BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian
ini
ingin
menguji
sebuah
perlakuan
yakni
pengaruh
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual terhadap kompetensi strategik siswa SMP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen (experimental research) adalah penelitian yang benar-benar dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas, hasilnya dapat dilihat pada variabel terikat (Ruseffendi, 1998:32). Pada penelitian eksperimen ini terdapat dua kelompok yang akan diteliti, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak menerima perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yang selanjutnya disebut kelas eksperimen adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual, sedangkan pada kelompok kontrol yang selanjutnya disebut kelas kontrol mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional sehingga kelas kontrol dapat dianggap tidak mendapat perlakuan khusus seperti pada kelompok eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Postest Control Group Design dengan pola sebagai berikut:
25
26
Kelas eksperimen
:
O1
Kelas kontrol
:
O1
X
O2 O2
Keterangan: O1
=
Pretes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan
O2
= Postes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan
X
= Perlakuan berupa pembelajaran matematika menggunakan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual
B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 29 Bandung kelas IX tahun ajaran 2010/2011. Dari semua kelas IX yang ada di sekolah tersebut dipilih dua kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian, Kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah kelas IX A dan IX B. C. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual dalam belajar matematika, sedangkan variabel terikatnya adalah kompetensi strategik siswa SMP.
27
D. Instrumen Penelitian Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen yang meliputi instrumen tes maupun non-tes. Seluruh instrumen tersebut peneliti gunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Instrumen Tes Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kompetensi strategik. Tes kompetensi strategik diberikan kepada siswa secara individual sebelum dan sesudah mendapat perlakuan. Pretes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di awal penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dari kompetensi strategik yang dimiliki siswa. Sedangkan postes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir penelitian dilakukan untuk mengetahui kompetensi strategik yang dimiliki siswa dari kedua kelas setelah mendapat perlakuan. Dari kedua tes tersebut diperoleh data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimana kompetensi strategik yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Adapun alasan pemilihan tipe uraian adalah sebagai berikut:
28
a. Dengan tes tipe uraian, maka proses berpikir dan ketelitian siswa dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal karena siswa dituntut untuk menyelesaikan soal secara rinci. b. Guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, cara menyelesaikan soal dan sejumlah penguasaan siswa terhadap konsep materi yang telah diajarkan. c. Guru dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa serta kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. d. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari, karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Instrumen tes kompetensi strategik yang dibuat, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan kepada guru bidang studi matematika di tempat penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas teoritis dari instrumen tes tersebut. Setelah mengalami perbaikan hasil konsultasi, instrumen diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa untuk mengetahui validitas kriterium (empirik) dari instrumen tes tersebut yang mencakup validitas tes, validitas tiap butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda tiap butir soal, dan indeks kesukaran tiap butir soal. 1) Validitas tes Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003:102).
29
Validitas yang dihitung dalam penelitian ini terdiri dari validitas keseluruhan tes dan validitas tiap butir soal. Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi menurut Suherman (2003:113) adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Klasifikasi Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi 0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 0,70 ≤ rxy < 0,90 0,40 ≤ rxy < 0,70 0,20 ≤ rxy < 0,40 0,00 ≤ rxy < 0,20 rxy < 0,00
Interpretasi Korelasi sangat tinggi → validitas sangat tinggi Korelasi tinggi → validitas tinggi Korelasi sedang → validitas sedang Korelasi rendah → validitas rendah Korelasi sangat rendah → validitas sangat rendah Tidak valid
Setelah instrumen diujicobakan dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan AnatesV4 software, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,70. Nilai ini menunjukkan bahwa validitas instrumen secara keseluruhan tergolong tinggi. Validitas yang diperoleh untuk tiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Validitas Tiap Butir Soal No. Soal
Koefisien Korelasi (rxy)
Interpretasi
1. 2. 3. 4.
0,756 0,862 0,872 0,843
Validitas tinggi Validitas tinggi Validitas tinggi Validitas tinggi
Hasil selengkapnya dari validitas keseluruhan tes dan validitas tiap butir soal dapat dilihat di Lampiran C.2.
30
2) Reliabilitas Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap (konsisten atau ajeg) jika digunakan untuk subjek yang sama (Suherman, 2003:131). Istilah relatif di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tidak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Klasifikasi interpretasi mengenai besarnya tingkat reliabilitas suatu instrumen (Suherman, 2003:139) dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien reliabilitas 0,90 ≤ r11 < 1,00 0,70 ≤ r11 < 0,90 0,40 ≤ r11 < 0,70 0,20 ≤ r11 < 0,40 r11 < 0,20
Interpretasi Derajat reliabilitas sangat tinggi Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sangat rendah
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan AnatesV4 Software, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,82. Nilai ini menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan tergolong ke dalam kategori tinggi. Hasil selengkapnya dari reliabilitas tes dapat dilihat pada Lampiran C.3. 3) Daya pembeda Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar (Suherman, 2003:159).
31
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, 2003:161) dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda
Interpretasi
0,70 < DP ≤ 1,00 0,40 < DP ≤ 0,70 0,20 < DP ≤ 0,40 0,00 < DP ≤ 0,20 DP ≤ 0,00
Sangat baik Baik Cukup Jelek Sangat jelek
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan AnatesV4 Software, diperoleh hasil berikut: Tabel 3.5
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal
Nilai DP
Interpretasi
1. 2. 3. 4.
0,35 0,44 0,42 0,45
Cukup Baik Baik Baik
Hasil selengkapnya dari daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada Lampiran C.4. 4) Indeks kesukaran Suatu soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik bila soal tersebut tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang testi untuk meningkatkan usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar dapat membuat testi menjadi putus asa dan enggan untuk memecahkannya.
32
Klasifikasi indeks kesukaran (Suherman, 2003:170) adalah sebagai berikut: Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran
Interpretasi
IK = 1,00
Soal terlalu mudah
0,70 < IK ≤ 1,00
Soal mudah
0,30 < IK ≤ 0,70
Soal sedang
0,00 < IK ≤ 0,30
Soal sukar
IK = 0,00
Soal terlalu sukar
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan AnatesV4 Software, indeks kesukaran soal untuk tiap butir soal tes kompetensi strategik hasil ujicoba disajikan dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal No. Soal
Nilai IK
Interpretasi
1. 2. 3. 4.
0,45 0,47 0,33 0,29
Soal sedang Soal sedang Soal sedang Soal sukar
Hasil selengkapnya dari daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada Lampiran C.5. Ringkasan hasil pengolahan data uji coba yang diperoleh disajikan pada Tabel 3.8.
33
Tabel 3.8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Validitas
: 0,70 (Interpretasi tinggi)
Reliabilitas : 0,82 (Interpretasi tinggi) Validitas Butir Soal No
Daya Pembeda
Indeks Kesukaran
Koefisien Validitas
Interpretasi
Nilai DP
Interpretasi
Nilai IK
Interpretasi
1.
0,756
Tinggi
0,35
Cukup
0,45
Soal sedang
2.
0,862 0,872 0,843
Tinggi
0,44 0,42 0,45
Baik
0,47 0,33 0,29
Soal sedang Soal sedang Soal sukar
3. 4.
Tinggi Tinggi
Baik Baik
Dengan melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari setiap soal yang diujicobakan serta dengan mempertimbangkan indikator yang terkandung dalam setiap soal tersebut maka semua soal digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian. 2. Instrumen Non-Tes Pada penelitian ini, instrumen non-tes yang digunakan adalah lembar observasi yang terdiri dari dua jenis, yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan lembar aktivitas guru selama proses pembelajaran matematika di dalam kelas berlangsung. Lembar observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual secara terperinci, baik mengenai aktivitas guru, sikap dan interaksi siswa baik dengan guru maupun dengan siswa, dan komponenkomponen pembelajaran lainnya guna mengetahui kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, lembar observasi ini juga digunakan untuk
34
mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran yang menggunakan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual. E. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini dikelompokan dalam empat tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, dan tahap pembuatan kesimpulan. 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum melaksanakan penelitian, diantaranya: a.
Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing, kemudian permasalahan dirumuskan beserta batasannya untuk selanjutnya dikaji berbagai sumber yang mendukung perumusan masalah sebagai acuan dalam menentukan hipotesis serta menentukan metode dan desain yang akan digunakan dalam penelitian.
b.
Menyusun proposal penelitian berdasarkan hasil pengkajian dan konsultasi dengan dosen pembimbing.
c.
Melakukan seminar proposal penelitian dengan tujuan agar mendapatkan masukan dan informasi apakah penelitian tersebut layak untuk dilaksanakan. Setelah diseminarkan, proposal direvisi bila terdapat kesalahan.
d.
Membuat surat izin penelitian.
35
e.
Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian dengan cara berkonsultasi terlebih dahulu dengan guru matematika di tempat penelitian.
f.
Menyusun bahan ajar yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
g.
Membuat instrumen penelitian yang meliputi kisi-kisi soal tes, tes kompetensi strategik, dan pedoman penilaian.
h.
Melakukan uji coba instrumen tes.
i.
Melakukan analisis hasil uji coba instrumen tes terhadap validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal.
j.
Merevisi instrumen penelitian apabila diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian antara lain: a. Menentukan sampel penelitian. b. Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. d. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Pengolahan Data Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pengolahan data antara lain: a. Mengumpulkan data hasil penelitian.
36
b. Mengolah data hasil penelitian. c. Menganalisis data hasil penelitian. 4. Tahap Pembuatan Kesimpulan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pembuatan kesimpulan terhadap rumusan masalah berdasarkan analisis data dan hasil penelitian. Prosedur penelitian yang telah diuraikan diatas dapat digambarkan pada Diagram 3.1 berikut ini: Identifikasi Masalah
Menyusun Proposal
Seminar Proposal
Membuat Instrumen Uji Coba Instrumen
Analisis dan Revisi Instrumen
Pemilihan Sampel Pelaksanaan Pretes
Pembelajaran Matematika dengan Model CPS Berbasis Kontekstual
Pembelajaran Matematika Konvensional
Postes Analisis Data Penarikan Kesimpulan
Diagram 3.1 Prosedur Penelitian
37
F. Pengembangan Bahan Ajar Pada kelas eksperimen dikembangkan bahan ajar yang disusun dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan untuk menunjang penerapan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual. Penyajian materi dalam LKS diawali dengan masalah kontekstual, kemudian diberikan pertanyaanpertanyaan yang membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep matematika yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan siswa menemukan sendiri konsep diharapkan pengetahuan yang diperoleh siswa lebih melekat dalam pemikiran siswa. Materi pokok dalam LKS ini adalah Bangun Ruang Sisi Lengkung yang merujuk pada standar kompetensi mata pelajaran matematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SMP. Pada LKS 1, materi yang dipelajari adalah unsur-unsur tabung dan kerucut. Siswa diberikan beberapa masalah mengenai materi ini, diantaranya menyebutkan contoh-contoh benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk tabung dan kerucut dan menjelaskan bagaimana karakteristik/ ciri-ciri yang dimiliki oleh benda tersebut disertai dengan gambarnya secara lengkap. Siswa pun dibimbing untuk menemukan sendiri bagaimana bentuk jaring-jaring tabung dan kerucut, yaitu dengan menggunting model tabung dan kerucut yang disediakan. Selanjutnya, siswa diberikan soal penerapan yang berhubungan dengan materi yang mereka pelajari. Pada LKS 2, materi yang dipelajari adalah luas permukaan tabung. Untuk mencari
luas
permukaan
tabung,
pertama-tama
siswa
diminta
untuk
38
menggambarkan kembali jaring-jaring tabung beserta ukurannya. Kemudian mencari luas dari bangun-bangun datar yang membentuk jaring-jaring tabung tersebut. Berdasarkan luas dari bangun-bangun datar tersebut, siswa saling berdiskusi dan dibimbing untuk menemukan sendiri bagaimana cara untuk mencari rumus luas permukaan tabung. Setelah siswa dapat menemukan sendiri luas permukaan tabung, siswa diberikan soal penerapan. Pada LKS 3, materi yang dipelajari adalah luas permukaan kerucut. Untuk mencari rumus luas permukaan kerucut, siswa diminta untuk memperhatikan dan menganalisis ukuran serta luas dari bangun datar yang membentuk jaring-jaring kerucut. Dari luas bangun datar yang membentuk jaring-jaring kerucut dapat diperoleh rumus luas selimut dan permukaan kerucut. Selanjutnya siswa diberikan soal penerapan untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap materi ini. G. Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan terhadap data kuantitatif dan data kualitatif tersebut berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Teknik Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Data Hasil Pretes, Postes, dan Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Analisis data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui kompetensi strategik siswa kedua kelas sebelum dan sesudah mendapat perlakuan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 17.0 for
39
Windows. Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji statistik ini adalah sebagai berikut. 1) Melakukan Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai data hasil pretes, postes, dan indeks gain yang diperoleh berupa skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmax), skor rata-rata (mean), varians, dan standar deviasi. 2) Melakukan Analisis Inferensi Analisis inferensi dilakukan untuk memperoleh kesimpulan mengenai kompetensi strategik siswa yang lebih baik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis yang dilakukan adalah uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Untuk mengetahui kualitas peningkatan kompetensi strategik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah mendapatkan perlakuan dilakukan analisis terhadap data indeks gain. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: skor postes – skor pretes Indeks gain =
skor maksimum – skor pretes
Kriteria indeks gain menurut Hake adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain Indeks Gain
Kriteria
IG ≥ 0,70 0,30 ≤ IG < 0,70 IG < 0,30
Tinggi Sedang Rendah
40
b. Analisis Data Hasil Pretes, Postes, dan Indeks Gain Siswa Kelompok Atas, Tengah, dan Bawah pada Kelompok Eksperimen Analisis data hasil pretes, postes, dan indeks gain siswa kelompok atas, tengah, dan bawah pada kelas eksperimen dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu “bagaimanakah pencapaian kompetensi strategik yang memperoleh pembelajaran matematika melalui penerapan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual ditinjau dari siswa kelompok atas, tengah dan bawah”. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut. 1) Mengelompokkan Siswa Siswa kelas eksperimen dikelompokkan ke dalam kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah berdasarkan pada nilai pretes yang diperoleh sebelum mendapatkan pembelajaran matematika melalui penerapan model Creative Problem Solving berbasis kontekstual. Pada kelas eksperimen, jumlah siswa yang mengikuti pretes ada 36 orang. Karena jumlah siswa lebih dari 30 orang, maka pengelompokkan siswa dilakukan dengan mengambil 27% siswa untuk kelompok atas dan 27% siswa untuk kelompok bawah, yaitu masing-masing sebanyak 10 siswa. Sedangkan sisanya merupakan kelompok tengah. Setelah skor untuk setiap siswa diurutkan dari yang tertinggi ke yang terendah, selanjutnya ditentukan sebanyak 10 siswa untuk kelompok atas yaitu siswa-siswa yang skornya tergolong ke dalam 10 skor tertinggi. Demikian juga untuk 10 siswa yang termasuk kelompok bawah, yaitu
41
siswa-siswa yang tergolong mendapat 10 skor terendah. Siswa yang tidak masuk ke dalam kelompok atas maupun kelompok bawah dikelompokkan ke dalam kelompok tengah. 2) Melakukan Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai data hasil pretes, postes, dan indeks gain yang diperoleh berupa skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmax), skor rata-rata (mean), varians, dan standar deviasi. 3) Melakukan Analisis Inferensi Analisis inferensi yang dilakukan adalah menguji perbedaan rata-rata data hasil indeks gain siswa kelompok atas, tengah, dan bawah dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Kruskall-Wallis. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki pencapaian kompetensi strategik yang berbeda signifikan di antara ketiga kelompok tersebut, dilakukan uji Post Hoc Multiple Comparisons dengan menggunakan uji Mann-Whitney. 2.
Teknik Analisis Data Kuantitatif Lembar observasi merupakan daftar isian yang diisi oleh pengamat atau
observer untuk mengukur aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan observer pada tiap aspek dinyatakan dalam skala 0 sampai 4 dengan ketentuan sebagai berikut: a. Skala 0 menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan sangat kurang.
42
b. Skala 1 menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan kurang. c. Skala 2 menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan cukup baik. d. Skala 3 menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan baik. e. Skala 4 menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan sangat baik.