BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam bidang studi IPS dan diarahkan pada peningkatan keterampilan berpikir siswa SMA pada mata pelajaran sejarah. Dalam bab ini, bahasan yang dikaji meliputi 1) metode penelitian, 2) lokasi dan subjek penelitian, 3) teknik pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) pengembangan instrumen, 6) langkah-langkah penelitian, 7) hasil pra survey dan 8) penyusunan draft awal model dan 9) pengembangan model.
A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and Gall (1983:722) memberikan definisi terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a process used to develop and validity education product”. Langkah-langkah penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan dalam suatu produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai pada akhirnya diperoleh suatu model (sebagai produk) yang dapat digunakan untuk memperbaiki output. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang
93
kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan setiap uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses.
Berdasarkan
temuan-temuan
hasil
uji
coba
tersebut
diadakan
penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167). Langkah-Langkah dalam penelitian dan pengembangan (research and development) menurut Borg and Gall terdiri atas 10 langkah. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Analisis data, studi literatur, observasi dan persiapan laporan dilakukan dalam tahapan ini. 2. Perencanaan
(Planning).
Menyusun
rencana
penelitian,
meliputi
kemampuan-kemampan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian. Dalam hal ini, perencanaan mencakup penetapan tujuan yang hendak dicapai, mendesain langkah-langkah
penelitian
dan
mengadakan
uji
coba
terbatas
pengembangan model dalam skala kecil. 3. Pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product). Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi. Pengembangan produk awal dilakukan dengan menyusun model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah berdasarkan penelitian pra survei.
94
4. Uji coba pendahuluan (Preliminary field testing). Uji coba pendahuluan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas, yang dilaksanakan di SMA PGRI Rangkasbitung. Selama uji coba, diadakan analisis data berdasarkan pengamatan/ observasi, wawancara dan penyebaran angket. 5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), tujuannya adalah memperbaiki model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model pendahuluan. 6. Uji coba utama (main field testing), yaitu uji coba model yang lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah yang lebih banyak. Uji coba lapangan ini dilaksanakan pada tiga sekolah, yaitu di SMAN 1, SMAN 3 Rangkasbitung dan SMAN 2 Rangkasbitung yang mewakili high class , middle class dan low class. Data kuantitatif berupa pre test dan post test dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan. 7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision), dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba model yang lebih luas. Langkah ini dilaksanakan dengan cara kolaborasi antara peneliti dengan guru bidang studi sejarah untuk menghasilkan model pembelajaran inkuiri yang ideal. 8. Uji coba lapangan (main field testing). Melibatkan sekolah dan subjek penelitian yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data-data berupa angket, observasi dan hasil wawancara, untuk kemudian dianalisis. 9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision) berdasarkan pada model operasional dan uji coba model yang lebih luas.
95
10. Penyebaran dan distribusi (dissemination and implementation), pada langkah ini, dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk/ model. Berdasarkan 10 langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas, maka langkah-langkah tersebut kemudian dimodifikasi bentuk langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2006:184) yang terdiri atas 3 tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model. Adapun langkah-langkah Research and Development hasil modifikasi ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
STUDI PENDAHULUAN Studi Pustaka
Penyusunan Draft Produk
PENGEMBANGAN
PENGUJIAN Pre Test
Uji Coba Terbatas
Survei Lapangan
Uji Coba Luas Luas
Perlakuan Post Test
Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development (Sukmadinata, 2007:189) Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983). Dari Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata di atas, maka penulis menggambarkan penelitian dan pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam penelitian sebagai berikut: 96
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
STUDI PENDAHULUAN
Uji Coba Terbatas
Kajian Literatur -
-
Teori yang relevan Hasil penelitian terdahulu
Rancangan desain model Implementasi Evaluasi dan refleksi Penyempurnaan
Penelitian Pra Survei 1.
2.
Draft model yang akan diujicobakan pada uji coba lebih luas
Situasi di lapangan (Desain dan penerapan sejarah yang sedang berlangsung, Kegiatan belajar Siswa, kemampuan dan kinerja guru,) Kondisi dan pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan
Uji Coba Luas -
1. Penyusunan pengembangan draft awal model 2. Perencanaan model
Rancangan/ desain model Implementasi Evaluasi penyempurnaan Kesimpulan
MODEL AKHIR Draf awal model siap di ujicobakan
Bagan 3.2 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri 1. Studi Pendahuluan a. Studi literatur Studi literatur dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori yang mendukung bagi pembelajaran sejarah di SMA, model pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikir dari berbagai sumber literatur, dan mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri. Hasil studi literatur 97
tersebut digunakan sebagai dasar-dasar pengetahuan serta landasan teoritis dalam penelitian ini. b. Persiapan teknis dan administratif Persiapan teknis dan administratif dilakukan untuk mendapatkan izin melaksanakan penelitian dari instansi yang berwenang. Pertama-tama adalah dengan mengajukan izin penelitian ke direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung. Desain penelitian disetujui oleh tim penguji, dan berdasarkan SK Direktur Pascsarjana UPI Bandung Nomor 0043/H40.7/PL/2011 pada tanggal 7 Januari 2011. Setelah mendapatkan surat izin melaksanakan penelitian dari direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung, maka peneliti melanjutkan prosedur ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Merujuk pada izin dari Rektor UPI Bandung dan Surat izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak,
dan memperoleh nomor surat penelitian 423/177-Disdik.Kab/2011
tanggal 26 Januari 2011, maka peneliti mengajukan permohonan ke sekolahsekolah di Kecamatan Rangkasbitung. c. Penelitian pra survey Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian pra survei. Penelitian pra survei merupakan kegiatan penelitian yang bersifat deskriptif. Melalui pra survei, peneliti dapat mengungkap jawaban dari pertanyaan apa, bagaimana, bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel. prasurvei juga dilaksanakan untuk mengumpulkan
data
berkenaan
dengan
pembelajaran (Sukmadinata, 2007:184).
98
perencanaan
dan
pelaksanaan
Penelitian pra survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, terutama yang
berkenaan
dengan
pengembangan
model
pembelajaran
inkuiri.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumenter, dan observasi pada saat terjadinya PBM. Berdasarkan data yang didapat dari kajian literatur dan hasil penelitian pra survei, yang mengacu pada dasar-dasar teori hasil studi kepustakaan,
maka peneliti
dapat
mengetahui
bagaimana
proses
pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan. Setelah itu, maka peneliti dapat menyusun draft awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Adapun aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian pra survei, diantaranya adalah 1) rancangan dan implementasi pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan oleh guru, 2) kegiatan belajar siswa, 3) kemamouan dan kinerja guru, 4) kondisi dan pemanfaatan sarana pembelajaran, fasilitas dan lingkungan. Rancangan dan implementasi ini berkaitan dengan perencanaan pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, serta evaluasi yang digunakan. Penelitian pra survei ini juga untuk mengkaji kemampuan dan kinerja guru, dan aktivitas belajar siswa. Hasil
studi
pendahuluan
ini
dijadikan
sebagai
dasar
untuk
mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam implementasi pembelajaran sejarah di SMA, yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Selain itu, hasil penelitian pra survei ini juga digunakan untuk pemilihan dan penetapan lokasi SMA di Kecamatan Rangkasbitung sebagai tempat dilakukannya penelitian pengembangan model inkuiri. Selanjutnya, maka peneliti dapat menyusun draf
99
awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. d. Penyusunan dan Perencanaan draft awal model Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rancangan model yang dikembangkan maka kegiatan selanjutnya adalah penyusunan draf awal model pembelajaran pembelajaran inkuiri
pada mata pelajaran sejarah untuk
mengembangkan keterampilan berpikir, difokuskan pada 3 tahap yang terdiri atas penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. 1.) Perencanaan pembelajaran Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely, 1979). Perencanaan sistem pembelajaran yang sistematis dan terarah yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar yang efektif, efisien, dan menarik. Pengembangan rencana pembelajaran diawali dengan menganalisis kurikulum terutama dari silabus yang dibuat BSNP, dari hasil
analisis
dikembangkan
dalam
bentuk
silabus
yang
selanjutanya
dioperasionalkan dalam bentuk RPP (silabus dan RPP terlampir). Rincian RPP merujuk kepada ketentuan yang dituntut oleh kurikulum terutama ketentuan dari tuntutan standar proses pendidikan yang secara umum meliputi; tujuan, materi pembelajaran, model/ metode pembelajaran dan evaluasi. Selanjutnya unsur-unsur tersebut menjadi fokus pengembangan dari model ini. (a.) Tujuan Pembelajaran. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses disebutkan bahwa
100
salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Perencanaan untuk model pembelajaran inkuiri ini pertama-tama adalah mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari model inkuiri adalah suatu upaya di dalam menyediakan sarana bagi siswa untuk meningkatkan sikap dan keterampilan intelektual di dalam memecahkan suatu masalah secara independen berdasarkan langkah-langkah yang sistematis. Tujuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk keterampilan berpikir yang dipilih untuk dikembangkan dalam model ini dan sekaligus menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran. (b.) Materi pelajaran Materi atau bahan ajar diperlukan untuk menguasai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran. Materi atau bahan ajar berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip generalisasi dan masalah-masalah yang dikaji dalam dalam suatu mata pelajaran. Materi keterampilan berpikir bersumber dari materi yang terdapat dalam mata pelajaran sejarah. Ketepatan guru dalam penentuan materi sangat tergantung kepada kemampuan guru di dalam mengaitkan suatu tema/topik dengan permasalahan dan mengembangkan materi tersebut untuk mendukung terhadap permasahan yang telah ditentukan. Untuk itu, maka topik yang dikembangkan sebaiknya memberi keleluasaan bagi guru, bukan pada hal-hal teoritik tetapi berakar pada masalah lingkungan siswa (Erliany,2007:124).
101
(c.) Model pembelajaran Model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki lima langkah utama, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) perumusan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penyimpulan. Langkah-langkah tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam langkah-langkah penelitian penelitian,
tepatnya tampak dalam desain
rancangan
model
pembelajaran inkuiri. (d.) Media dan sumber belajar. Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menggunakan multimetode dan multimedia. Artinya, melalui inkuiri siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis (buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain) maupun dari media elektronik(radio, televisi, komputer, dan internet). Oleh sebab itu keberhasilan penerapan model pembelajaran inkuiri sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemamfaatan media dan sumber belajar. Media bagan dan lembar tugas siswa berupa artikel juga dikembangkan sesuai dengan topik materi yang diajarkan kepada siswa. Berdasarkan studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa dalam kurikulum mata pelajaran sejarah SMA, khususnya pada kelas X semester II, materi yang akan dipelajari adalah perkembangan dan peradaban Indonesia. Dengan demikian, media yang akan digunakan,sudah disiapkan oleh guru dan peneliti yang disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana disekolah.
102
(e.) Evaluasi Hasil Belajar. Rancangan berikutnya adalah unsur evaluasi yang digunakan untuk menilai pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran. Evaluasi dalam rancangan model ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan perilaku siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis melalui diskusi selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup; mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mencari informasi dan menyimpulkan. 2.) Implementasi. Implementasi pembelajaran merupakan tahapan proses pelaksanaan pembelajara yang direncanakan. Menurut Seller dan Miller (1985: 13) menyatakan
implementasi
dalam
pembelajaran
yaitu:
“In
some
case
implementation has been identified with instruction…”. Sejalan dengan Hamalik (2007: 237) mengemukakan bahwa “implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.” Proses pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang umumnya digunakan guru, yaitu: 1) kegiatan awal atau pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan akhir atau penutup. Ketiga tahapan pembelajaran tersebut didalamnya tercakup langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
103
3.) Evaluasi Penelitian ini bertujuan menemukan suatu model inkuiri yang cocok untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada tingkat SMA. Untuk itu diperlukan evaluasi selama proses pengembangan baik dalam tingkat perencanaan mapun implementasi. Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan bersama-sama guru bidang studi, draf RPP yang telah dirancang oleh peneliti didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari guru bidang studi. Evaluasi ini lebih menitik beratkan kepada penyamaan persepsi mengenai langkah-langkah RPP, baik isi maupun rumusannya. Penilaian juga dilakukan setelah rencana pembelajaran/ RPP tersebut dilaksanakan untuk melihat kecocokan antara yang sudah disepakati dengan implementasinya baik yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi. Hasil dari evaluasi didiskusikan dengan guru. Dari penilaian dan diskusi ini, dilakukan beberapa penyempurnaan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran.
2. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Desain pengembangan model pembelajaran inkuiri ini dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah di SMA Dalam tahap ujicoba, model pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini diujicobakan melalui pendekatan penelitian tindakan sampai diperoleh model yang solid dan sesuai dengan kondisi yang ada (Arikunto, 2006:12).
104
Hopkins (1993:44) memaparkan bahwa classroom action research merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu,
agar
dapat
memperbaiki
dan
meningkatkan
pembelajaran di kelas secara professional. Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk
siklus
yang
mengacu
pada
model
Kemmis
dan
Taggart
(Hopkins,1993:48), yang terdiri terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang terjadi secara berulang dalam bentuk lingkaran yang terus-menerus sampai ditemukan model yang solid. Model penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan oleh inkuiri yang dilakukan seseorang di dalam upayanya untuk memahami sambil melakukan kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan (Wiriaatmadja, 2002:125). Aspek-aspek yang diteliti pada fase ini adalah draft model pembelajaran inkuiri dan pelaksanaan penggunaan model tersebut. a.
Uji Coba Terbatas Melakukan uji coba penggunaan program pembelajaran berbasis web pada
skala terbatas yang dilaksanakan di SMA PGRI (kategori rendah). Pelaksanaan penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam bentuk siklus berulang sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahapan ini adalah: (1)perencanaan pembelajaran, (2) implementasi draf model, (3) refleksi dan penyempurnaan model, dan (4) evaluasi. Hasil refleksi dan penyempurnaan dijadikan dasar untuk menentukan keputusan perbaikan pada siklus berikutnya (Arikunto, 2006:16). Selama uji coba berlangsung, peneliti melakukan evaluasi dan perbaikan dengan cara observasi dengan cermat hingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil 105
pengamatan oleh guru dan peneliti dijadikan bahan untuk melakukan revisi pada uji coba berikutnya, hingga pada tahap penyempurnaan. b.
Uji Coba Luas Setelah diadakan penyempurnaan model pembelajaran hasil uji coba
terbatas pada masing-masing siklus, selanjutnya dilakukan uji coba dengan skala lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan yang dilaksanakan pada sekolah kategori dengan kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi sebagai sampel dalam penelitian ini. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.
B. Lokasi dan Subjek Participant (subject) menurut Mac Millan (2008: 110) yakni “someone from whom data are collected.” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/ objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel yaitu “the group of elements, or a single element, from which data are or have been obtained”. Sampel juga merupakan bagian dari populasi yang diambil dari sumber data yang dianggap memiliki karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh populasi tersebut. Setelah menetapkan subjek penelitian, maka dilakukan sampling. Penetapan sampling dilakukan dalam penelitian pra survey dan pada saat proses pengembangan model, yaitu dalam uji terbatas dan uji coba luas.
106
Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Mac Millan, maka dipilih subjek pada penelitian pra survei. Dalam penelitian pra survei, yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah guru sejarah di kelas X SMA Kecamatan Rangkasbitung dan siswa SMA kelas X. Tujuan penetapan subjek penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini. Secara keseluruhan, subyek utama dalam penelitian pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah ini adalah siswa kelas X SMA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di wilayah Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel pada tahap pengembangan dalam uji coba terbatas dan uji coba luas dilaksanakan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu (http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampnon.php). Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Purposive sampling dibagi menjadi dua bagian, yaitu judgement sampling dan quota sampling. Sampling purposive yang diambil penulis adalah judgement sampling. Artinya, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel tersebut merupakan pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”(http://www.purposive-sampling &catid=309&Itemid=585).
107
Melalui sampling purposive, penelitian dilaksanakan pada SMA Swasta PGRI Rangkasbitung sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Penetapan satu sekolah untuk pengembangan model inkuiri ini dianggap mewakili sekolah swasta lainnya dan didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji coba pengembangan. Tujuannya
adalah adanya kerjasama yang baik dan
kemauan dari pihak sekolah, atau guru untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah. Kerjasama ini merupakan hal yang penting, karena akan menentukan keberhasilan uji coba model yang dikembangkan. Uji coba terbatas pengembangan model inkuiri dilakukan di SMA PGRI Rangkasbitung dengan kategori rendah. Asumsinya adalah, jika penelitian yang dilakukan pada sekolah berkategori rendah, maka jika diaplikasikan pada sekolah dengan kategori klasifikasi sedang dan yang lebih baik, maka akan diperoleh hasil yang lebih baik pula. Pertimbangan lainnya adalah adanya kemungkinan untuk dilakukan ujicoba. Artinya, adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran model inkuiri dan aspek konteks pula. Faktor perizinan dianggap penting karena akan menjadi penentu dapat dilakukannya penelitian dengan baik. Oleh karena itu, penetapan sampel disesuaikan dengan kebutuhan dan sekolah yang dipilih adalah SMA PGRI. Pada uji coba luas, peneliti menggunakan tiga sekolah, yaitu SMAN 1 Rangkasbitung (kategori baik), SMAN 3 Rangkasbitung (kategori sedang), dan SMAN 2 Rangkasbitung (kategori kurang). Penetapan sampel pada uji coba luas dilakukan berdasarkan pembagian kriteria, yakni sekolah yang dianggap baik,
108
sedang dan kurang. Penetapan kriteria/ kualifikasi sekolah ini dapat dilihat berdasarkan a) opini masyarakat (keinginan orang tua memilih sekolah berdasarkan dengan status ekonomi dan pendidikan orang tua), b) kemampuan sekolah untuk menghasilkan output berupa kuantitas lulusan siswa dalam ujian UAN, dan c) ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Adapun penetapan kriteria dalam sampling ini berdasarkan pada opini masyarakat dan juga ketersedian sarana dan prasarana di sekolah. Kriteria penetapan sekolah ini didasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Departemen Pendidikan Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel terhadap sekolah yang dipilih, dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas No 1 2.
Kelompok Uji Coba Terbatas Uji Coba Luas
Klasifikasi
Nama Sekolah
Kurang Baik Sedang
SMA S PGRI SMAN 1 Rangkasbitung SMAN 3 Rangkasbitung
Jumlah Siswa 20 30 30
Kurang
SMAN 2 Rangkasbitung Jumlah
30 110
Jumlah Guru 1 1 1 2 5
C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu studi pendahuluan dan pada tahap pengembangan. Pada setiap penelitian, dipilih teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan masing-masing. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilaksanakan adalah observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi.
109
Pada tahap studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, Ke empat teknik pengumpul data tadi saling melengkapi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mengungkapkan kondisi pembelajaran sejarah pada saat ini, kebutuhan model yang diharapkan dan ruang lingkup isi draft. Observasi digunakan untuk melihat kondisi pembelajaran saat ini dan pelaksanaan uji coba draft model. Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui pandangan mereka terhadap pembelajaran sejarah yang telah dilaksanakan sebelum diujicobakan model, sedangkan angket untuk siswa diberikan untuk mengetahui pandangan mereka tentang pembelajaran yang diterimanya. Pada tahap pengembangan model uji coba terbatas, ada beberapa siklus yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dikembangkan hingga menghasilkan model yang dianggap sesuai. Pada tahap ujicoba ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket, dan tes uraian terbuka ditujukan kepada siswa (instrumen terlampir). Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam penerapan model, sedangkan angket untuk siswa bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh sebelum dan setelah mengikuti proses pelaksanaan model. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pembelajaran yang dikembangkan. Observasi dilakukan terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala
110
yang dihadapi subjek. Tes, diberikan kepada siswa untuk mengetahui keberhasilan model pembelajaran yang diimplementasikan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir pada hasil.
D. Pengembangan Instrumen Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaitkan dengan tahaptahap penelitian yaitu tahap penelitian awal, berupa studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, yang dikembangkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Pada tahap pengembangan model dikembangkan instrumen angket, obsevasi kelas dan instrumen hasil belajar berupa tes. 1. Studi dokumenter Studi dokumenter dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar guru, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran sejarah, sumber yang digunakan dan data-data lainnya yang mendukung. Studi dokumenter juga mengungkap ketersediaan dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan proses pembelajaran (mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran). 2. Instrumen Angket/ questionnaire Angket digunakan dalam kegiatan penelitian pra survei dan pada saat pengembangan model. Responden dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan siswa SMA kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penggunaan angket dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai implementasi pembelajaran
111
sejarah di SMA, aktivitas belajar siswa, kemampuan dan kinerja guru, pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan. Angket disusun dengan cara gabungan, yaitu terdiri dari butir pertanyaan berstruktur dan butir pertanyaan terbuka (Sudjana, 1989:103). Hal ini didasarkan pada alasan untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban dan dapat menggali informasi yang lebih luas, Penggunaan angket pada tahap pra survei ditujukan untuk guru dan untuk siswa. Instrumen angket untuk guru, secara garis besar dikembangkan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan,
yang
mencakup
pengalaman
mengajar,
pengembangan rencana pengajaran, penerapan pengajaran sejarah, dan evaluasi pengajaran sejarah. Angket ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan guru. Instrumen angket untuk guru dikembangkan melalui 56 butir pertanyaan untuk menjaring data berkenaan dengan aspek-aspek identitas, aktualisasi diri, pandangan guru terhadap sejarah, pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, pengembangan keterampilan berpikir siswa, sarana /prasarana yang mendukung pembelajaran sejarah, evaluasi pembelajaran sejarah dan iklim sosial dan psikologis di sekolah. Angket untuk siswa diberikan kepada siswa SMA kelas X yang dikembangkan melalui 20 butir pertanyaan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran sejarah di sekolah selama ini. 3. Instrumen Kegiatan observasi Kelas Dalam penelitian ini, observasi kelas dilakukan pada saat penelitian pra survei dan tahap pengembangan model inkuiri. Observasi dilakukan
112
terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala/ hambatan yang dihadapi di kelas pada saat implementasi pengembangan model tersebut. Kegiatan observasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui penelitian pendahuluan/ penelitian pra survei, yakni dengan cara mengamati langsung kegiatan pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung. Setiap kondisi diamati mulai dari perencanaan pembelajaran/membuka pelajaran, tahap kegiatan inti sampai dengan penutup. Tahap kedua, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi; aktivitas siswa, aktivitas guru, serta kondisi dan suasana yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada uji coba terbatas dan uji coba secara luas. 4. Instrumen Hasil Belajar Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, dan tes yang digunakan adalah tes subjektif, yaitu tes yang mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban terbuka dan uraian. Bentuk tes ini peneliti anggap cocok untuk model yang akan dikembangkan karena jawabannya memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya pun menjurus kepada kognitif tingkat tinggi (Arikunto, 2007:162). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi, menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan yang membutuhkan jawaban yang lebih terbuka, dan hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif.
113
Dalam penelitian ini instrumen hasil belajar tidak dilakukan uji validitas dan uji realibilitas. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Kamarga (2000:115) bahwa pertimbangan tidak dilakukannya uji validasi dan uji reliabilitas pada hasil penilaian apabila penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata tetapi juga mempertimbangkan aspek penampilan (performance) siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian instrumen hasil belajar hanya sampai kepada pertimbangan ahli dalam hal ini guru bidang studi dan pembimbing. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu a) keterampilan merumuskan
masalah, b) keterampilan
membuat hipotesis, c) keterampilan mengumpulkan data, d) keterampilan menguji hipotesis, dan e) keterampilan membuat kesimpulan.
E. Analisis Data Analisis data dilakukan berdasarkan data yang didapatkan dari hasil instrumen pada saat pra survei, pengembangan model inkuiri pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Pada penelitian pengembangan model pembelajaran inkuiri, dilakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif, sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesakannya , mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006: 248).
114
Analisis data kualitatif ini dilakukan pada studi awal, dan pengembangan model pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Untuk memberikan data yang terkumpul, maka analisis data dalam kegiatan ini dianalisis dengan pendekatan kualitatif untuk kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis kuantitatif digunakan untuk studi awal dengan menganalisis data yang diperoleh melalui angket, dicari frekuensinya untuk setiap alternatif jawaban untuk kemudian dihitung presentasinya yang dianalisa melalui uji-t untuk kemudian diolah menggunakan software komputer. Pada pengembangan uji coba model, analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar berupa post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Uji t dilakukan untuk mengetahui
perbedaan
efektivitas
model
pembelajaran
inkuiri
untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA antara sebelum dan setelah dilakukan pengembangan model, yaitu dengan cara membandingkan hasil pretest dengan tes uji coba pertama, hasil tes uji coba pertama dengan hasil tes uji coba kedua, tes uji hasil coba kedua dengan hasil tes uji coba ketiga, dan hasil tes uji coba ketiga dengan hasil tes uji coba keempat.
F. Langkah-Langkah Penelitian Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengembangan model yang merujuk kepada langkah penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall, yang telah disederhanakan oleh Sukmadinata (2008 :184) menjadi tiga langkah,
115
meliputi 1.) studi pendahuluan, 2.) pengembangan dan 3.) pengujian. Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983). Secara umum, langkah-langkah penelitian, dapat dilihat pada bagan 3.2 di awal (hal.87). Untuk lebih lanjut, dapat dapat dilihat dalam pemaparan berikut. 1.
Studi Pendahuluan
Pada studi pendahuluan ini, prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a.
Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model yang akan dikembangkan
b.
Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu
c.
Melakukan kegiatan pra survei
2.
Pengembangan Model Pengembangan model didasarkan pada temuan/ hasil pra survey.
Berdasarkan hasil pra survey, terlihat kelemahan atau hal-hal yang harus dimodifikasi dari model inkuiri yang akan dikembangkan, sehingga hasil pengembangan model adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih lanjut, desain model, perkembangan model hingga bentuk final/ akhir model dipaparkan pada bab IV.
116
G. Hasil Penelitian Pra Survei Pada pembahasan ini, guru memiliki peran utama, dan dianggap sebagai faktor kunci dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti akan memberi pengaruh yang besar kepada kinerja guru. Berkenaan dengan latar belakang guru yang mengajar pada mata pelajaran sejarah pada beberapa sekolah di Kecamatan Rangkasbitung, maka dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 3.2 Latar belakang pendidikan Responden Guru Guru A B C D E
Pendidikan terakhir S-1 S-1 S-1 S-1 S-1
Pengalaman mengajar 3 tahun 17 tahun 11 tahun 21 tahun 19 tahun
Pengalaman mengajar sejarah kelas X 2 tahun 7 tahun 5 tahun 10 tahun 3 tahun
Tabel 3.2, menunjukkan bahwa secara umum latar belakang pendidikan guru adalah berpendidikan tinggi, yaitu sarjana dan rata-rata memiliki pengalaman mengajar di atas 10 tahun.
1. Deskripsi data a.
Desain dan Implementasi Proses Pembelajaran yang Sedang Berlangsung 1.) Persiapan guru dalam mengajar Pada aspek ini, guru memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada
dalam angket, seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
117
Tabel 3.3 Persiapan guru dalam mengajar Jumlah guru a. b. c. d.
Membaca panduan penyusunan kurikulum dari BSNP Membaca buku sumber yang berhubungan dengan mata pelajaran Membaca buku pegangan siswa Melihat RPP yang sudah ada
2 2 1 -
JUMLAH
5
Data pada tabel 3.3 tersebut memberikan informasi bahwa guru-guru telah mengembangkan RPP berdasarkan panduan penyusunan kurikulum dari BSNP, sedangkan dua orang guru (40%) lainnya mengembangkannya dari buku pegangan guru, dan satu guru membuat RPP berdasarkan buku pegangan siswa. Tujuan pengembangan RPP dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 2.) Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran Tabel 3.4 Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran a. Memberikan arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan b. Agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan efisien c. Untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP d. Sebagai formalitas dan tuntutan kepala sekolah saja. Jumlah
Jumlah guru 3 1 1 5
Berdasarkan data pada tabel 3.4 di atas, maka 3 orang guru (60%) memahami kegunaan pengembangan rencana pembelajaran, yaitu sebagai arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Guru lainnya memberikan jawaban agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP. Adapun pendapat guru mengenai pengembangan aspek-aspek dalam RPP tampak pada tabel berikut.
118
3.) Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana Pembelajaran Tabel 3.5 Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana Pembelajaran Jumlah guru 1. Pengembangan RPP a. Menjabarkan dari tujuan pengajaran yang tercantum dalam GBPP b. Mengembangkan berdasarkan topik-topik dalam GBPP c. Mengembangkan materi dari buku pedoman guru/ siswa d. Meng-copy dari RPP yang telah ada (guru lain/ internet) dan mendiskusikannya dengan guru mata pelajaran serumpun 2. Pengembangan Materi Pembelajaran a. Berdasarkan PB/Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan b. Diperluas dari sumber lain yang mendukung materi pembelajaran c. Disesuaikan dengan buku pegangan siswa 3. Pengembangan Metode Pembelajaran a. Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, Pokok Bahasan dan materi yang akan diajarkan b. Mencari metode baru yang relevan c. Menggunakan metode yang tradisional dan biasa digunakan d. Sesuai dengan perasaan 4. Pengembangan Media Pembelajaran a. Menggunakan multimedia yang relevan disesuaikan dengan tujuan dan materi b. Menggunakan media yang ada dan menyesuaikannya dengan tujuan dan materi c. Bagaimana nanti di kelas saja d. Jarang menggunakan media 5. Waktu pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar a. Setiap akhir pembelajaran b. Saat proses dan akhir pembelajaran c. Pada tengah dan akhir semester saja d. Pada akhir semester 6. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar a. Untuk memberikan skor b. Mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan c. Mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan, dikaitkan dengan kehidupan mereka d. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
119
2 2 1
1 3 1 2 1 2
2
3 4 1
2
3
Dari paparan data tabel 3.5 di atas, dipahami secara umum guru mata pelajaran sejarah di SMA belum memahami cara mengembangkan rencana pembelajaran yang benar. Dalam mengembangkan RPP, pada umumnya, guru tampak hanya mengembangkan atau membuat RPP berdasarkan RPP yang sudah ada. Keadaan ini juga ditunjukkan dari kecenderungan guru dalam menggunakan sumber utama dari buku pegangan siswa saat mengembangkan materi dan strategi pembelajaran. Kelemahan lainnya terlihat dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Guru cenderung melakukan evaluasi pada setiap selesai menyampaikan materi setiap satu pokok bahasan, sehingga yang menjadi tujuan evaluasi adalah bagaimana siswa sebanyak mungkin menguasai materi pelajaran. Data ini menggambarkan suatu kesimpulan, yaitu bahwa guru kurang merasakan kegunaan dari pengembangan rencana pembelajaran. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: 4.) Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Tabel 3.6 Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Jumlah Guru 1. Sumber Belajar a. Buku, papan tulis, lingkungan sekitar dan penjelasan dari guru b. Media gambar, lukisan, peta c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel) d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif, multimedia) 2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung dalam pembelajaran sejarah c. Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah d. Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai
120
3 1 1
2 2
1
3. Metode pembelajaran yang digunakan a. Ceramah b. Tanya jawab c. Berdiskusi d. Pengalaman langsung 4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan menjodohkan b. Tes lisan, dan tanya jawab c. Non tes (observasi) d. Perpaduan tes dan non tes
2 2 1
3 2
Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan/ kendala yang dialami oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional. Jika dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, memang ditemukan hambatan seperti yang telah diuraikan oleh guru dalam angket yang telah diberikan sebelumnya kepada guru mata pelajaran sejarah. Keadaan kelas kurang mendukung terjadinya pembelajaran sejarah yang optimal, karena kurangnya buku sumber. Hanya beberapa siswa yang memiliki buku paket. Buku paket dari perpustakaan pun sudah kurang sesuai dengan kurikulum yang sedang berlangsung. Ada beberapa siswa yang memang memperhatikan penjelasan guru dengan baik, namun tidak jarang juga yang tampak mengantuk, kurang 121
memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah. Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya, terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa. Guru
cenderung
menggunakan
cara
mengajar
seperti
pada pertemuan
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan kajian di atas, maka di satu sisi guru cukup menguasai materi pembelajaran sejarah, namun belum dapat mengelola kelas dengan optimal. Oleh karena itu, seringkali keadaan ini menimbulkan pandangan pada diri siswa bahwa pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang kurang bermakna, karena kurang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
122
5.) Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Tabel 3.7 Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah INDIKATOR Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada siswa pada kegiatan awal PBM
0 1 2 2 3
Memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan dibahas
3 4
3
2
Memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa Menjelaskan terlebih dahulu konsep atau istilah yang akan diajarkan
1 3
1
Memberikan contoh tentang konsep atau istilah yang sedang diajarkan Menjelaskan materi sesuai dengan TPK
2 3 2 2
1
Menggunakan metode pengajaran sesuai dengan RPP
2 2
1
Menggunakan langkah-langkah pengajaran sesuai dengan RPP dan disesuaikan dengan alokasi waktu Menggunakan sumber belajar sesuai dengan RPP
2 3
1 2 2 1 3 1
Menggunakan media belajar sesuai dengan RPP Menanyakan kepada siswa mengenai gagasan utama mengenai materi yang diajarkan
1 3 1 3 2
Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat
2 3
Mengemukakan permasalahan untuk dijadikan pokok bahasan agar dicari pemecahan masalahnya Menanyakan persamaan atau perbedaan aspek yang terdapat dalam materi yang sedang dibahas
2 2
Memberikan penguatan terhadap materi yang telah dibahas
2 2
Memberikan reward and punishment
3 2
Menggunakan penilaian/ evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan RPP
2 3
3 2
Keterangan: 0 = jarang sekali dilakukan (antara 0 - 20 %) 1 = jarang dilakukan (antara 20.01 - 40%) 2 = kadang-kadang dilakukan (antara 40.01- 60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01 – 80 %) 4 = sering sekali dilakukan (antara 80.01-100%)
Berdasarkan tabel 3.7 tersebut, pada aspek-aspek kegiatan yang lebih spesifik, mengarah kepada bentuk model pembelajaran inkuiri, guru memberikan jawaban kadang-kadang dilakukan, yakni dilihat dari indikator a) memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa (3 orang cenderung kadang-kadang dilakukan,), b) memberikan kesempatan
123
1
1
kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau
berpendapat (3 orang
menyatakan kadang-kadang melakukan), c) mengemukakan permasalahan kepada siswa untuk dijadikan pokok bahasan dan dicari pemecahan masalahnya (2 orang menyatakan kadang-kadang, 2 orang menjawab jarang melakukan). Apabila jawaban guru pada angket, dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, tampak ada sedikit perbedaan. Melalui observasi aktivitas kelas, terlihat bahwa hampir semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran, hanya menuliskan topik/ materi yang akan dibahas saja. Berdasarkan hasil pra survei, hanya 2 orang guru yang menjelaskan tujuan pengajaran. Secara umum, materi yang diajarkan berasal dari buku pegangan siswa, bukan berasal dari tujuan yang sudah dicantumkan dalam TPK dalam RPP. Hal ini diketahui dari cara guru mengajar, terfokus kepada buku paket, tanpa mengadakan perluasan atau pendalaman materi. Cara pengajaran seperti itu, menunjukkan bahwa guru kurang siap dengan materi pengajaran, karena tampak guru membawa buku pegangan siswa dan sering membuka buku untuk melihat materi yang ada pada buku paket. Pada awal pembelajaran, dan ketika proses pembelajaran berlangsung, guru menjelaskan konsep mengenai topik yang sedang dibahas, dan memberikan beberapa contoh yang sesuai dengan materi, namun hanya satu atau dua orang guru yang sudah tampak mampu mengemukakan masalah untuk dijadikan pokok bahasan untuk dicari pemecahan masalahnya oleh siswa. Usaha guru untuk memberikan stimulus kepada siswa sudah mulai tampak. Kendalanya adalah, banyak siswa yang masih enggan dan belum terbiasa untuk memberikan jawaban, dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan lagi.
124
Evaluasi dilakukan pada proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran, namun pertanyaan-pertanyaan
yang
dimunculkan, kurang menunjukkan adanya bentuk pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir. 6.) Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa Dari hasil temuan di atas, kita lihat hasil angket tentang pandangan siswa mengenai pembelajaran sejarah, yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.8 Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa a. b. c. d. e. f.
Agama PPKn Bahasa Indonesia IPA Matematika IPS Jumlah
Jumlah siswa 4 12 18 7 37 32 110
Dari tabel 3.10 di atas, mata pelajaran IPS, termasuk sejarah, menempati urutan ke dua (29,09%) yang merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa. 7.) Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah Adapun persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah di SMA dapat digambarkan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 3.9 Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah a. b. c. d.
Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Jumlah 125
Jumlah siswa 67 9 26 8 110
Pada tabel 3.9 tersebut, pada umumnya, siswa menganggap bahwa sejarah hanya merupakan pelajaran yang bercerita mengenai tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Ini diketahui dari 110 responden yang menjawab demikian. Hanya 8 orang yang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang, sedangkan 67 orang (60,91%) mengemukakan anyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu. 8.) Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah Alasan tidak menyenangi pelajaran di atas, diantaranya tampak dalam tabel 3.10 seperti di bawah ini. Tabel 3.10 Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah a. b. c. d.
Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti Ceritanya membingungkan Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari Jumlah
Jumlah siswa 49 29 8 24 110
Merujuk pada tabel 3.10 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,55%) yang menjawab demikian. Selain itu, alasan lain adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari.
126
9.) Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah Persepsi siswa tentang pembelajaran sejarah tampak pada tabel berikut. Tabel 3.11 Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah a. Kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa mendengarkan b. Cukup menyenangkan karena gurunya baik c. Cukup menyenangkan karena menggunakan berbagai macam metode d. Menyenangkan, karena materinya memancing rasa ingin tahu dan selalu dihubungkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah
Jumlah siswa 62 29 14 5
110
Tabel 3.11 ini diketahui secara umum persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah. Mereka beranggapan bahwa pelajaran tersebut sulit dimengerti dan pembelajarannya kurang menyenangkan serta terlalu banyak hafalannya. Sebanyak 62 responden (56,36%) menyatakan bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa mendengarkan. Ada 29 menyatakan
bahwa
pembelajaran
sejarah
orang siswa (26,36%) yang adalah
pembelajaran
yang
menyenangkan, namun dengan alasan yang cukup subjektif, yaitu gurunya baik.
127
10.) Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru Di bawah ini kita lihat cara mengajar guru di kelas dari pendapat siswa. Tabel 3.12 Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru a. Guru jarang menjelaskan materi b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga membingungkan siswa d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini Jumlah
Jumlah siswa 9 72 8 21
110
Dari tabel 3.12 tersebut, diperoleh gambaran bahwa secara umum, guru sejarah hanya menjelaskan teori dan meterinya saja. Model pembelajaran ke arah inkuiri sudah mulai muncul, terbukti dari 21 orang responden (19,10%) yang menyatakan bahwa guru menjelaskan teori dan memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba menjelaskan teori, mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini. Pembelajaran sejarah di kelas X SMA yang selama ini dilaksanakan oleh guru menunjukkan bahwa guru kurang terampil dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan di kelas, dan kurangnya keterampilan serta kreativitas guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu, ditawarkan alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut, yaitu dengan memperkenalkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri kepada guru, sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
128
11.) Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru Di bawah ini digambarkan harapan siswa terhadp cara guru mengajar. Tabel 3.13 Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru a. b. c. d.
Ceramah, mendengarkan cerita dari guru Membaca dan mengerjakan LKS Tanya jawab, berdiskusi, inkuiri Mengunjungi tempat di luar sekolah Jumlah
Jumlah siswa 11 14 63 22 110
Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa sebagian besar siswa (57,27%) mengharapkan pembelajaran yang bersifat student oriented, seperti tanya jawab, berdiskusi, inkuiri. Dengan demikian, ini merupakan kajian penting bagi guru karena ini menunjukkan keinginan siswa agar guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. 12.) Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri Berikut ini harapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran inkuiri. Tabel 3.14 Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri a. Sangat perlu, untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari b. Perlu, agar lebih mudah dimengerti dan tidak membosankan c. Kurang perlu, karena sejarah hanya mempelajari peristiwa pada masa lalu d. Tidak perlu, karena saya kurang menyukai pelajaran sejarah Jumlah
Jumlah siswa 35 49 17 9 110
Data pada tabel 3.14 tersebut mengindikasikan perlunya peningkatan keterampilan berpikir melalui pembelajaran inkuiri agar dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Sebagian besar siswa (44,54%) menjawab sangat perlu mengaitkan pembelajaran sejarah dengan permasalahan, baik masalah yang 129
berhubungan dengan materi sejarah itu sendiri maupun masalah yang berhubungan dengan lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mengkaitkan keterampilan berpikir dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan agar lebih mudah dimengerti sehingga pembelajaran sejarah tidak membosankan. b. Kemampuan dan aktivitas belajar siswa Gambaran mengenai kemampuan dan aktivitas belajar siswa didapatkan melalui instrumen angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas X dari SMA yang telah dipilih sebagai sampel pada studi pendahuluan dan melalui observasi kegiatan kelas. Seluruh angket yang disebarkan berjumlah 110, dan angket tersebut dikembalikan oleh seluruh siswa. 1.) Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah Pertanyaan tentang pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah didapat melalui jawaban berikut pada tabel 3.17. Tabel 3.15 Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah a. b. c. d.
Mengikuti keinginan orang tua Supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan Agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi Agar mendapatkan teman banyak Jumlah
Jumlah siswa 15 61 22 12 110
Dari tabel 3.15 di atas, diketahui bahwa pada umumnya tujuan bersekolah adalah supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan, dibuktikan dengan 61 orang (55,45%) yang menjawab demikian, 22 orang bertujuan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi (20%) sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 15 orang siswa (13,64%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mengikuti keinginan orang tua, artinya, ada beberapa siswa yang bersekolah karena terpaksa, 130
bukan berasal dari kesadaran siswa sendiri, melainkan berasal dari tuntutan dan keinginan orang tua. 2). Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah Di bawah ini, digambarkan pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah. Tabel 3.16 Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah a. b. c. d.
Menyenangkan, karena mendapat ilmu dan mendapat teman Menyenangkan, karena dapat melanjutkan cita-cita Biasa saja, karena tidak ada yang berkesan Tidak menyenangkan, karena terlalu banyak materi yang harus dipelajari, dan banyak teman yang mengganggu. Jumlah
Jumlah siswa 33 67 10 110
Dari data 3.16 di atas, diketahui bahwa pada umumnya aktivitas bersekolah adalah agar dapat melanjutkan cita-cita, dibuktikan dengan 67 orang (60,91%) yang menjawab demikian, sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 33 orang siswa (30%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mendapatkan ilmu dan mendapatkan teman. Siswa juga memberikan jawaban atas pertanyaan tentang aktivitas belajar siswa di luar sekolah. 3.) Aktivitas Belajar Siswa di Rumah Jawaban siswa/ responden berhubungan dengan aktivitas belajarsiswa di rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.17 Aktivitas Belajar Siswa di Rumah a. b. c. d.
Kurang dari 1 jam Antara 1-2 jam Lebih dari 2 jam Tidak tentu Jumlah 131
Jumlah siswa 19 41 7 43 110
Dari hasil jawaban siswa yang ditunjukkan tabel 3.17, pada umumnya siswa belajar secara tidak menentu (39,09%), maksudnya adalah, kemungkinan siswa bisa belajar kurang dari satu jam, 1-2 jam atau mungkin lebih dari dua jam. Data menunjukkan 19 orang (17,27%) belajar di rumah kurang dari dua jam, antara 1-2 jam (37,27%), tergantung dari tuntutan tugas yang diminta oleh guru. Dengan demikian, jawaban belajar di rumah, sangat erat kaitannya dengan pekerjaan rumah (PR). Jadi, jika guru tidak memberikan PR atau tugas, maka aktivitas belajar siswa di rumah pun berkurang. 4.) Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah Mengenai pelajaran sejarah, diperoleh sejumlah data mengenai alasan disenangi atau tidaknya pelajaran sejarah di SMA kelas X. Di bawah akan diuraikan terhadap pernyataan tersebut. Tabel 3.18 Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah a. b. c. d.
Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Jumlah
Jumlah siswa 35 16 33 26 110
Dari data pada tabel 3.18 yang diperoleh, sebagian besar siswa masih berpandangan bahwa mereka menyenangi pembelajaran sejarah hanya sebatas pada cerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Jawaban ini diberikan oleh 35 orang siswa (31, 82%), namun sudah mulai tampak adanya pemahaman siswa mengenai alasan mereka menyenangi pembalajaran sejarah, yang diberikan oleh 26 orang siswa (23,64%), yaitu sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Artinya, 132
keadaan ini akan memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi guru untuk mengembangkan kreativitasnya agar pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan kebutuhan, diantaranya dengan cara merangsang keterampilan berpikir yaitu dengan menyodorkan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa melalui langkah-langkah tertentu, diantaranya dapat diambil dari lingkungan yang paling dekat dengan siswa. 5). Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah Berbagai pendapat yang dikemukakan siswa mengenai alasan siswa tidak menyenangi pembelajaran sejarah. Tabel 3.19 Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah a. b. c. d.
Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti Ceritanya membingungkan Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari Jumlah
Jumlah siswa 49 29 8 24 110
Merujuk pada data tabel 3.19 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, dan tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,54%) yang menjawab demikian. Alasan lainnya adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan seharihari. Dari jawaban yang dikemukakan siswa dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa suatu pembelajaran yang baik dan menyenangkan jika adanya keterkaitan antara aspek guru, siswa dan lingkungan sekitar.
133
c. Kemampuan dan kinerja Guru Gambaran mengenai kemampuan, kinerja guru dan pandangan terhadap pembelajaran sejarah, hubungannya dengan keterampilan berpikir diperoleh melalui sejumlah pertanyaan, yang dikembangkan dalam instrumen angket, baik angket yang diberikan kepada guru maupun yang diberikan kepada siswa. 1.) Tujuan guru mengajar Pertanyaan pertama adalah mengenai tujuan guru mengajar. Tabel 3.20 Tujuan Guru Mengajar a. b. c. d.
tugas rutin sehari-hari, yakni menyelesaikan materi proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa sebagai sarana dalam mendapatkan penghasilan tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik Jumlah
Jumlah Guru 2 3 5
Berdasarkan jawaban yang diberikan, seperti tampak pada tabel 3.20, diketahui tiga orang guru cenderung berpandangan bahwa tugas mengajar sebagai tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Dari data tersebut, maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa guru sudah mulai memahami bahwa tugas mengajar bukan hanya sekedar proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, namun juga mendidik.
134
2.) Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar Tabel 3.21 Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar a. b. c. d.
Jumlah Guru Mengajar adalah panggilan hati, dapat dilakukan siapa pun Mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai 2 materi pelajaran Mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki 1 sertifikat sebagai pendidik Mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu 2 dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik Jumlah 5
Berdasarkan data pada tabel 3.21, guru memberikan jawaban yang berbeda antara satu terhadap yang lain. Ada guru yang berpandangan bahwa mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai materi pelajaran. Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa guru ini belum memahami tugas mengajar.
Satu orang memberikan jawaban bahwa mengajar hanya bisa
dilakukan oleh orang yang memiliki sertifikat sebagai pendidik, dan dua orang guru lainnya memberikan pendapatnya bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Perbedaan ini berakibat pada pemahaman mereka mengenai tujuan mengajar, dan pada implementasinya di kelas, juga berpengaruh pada kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan kreativitas dalam mengajar. 3.) Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA Untuk mengkaji mengenai pandangan tentang pelajaran sejarah , tujuan sejarah di SMA dan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk pembelajaran sejarah di SMA, dapat dilihat pada tabel berikut.
135
Tabel 3.22 Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA a. Mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk disampaikan kepada siswa b. Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak c. Dianggap sebagai mata pelajaran yang sepele, karena tidak bermanfaat d. Dapat menanamkan nilai positif bagi murid dan memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Jumlah
Jumlah Guru 2 3 5
Dari tabel 3.22 tersebut, pandangan guru terhadap pelajaran sejarah merupakan suatu beban dan data yang diperoleh merupakan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah di SMA. Mereka berasumsi bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk disampaikan kepada siswa, di sisi lain alokasi waktu yang tersedia tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak. Tidak heran jika terkadang guru hanya mengejar ketercapaian materi dan tujuan berdasarkan apa yang telah ada dalam rencana pembelajaran, tanpa memperhatikan kebutuhan siswa itu sendiri, termasuk perkembangan mental, fisik dan perkembangan kognitifnya. 4.) Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA Untuk mengetahui lebih lanjut, pandangan guru terhadap tujuan pembelajaran sejarah di SMA, maka akan digambarkan dalam bentuk tabel.
136
Tabel 3.23 Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA a. Sebagai materi yang harus disampaikan pada siswa, karena tercantum dalam kurikulum b. Membekali materi sejarah sebanyak-banyaknya kepada siswa c. Membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan d. Menjadikan siswa dengan ilmu dan pengetahuan agar menjadi ilmuwan Jumlah
Jumlah Guru 3 2
5
Tabel 3.23 menunjukkan bahwa pada umumnya, 3 orang guru beranggapan bahwa pelajaran sejarah adalah materi yang harus disampaikan pada siswa, karena tercantum dalam kurikulum. Sementara guru yang lain memiliki pendapat yang berbeda, mereka berasumsi bahwa pelajaran sejarah bertujuan untuk membekali siswa agar menjadi warga negara
yang baik dan
mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keadaan ini menunjukkan belum adanya pemahaman sepenuhnya dari guru mengenai pelajaran sejarah. Mereka hanya memberikan materi, karena telah tercantum dalam kurikulum, tanpa memperhatikan aspek perkembangan siswa, membekali dan mananamkan sikap kebangsaan. 5.) Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran Sejarah Selanjutnya pada tabel 3.24, diperoleh data mengenai model pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran sejarah.
137
Tabel 3.24 Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran Sejarah a. b. c. d.
Model yang mengacu pada pendekatan teacher centered Model yang mengacu pada pendekatan student centered Tidak memerlukan model khusus Semua model dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah di SMA Jumlah
Jumlah Guru 2 3 5
Berdasarkan data 3.24, tampak pemahaman guru mengenai penggunaan model pembelajaran cukup baik, diantaranya adalah model yang mengacu pada pendekatan student centered untuk meningkatkan keterampilan berpikir. 6.) Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir Pandangan guru terhadap model pembelajaran sejarah diperkuat dengan pendapat guru mengenai keterampilan berpikir, yang tercermin pada tabel berikut: Tabel 3.25 Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir a. Sangat diperlukan, untuk melatih keterampilan berfikir siswa, b. Perlu, sebagai tujuan yang harus dicapai dalam pelajaran sejarah di SMA c. Tidak perlu, karena pada dasarnya masing-masing siswa sudah memiliki dasar keterampilan berpikir masing-masing. d. Tergantung dengan kebutuhan Jumlah
Jumlah Guru 2 3 5
Tabel 3.25 di atas menunjukkan bahwa guru perlu melakukan pembiasaan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran sejarah dalam rangka melatih keterampilan berpikir siswa. Hal ini dilatarbelakangi pula dengan perkembangan fisik, kognitif dan mental siswa pada masa tersebut, sehingga beberapa guru berpandangan demikian. Untuk mengukur pembiasaan pembelajaran sejarah yang berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir siswa, maka diperlukan adanya suatu evaluasi. 138
7.) Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir Di bawah ini diuraikan mengenai pandangan guru mengenai cara evaluasi yang digunakan dalam mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Selanjutnya, akan terlihat pada tabel 3.26 di bawah ini: Tabel 3.26 Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir a. Tidak perlu diadakan evaluasi b. Diamati secara langsung selama proses pembelajaran berlangsung c. Dilakukan secara pre test dan post test d. Dilakukan pengtamatan selama pembelajaran berlangsung, dan melaksanakan pre test dan post test Jumlah
Jumlah siswa 2 1 2 5
Terlihat pada tabel 3.26 pandangan guru terhadap evaluasi keterampilan berpikir cukup beragam, namun secara umum menunjukkan hal yang positif, di mana evaluasi terhadap pembelajaran sejarah dalam meningkatkan keterampilan berpikir,
dilakukan
selama
pembelajaran
berlangsung
dan
pada
akhir
pembelajaran. Di sisi lain, pemahaman mengenai tujuan mengajar guru, tidak disesuaikan dengan tujuan pengajaran sejarah, yaitu membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. 8.) Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah Untuk mengetahui cara guru mengajar, maka digambarkan pendapat siswa mengenai kinerja guru di kelas.
139
Tabel 3.27 Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah Jumlah Siswa 9 72 8
a. Guru jarang menjelaskan materi b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga membingungkan siswa d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini Jumlah
21
110
Dari tabel 3.27 di atas, diperoleh suatu kenyataan bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang kurang menyenangkan karena guru hanya menjelaskan teori dan materinya saja. Usaha dari guru untuk menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini sudah tampak, namun hanya dilakukan oleh beberapa orang guru saja.
9.) Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah Dalam pembelajaran sejarah, yang tidak kalah penting peranannya adalah pemanfaatan sumber belajar. Tabel 3.28 Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah a. b. c. d.
Buku, papan tulis, dan penjelasan dari guru Media gambar, lukisan, peta , lingkungan sekitar Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel) Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif, multimedia) Jumlah
Jumlah Siswa 50 42 18 110
Dari tabel 3.28 di atas, pada pemanfaatan media, guru juga hanya mengandalkan buku dan papan tulis. Penggunaan media cetak, media gambar dan elektronik merupakan hal yang jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sumber belajar, sarana dan prasarana juga media pembelajaran,
140
padahal penggunaan sumber dan media pembelajaran dapat menggunakan dengan sumber dan media yang sederhana sekalipun. Hal terpenting adalah, siswa dapat mengambil hikmah dan nilai-nilai positif pembelajaran sejarah berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan demikian, kinerja guru perlu ditingkatkan, sesuai dengan kebutuhan siswa.
d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan Lingkungan Dari penelitian pra survei yang telah dilakukan, kondisi SMA yang berada di Kecamatan Rangkasbitung, secara umum memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu setiap sekolah memiliki ruang-ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar kecil dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Hampir semua SMA yang ada di Kecamatan Rangkasbitung memiliki fasilitas lain, seperti laboratorium, tempat ibadah dan perpustakaan yang terpisah dengan ruangan lainnya. Dilihat dari sarana yang tersedia, SMA yang dijadikan sebagai sampel penelitian merupakan lingkungan yang cukup baik, karena relatif aman, berada di lingkungan sekolah-sekolah lainnya, dan jauh dari keramaian, sehingga suasana belajar yang tenang cukup terpenuhi. Selain itu, SMA PGRI tempat dilakukan ujicoba terbatas model inkuiri adalah salah satu sekolah yang termasuk ke dalam sekolah yang memiliki syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan. Kelengkapan sarana sangat memadai, di mana setiap jenjang kelas menempati satu ruang kelas masing-masing. Persoalan mulai tampak pada fasilitas yang ada, yaitu ketika guru menyatakan kesulitan dalam pembelajaran di kelas. Fasilitas ini mencakup 141
fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum yang tersedia pada SMA ini diantaranya adalah papan tulis (dalam hal ini white board) dan perlengkapan belajar untuk siswa (buku, catatan dan perlengkapannya). Fasilitas umum yang menjadi kendala adalah buku pegangan siswa. Hal ini disebabkan karena terbatasnya buku sumber yang dimiliki siswa. Keterbatasan ini disebabkan karena pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, siswa tidak harus memiliki dan membeli buku pegangan siswa. Keadaan ini merupakan salah satu kendala yang ada dalam implementasi pembelajaran, sebab akan menghambat proses pembelajaran sejarah di kelas. Beberapa buku sumber sejarah kelas X seharusnya disediakan oleh pihak sekolah, tetapi buku yang tersedia di perpustakaan pun sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang diterapkan sekarang, karena standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan materi/ pokok bahasan yang ada di dalam buku tersebut berbeda cukup jauh dengan pembahasan yang ada dalam buku sumber yang digunakan pada kurikulum KTSP. Dengan demikian, untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan adanya strategi. Strategi yang digunakan guru adalah dengan cara membagi kelas ke dalam beberapa kelompok diskusi. Masing-masing kelompok, minimal memiliki satu buah buku paket/ pegangan siswa sebagai dasar untuk sumber belajar, sedangkan sumber lainnya dapat diperoleh dengan cara mencari informasi dari media cetak, maupun dengan mengadakan browsing di internet, sesuai dengan materi yang akan dibahas. Dilihat dari fasilitas khusus, berupa media pembelajaran, juga mengalami hambatan. Media yang tersedia di perpustakaan, seperti peta, atlas, globe, koran, majalah, dan buku sumber lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran
142
sejarah, terlihat tidak terawat. Guru menyatakan jarang menggunakan media karena keterbatasan waktu, keadaan ini dapat diatasi dengan menggunakan media berupa bagan atau tabel materi. Media berupa tabel atau bagan materi dapat dipersiapkan oleh guru, media peta pun dapat dibuat oleh siswa untuk mempermudah pembelajaran. Tabel atau bagan model pembelajaran inkuiri dan beberapa gambar atau informasi dari berbagai media, dapat membantu guru dalam mengimplementasikan pembelajaran sejarah, dikaitkan dengan contoh-contoh yang dekat dengan lingkungan siswa, sehingga menunjang kinerja guru dan proses belajar mengajar.
Untuk aspek lingkungan, cenderung kepada peranan
kepala sekolah terhadap perbaikan kualitas pembelajaran di lingkungan sekolahnya. Kepedulian dan peranan kepala sekolah di SMA PGRI, tempat dilakukannya uji coba terbatas dapat berlangsung cukup baik, karena karena kepala SMA selalu memberikan dorongan dan motivasi, serta arahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Adanya peranan kepala sekolah berupa dorongan dan motivasi kepada guru-guru, merupakan salah
satu
indikator
yang
menunjang
keberhasilan
implementasi
dan
pengembangan model pengembangan pembelajaran inkuiri.
2. Kesimpulan Dengan mengetahui temuan dan data dari hasil angket yang telah disebarkan kepada guru maupun siswa, dapat dilihat bahwa pembelajaran sejarah di SMA dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu 1) perencanaan pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung, 2) aktivitas belajar siswa, 3) kemampuan dan kinerja guru serta 4) kondisi dan pemanfaatan saran, fasilitas dan lingkungan. 143
Pada dasarnya sudah ada kemungkinan untuk dikembangkannya model inkuri dilihat dari 4 aspek tersebut. Misalnya dilihat dari pemahaman mengenai tugas mengajar dan pembelajaran sejarah. Dari 5 orang responden, 2 orang menjawab bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Selain itu, melihat temuan tentang tujuan pembelajaran sejarah, dua orang guru berpandangan bukan hanya menjejali mereka dengan setumpuk materi saja, tetapi juga untuk membekali siswa agar menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Artinya, pada dasarnya guru sudah memahami bahwa pembelajaran sejarah adalah untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik mengenai pembelajaran sejarah agar menjadi pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan siswa. Salah satu caranya adalah dengan mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini/lingkungan sekitar siswa. Kaitannya dengan keterampilan berpikir, dua orang guru memberikan jawaban mengenai pentingnya menanamkan keterampilan berpikir sebagai tujuan yang harus dicapai dalam pelajaran sejarah di SMA. Pada kenyataannya, pembelajaran, yang berhubungan dengan cara mengajar guru, sumber belajar dan media yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan guru mengenai pentingnya menanamkan keterampilan berpikir. Ini dibuktikan dengan 51 orang siswa yang menjawab pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang
144
kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa hanya mendengarkan. Pemanfaatan sumber dan media belajar di kelas sangat minim, dengan alasan keterbatasan alokasi waktu. Umumnya, siswa berpendapat bahwa guru hanya menggunakan model pembelajaran yang tradisional, yakni ceramah, dengan menggunakan sumber seadanya. Dengan alasan seperti itu, maka memperlihatkan kurangnya pemahaman dan aplikasi guru mengenai kinerjanya baik dalam pengembangan rencana pembelajaran, maupun dalam implementasi kurikulum pembelajaran sejarah di kelas. Pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun, merupakan model penting dalam melakukan pembelajaran sejarah di kelas, namun pengalaman dan pelatihan yang pernah diikuti ternyata juga masih menunjukkan adanya kekurangan dalam kinerja guru. Kekurangan ini dapat diperkecil dengan adanya kemauan dan keterbukaan dari guru untuk mengadakan perubahan dalam pembelajaran ke arah yang lebih baik. Di sini, guru bersedia untuk membuka diri, menerima dan melakukan perubahan yang bersifat positif dalam pembelajaran sejarah di SMA. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan untuk memperkenalkan, menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir. Berdasarkan temuan-temuan dari hasil pra survey kondisi pembelajaran sejarah di SMA di Kecamatan Rangkasbitung, terdapat kekuatan dan kelemahan. Kekuatan terletak pada: 1) Keadaan guru-guru IPS hampir semua berlatar belakang pendidikan Sarjana (S1), di dukung oleh pengalaman mengajar yang
145
relatif lama yang rata-rata lebih dari 10 tahun. Hal tersebut ditunjang juga dengan penataran maupun pelatihan baik dalam bidang kurikulum, maupun penggunaan media dan model-model pembelajaran baik itu model pembelajaran umum maupun khusus model pembelajaran sejarah. Keadaan guru ini merupakan potensi yang cukup besar untuk dapat mengembangkan pembelajaran sejarah ke arah yang lebih baik. 2). Sarana prasarana yang cukup lengkap untuk mengembangkan pembelajaran sejarah, kondisi kelas dan perpustakaan yang rata-rata cukup memadai. 3). Kondisi sosial dan psikologi yang cukup menunjang. Menurut Sanjaya (2008:197) kondisi tersebut merupakan faktor pendukung terhadap keberhasilan pembelajaran. Kelemahannya yaitu; 1) Pembuatan rencana pembelajaran yang masih mengadopsi dari RPP yang sudah ada. Kondisi
ini mengakibatkan
ketidaksesuaian rencana dengan kebutuhan siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai, padahal perencanaan pembelajaran merupakan proses pembuatan keputusan hasil berpikir secara rasional seorang guru tentang sasaran dan tujuan pembelajaran, yang produk akhirnya berupa dokumen yang dijadikan sebagai acuan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran (Sanjaya,2008:28). 2). Keterbatasan buku sumber mata pelajaran sejarah dan media di beberapa sekolah merupakan suatu hambatan, sehingga diperlukan kejelian dan kreativitas guru untuk membuat pelajaran sejarah menjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa dengan mencari buku sumber lain dan media yang mendukung bagi proses pembelajaran. 3) Alokasi waktu yang sangat terbatas, yang membutuhkan strategi guru untuk memberdayakan siswa agar memiliki pengetahuan awal sebelum
146
pembelajaran dimulai. 4) Pelaksanaan pembelajaran yang yang terjadi berdasarkan seluruh sampel yang diteliti, hampir semuanya menunjukkan pola pembelajarannya mengarah kepada pembelajaran yang dominasi metode ceramah dan berpusat kepada guru. Temuan penelitian ini sesuai dengan temuan hasil penelitian Syaodih (2007:8) bahwa implementasi materi IPS di sekolah saat ini ; (1)lebih menekankan aspek pengetahuan, (2)berpusat pada guru, (3) mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta (4) hanya membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis. Hasil tersebut didukung oleh pendapat Supriatna (2007:76), yang mengemukakan bahwa selama ini pengajaran di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional, seperti ceramah, dan lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif tingkat rendah. Pelaksanaan pembelajaran sejarah yang tergambar di atas
cenderung
mengakibatkan pencapaian hasil hanya berkisar pada domain kognitif tingkat rendah atau berpikir tahap rendah, sehingga siswa tidak tertantang untuk berpikir, sehingga keterampilan berpikir siswa kurang berkembang. Kondisi ini sangat bertentangan dengan salah satu ciri KTSP yaitu berbasis kompetensi yang mengarahkan para siswa agar mampu berpikir tahap tinggi (Sukmadinata 2009), dan tuntutan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang harus dijawab dan diemban oleh pendidikan ilmu-ilmu sosial di masa mendatang (Hasan,1996:13). Dengan mempertimbangkan unsur kekuatan yang dimiliki dari kondisi pembelajaran sejarah, khususnya untuk tingkat SMA di Kecamatan Rangkasbitung, maka dikembangkan model pembelajaran inkuiri namun tetap
147
memperhatikan keterbatasan pada masing-masing aspek yang berpengaruh untuk pengembangan model inkuiri ini. Model pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam memperbaiki kelemahan pembelajaran sejarah, sehingga dapat mengajak siswa
melakukan
berbagai
interpretasi
secara
mandiri
sebagai
dasar
pengembangan pembelajaran, atau untuk melakukan penafsiran kritis terhadap peristiwa sejarah yang beragam untuk memahami masalah sehari-hari. Ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam KTSP, yaitu berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Artinya, sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai di masyarakat, tetapi juga harus memberikan keaktifan kepada siswa secara kritis dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang timbul.
H. Penyusunan Pengembangan Draft Awal Model Pembelajaran Inkuiri Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada penelitian pra survey, salah satu aspek yang kurang mendapat perhatian dalam pengembangan pembelajaran sejarah di SMA adalah pengembangan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran pada studi pendahuluan adalah munculnya gejala kecenderungan pengelolaan pembelajaran lebih berorientasi pada proses menghapal materi pelajaran dan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Artinya, dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru memandang siswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi. Berdasarkan hasil penelitian pra survei, maka kegiatan selanjutnya adalah penyusunan draf awal model pembelajaran yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu: 148
a)desain rencana pengembangan model pembelajaran inkuiri, b) prosedur implementasi model pembelajaran inkuiri, c) dan evaluasi pembelajaran.
1. Desain Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Dalam rangka mengimplementasikan inkuiri di kelas, Etheredge & Rudinsky (2003) memberikan model sederhana dari suatu kegiatan inkuiri yang umumnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (a) guru berusaha menggali minat dan latar belakang pengetahuan awal siswa dan merancang kegiatan dengan menggunakan variabel tunggal serta menerapkan konsep-konsep sains yang akan dipelajari, (b) guru membantu siswa merumuskan pertanyaan, merancang dan melaksanakan kegiatan inkuiri, dan (c) guru membantu siswa menilai proses dan hasil pembelajaran yang dilakukannya. Agar proses inkuiri dapat berlangsung secara maksimal dan produknya menjadi bermakna bagi guru maupun siswa, maka penerapan inkuiri sebaiknya diawali dari masalah-masalah sederhana, kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah permasalahan yang lebih kompleks (Joyce, et al , 2000; Bonnstetter, 2000). Ada beberapa model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh ahli, termasuk dalam pembelajaran IPS, diantaranya; Hasan (1998), Lee (1974), Ellis (1976), Beyer (1971) Massialas (1966). Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba mengembangkan langkah-langkah dari model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan para ahli dengan harapan model ini bisa membantu mempermudah para guru di lapangan dalam mengimplementasikannya dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Di bawah ini merupakan langkahlangkah inkuiri yang dikemukakan oleh para ahli. 149
Tabel 3.29 Perbandingan Langkah Pembelajaran Inkuiri NO
Tokoh
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri ke1
2
3
4
5
1
Hasan
Merumuskan masalah
Mengembang kan hipotesis
Pengumpulan data
Pengolahan data
Pengujian hipotesis
2
Ellis
Menyatakan masalah atau pertanyaan untuk diselidiki
Menyeleksi sumbersumber data yang cocok
Mengumpulk an data-data Memproses data
Membuat kesimpulan
3
Beyer
Mendefinisik an masalah
Mengembang kan hipotesis atau solusi rencana hipotesis
Menguji hipotesis sesuai dengan data yang relevan
Menarik suatu kesimpulan
Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
4
Lee
Pertanyaan diajukan dan dinyatakan dengan jelas
Mengembang kan jawaban sementara
Mengumpulk an data yang menunjang terhadap jawaban sementara.
Menggamba rkan kesimpulan yang diambil dari datadata yang di dapat.
Kesimpulan dipergunaka n untuk pertanyaan dan sub pertanyaan yang diajukan
5
Massial as& Cox
Tahap orientasi
Tahap merumuskan masalah
Tahap mengajukan hipotesis/ definisi
Mengumpul kan data/ Eksplorasi
Menguji hipotesis/ Pembuktian
6
Rancan gan pengem bangan model
Merumuskan masalah
Eksplorasi: Merumuskan hopitesis
Elaborasi: Mengumpulk an data
Konfirmasi: Menguji hipotesis
Menarik kesimpulan
6 Penarikan kesimpulan
Merumusk an Kesimpulan
Berdasarkan tabel 3.29 di atas, desain model pembelajaran pada penelitian ini dikembangkan melalui tahapan yang mengacu pada persamaan langkahlangkah inkuiri yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas. Pada penelitian ini, desain rencana pelaksanaan model pembelajaran inkuiri, mencakup lima langkah, yaitu a) merumuskan masalah, b) membuat hipotesis, c) mengumpulkan data, d) menguji hipotesis, dan e) membuat kesimpulan. Dari lima langkah tersebut, 150
penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini, dan yang membedakannya dari model inkuiri lainnya adalah penekanan pada langkah ke tiga, yang merujuk pada heuristik dan kritik. Alasannya adalah pada langkah ketiga ini merujuk pada heuristik dan kritik dalam metodologi sejarah. Dasar pemikiran menentukan perumusan masalah pada langkah pertama adalah tujuan dari pengembangan model yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir. Suriasumatri (2003:29) berasumsi, manusia akan berpikir apabila sedang menghadapi masalah. Pada perumusan masalah ini, pembelajaran dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Langkah kedua, ketiga dan keempat merupakan aktivitas yang terkait, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Secara umum, melalui tiga langkah tersebut, diharapkan siswa dapat menguji hipotesis berdasarkan rumusan hipotesis dari suatu permasalahan yang dikaji dan pengolahan data yang didapat. Dengan demikian, siswa terkondisikan melakukan tiga aktivitas tersebut secara utuh. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan yang merupakan langkah umum dari langkah terakhir model inkuiri. Kelima langkah pembelajaran tersebut yang merupakan kerangka model menjadi kerangka yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Jenis inkuiri yang digunakan adalah jenis guide inkuiry dengan pertimbangan berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan model inkuiri ini masih baru dan atau belum dilaksanakan secara lengkap sesuai dengan prosedur. Dalam inkuiri terbimbing (guided inquiry), guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
151
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Model inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang belum terbiasa atau belum berpengalaman belajar dengan model pembelajaran inkuiri. Dengan pembelajaran ini, siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran (Herdian, 2010). Kelow ( 2008) menambahkan, pembelajaran yang cocok digunakan adalah jenis guide inkuiri. ”With young children or students new to inquiry it is usually necessary to use a form of guided inquiry” ( http://www.galileo.org/inquiry-what.html ). Pada pembelajaran ini, siswa dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa. Dalam guide inquiry guru dapat memunculkan suatu kegiatan, dengan menampilkan foto atau memberikan motivasi untuk melakukan diskusi, membimbing siswa untuk mengembangkan pertanyaan dari diskusi yang sedang dilakukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka ditetapkan desain rancangan model inkuiri ini dalam penyusunan draf awal model, yang kemudian dikembangkan melalui kegiatan: a.) Uji coba terbatas, dan b.) Uji coba luas.
152
Merujuk pada langkah-langkah model pembelajaran inkuiri tersebut, maka dibuat format pengembangan desain model pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tujuan Pembelajaran: Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Materi: Sejarah Kelas X SMA Semester II
Prosedur/ Langkah-langkah Inkuiri: 1. Perumusan Masalah kegiatan awal 2. Eksplorasi: Perumusan hipotesis 3. Elaborasi: Pengumpulan data berbasis pada langkah heuristik& kritik dalam metodologi sejarah 4. Konfirmasi : Pengujian Hipotesis 5. Penyimpulan kegiatan penutup
kegiatan inti
EVALUASI
Bagan 3.3 Desain Perencanaan Model Pembelajaran Inkuiri Berdasarkan
desain
awal
model
pembelajaran
inkuiri,
maka
dikembangkan ke dalam format RPP. Format RPP dari model pembelajaran inkuiri ini dikembangkan atas unsur-unsur pembelajaran, yang meliputi tujuan, bahan ajar, model yang dikembangkan dalam bentuk prosedur pembelajaran, media/sumber dan evaluasi. Pengembangan unsur-unsur tersebut diuraikan di bawah ini. (a.) Tujuan Penentuan tujuan merupakan komponen pertama yang tercantum dalam RPP, yang berfungsi mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai yang di 153
dalamnya digambarkan hasil dan proses yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Begitu juga rumusan tujuan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, diarahkan kepada dua aspek, yaitu aspek proses dan aspek hasil. Aspek proses ditekankan pada aktivitas siswa di kelas. Pada aspek hasil, tujuan lebih memfokuskan kepada aplikasi penggunaan kemampuan akademik siswa di dalam merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencari dan mengolah
data
menguji
hipotesis,
dan
menyimpulkan
terhadap
suatu
permasalahan. Aspek yang ada pada proses dan hasil tersebut merupakan indikator keterampilan berpikir. Sasaran proses diarahkan kepada pengungkapan aktivitas siswa baik secara individu, maupun kelompok di dalam mengungkap suatu permasalahan dalam topik tertentu berdasarkan prosedur pembelajaran model inkuiri yang telah ditetapkan. (b.) Materi/ Bahan Ajar Untuk
mengoptimalkan
hasil
pembelajaran
dalam
meningkatkan
keterampilan berpikir dengan model inkuiri, guru harus memilih tema dan materi yang kira-kira dapat diangkat untuk menjadi masalah, yang merupakan salah satu media untuk menstimulus keterampilan berpikir siswa dengan cara mengaitkan materi dengan permasalahan kehidupan yang dekat dengan siswa yang bisa diuji kebenarannya. (c.) Prosedur Pembelajaran Komponen selanjutnya adalah prosedur pembelajaran. Komponen ini merupakan bagian penting dalam penelitian ini. Prosedur model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir dijabarkan dalam bentuk langkah-langkah
154
pembelajaran yang diarahkan untuk peningkatan keterampilan berpikir siswa SMA dengan memperhatikan tuntutan kurikulum dan disesuaikan dengan potensi yang berkembang selama ujicoba. Langkah pembelajaran dikembangkan pada tiga langkah utama sebagai urutan pembelajaran pada umumnya, yaitu : kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup . (d.) Media/ Sumber Belajar Model pembelajaran inkuiri ini menggunakan media dan berbagai sumber, yang mewarnai dalam prosedur kegiatan inkuiri, misalnya media grafis, seperti; buku, majalah, surat kabar, maupun dari media elektronik seperti; video, dan internet. Dalam kegiatan ini, digunakan media bagan dan lembar tugas siswa berupa artikel singkat dengan bentuk historical analysis and interpretation. (e.) Kegiatan Evaluasi. Kegiatan evaluasi dalam model inkuri untuk meningkatkan keterampilan berpikir ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi aktivitas siswa pada saat merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis hingga penyimpulan melalui proses tanya jawab dan diskusi selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup; mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mencari informasi dan menyimpulkan. Perilaku yang diamati diceklis pada format yang telah disediakan. Evaluasi hasil dilakukan melalui tes tertulis berbentuk tes objektif yang berisi tentang permasalahan yang perlu pemecahan. Selanjutnya
155
unsur-unsur pembelajaran tersebut tampak pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam format RPP di bawah ini. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata pelajaran Kelas/ semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Alokasi Waktu
: …………………………………… : Sejarah : X/ 2 : …………………………….(diisi sesuai dengan standar isi kurikulum) : ………………………………… : ………………………………… : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi Dasar) 2. Tujuan Pembelajaran Khusus (indikator: susunan indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur, mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan) B. Materi Pembelajaran (uraian materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan langkah-langkah yang sistematis) C. Metode Pembelajaran Dikembangkan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri dan metode yang dianjurkan dari masing-masing langkah. D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1.Pendahuluan • Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran • Menyampaikan tujuan pembelajaran • Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi Tahapan Tujuan Uraian Kegiatan Kegiatan Merumuskan • mengarahkan siswa untuk melakukan • Pembentukan kelompok kecil, masalah diskusi kelompok kelompok besar • memonitor terhadap semua kegiatan • Memberikan kesempatan kepada yang dilakukan siswa masing-masing kelompok untuk mengorganisasi tugas dalam • siswa memiliki kemampuan untuk kelompoknya bekerjasama, kompak, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah • Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara • Memotivasi siswa untuk meningkatkan individu ataupun kelompok respon melalui tanya jawab dan dengan meningkatkan rasa mempelajari menggali informasi kebersamaan, kekompakan dan akademis percaya diri melalui diskusi kelompok • Siswa dibawa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan guru menantang siswa untuk menyelesaikan tekateki tersebut 2. Kegiatan Inti Eksplorasi: • Menumbuhkan sikap percaya diri (self • Siswa dibimbing untuk Merumuskan belief), siswa diarahkan untuk mencari mengajukan jawaban sementara hipotesis dan menemukan sendiri dari sesuatu terhadap permasalahan yang yang dipertanyakan sedang dikaji dan perlu diuji
156
• Menanamkan manfaat penting tentang materi yang sedang dibahas
Elaborasi: Mengumpulkan data (heuristik)
Konfirmasi: Menguji hipotesis (kritik)
3. Penutup Menyimpulkan
• Membangkitkan respon untuk mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa dengan cara melakukan tanya jawab dan pencarian data/ informasi agar terjadi pembelajaran yang lebih mendalam • Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka • Mendorong, membimbing dan menilai kemampuan keterampilan berpikir siswa • Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data • Menanamkan kemampuan untuk mendemonstrasikan materi dan menyelesaikan masalah dari materi yang telah dibahas • Mengadakan refleksi/ umpan balik terhadap tujuan materi yang telah berhasil dikuasai siswa dan materi mana yang perlu diperbaiki. • Memotivasi dan mendorong masingmasing siswa • Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran
kebenarannya • Jika individu dapat membuktikan hipotesisnya tersebut, maka akan mendorong individu itu untuk berpikir lebih lanjut • Siswa mengumpulkan data/ informasi mengenai peristiwa yang mereka lihat atau yang mereka dapat, seperti buku sumber, tajuk rencana dari surat kabar, maupun dari sumber internet.
• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis melalui kerja kelompok dengan didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. • Mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan • Memberi perhatian dengan cara memberikan reward dan punishment kepada siswa • Membantu siswa untuk memahami kekurangan, perasaan dan bakat yang dimiliki siswa • Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas dan mengadakan evaluasi, baik secara tes, ataupun non tes pada proses dan hasil pembelajaran
E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Buku teks siswa kelas X Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga 2. Buku-buku sejarah yang relevan 3. Informasi dari media cetak, elektronik F. Penilaian 1. Penilaian tes 2. Penilaian non tes (evaluasi dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar)
157
Mengetahui, Kepala Sekolah
Maret 2011 Guru Sejarah
Bagan 3.4 Format RPP awal model pembelajaran inkuri 2. Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Pengembangan prosedur implementasi model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan ketampilan berpikir berdasarkan desain rencana pembelajaran yang digunakan dalam RPP di atas, pada umumnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu(1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) penutup. Pendahuluan/ Kegiatan awal diisi dengan tahap perumusan masalah. Pada kegiatan awal ini, yang dilakukan guru adalah menyampaikan tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran berlangsung dan pengkondisian siswa untuk belajar melalui model inkuiri. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan/ masalah yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tersebut
tentu memerlukan jawaban, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban tersebut yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses ini, siswa akan memperoleh pengalaman sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
158
Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dikaitkan dengan langkah inkuiri, proses eksplorasi mencakup perumusan hipotesis. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Dengan demikian, siswa dapat berperan aktif untuk menyampaikan pendapatnya baik secara individu maupun kelompok. Proses elaborasi mencakup pengumpulan data. Pengumpulan data, jika dikaitkan dengan metodologi sejarah, identik dengan langkah heuristik, yang merupakan langkah pertama, di mana siswa diberi tugas melalui kegiatan diskusi, untuk selanjutnya dapat menyajikan hasil kerjanya tersebut dalam bentuk presentasi. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dipergunakan dalam metode sejarah, seperti: studi kepustakaan, pengamatan lapangan, wawancara (interview). Dapat pula digunakan teknik lain seperti questionnaires, pendekatan tematis (topical approach) beserta berbagai perangkat ilmu bantu lainnya, terutama digunakan terhadap topik yang mengarah kepada studi kasus (case study). Dalam pengumpulan data, siswa dibimbing untuk mengumpulkan data berupa informasi dari berbagai sumber, baik yang berasal dari buku sumber lain, surat
159
kabar dan dari internet. Pengumpulan sumber tersebut berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Dalam kegiatan konfirmasi, kegiatan yang dilakukan adalah menguji hipotesis, yakni menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus
didukung
oleh
data
yang
ditemukan
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Pengujian hipotesis ini erat kaitannya dengan kritik dalam metodologi sejarah. Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau kritis memerlukan data-data yang telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring sehingga diperoleh fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Dalam melakukan kritik, kadangkala diperlukan pengetahuan dan penghayatan kultural tentang situasi dan kondisi dimana dokumen tersebut dibuat. Dalam kegiatan inti ini, peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Guru menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Peran ini sangat penting karena mampu membantu kelancaran langkah-langkah inkuiri, termasuk dalam kegiatan diskusi. Guru juga membimbing dan mengarahkan jalannya serta membantu kelancaran diskusi. Langkah terakhir adalah kegiatan penutup. Dalam kegiatan ini, langkah inkuiri yang tercakup di sini adalah penyimpulan. Merumuskan kesimpulan
160
merupakan gong-nya proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Pada langkah ini, guru juga melakukan refleksi dan umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Selain mempersiapkan RPP, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru sebelumnya antara lain, memberi penjelasan tentang prosedur inkuiri, pembuatan LKS, dan pembagian tugas dalam kelompok. Pembuatan LKS yang dirancang khusus untuk peningkatan berpikir siswa perlu dipersiapkan dengan tujuan untuk memberi arah terhadap permasalahan yang akan dipecahkan selama proses pembelajaran. Mengenai persiapan pembentukan kelompok dimaksudkan pada saat kegiatan pembelajaran memasuki kegiatan diskusi kelompok siswa sudah siap dengan kelompoknya. Hal penting dalam mempersiapkan kelompok ini adalah memperhatikan heterogenitas kemampuan akademik, sehingga siswa yang kurang bisa terbantu, begitu juga dengan persiapan pencarian informasi dari berbagai sumber baik itu surat kabar, internet atau narasumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan model ini. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran sejarah, maka diperlukan media yang berfungsi untuk membantu tercapainya tujuan yang diharapkan. Melalui inkuiri, siswa memiliki banyak kesempatan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri maupun kelompok, baik media cetak maupun media elektronik. Pada penelitian ini, ada media yang
161
dikembangkan oleh guru, ada pula media yang digunakan siswa dalam pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir. Pengembangan media pembelajaran digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Dalam model pembelajaran inkuiri, guru diberikan keleluasaan untuk memilih media pembelajaran yang sesuai/ relevan dengan materi pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Media yang dikembangkan dapat berupa media grafis dan elektronik. Media grafis yang dikembangkan guru diantaranya yaitu media gambar, media tabel atau bagan. Media gambar ditunjukkan oleh penjelasan konsep secara singkat oleh guru, kemudian siswa diminta untuk menganalisis gambar tersebut. Media ini membantu guru untuk memancing siswa dalam merumuskan masalah. Media bagan atau tabel dibuat dan dikembangkan dengan cara membuat bagan atau peta konsep yang menghubungkan materi masa lalu dengan kehidupan kontekstual yang relevan, di samping itu juga untuk mendorong keingintahuan siswa dan mempermudah siswa dalam merumuskan hipotesis. Dengan demikian, maka pemahaman siswa diharapkan lebih mendalam. Melalui beberapa media tersebut, maka siswa dapat melakukan analisis, mendapatakan pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan tertentu, dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah.
3. Pengembangan Alat Evaluasi Model Pembelajaran Inkuiri Rancangan model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah di SMA. Untuk 162
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pada perencanaan model pembelajaran inkuiri ini, maka diperlukan suatu alat yang dapat mengukurnya sebagai kegiatan evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan berupa evaluasi proses (observasi kegiatan kelas) dan evaluasi hasil pada akhir pembelajaran yang dikembangkan berupa tes, yang bersifat deskriptif. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan kegiatan/ aktivitas siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis dan pelaksanaan diskusi selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan siswa yang diamati mencakup mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat , mencari informasi dan menyimpulkan. Perilaku yang diamati dilakukan dengan cara diceklis pada format yang telah disediakan.
I. Pengembangan dan Pelaksanaan Uji Coba Model 1. Uji Coba Terbatas Berdasarkan desain awal model pembelajaran inkuiri dan format RPP awal model pembelajaran inkuiri, diadakanlah uji coba berupa uji coba terbatas dan uji coba luas.
a.
Uji Coba Terbatas I (1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba Terbatas 1 Setelah melalui diskusi dengan guru mata pelajaran sejarah, maka
dihasilkan
rencana
pelaksanaan
163
pembelajaran
(RPP)
yang
akan
diimplementasikan sesuai dengan prosedur model inkuiri. Dari diskusi tersebut, dihasilkan draft RPP untuk uji coba 1 sebagai berikut : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I Mata pelajaran Kelas/ semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu
: Sejarah : X/ 2 : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia : Mengidentifikasi Ciri-Ciri Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat Pada Masa Pra aksara pada masa food gathering dan masa food producing : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
G. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat : 1. Menganalisis perkembangan minimal 2 ciri-ciri sosial-budaya masyarakat pada masa pra aksara 2. Menganalisis perkembangan minimal 2 ciri-ciri kehidupan ekonomi masyarakat pada masa pra aksara 3. Membedakan perkembangan ciri sosial, budaya, ekonomi antara masa food gathering dan masa food producing 4. Menjelaskan 2 karakteristik zaman pra aksara yang ada di Indonesia dengan menggunakan kata-kata sendiri 5. Menganalisis karakteristik sosial/ budaya masyarakat pra aksara jika dihubungkan dengan karakteristik sosial-budaya pada masa modern H. Materi Pembelajaran Kehidupan Sosial-Budaya/ Ekonomi Masyarakat Pra Aksara • Karakteristik kehidupan sosial-budaya masyarakat pada masa berpindah tempat(food gathering) dan masa menetap (food producing) • Karakteristik sosial-ekonomi kehidupan awal masyarakat pra aksara (masa food gathering dan masa food producing) dengan karakteristik sosial-ekonomi kehidupan masyarakat modern • Karakteristik sosial-budaya-ekonomi kehidupan awal masyarakat pra aksara dengan karakteristik sosial-budaya-ekonomi kehidupan masyarakat modern (misalnya (a) pola kepemimpinan primus interpares , (b) perbandingan peran wanita pada masa pra aksara dengan masa modern. I. Metode Pembelajaran Diskusi, tanya jawab, penugasan. J. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan awal • Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran • Menyampaikan tujuan pembelajaran • Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi • Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran merumuskan masalah (a) 164
• •
Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai materi yang akan dibahas 2. Kegiatan Inti membuat hipotesis (b) • siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya • Siswa bersama-sama guru merumuskan hipotesis atau jawaban sementara tentang permasalahan dirumuskan sebelumnya. mengumpulkan data/ heuristik (c) • Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data dari berbagai sumber yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas. • Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang mereka temukan. menguji hipotesis/ kritik (d) • Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Kegiatan Penutup Menyimpulkan (e) • Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan • Dengan bimbingan guru , siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas. • Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test • Penugasan K. Sumber dan Media Pembelajaran 4. Buku teks siswa kelas X Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga 5. Buku-buku sejarah yang relevan 6. Informasi dari media cetak, elektronik, internet L. Penilaian 1. Penilaian Proses 2. Penilaian hasil
Maret 2011 Guru Sejarah
Mengetahui, Kepala Sekolah
Bagan 3.5 Draft RPP Uji Coba I 165
(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas I Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi pada uji coba pertama, didapatkan temuan-temuan sebagai berikut : Kegiatan awal; pada kegiatan awal, guru langsung memberikan materi mengenai kehidupan sosial, budaya dan ekonomi pada masa pra aksara di Indonesia tanpa terlebih dahulu mengemukakan tujuan dari pembelajaran yang akan dilalui begitu juga prosedur inkuiri yang akan digunakan. Selanjutnya, siswa diminta untuk membedakan karakteristik pada masa food gathering dengan food producing dalam bentuk bagan, walaupun pada awalnya hanya guru yang aktif dalam menjelaskan bagan tersebut. Kegiatan inti; pada kegiatan inti, terdapat tiga langkah dalam kegiatan inkuiri, yaitu merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dan menguji hipotesis. Pada kegiatan inti ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok diskusi. Masingmasing kelompok bertukar pengalaman dan bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan/ materi yang sedang dibahas. Dalam perumusan hipotesis, siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Di sini, terjadi pembagian tugas dalam kelompok. Setelah itu, secara kelompok membuat suatu karangan analisis mengenai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, apakah teknik berhuma, pola kepemimpinan primus inter pares dan pembagian pola pekerjaan (peran wanita) yang diterapkan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering dan food producing) masih berlaku juga di masyarakat modern pada saat ini. Di sini, ada siswa yang aktif bekerja, namun ada juga yang masih berdiam diri dan 166
mengganggu teman lainnya. Pada pengumpulan data/heuristik, guru mulai membimbing siswa dalam kegiatan mengumpulkan dan analisis data atau sumber informasi lainnya. Siswa belum diminta untuk mengumpulkan dan menganalisis data pada langkah ini. Saat pengujian hipotesis, hasil pekerjaan siswa dipresentasikan dan siswa yang lain menanggapi, dengan tujuan untuk menciptakan pengembangan berpikir siswa. Hasil kerja siswa tampak terfokus pada data yang ada pada buku sumber, sehingga hasil belajar siswa antara satu kelompok dengan kelompok lainnya menunjukkan hasil yang serupa. Kegiatan penutup; pada kegiatan penutup atau penyimpulan diisi oleh kesimpulan singkat dari guru. Guru melakukan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas dan tidak mengajak siswa untuk berperan aktif dalam penyimpulan diskusi kelompok, juga melakukan post test, tetapi cukup menyita waktu sehingga jam pelajaran selanjutnya terpakai untuk kegiatan ini.
(3.) Refleksi dan Umpan Balik Uji Coba Terbatas I Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji coba terbatas I, maka didapatkan refleksi di bawah ini: a. Guru belum memahami model pembelajaran inkuiri secara menyeluruh b. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, walaupun sudah tampak adanya usaha untuk mengubah kebiasaan cara mengajar secara tradisional c. Kurangnya keterampilan, pengetahuan dan pemahaman guru mengenai materi yang berkaian dengan model inkuiri dan guru kurang mendorong
167
minat siswa untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas d. Dilihat dari aktivitas siswa selama diskusi, siswa masih tampak bingung apa yang harus dilakukan, dan belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan pola baru, terlebih dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam setiap langkahnya. Beberapa siswa bertanya kepada guru apa yang harus dilakukan, termasuk dalam langkah ketiga, yaitu pengolahan data. Pertanyaan ini muncul hampir pada setiap tahapan, sehingga aktivitas guru lebih banyak menjelaskan langkahlangkah dalam inkuiri. Sebagai umpan balik, berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba pertama, diadakan diskusi dengan guru, yang kemudian dihasilkan umpan balik dan dikemukakan hal-hal sebagai berikut : a. Guru dianjurkan untuk membiasakan diri dalam menjelaskan tujuan dan kriteria keberhasilan siswa b. Guru masih belum memahami model pembelajaran inkuiri secara menyeluruh sehingga peneliti harus memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai model pembelajaran inkuiri dan bagaimana caranya agar menarik minat dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam belajar c. Guru harus membiasakan dalam menggunakan media dan sumber belajar yang lebih variatif dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan melihat atensi siswa sebelum memulai pembelajaran
168
d. Guru harus terampil dalam memancing siswa untuk menggunakan menghubungkan materi dengan pengalaman siswa atau kehidupan kontekstual, serta mendorong siswa agar terampil dalam menggunakan data dan informasi yang relevan selain buku paket yang sesuai dengan materi yang akan dibahas e. Dalam proses belajar, siswa masih banyak yang belum mengerti dengan perintah dari guru yang harus dikerjakan oleh siswa, siswa pun masih bingung dan belum terbiasa dengan pembelajaran ini, dengan demikian diperlukan peran guru dalam memberikan penjelasan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, terutama dalam langkah heuristik/ pengolahan data
b.
Uji Coba Terbatas II (1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba II Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba pertama,
sebelum dilaksanakan implementasi uji coba terbatas II, guru melakukan pembagian kelompok dengan memberikan tugas mencari informasi dari internet dan surat kabar yang berhubungan dengan materi perkembangan teknologi dan sistem kepercayaan awal masyarakat pada masa pra aksara. Untuk RPP pada uji coba, perubahan tampak pada materi yang akan dibahas. Adapun rumusan RPP untuk uji coba terbatas dua sebagai berikut : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) II Mata pelajaran Kelas/ semester
: Sejarah : X/ 2 169
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
: Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia : Menjelaskan Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Pada Masa Pra aksara : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
A. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat : 1. 2. 3. 4. 5.
B.
C. D. • • • •
Menganalisis sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan berpindah tempat Mengidentifikasi sistem kepercayaan awal masyarakat bercocok tanam Membandingkan sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan bercocok tanam Mennguraikan pengertian teknologi Menguraikan minimal 2 perkembangan teknologi pada masyarakat berburu dan bercocok tanam 6. Membandingkan perkembangan teknologi pada masyarakat berburu dan berpindah tempat dengan masa bercocok tanam 7. Menganalisis bagaimana masyarakat pra aksara meninggalkan tradisi masa lalunya Materi Pembelajaran • Sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan berpindah tempat • Sistem kepercayaan awal masyarakat bercocok tanam • Animisme dan dinamisme, kaitannya dengan kehidupan masyarakat pada masa modern, dan bagaimana menyikapinya • Pengertian teknologi dan pemanfaatannya • Perkembangan teknologi pada masa berburu dan meramu • Perkembangan teknologi pada masa bercocok tanam • Perbedaan pemanfaatan teknologi pada masa pra aksara dengan kehidupan pada saat ini dalam dunia modern Metode Pembelajaran Diskusi, tanya jawab, penugasan. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran Menyampaikan tujuan pembelajaran Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
merumuskan masalah (a) • Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar • Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai materi yang akan dibahas 2. Kegiatan Inti membuat hipotesis (b) • Guru menjelaskan materi mengenai kepercayaan awal masyarakat berburu/ berpindah tempat dan bercocok tanam • Siswa diminta untuk mengidentifikasi kepercayaan pada masa pra aksara yang masih ada pada konteks kehidupan saat ini di beberapa aspek kehidupan mengumpulkan data/ heuristik (c) • Guru menjelaskan perkembangan teknologi pada masa pra aksara secara singkat 170
•
Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mecari informasi yang telah ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk menjelaskan bagaimana masyarakat pra aksara memenuhi kebutuhan hidupnya dan mewariskan masa lalunya serta melahirkan tradisi seperti Abris sous roche • Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas. • Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang mereka temukan. menguji hipotesis/ kritik (d) • Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penggunaan teknologi pada masa pra aksara dengan pemanfaatan teknologi saat ini dan bagaimana dampak penggunaan teknologi saat ini dengan menghubungkannya pada masa sekarang (modern) dan menugaskan siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Siswa yang sudah selesai dapat mempresentasikan hasil temuannya dan mengemukakan pendapat, sedangkan siswa lainnya mengomentari dan menambahkan. • Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Penutup Menyimpulkan (e) • Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan • Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan pembelajaran sejarah berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas. • Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test • Penugasan E. Sumber dan Media Pembelajaran 7. Buku teks siswa kelas X Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga 8. Buku-buku sejarah yang relevan 9. Informasi dari media cetak, elektronik, internet F. Penilaian • Penilaian Proses Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri. Penilaian terhadap proses ini berbentuk daftar checklist. • Penilaian Hasil Dilakukan berupa tes uraian. Mengetahui, Kepala Sekolah
Maret 2011 Guru Sejarah
Bagan 3.6 Draft RPP Uji Coba Terbatas II
171
(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas II Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi pada uji coba terbatas ke dua, didapatkan temuan-temuan sebagai berikut : Kegiatan awal; pada kegiatan awal, guru mulai menginformasikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Guru mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi dan memberikan motivasi agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan menggali pengalaman dan pengetahuan awal siswa, juga membangkitkan motivasi belajar dengan cara menginformasikan manfaat dan arti penting materi pelajaran. Pada tahap perumusan masalah, secara brainstorming, guru meminta para siswa untuk menyebutkan karakteristik teknologi dan sistem kepercayaan pada zaman pra aksara yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil brainstorming tersebut, siswa diminta untuk menguraikan dan membedakan karakteristik sistem teknologi dan sistem kepercayaan pada masa pra aksara dengan sistem teknologi dan sistem kepercayaan masa kini dalam bentuk bagan/ tabel. Guru menghadirkan media berupa gambar salah satu suku bangsa yang masih meneruskan tradisi pada masa zaman batu/ megalithikum, seperti minoritas masyarakat yang tinggal di pulau Jawa, pedalaman Papua dan pedalaman Kalimantan. Berdasarkan gambar tersebut, guru meminta siswa untuk merumuskan masalah. Kegiatan inti; pada kegiatan inti, tepatnya pada tahap perumusan hipotesis, guru bertanya kepada siswa mengenai isu dari tradisi megalithikum yang telah dimunculkan di awal, setelah itu memberi stimultan, bagi siapa yang berani untuk memberikan tanggapan atau mengemukakan pendapat, maka akan mendapatkan 172
poin tambahan. Pada tahap ini lah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Saat
pengumpulan data, siswa sudah diberikan tugas untuk
mencari informasi lain di luar buku paket yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Dari sumber yang didapat, secara kelompok membuat suatu laporan singkat mengenai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, apakah pada saat ini masih terdapat tradisi sistem kepercayaan pada masa pra aksara yang tertinggal atau berkembang di Indonesia hingga saat ini, dan mengenai primus interpares. Pada kegiatan ini, siswa tertarik dan mencari informasi yang relevan dengan topik yang sedang dibahas dari buku paket dan sumber lainnya. Guru juga membimbing siswa dalam kegiatan mengumpulkan sumber/ informasi dan analisis data. Langkah ini merupakan langkah yang amat penting karena dalam metodologi sejarah, pengumpulan data akan menentukan bagi langkah selanjutnya, yaitu kritik dan historiografi (dalam hal ini, kritik yang dimaksud adalah pengujian hipotesis). Pada pengujian hipotesis, guru membimbing dan memberi motivasi siswa untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan kerjasama/ diskusi di kelas, termasuk dalam kegiatan menguji hipotesis sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Di sini, terdapat beberapa siswa saja yang tampak aktif dalam aktivitas tersebut. Kegiatan penutup; pada kegiatan penutup, siswa mengambil pokok pikiran dan berusaha menyimpulkan materi yang telah dibahas, juga mengadakan evaluasi berupa post test untuk mengetahui perkembangan pembelajaran yang telah
173
dilakukan, agar pada langkah
selanjutnya dapat dilakukan refleksi terhadap
kelebihan dan kekurangan model yang telah diterapkan. (3.) Refleksi dan Umpan balik Uji Coba Terbatas II Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji coba terbatas II, maka didapatkan refleksi di bawah ini: a. Guru masih belum memahami model pembelajaran inkuiri secara menyeluruh, namun sudah tampak adanya peningkatan dibandingkan ketika pertama kali menerapkan model pembelajaran ini. b. Secara keseluruhan, guru terkadang masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, walaupun sudah tampak adanya usaha untuk mengubah kebiasaan cara mengajar secara tradisional ke arah inkuiri c. Siswa sudah mulai antusias dengan pembelajaran menggunakan pola model pembelajaran inkuiri, namun peran guru dalam pengembangan model pembelajaran ini masih kurang, di mana guru belum menunjukkan apresiasinya terhadap siswa yang telah berperan aktif dalam diskusi kelas dan bagi siswa yang telah dapat menghubungkan/ mengaitkan antara materi pembelaaran dengan materi kontekstual. d. Masih terbatasnya kuantitas dan kualitas siswa yang aktif di kelas dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan menyimpulkan pada saat merumuskan
masalah
dan
menguji
hipotesis.
Pendapat
yang
dikemukakan pun cenderung relatif masih homogen antara satu siswa terhadap siswa lainnya.
174
e. Siswa
masih
menghadapi
kendala
keterbatasan
waktu
dalam
pelaksanaan proses dan hasil belajar, di mana hanya beberapa kelompok saja yang dapat mengemukakan hasil diskusinya. Berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba ke dua, diadakan diskusi dengan guru, yang kemudian dilaksanakan umpan balik dihasilkan hal-hal sebagai berikut : a. Siswa perlu membiasakan diri untuk memanfaatkan sumber belajar dan media yang ada, juga memilih dan memilah data ataupun informasi yang sesuai/ relevan dengan pokok bahasan dalam tahap pengolahan data. b. Pemberian contoh-contoh dan tanya jawab dalam rangka menjelaskan konsep, dapat dilakukan dengan cara mengangkat isu-isu kontemporer atau dengan mencari contoh/ permasalahan yang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dibahas lebih mendalam. c. Keterlibatan guru dalam melakukan motivasi dan reward secara aktif dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan lagi, begitu pula dalam menciptakan suasana kelas yang lebih mendukung. d. Kendala keterbatasan waktu diatasi dengan cara menugaskan siswa untuk membaca materi di rumah untuk pertemuan selanjutnya dan mencari data atau informasi yang relevan dengan materi/ pokok bahasan pada pertemuan selanjutnya.
175
c.
Uji Coba Terbatas III (1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba III Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba terbatas ke
dua, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membicarakan kelebihan dan kekurangan uji coba II yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, maka dihasilkan draft RPP untuk uji coba terbatas III. Adapun rumusan RPP untuk uji coba terbatas tiga tampak seperti di bawah ini: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) III Mata pelajaran Kelas/ semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
: Sejarah : X/ 2 : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia : Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
A. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat : 1. Mengidentifikasi asal-usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia 2. Membandingkan proses migrasi ras bangsaproto melayu dan deutro melayu 3. Menunjukkan pada peta asal- usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia 4. Menganalisis pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia B. Materi Pembelajaran • Asal-usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia • Pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia • Jenis bangsa dan ras yang terdapat di Indonesia C. Metode Pembelajaran Diskusi, tanya jawab, penugasan. D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal • Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran • Menyampaikan tujuan pembelajaran • Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi • Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran merumuskan masalah (a) • Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar • Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan 176
mengenai materi yang akan dibahas 2. Kegiatan Inti membuat hipotesis (b) • Guru secara singkat menjelaskan materi mengenai asal-usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia • Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai asal-usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia • Secara berkelompok, siswa diminta untuk menunjukkan asal-usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia, dan menggambarkannya dalam bentuk bagan • Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mencari informasi yang telah ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk membuat dugaan awal penyebab persebaran nenek moyang dari Yunan , pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia yang ada di sekitar mereka dan mengambil nilai-nilai positif yang mendasari sikap nenek moyang bangsa Indonesia dalam kedatangannya ke Indonesia. mengumpulkan data / heuristik(c) • Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas. • Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang mereka temukan dari berbagai sumber yang relevan. menguji hipotesis/ kritik (d) • Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penyebab persebaran nenek moyang dari Yunan , pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia yang ada di sekitar mereka dan mengambil nilai-nilai positif yang mendasari sikap nenek moyang bangsa Indonesia dalam kedatangannya ke Indonesia. • Siswa yang sudah selesai dapat mempresentasikan hasil temuannya dan mengemukakan pendapat, sedangkan siswa lainnya mengomentari dan menambahkan. • Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Penutup Menyimpulkan (e) • Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan • Dengan bimbingan guru , siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas. • Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test • Penugasan E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Buku teks siswa kelas X Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga 2. Buku-buku sejarah yang relevan 3. Informasi dari media cetak, elektronik, internet 177
F. Penilaian • Penilaian Proses Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri. Penilaian terhadap proses ini berbentuk daftar checklist. • Penilaian Hasil Dilakukan berupa tulisan/ uraian
Mengetahui, Kepala Sekolah
Maret 2011 Guru Sejarah
Bagan 3.7 Draft RPP Uji Coba Terbatas III (2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas III Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru menginformasikan tujuan pembelajaran
dan
menyampaikan
kriteria
keberhasilan
siswa.
Setelah
menyampaikan tujuan, guru merumuskan masalah dan mengajukan pertanyaan untuk merumuskan hipotesis sebelum diputuskan terlebih dahulu di ajukan ke siswa yang kemudian disimpulkan untuk disepakati bersama untuk dibuktikan kebenarannya. Aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik mulai dari penyampaian tujuan, penyajian atau perumusan masalah yang harus dipecahkan. Guru sudah mampu melibatkan siswa untuk berpikir, hal ini terlihat dalam langkah perumusan masalah dan hipotesis di mana banyak siswa yang mencoba mengemukakan pendapatnya, walau akhirnya guru hanya menunjuk tiga orang siswa saja sebagai perwakilan kelompok yang diminta menuliskan pendapatnya di whiteboard. Hal tersebut dilakukan sebagai solusi keterbatasan waktu. Guru menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa (terdiri dari beberapa suku) dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali pengalaman yang dimiliki, sehingga mempermudah siswa dalam 178
memahami materi yang akan dibahas. Pemanfaatan media berupa bagan dan gambar mengenai kemajemukan suku bangsa serta penugasan kepada siswa untuk membaca buku pegangan siswa dan pencarian informasi lainnya di rumah, membuat siswa lebih siap jika diadakan kegiatan tanya jawab dalam merumuskan masalah. Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, minat (interest) siswa dalam diskusi meningkat dibuktikan dengan lebih banyak siswa yang terlibat aktif dalam diskusi kelompok di kelas pada materi asal-usul nenek moyang Indonesia. Kegiatan dalam upaya pelacakan dan pengungkapan data memperlihatkan upaya untuk membandingkan,
menyeleksi
serta
memutuskan
data
yang
tepat
serta
mengonfirmasikan beberapa data yang didapatnya baik dari internet, buku sumber maupun surat kabar yang berhubungan dengan materi. Guru memberikan pengarahan pada tahap pengumpulan data/ heuristik ini, terlihat siswa begitu antusias mengikuti arahan dari guru. Sebagian besar siswa dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan memilih/ memilah sumber informasi yang relevan. Dengan begitu, pemahaman siswa meningkat karena guru berhasil dalam memancing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang dekat dengan lingkungan/ kehidupan siswa. Pada pengujian hipotesis/kritik, siswa mempresentasikan hasil diskusinya dan menunjukkan jalur masuknya persebaran nenek moyang bangsa Indonesia berdasarkan gambar yang telah dibuat oleh perwakilan salah satu
kelompok berdasarkan pada sumber yang mereka
dapatkan.
179
Kegiatan
penutup.
Pada
kegiatan
penutup,
siswa
dapat
mengaktualisasikan dirinya melalui presentasi, terlihat dari kemampuan dalam menyimpulkan
materi berdasarkan diskusi yang telah dibahas.
Dalam
pemanfaatan waktu yang tersedia, alokasi waktu yang ada dapat digunakan dengan baik, walaupun membutuhkan waktu tambahan sekitar 3-5 menit, namun lebih baik karena membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini diakhiri dengan pemberian tugas untuk mencari data pada pembelajaran selanjutnya. (3.) Refleksi dan Umpan balik Uji Coba Terbatas III Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji coba terbatas III, maka didapatkan refleksi di bawah ini: a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penggunaan model inkuiri, ditandai dengan meningkatnya keterampilan berpikir siswa melalui aktivitas siswa di kelas, di mana siswa mulai terbiasa belajar mandiri, walaupun dalam aspekaspek tertentu masih perlu bimbingan guru. b. Keterbatasan alokasi waktu sudah bisa diminimalisir, sehingga pada saat post test berlangsung, waktu yang tersita lebih sedikit dibandingkan pada uji coba pertama dan uji coba 2. Berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba ke tiga,
diadakan
diskusi dengan guru, yang kemudian dilaksanakan umpan balik dihasilkan halhal sebagai berikut : a. Guru sebaiknya mempertahankan cara mengorganisasi kelas dengan menggunakan media, sumber belajar dan informasi yang dapat menggugah
180
minat siswa untuk dapat mengkonstruk pemahamannya sendiri dari materi yang sedang dibahas agar terjadi pemahaman yang mendalam. b. Peneliti bersama guru, memberikan dorongan kepada siswa berupa motivasi untuk terbiasa dalam ikut berperan aktif dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas, terutama dalam kegiatan tanya jawab dan mengemukakan pendapat.
d.
Uji Coba Terbatas IV (1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba Terbatas IV Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba terbatas ke
tiga, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membicarakan kelebihan dan kekurangan uji coba terbatas III yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, maka dihasilkan draft RPP untuk uji coba IV. Adapun rumusan RPP untuk uji coba terbatas tiga tampak sebagai berikut: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) IV Mata pelajaran Kelas/ semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
: Sejarah : X/ 2 : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia : Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat dunia yang berpengaruh terhadap peradaban Indonesia : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
A. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat : 1. 2. 3. 4.
Mendeskripsikan pengertian peradaban Mendeskripsikan proses awal pembentukan peradaban Mendeskripsikan ciri-ciri peradaban awal bangsa Indonesia Menganalisis hubungan peradaban awal masyarakat Indonesia dengan kebudayaan/ peradaban dunia B. Materi Pembelajaran • Pengertian peradaban • Proses awal pembentukan peradaban 181
• • •
Ciri-ciri peradaban peradaban awal masyarakat Indonesia Hubungan peradaban awal masyarakat Indonesia dengan kebudayaan/ peradaban dunia C. Metode Pembelajaran Diskusi, tanya jawab, penugasan. D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal • Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran • Menyampaikan tujuan pembelajaran • Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi • Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran merumuskan masalah (a) • Melakukan Pembentukan kelompok kecil • Siswa diminta untuk membaca buku sumber yang dimiliki dan melalui tanya jawab menjelaskan ciri-ciri peradaban • Siswa secara berkelompok mengadakan diskusi mengenai pertanyaan “mengapa lahir dan berkembangnya peradaban awal di dunia pada umumnya berada di daerah aliran sungai?” 2. Kegiatan Inti membuat hipotesis (b) • Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai perdaban air yang banyak lahir di dunia • Secara berkelompok, siswa diminta untuk merumuskan hipotesis awal dari rumusan masalah yang telah ditetapkan • Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mencari informasi yang telah ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk membuat dugaan awal penyebab lahirnya peradaban-peradaban besar dan terkenal di dunia pada umumnya dikenal sebagai peradaban air, dan mengidentifikasi/ menghubungkannya dengan peradaban di Indonesia. mengumpulkan data/ heuristik (c) • Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas. • Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang mereka temukan • Siswa secara berkelompok membuat hasil diskusi dalam bentuk karangan analitis menggunakan sumber-sumber yang relevan dan menunjang bagi pembuatan karya tulis tersebut dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya menguji hipotesis/ kritik (d) • Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penyebab lahirnya peradaban-peradaban besar dan terkenal di dunia pada umumnya dikenal sebagai peradaban air dan menganalisis bagaimana peradaban di Indonesia • Siswa yang sudah selesai dapat mempresentasikan hasil temuannya dan mengemukakan pendapat, sedangkan siswa lainnya mengomentari dan menambahkan. • Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja kelompok yang didukung oleh sumber informasi dan data-data yang ditemukan namun tetap dapat dipertanggungjawabkan. 182
3. Penutup Menyimpulkan (e) • Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan • Dengan bimbingan guru , siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas. • Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test • Penugasan E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Buku teks siswa kelas X Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga 2. Buku-buku sejarah yang relevan 3. Informasi dari media cetak, elektronik, internet 4. Peta F. Penilaian • Penilaian Proses Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri. Penilaian terhadap proses ini berbentuk daftar checklist. • Penilaian Hasil Dilakukan berupa tulisan/ uraian Mengetahui, Kepala Sekolah
Maret 2011 Guru Sejarah
Bagan 3.8 Draft RPP Uji Coba Terbatas IV (2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas IV Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik mulai dari penyampaian tujuan, penyajian atau perumusan masalah yang harus dipecahkan. Dilihat dari aktivitas siswa, langkahlangkah dalam tiap tahapan menunjukkan peningkatan dalam kualitasnya. Dalam hal ini, aktivitas siswa yang terlibat dalam diskusi kelompok lebih stabil, pada umumnya tidak ada lagi yang merasa kesulitan. Penggunaan beberapa media 183
berupa gambar, dan bagan berisi materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa terbukti cukup efektif untuk menstimulus keingintahuan siswa dalam melakukan tanya jawab melalui perumusan masalah. Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, khususnya saat perumusan hipotesis, pengumpulan data dan pengujian hipotesis, sebagian besar siswa sudah ikut terlibat dalam diskusi kelas yang diisi dengan presentasi, tanya jawab, mengemukakan pendapat dan adanya proses timbal balik yang positif antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, misalnya memberi masukan dan sanggahan. Keadaan ini menandakan bahwa semua siswa menunjukkan peningkatan dalam keterampilan berpikirnya dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Antusias siswa menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, di mana kemampuan siswa dalam tanya jawab dan kemampuan untuk memahami konsep serta keterampilan membuat hipotesis mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pengunaan data dan informasi pada langkah pengolahan data/heuristik, dalam hal ini artikel dari surat kabar maupun dari internet sudah digunakan dengan maksimal. Begitu juga sumber belajar lainnya sudah dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran, sehingga pemfokusan hanya pada satu sumber belajar tidak terjadi. Siswa sudah dapat memilih sumber yang relevan dan lebih bersifat objektif terhadap pemilihan sumber yang didapat. Dengan demikian, pemahaman siswa meningkat karena ternyata juga tidak terlepas dari peran guru dalam memancing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan contohcontoh yang dekat dengan lingkungan/ kehidupan siswa, keterampilan berpikir
184
siswa meningkat dalam identifikasi masalah, analisis masalah, pemilihan dan pemilahan sumber informasi. Selain itu, pemberian motivasi terhadap siswa pada proses dan akhir pembelajaran juga dianggap penting. Pada pengujian hipotesis, siswa menguji hipotesisnya dengan mempresentasikan hasil diskusinya dan menunjukkan jalur masuknya persebaran nenek moyang bangsa Indonesia berdasarkan gambar yang telah dibuat oleh perwakilan salah satu kelompok berdasarkan pada sumber yang mereka dapatkan. Kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, guru memberikan reward terhadap hasil presentasi kelompok yang dianggap baik, sesuai dengan materi yang sedang dibahas, dan memenuhi kriteria penilaian dalam diskusi. Di sini, sisa waktu yang tersisa lebih banyak dibandingkan pertemuan sebelumnya, sehingga mempermudah guru untuk mengadakan evaluasi.
(3.) Refleksi Uji Coba Terbatas IV Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji coba terbatas IV, maka didapatkan refleksi di bawah ini: a. Tujuan pembelajaran pada setiap langkah dapat dilaksanakan siswa dengan baik. b. Sumber dan media belajar yang disiapkan oleh guru mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran sejarah lebih terarah dan lebih merata
185
d. Siswa sudah tidak menghadapi hambatan/ kendala untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam post test, sehingga untuk mengadakan evaluasi ini memerlukan waktu yang relatif lebih singkat. Dari hasil perkembangan implementasi model pembelajaran inkuiri pada uji coba terbatas, maka dapat dilihat bahwa pada uji coba ke tiga, model yang digunakan sudah berjalan dengan baik dan stabil, sehingga setelah uji coba ke empat, pelaksanaan ujicoba dapat diakhiri. Dengan demikian, maka diperoleh bentuk akhir model yang siap untuk diujicobakan secara lebih luas. Bentuk akhir model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan melalui uji coba terbatas ini, dapat dilihat pada bagan 3.9 sebagai berikut. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DESAIN a. Tujuan pembelajaran • Karakteristik tujuan mengacu pada pengembangan keterampilan berpikir • Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik tujuan dan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa b. Materi pembelajaran • Dikembangkan dalm bentuk tabel/ bagan • Mengembangkan pengetahuan dan keingintahuan siswa dengan materi yang dibahas melalui langkah-langkah penelitian yang sistematis c. Prosedur pembelajaran 1. Pendahuluan • Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran • Menyampaikan tujuan pembelajaran • Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi • Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran a.) merumuskan masalah • Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar • Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai materi yang akan dibahas • Guru menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali pengalaman yang dimiliki, sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dibahas. • Guru menggunakan beberapa media berupa gambar, dan bagan untuk menstimulus keingintahuan siswa dalam merumuskan masalah secara bersama dengan melakukan tanya jawab 2. Kegiatan Inti b.) membuat hipotesis
186
•
siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan Siswa juga sudah dipersiapkan untuk membaca buku pegangan siswa di rumah dan informasi lain yang mendukung terhadap materi yang akan dibahas • siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya • Siswa bersama-sama guru merumuskan hipotesis atau jawaban sementara tentang permasalahan dirumuskan sebelumnya. c.) mengumpulkan data/ heuristik • Melalui diskusi kelompok, siswa diminta untuk mencari informasi yang relevan dengan topik yang sedang dibahas dari berbagai sumber yang ada,baik lingkungan, perpustakan, buku sumber lain yang relevan dan sebagainya • Menciptakan variasi dalam membangun suasana kelas dengan unsur konteks dalam proses belajar adalah suatu keharusan dalam belajar yang lebih bergairah dan menyenangkan • Guru menugaskan, mendorong, dan mengarahkan siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir dengan cara identifikasi masalah, analisis masalah, pengumpulan data, mencari informasi yang relevan dengan topik yang sedang dibahas. d.) menguji hipotesis/ kritik • Siswa mempresentasikan hasil diskusinya • Kelompok lain bertanya, menanggapi, dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi • Masing-masing siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan aktivitas dan keterampilan berpikirnya • Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan 3. Penutup e.) menyimpulkan • Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan • Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan • Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas • Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test • Penugasan EVALUASI Evaluasi dilaksanakan selama proses PBM berlangsung dan pada akhir PBM. Pada proses PBM, evaluasi dilakukan berupa observasi kegiatan siswa, sedangkan pada akhir pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan tes berupa uraian kepada siswa
Bagan 3.9 Bentuk Akhir Model Pembelajaran Inkuiri
Perubahan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir yang mencakup rencana dan pelaksanaan pembelajaran, dari draf awal menjadi model akhir dapat dilihat pada tabel 3.30 di bawah ini
187
Tabel 3.30 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR
DARI DRAF AWAL SAMPAI FINAL DRAFT AWAL Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. media/ sumber Implementasi 1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran merumuskan masalah (a) - Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti eksplorasi membuat hipotesis(b) - Siswa dibimbing untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - dengan bimbingan guru, siswa mengumpulkan data/ informasi berkaitan dengan materi yang sedang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik(d) - pengujian hipotesis dengan bimbingan guru 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa dibimbing dalam menyimpulkan - pemberian tugas Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil
DRAFT YANG DISEMPURNAKAN Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. Media/ sumber Implementasi 1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran merumuskan masalah (a) - mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti eksplorasi membuat hipotesis(b) - siswa diminta untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa diarahkan untuk mencaridata/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan - guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa - Pemberian tugas Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil
188
MODEL AKHIR Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. Materi 3. Indikator 6. media/ sumber Implementasi 1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran merumuskan masalah (a) - mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti membuat hipotesis(b) eksplorasi - siswa diminta untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa ditugaskan dan didorong untuk memilih dan memilah data/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan - guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa - Pemberian tugas Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil
189