Metodologi
BAB III METODOLOGI 3.1
Pendahuluan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan alur metodologi sebagai
berikut pada Gambar 3.1:
Pengumpulan Data Primer Pengamatan terhadap proses dan kondisi lingkungan kerja pada salah satu divisi/departemen kerja ¾ Wawancara dengan top serta middle management ¾
Pengumpulan Data Sekunder ¾ Data Umum Perusahaan
Identifikasi Bahaya
Perhitungan Skor Risiko dengan 3 metode berbeda
Metode Modifikasi Risk Management Standar Australia (AS/NZS 4360:1999)
Metode Fine
Risk Score 1
Risk Score 2
Metode Risk Score Calculator
Risk Score 3
Analisis/Komparasi
Gambar 3.1 Alur Metodologi
III - 1
Metodologi
3.2 Pengumpulan Data 3.2.1 Pengumpulan Data Sekunder Data yang diambil adalah: •
Data umum perusahaan diantaranya mengenai gambaran umum dan data kegiatan proses produksi peleburan aluminium khususnya di seksi kerja Casting PT INALUM Smelting Plant, Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Kegiatan yang dilakukan di PT INALUM Smelting Plant Kuala Tanjung adalah produksi aluminium berbentuk batangan yang disebut Ingot.
•
Data kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja selama bekerja di PT INALUM Smelting Plant (data kecelakaan kerja 2005-2007) Data ini meliputi jenis jejas, bagian tubuh yang terkena kecelakaan, sebab kecelakaan, di unit produksi mana tenaga kerja tersebut bekerja, dan jumlah hari hilang akibat kecelakaan tersebut. Data ini diperlukan untuk membantu mengidentifikasi bahaya yang terdapat di perusahaan berdasarkan fakta yang telah terjadi.
•
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT INALUM Smelting Plant Data ini meliputi SMK3 yang telah diterapkan, organisasi K3 yang ada di perusahaan, kegiatan-kegiatan K3 yang telah dilakukan, APD standar yang dipakai di PT INALUM Smelting Plant, dan lain-lain.
3.2.2
Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara mengamati proses dan
kondisi lingkungan kerja, wawancara terbuka dengan top manager, middle manager, supervisor, dan operator di bagian Casting perusahaan peleburan aluminium PT INALUM Smelting Plant. • Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk mengetahui dan mencatat kondisi bahaya yang terdapat pada peralatan produksi dan lingkungan kerja. Pengamatan dilakukan di seksi Casting selama 3 hari berturut-turut selama kurang lebih 8 jam per hari. Pengamatan dilakukan terhadap: III - 2
Metodologi
Kemungkinan potensi bahaya yang terdapat pada tiap proses produksi dan peralatan produksi.
Cara kerja operator pada tiap peralatan produksi.
Kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
•
Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap beberapa pihak, diantaranya adalah Manajer ISE (INALUM Safety & Health), Assistant Manajer Operational Safety & Disaster Prevention (ISE), Manajer seksi Casting, Supervisor, dan beberapa orang officer ISE. Selain itu, juga dilakukan wawancara dengan Bagian Public Relation (IPR) yang mempunyai wewenang menyimpan (record) data kecelakaan kerja, guna mendapatkan data lebih lengkap mengenai penyakit dan kecelakaan kerja yang terjadi, serta untuk mendapatkan data pengelolaan K3 yang telah dilakukan oleh pihak manajemen.
3.3
Identifikasi Bahaya dan Penentuan Skor Risiko Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara melakukan pertimbangan
terhadap faktor-faktor bahaya yang mungkin timbul. Faktor-faktor bahaya yang harus diperhatikan adalah: 1. Lingkungan Kerja Kondisi lingkungan kerja dapat dilihat dari keadaan ruangan. Lingkungan kerja memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah akses keluar masuk, luas ruangan, temperatur ruangan, kebisingan dan pencahayaan ruangan. 2. Lokasi/Penempatan Penempatan barang-barang dan peralatan, tools-tools berat yang digunakan pada proses-proses produksi di Casting, sehingga keberadaannya tidak akan mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung atau dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
III - 3
Metodologi
3. Kegiatan Jenis-jenis kegiatan yang dilakukan di masing-masing plant yang ada di Casting, mulai dari transportasi, treatment, operasi casting, bundling (pengikatan), maintanance, dan fasilitas khusus/tambahan. 4. Energi Listrik dan Bahan Kimia Penggunaan enegi listrik dan alat-alat listrik harus diperhitungkan sebagai salah satu gejala faktor bahaya. Kondisi yang sering terjadi adalah hubungan aruspendek yang dapat menyebabkan kebakaran. Sedangkan penggunaan bahan kimia memiliki potensi bahaya karena bersifat beracun, mudah terbakar, dan lain-lain sehingga perlu diperhitungkan sebagai gejala faktor bahaya. Faktor bahaya erat kaitannya dengan skor risiko, dimana dalam penentuan skor risiko diperlukan identifikasi bahaya. Skor risiko digunakan untuk mengurutkan prioritas terhadap kejadian atau kecelakaan, sehingga tindakan pencegahannya dapat dilaksanakan dengan baik. Penentuan Skor Risiko menggunakan 3 (tiga) metode, yaitu Metode Modifikasi Risk Management Standar Australia (AS/NZS 4360:1999), Metode Fine (Fine, 1980) dan Metode Risk Score Calculator. Dalam perhitungan skor risiko diperlukan beberapa parameter, yaitu konsekuen, paparan, dan probabilitas. Hasil yang diperoleh dari ketiga metode dibandingkan dan dianalisis. Identifikasi dan penentuan skor risiko ini dilakukan dengan menggunakan OHA (Operating Hazard Analysis).
3.4
Metode Perhitungan Skor Risiko Metode-metode skor risiko yang dibandingkan adalah Metode Modifikasi
Risk Management Standar Australia (AS/NZS 4360:1999), Metode Fine (Fine, 1980) dan Metode Risk Score Calculator.
3.4.1 Metode Modifikasi Risk Management Standar Australia (AS/NZS 4360:1999) Metode Modifikasi Risk Management Standar Australia (AS/NZS 4360:1999) adalah metode penentuan skor risiko yang bentuk awalnya merupakan metode kualitatif. Dalam sistem penilaian metode kualitatif ini, penilaian risiko III - 4
Metodologi
didasarkan pada 2 variabel yaitu kemungkinan (likehood) dan akibat (consequence) dengan penilaian tingkat kualitas akibat risiko pada 4 kategori yaitu E (Extreme high), H (High), M (Medium), dan L (Low). Pada modifikasi Standar Australia ini juga memperhitungkan 2 variabel yaitu kemungkinan (likehood) dan akibat (consequence). Namun perbedaannya setelah dimodifikasi adalah penilaian menjadi metode kuantitatif dengan pemberian nilai/skor terhadap risiko. Rentang pemberian nilai/skor adalah 1-4 berdasarkan penilaian risiko yang diidentifikasi sehingga diperoleh bobot skor risiko dan dapat ditentukan tindakan (action) apa yang harus diambil. 3.4.2
Metode Fine (Fine, 1980) Pada Metode Fine, penilaian skor risiko didasarkan pada 3 variabel yaitu
kemungkinan (likehood), paparan (exposure), dan akibat (consequence). Prioritas koreksi dalam model ini ditentukan oleh risiko relatif yang disebabkan adanya bahaya. Semakin besar risiko, semakin tinggi prioritas, tetapi biaya untuk koreksi tidak diperhitungkan. Biaya akan menjadi sangat penting pada saat ditentukan tindakan alternatif koreksi yang akan diambil.
3.4.3
Metode Risk Score Calculator (The University of Queensland, Occupational Health dan Safety Risk Management Guideline; NSCA, 1997) Pada metode ini penentuan risk score berdasarkan nilai konsekuensi
(consequence), paparan (exposure), dan probabilitas (probability) yang kemudian masing-masing nilai ini dihubungkan sesuai pada garis-garis yang sudah ditentukan (The Risk Score Calculator). Penentuan skor risiko dengan metode ini menggunakan bantuan Tie Line Risk Calculator.
3.5
Kesimpulan dan Saran Memberikan kesimpulan atas identifikasi bahaya, perhitungan skor risiko,
dan pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja di PT INALUM Smelting Plant, Kuala Tanjung, serta memberikan rekomendasi perbaikan yang dapat dipertimbangkan dan dilakukan oleh pihak manajemen. III - 5