 1798.00/7359.00,7205.00/7366.00,7212.00/7373.00,7219.00/7380.00, dan 7226.00/7387.00. Sedangkan untuk sub-band ODU1/15-ODU, ODU2/17-ODU adalah : 7526.00/7687.00,7533.00/7694.00,7540.00/7701.00,7547.00/7708.00, dan 7554.00/7715.00.dimana semua pasangan frekuensi ini dalam satuan MHz. Selanjutnya adalah melakukan scan untuk sub/band ODU1/18-ODU dengan menggunakan polarisasi antena vertikal, scan disimpan dalam bentuk capture dan di rinci dalam tabel agar menghasilkan perbandingan yang berupa (Threshold to Interference (T/I) ratio). Langkah selanjutnya adalah melakukan scan untuk sub-band ODU 1/18-ODU dengan mengubah polarisasi antena ke horizontal, dan membuat tabel seperti halnya dengan polarisasi vertikal. Langkah selanjutnya adalah melakukan penggantian radio unit ODU 1+1 Protection,ODU 1+0 Protection dan scan untuk sub-band ODU 1/15ODU dan ODU 2/17-ODU dengan mengubah polarisasi antena ke posisi semula yaitu polarisasi vertikal dan membuatkan tabelnya.
44
Langkah selanjutnya adalah mengubah polarisasi antena ke horizontal dan melakukan scan dan membuat tabel. Dari hasil tabel dari 4 cara diatas dilakukan analisa. Hasil scan yang baik adalah < -82 dBm atau yang mendekati. 3.5.2. Adjacent Channel Interference Interferensi yang disebabkan oleh kanal yang berdekatan (adjacent channel) mengakibatkan gangguan pada transmisi akibat terpakainya kanal salah satu sisi penerima (receiver). Dalam penelitian ini dapat dilihat pada titik pengukuran yang pertama yaitu pada site 094281_Margasatwa dengan radio Id : IDU3 9-12154 di 106°48'36.10 bujur timur dan 06°18'29.90 lintang selatan. Titik pengukuran kedua yaitu pada site 091522_Cilandak Barat dengan radio id : 206-42886