BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, guna meningkatkan apresiasi terhadap musik Blues di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), dengan pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Sugiyono
(2011:
407)
menyatakan,
“pendekatan
penelitian
dan
pengembangan (Research & Development), adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.” Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang berisfat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat atau lembaga, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Dalam tahap uji coba produk penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, diberlakukan metode penelitan eksperimen, yaitu “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2011: 107). Sehingga dapat diketahui apakah pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program baik untuk digunakan sebagai suplemen bagi mata
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kuliah Gitar Elektrik, khususnya di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Metode penelitian eksperimen merupakan metode yang lekat dengan R&D, disebabkan karena metode eksperimen merupakan metode yang akurat untuk membuktikan keberhasilan R&D tersebut. Seperti dikemukakan oleh Putra (2011: 129): Kelekatan R&D dan eksperimen didasarkan pada kenyataan bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode yang paling tepat dan akurat untuk memenuhi fungsi ilmu yaitu menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol. Metode eksperimen memiliki unsur yang ketat, sistematis, terstruktur dan terukur untuk menguji hubungan kausal atau pengaruh dengan pengontrolan yang ketat dan transparan, dan perhitungan statistik yang tepat dan akurat. Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam tahap uji coba Blues Guitar Supplemet Program ini adalah menggunakan True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design.
R R
O1 O3
X
O2 O4
Gambar 3.1. Pola True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design (Sugiyono, 2011: 112).
Dalam bentuk eksperimen ini, sampel diambil secara random, terdapat kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan) dan kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan), serta diberlakukan pretest dan posttest. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2011: 112-113): Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utamanya adalah 59
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal. Adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3). Langkah-langkah yang peru dilakukan dalam ekperimen ini terdiri dari tiga tahap, yakni: pretest, treatment, dan posttest. Seperti diungkap oleh Borg & Gall (2003: 389): True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design meliputi tiga langkah yakni: 1. Administrasi pada pengukuran pretest pada variabel terikat 2. Implementasi treatment pada kelompok eksperimen partisipan 3. Administrasi pada posttest yang mengukur lagi variabel terikat Akibat dari treatment yang diberlakukan pada kelompok eksperimen dibedakan dengan cara membandingkan hasil score pretest dan posttest.
B. Lokasi dan Data Penelitian Pengembangan dan tahap uji coba terbatas model pembelajaran gitar Blues dalam Blues Guitar Supplement Program ini, dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Sebuah sekolah tinggi musik yang berdiri semenjak 18 Oktober 2001, beralamat di Jl. Lamping No.16 Cipaganti Bandung 40161. Sedangkan tahap uji coba luas dilakukan di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Data dari penelitian adalah mahasiswa D3 Penyaji Musik, dengan mayor instrumen Gitar Elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Dalam hal ini adalah mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah PIM Gitar Elektrik III (Style). Sesuai dengan silabus pembelajaran PIM Gitar Elektrik III (Style), yang terdapat konten Blues di dalamnya. 60
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dipilihnya Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung sebagai lokasi penelitian, adalah karena di kampus ini terdapat Mata Kuliah Instrumen Mayor (Spesialisasi) Gitar Elektrik. Terdapatnya konten pembelajaran Blues dalam mata kuliah tersebut, menjadi pilihan tepat untuk dijadikan sampel pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Lebih lanjut uji coba produk Blues Guitar Supplement Program dilakukan di Program Studi Seni Musik, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan, yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No. 193 Bandung. Uji coba luas diberlakukan pada sampel mahasiswa dengan spesialisasi Gitar Elektrik secara acak (random).
C. Tahapan Penelitian Menurut Sugiyono (2011: 409), dalam penelitian dan pengembangan, terdapat tahapan-tahapan penelitian seperti yang digambarkan berikut:
Diagram 3.1. Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R & D).
61
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang dilaksanan, menggunakan pendekatan R&D, dan mengikuti alur tahapan penelitian sebagaimana pada gambar 3.1. Tahapan penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini mengadaptasi tahapan tersebut, dan melakukan modifikasi, yang dibatasi pada hingga pada tahap uji coba produk. Tahap uji coba produk sekaligus menjadi tahap uji coba pemakaian, dan diakhiri dengan revisi produk dan pelaporan. Secara garis besar, tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:
Diagram 3.2. Diagram proses tahapan penelitian dan pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.
62
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut penjabaran tahapan penelitian: 1.
Tahap I: Analisis Kebutuhan Produk Analisis kebutuhan produk yang merupakan studi pendahuluan, berupa
pengumpulan data pendukung melalui instrumen penelitian yang digunakan melalui isntrumen kuisioner dan wawancara, studi literatur terhadap silabus pembelajaran Gitar Elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, serta perumusan masalah, dan penetapan tujuan penelitian. Analisis kebutuhan produk ini kemudian menjadi acuan dalam pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. 2.
Tahap II: Pengembangan Produk dan Validasi Instrumen Pada tahap ini dilakukan perancangan dan pengembangan produk model
pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Berupa peta konsep model yang berisi Metode, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Media Pembelajaran, dan Evaluasi Pembelajaran. Instrumen yang telah dirancang kemudian divalidasi dengan menggunakan Product Moment Correlation (Pearson), untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel X (tes pertama) dan Y (tes kedua). Korelasi yang dihasilkan apabila mendekati +1 atau sama dengan +1 maka produk tersebut valid. Validasi dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung, terhadap mahasiswa dengan Instrumen Mayor Gitar Elektrik, dengan dipilih secara random. Sample kemudian diberikan tes sebanyak dua kali, dengan instrumen penilaian yang sama. Kemudian kedua nilai tes yang didapat dikorelasikan dengan Product Moment
63
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Correlation (Pearson), sehingga instrumen penelitian dapat dikatakan valid dan layak untuk diujicobakan lebih lanjut. 3.
Tahap III: Uji Coba Terbatas & Revisi Produk Uji Coba Terbatas dilakukan pada data, yaitu mahasiswa mayor Gitar
Elektrik, D3 Penyaji Musik, Sekolah Tinggi Musik Bandung. Lamanya uji coba disesuaikan dengan kebutuhan rancangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang telah divalidasi sebelumnya. Tahap uji coba terbatas dianalisa menggunakan statistika t-test, untuk menguji tingkat keberhasilan produk yang diujicobakan. Hipotesis komparatif sebagai berikut: H0: H1:
Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kemudian dilakukan analisis varians (Anova), untuk melihat indikator mana yang pengaruhnya cukup besar dalam peningkatan apresiasi musik Blues. Setelah dilakukan uji coba terbatas di Sekolah Tinggi Musik Bandung, maka akan diketahui sejumlah kekurangan-kekurangan pada produk Blues Guitar Supplement Program ini. Sehingga dilakukan beberapa perbaikan pada produk untuk kemudian Blues Guitar Supplement Program ini siap diuji coba lebih luas. 4.
Tahap IV: Uji Coba Luas & Revisi Akhir Produk Uji Coba Luas, dilakukan pada mahasiswa dengan spesialisasi Gitar Elektrik
di Program Studi Seni Musik, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan Bandung. Lamanya uji coba disesuaikan dengan kebutuhan rancangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang telah direvisi hasil dari uji coba sebelumnya. Tahap uji coba luas dianalisa menggunakan statistika t64
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
test, untuk menguji tingkat keberhasilan produk yang diujicobakan. Hipotesis komparatif sebagai berikut: H0: H1:
Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kemudian dilakukan analisis varians (Anova), untuk melihat indikator mana yang pengaruhnya cukup besar dalam peningkatan apresiasi musik Blues. Revisi akhir produk dilakukan jika ditemukan kekurangan-kekurangan selama proses uji coba berlangsung, atau terdapat aspek-aspek yang harus dikurangi dalam model pembelajaran yang diuji cobakan. 5.
Tahap V: Validasi Produk & Penulisan Hasil Penelitian Langkah berikutnya adalah memvalidasi produk penelitian pengembangan
model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, dengan metode triangulasi. Yaitu dengan mensintesa berbagai data yang didapat, baik dari apa yang dialami peneliti, data hasil wawancara, kuisioner, dan observasi oleh peneliti, maupun data validasi dari dosen dan ahli mengenai model pembelajaran. Setelah proses triangulasi, maka diperoleh kesimpulan bahwa produk model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program valid dan dapat dipergunakan. Dilanjutkan dengan proses penulisan laporan hasil penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian lanjut lainnya.
65
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian Dalam mengumpulkan data-data, peneliti membutuhkan alat bantu berupa instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan isntrumen penelitian diantaranya sebagai berikut: 1.
Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun pedoman wawancara dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan data penelitian, seperti yang berkaitan dengan ada tidaknya konten Blues dalam sebaran mata kuliah di Sekolah Tinggi Musik Bandung (lihat lampiran 2). Wawancara dilakukan terhadap mahasiswa terkait, ketua Program Studi, dosen terkait, dan alumni, serta kepada musisi dan pemerhati Blues sebagai triangulasi dan penguat data. Pada tahap uji coba, instrumen wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, untuk memperkuat proses pengamatan lapangan terhadap peserta. Hal ini dilakukan untuk melihat gejala-gejala ketertarikan dan rasa ingin tahu peserta terhadap musik Blues dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program
yang
dilaksanakan.
Wawancara
terakhir
dilaksanakan
setelah
pembelajaran Blues Guitar Supplement Program selesai dilaksanakan (lihat lampiran 15). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran Blues
66
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guitar Supplement Program memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi peserta terhadap musik Blues. 2.
Pedoman Kuisioner Lembar kuisioner merupakan alat pengumpul data awal yang dapat disebar
secara acak kepada mahasiswa aktif di Sekolah Tinggi Musik Bandung, untuk mengetahui sejauh mana Blues dipelajari di kampus tersebut. Kuisioner berisi pertanyaan singkat dengan pilihan jawaban ya atau tidak, pilihan jawaban berdasar
nama
mata
kuliah,
pilihan
level
pembelajaran
(sangat
kurang/kurang/cukup/baik/sangat baik), dan satu pertanyaan isian mengenai alasan dan atau pendapat (lihat lampiran 1). Kuisioner kemudian dipergunakan pada saat pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini berakhir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan program, serta seberapa besar Blues Guitar Supplement Program yang diikuti, memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi peserta terhadap musk Blues. 3.
Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan
sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang dikemukakan di dalam pedoman wawancara sebagai upaya untuk membuktikan apa yang telah ditemukan dalam wawancara dan tes saat uji coba produk (pretest, pelaksanaan program, dan posttest) berlangsung (lihat lampiran 5). Obeservasi juga dilakukan untuk mengamati perubahan positif pada sikap peserta, sebagai bentuk peningkatan apresiasi terhadap musik Blues. 67
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam observasi, alat perekam video berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara dan tahap uji coba berlangsung. Hal ini dilakukan agar peneliti bisa tetap fokus pada pengambilan data, tanpa harus berhenti untuk mencatat jawabanjawaban dari narasumber. Dalam pengumpulan data, alat perekam video baru dapat digunakan setelah mendapatkan izin dari narasumber untuk merekam video, khususnya pada saat wawancara berlangsung. 4.
Evaluasi/Tes Kompetensi Tes dilakukan pada sebelum program berlangsung (pretest) dan setelah
program berlangsung (posttest). Tes merupakan “...salah satu alat untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa setelah berlangsung serangkaian proses belajar mengajar” (Trianto, 2009: 199). Tes
kompetensi
yang
dilakukan
terhadap
peserta
berupa
evaluasi
praktek/unjuk kerja terhadap Blues Scales, Blues Licks, 12 bar Blues chords progression, Blues imporvisations. Tes bentuk lisan/wawancara dilakukan terhadap sejauh mana wawasan kontekstual Blues yang dipahami peserta sebelum dan sesudah program berlangsung (lihat lampiran 5). Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan Blues Guitar Supplement Program yang diberlakukan terhadap data, yaitu mahasiswa mayor Gitar Elektrik D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa mayor Gitar Elektrik di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.
68
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Pengembangan Instrumen Penelitian Dari empat instrumen penelitian yang digunakan, kemudian instrumeninstrumen tersebut dikembangkan untuk diuji validitas dan reliabilitasnya. Seperti diungkapkan Sugiyono: “Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala” (2011: 133). Pada Tahap I penelitian (studi pendahuluan), instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan kuisioner. Kemudian pada Tahap IV penelitian (uji coba produk) dengan pendekatan eksperimen, instrumen penelitian menggunakan
wawancara,
observasi,
dan
tes.
Instrumen
penelitian
dikembangakan dengan menggunakan beberapa skala, diantaranya: 1.
Skala Likert Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi inikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 135). Jawaban setiap butir instrumen pada skala Likert mempunyai gradasi bentuk pilihan dari sangat negatif sampai sangat positif. Sangat kurang – Kurang – Cukup – Baik – Sangat Baik
69
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setiap butir jawaban kemudian dapat diberi skor dari tertinggi menuju terrendah, sebagai berikut: Sangat Baik = 5 | Baik = 4 | Cukup = 3 | Kurang = 2 | Sangat Kurang = 1 Skala ini dipergunakan salahsatunya dalam lembar kuisioner, seperti dalam butir pertanyaan, “Sejauh mana musik Blues dipelajari dalam mata kuliah tersebut?,” dengan butir jawaban sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan baik sekali. 2.
Skala Guttman Dalam skala Guttman hanya terdapat dua jawaban yang tegas, yaitu: “ya-
tidak”; “setuju-tidak setuju”; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadp suatu permasalahan yang ditanyakan. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terrendah nol. Misalnya untuk jawaban “setuju” diberi skor 1 dan “tidak setuju” diberi skor 0. Dapat berbentuk pilihan ganda ataupun checklist (Sugiyono, 2011: 139). Skala ini salah satunya dipergunakan dalam lembar kuisioner, seperti dalam butir pertanyaan, “Apakah anda mengharapkan ada pembelajaran musik Blues secara lebih intensif?,” dengan butir jawaban ya dan tidak. 3.
Semantic Defferensial Skala ini dipergunakan untuk mengukur sikap, namun bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya berbentuk interval dari kiri ke kanan, dari sangat positif ke sangat
70
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
negatif. Biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang (Sugiyono, 2011: 140). Sangat Baik
5
4
3
2
1
Sangat Kurang
Sangat Perlu
5
4
3
2
1
Tidak Perlu
Skala ini dipergunakan pada tes, baik itu pretest maupun posttest, yang diaplikasikan dalam bentuk tes unjuk kerja/praktek oleh peserta Blues Guitar Supplement Program. Skala ini dipergunakan dalam tahap pre-test dan post-test, dalam lembar evaluasi dan observasi. Rentang skor 1 – 5 menjadi indikator keberhasilan materi terhadap perubahan yang terjadi pada peserta program. Berikut salah satu contohnya: No 1
Indikator Blues Scales
Score Interval 1 2 3 4 5
Sub Indikator - Memainkan Scales in: E, A, dan G
Ket.
Blues 1
2
3
4
5
Tabel 3.1. Penggunaan Semantic Defferensial pada instrumen penilaian Blues Guitar Supplement Program.
Pengujian validitas instrumen kemudian menggunakan Product Moment Correlation (Pearson), dengan diujikan sebanyak dua kali terhadap data yang sama. Kedua hasil tes tersebut kemudian dikorelasikan dengan rumus tertentu, sehingga didapat kesimpulan bahwa instrumen memiliki korelasi kuat, dan layak untuk dipergunakan. Instrumen kemudian dipergunakan untuk mencari data yang diperlukan untuk penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program di Sekolah Tinggi Musik Bandung ini. Setelah didapat data, kemudian data 71
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditabulasikan, dan pengujian validitas konstruksi (construct validity) dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor butir instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Untuk menguji reliabilitas instrumen, dilakukan secara eksternal dengan testretest (stability), yaitu dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden yang sama, pada waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian ini disebut juga stability, yaitu kestabilan instrumen yang digunakan. Sebagaimana diungkapkan Sugiyono (2011: 173): Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (terukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliablel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.
F. Teknik Pengumpulan Data Beberapa teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1.
Kuisioner Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
72
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2011: 199). Kuisioner ini berupa daftar pertanyaan dengan gabungan pola jawaban pasti (checklist) dan uraian. Digunakan sebagai studi awal, yang disebarkan kepada mahasiswa aktif (data sampel acak), untuk mengetahui sebarapa jauh musik Blues dipelajari di Sekolah Tinggi Musik Bandung, dan dalam mata kuliah apa saja musik Blues itu dipelajari. Penyajian data yang dihasilkan dari kuisioner ini disajikan secara kuantitatif dengan penjabaran kualitatif. Kuisioner pun diberlakukan pada tahap akhir setelah Blues Guitar Supplement Program selesai dilaksanakan pada tahap uji coba terbatas di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Butir kuisioner yang mempertanyakan seberapa besar program ini memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi peserta terhadap musik Blues. 2.
Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2011: 194). Wawancara dilakukan baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dengan tatap muka, dan dengan bantuan alat perekam video sebagai dokumentasi dan bukti wawancara. Wawancara terstruktur dilakukan dalam pencarian data awal dan sebagai evaluasi dalam bentuk wawancara pada saat pelaksanaan program. Wawancara 73
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terstruktur dengan pedoman wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang homogen dari narasumber, untuk memudahkan pada tahap analisis data. Sebagaimana diungkapkan dalam Kumar (2005) dalam Widi (2010: 242-243): Dalam wawancara terstruktrur peneliti memberikan pertanyaan pada responden dengan pertanyaan yang isi dan strukturnya telah ditentukan, dirancang, dan ditulis oleh peneliti. Peneliti menggunakan pertanyaan dengan kalimat dan urutan yang sama, dan tercatat dalam daftar rencana wawancara (interview schedule). Daftar rencana wawancara ini merupakan instrumen penelitian atau research tools, sedangkan wawancaranya sendiri merupakan metode pengumpulan data. Wawancara terhadap orang-per-orang bisa dilakukan melalui tatap muka langsung, per telepon atau peralatan lainnya. Keuntungan wawancara terstruktur ini adalah diperolehnya informasi yang seragam dari semua responden sehingga memudahkan dalam melakukan perbandingan. Selain itu juga tidak terlalu memerlukan kemampuan wawancara yang lebih baik dibandingkan dengan wawancara tak-terstruktur. Untuk mengumpulkan data awal yang berkaitan dengan penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, wawancara ditujukan kepada ketua Program Studi, sekertaris Program Studi, dosen-dosen terkait, beberapa mahasiswa D3 dengan mayor instrumen Gitar Elektrik, dan beberapa alumni D3 mayor Gitar Elektrik. Sebagai studi awal untuk mengetahui sebarapa jauh musik Blues dipelajari di perguruan tinggi tersebut, dan dalam mata kuliah apa saja musik Blues itu diperlajari. Serta terakhir mempertanyakan seberapa penting musik Blues dipelajari khususnya dalam hal ini pada mata kuliah PIM Gitar Elektrik, Program Studi D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Sebagai studi pendahuluan, wawancara terstruktur dilakukan dengan melibatkan beberapa narasumber, yang dibagi dalam kategori Responden dan Informan yaitu:
74
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a.
Responden Dua orang mahasiswa mayor Gitar Elektrik D3 Penyaji Musik angkatan 2010
di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Berikut dijadikan sebagai data penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini. b.
Informan
1) Dini Ardiningsih, S.Sn, selaku Ketua Program Studi D3 Penyaji Musik Sekolah Tinggi Musik Bandung. 2) Royke B Koapaha, M.Sn dan Sunoto Eko, S.Sn, selaku dosen dan asisten dosen mata kuliah Sejarah Musik, yang di dalam mata kuliah tersebut terdapat konten kesejarahan Blues dan priodisasi musikalnya. 3) Acep Bachtiar selaku dosen mata kuliah PIM Gitar Elektrik (Style). 4) Beberapa Alumni D3 Penyaji Musik dengan mayor Gitar Elektrik. Selain sebagai studi awal, wawancara ini dilakukan saat penelitian berlangsung dan setelah program ini selesai dilaksanakan. Wawancara tidak terstruktur pada saat program berlangsung dan wawancara terstruktur dilakukan setelah program ini berlangsung. Wawancara ini ditujukan untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien, serta untuk mengetahui seberapa besar perubahan positif yang terjadi pada peserta program suplemen pembelajaran ini, dan berdampak pada peningkatan pemahaman dan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues. Wawancara pun dilakukan pada saat pembelajaran Blues Guitar Supplement Program berakhir. Pada akhir tahap uji coba luas di Program Studi Seni Musik Fakultas Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung, wawancara diberlakukan 75
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada peserta. Wawancara ini kemudian menghasilkan data, sehingga dapat disimpulkan seberapa besar Blues Guitar Supplement Program yang diikuti peserta berdampak positif pada peningkatan apresiasi terhadap musik Blues. 3.
Observasi Widi (2010: 236-237) mengungkapkan bahwa “Obeservasi merupakan suatu
cara yang sangat bermanfaat, sistematik, dan selektif dalam mengamati dan mendengarkan interaksi atau fenomena yang terjadi”. Ditegaskan oleh pernyataan Sugiyono (2011: 203): Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner. Jika wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif (Participant Observation), hal ini dilakukan karena peneliti terlibat langsung dalam program Blues Guitar Supplemet sebagai tutor. Seperti yang diungkapkan dalam Widi (2010: 237): Observasi partisipan (participant observation) adalah ketika seorang peneliti berpartisipasi dan terlibat secara aktif dalam seluruh kegiatan atau aktifitas yang dijalani anggota grup yang tengah diamati, dengan sepengetahuan ataupun tanpa sepengetahuan anggota tersebut. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan pada peserta sebagai data primer. Pengamatan dilakukan terhadap sikap, minat, dan unjuk kerja praktek yang dilakukan pada tahap pretest, program, dan posttest. Setiap kegiatan observasi dari pretest, pada saat program Blues Guitar Supplement berlangsung, hingga posttest, akan didokumentasikan dalam format foto dan perekaman 76
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
audio/video. Data primer berupa nilai praktek terhadap variabel-variabel acuan penilaian (terlampir). 4.
Studi Dokumentasi Dalam penelitian pengembangan model pembelajaran Blues Guitar
Supplement Program ini, setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk audio, video, dan foto, sebagai alat bantu observasi. Khususnya dalam bentuk audio, video, untuk kemudian dapat diamati ulang serta dipelajari, sebagai data utama. Teknik ini dilakukan agar lebih mempermudah peneliti dalam mengkaji apa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung, sehingga dapat dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang dirasa kurang. Dokumentasi pun dapat berupa catatan-catatan, yang mencatat apa-apa saja yang terjadi di lapangan, saat penelitian pengembangan model
pembelajaran
Blues
Guitar
Supplement Program
berlangsung. Teknik pengumpulan data digambarkan dalam tabel berikut: Tahapan Penelitian
Aktivitas
Studi pendahuluan
Pengumpul an data
Pengembang an & validasi rancangan
Perancang an produk
Uji coba produk Validasi
Pretest Program Posttest Penulisan & validasi
Sumber Data Mahasiswa Dosen Literatur SarPras
Wawan cara √ √ -
Teknik Pengumpulan Data Kuis Obse Dokumen Tes ioner rvasi tasi √ √ √ √ √ -
Dosen
√
-
-
-
√
Ahli/Pakar
√
-
-
-
√
√ √ √ √ √
-
√ √ √ -
√ √ -
√ √ √ -
Mahasiswa Dosen Ahli/Pakar
Tabel. 3.2. Teknik pengumpulan data pada tahapan penelitian.
77
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mencari koherensi dari beberapa aspek pada pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program dan dilakukan sesuai dengan tahap penelitian, sebagai berikut: 1.
Tahap I, Analisis Kebutuhan Pada tahap ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner dan
wawancara, yang ditujukan pada mahasiswa, alumni, dosen, dan praktisi musik Blues. Data yang diperoleh dari kedua instrumen tersebut, kemudian diolah dalam bentuk presentase, sesuai dengan poin-poin pertanyaan yang ada. Setiap jawaban dikategorikan tersendiri, misal jawaban Ya diberi kode 2, Tidak diberi kode 1, dan tanpa jawaban diberi kode 0. Dihitung total yang menjawab Ya, Tidak, dan tanpa jawaban, dibagi jumlah total responden, lalu dikali 100%. Secara sederhana dengan menggunakan rumus:
P=
f0 N
x 100%
Keterangan: P f0 N
= presentase = frekuensi jawaban = jumlah responden
Sehingga didapatkan hasil rata-rata dalam bentuk persentase yang kemudian untuk lebih mempermudah membacanya, digambarkan dalam bentuk diagram lingkaran. Dari data ini kemudian ditindak lanjuti dengan melakukan perancangan
78
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
draft model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, yang merupakan produk dari penelitian dan pengembangan ini. 2.
Tahap II, Pengembangan Produk dan Validasi Instrumen Pada tahap ini, berdasar pada data hasil analisis kebutuhan produk, kemudian
dikembangkan produk model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Rancangan pengembangan produk berupa peta konsep model, yang berisi Materi, Pendekatan, Metode, Media, Teknik Evaluasi pada Kompetensi, Teknik Evaluasi pada Apresiasi. Kemudian analisis data dilakukan untuk mendapat validasi instrumen evaluasi kompetensi keterampilan Blues Guitar, dengan menggunakan Product Moment Correlation (Pearson). Validasi ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan Y yang diujikan. Menurut Irianto (2009: 136): Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam Korelasi Pearson diantaranya; (1) Pengambilan sampel dari populasi harus random; (2) Data yang dicari korelasinya harus bersekala interval atau ratio; (3) Variasi skor kedua variabel yang akan dicari korelasinya harus sama; (4) Hubungan antara variabel X dan Y hendaknya linier; dan (5) Distribusi skor variabel yang dicari korelasinya hendaknya merupakan distribusi unimodal (mempunyai pasangan yang sama dari subyek yang sama pula). Adapun rumus yang digunakan adalah:
√ ∑
∑
∑
∑
∑
√ ∑
∑
Adapun tabel data yang harus dipersiapkan dari rumus tersebut adalah sebagai berikut: 79
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. 1 2 3 dst..
X
Y
X2
Y2
XY
∑X
∑Y
∑X2
∑Y2
∑XY
Tabel 3.3. Tabel perhitungan Product Moment Correlation (Pearson).
Keterangan: n = jumlah peserta X = nilai tes 1 Y = nilai tes 2 X2 = kuadrat masing-masing skor variabel X Y2 = kuadrat masing-masing skor variabel Y XY = hasil kali masing-masing skor variabel X dan Y ∑X = jumlah skor tes 1 ∑Y = jumlah skor tes 2 ∑X2 = jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2 = jumlah kuadrat skor variabel Y ∑XY = jumlah hasil kali skor X dan Y Dalam Statistik, Konsep dasar dan Aplikasinya oleh Irianto (2009: 141), hasil perhitungan korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu; (1) Korelasi positif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1 atau sama dengan +1; (2) Korelasi negatif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau sama dengan -1; dan (3) Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati 0 atau sama dengan 0. 3.
Tahap III Uji Coba Terbatas dan Tahap V Uji Coba Luas
a.
Evaluasi Kompetensi Keterampilan Blues Guitar Pada tahap ini, uji coba produk mulai diberlakukan pada sampel, atau dengan
kata lain, metode eksperimen dilakukan. True Experimental Design dengan Pretest-Posttest Control Group Design menjadi pilihan dalam Blues Guitar Supplement Program ini. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan 80 Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Paired Sample t-test, yakni untuk membandingkan mean dari satu kelompok berpasangan (sebuah kelompok sampel dengan subyek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda). Seperti yang diungkapkan Kurniawan (2008: 1): Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sample, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Rumus yang digunakan dalam paired sample t-test ini adalah sebagai berikut: ̅
̅ ̅
̅
(Irianto, 2004: 114) Dengan terlebih dahulu mencari Mean dari pretest (XB) dan posttest (XA) yang dilakukan, dengan rumus:
̅
∑ dan
̅
∑
Setelah mean ditemukan, maka kemudian dicarilah daya pembedan (xA dan xB) dari masing-masing data dengan rumus: ̅ dan 81
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
̅ Kemudian dilakukan pencarian terhadap penggabungan variance, dengan perhitungan rumus: ̅
∑
̅
∑
(Irianto, 2004: 117) Untuk dilakukan pencarian terhadap standard error dengan rumus:
̅
√
̅
(Irianto, 2004: 117) Adapun tabel data yang harus dipersiapkan dari rumus tersebut adalah sebagai berikut: No.
X1
x1 (X1 - X1)
x12
X2
∑ x12
∑ X22
x2
(X2 – X2)
x22
1 2 3 dst.. ∑ X1
∑ x22
Tabel 3.4. Tabel perhitungan t-Test.
Keterangan: ∑X1 = jumlah skor seluruh peserta pretest ∑X2 = jumlah skor seluruh peserta posttest n1 = jumlah peserta pretest n2 = jumlah peserta posttest X1 = mean dari pretest X2 = mean dari posttest x1 = daya pembeda pretest x2 = daya pembeda posttest x12 = kuadrat daya pembeda masing-masing subjek pretest x22 = kuadrat daya pembeda masing-masing subjek posttest ∑x12= jumlah kuadrat daya pembeda pretest ∑x22= jumlah kuadrat daya pembeda posttest 82
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil hitung t-test tersebut kemudian diperhitungkan dengan tabel T, untuk melihat taraf signifikansinya. Serta menjawab Hipotesis: H0: H1:
Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dengan menentukan signifikansi (α) sebesar 5% atau 0,05, maka jika α = 0,05 ≥ Sig, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Jika α = 0,05 ≤ Sig, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Sehingga dapat diketahui seberapa besar Blues Guitar Supplement Program ini dapat membantu meningkatkan apresiasi peserta terhadap musik Blues. Untuk meminimalisir kesalahan hitung manual, maka dipergunakan software IBM SPSS Statistics versi 20. Tahapan uji coba dalam Blues Guitar Supplemen Program ini adalah uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Keduanya megalami uji t-tes dengan rumus yang sama, sebagaimana tertulis di atas. Pada tahap ini pula, dilakukan uji variansi atau Anova pada tiap masing-masing tahap uji coba, untuk mengetahui variabel mana yang cukup dominan mempengaruhi peningkatan apresiasi peserta Blues Guitar Supplement Program. Dengan menggunakan rumus: 1) Total Sum of Squares (jumlah kuadrat total) ∑
∑
∑
(Ary, Jacobs, and Razavieh, 1997: 153) 2) Sum of Squares Between Groups (jumlah kuadrat antar kelompok) ∑
∑
∑
∑
(Ary, Jacobs, and Razavieh, 1997: 154) 83
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Sum of the Squares Within Groups (jumlah kuadrat dalam setiap kelompok)
∑
∑
∑
∑
∑
(Ary, Jacobs, and Razavieh, 1997: 154) 4) F-Test of Significance (taraf signifikansi dalam F-tes) Dengan menggunakan tabel: (1) Source of Variance Between Groups Within Groups
(2)
(3)
(4)
(5)
SS
df
MS
F
(6) Level of Significance
Total Tabel 3.5. Tabel perhitungan F-Test.
Keterangan:
∑xt2 : jumlah kuadrat total ∑xb2 : jumlah kuadrat antar kelompok ∑xu2 : jumlah kuadrat dalam setiap kelompok SS df
: sum of squares (jumlah kuadrat) : degrees of fredoom (derajat kebebasan) - untuk df antar kelompok dengan rumus: G (jumlah kelompok) – 1 - untuk df dalam setiap kelompok kelompok dengan rumus: n1 – 1 + n2 – 1 + ...
MS
: mean squares dengan rumus:
F
: F-ratio dengan rumus:
(Ary, Jacobs, and Razavieh, 1997: 154-155)
84
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil hitung Anova dengan F-ratio ini kemudian diperhitungkan dengan tabel F dengan taraf kepercayaan (probabilitas) α = 0,05 (lampiran 13), untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan pada setiap indikator variabel independen yang diberlakukan pada kelompok, atau dengan melihat rata-rata masing-masing variabel, indikator mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi peningkatan kompetensi keterampilan Blues guitar, yang secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan apresiasi terhadap musik Blues. Untuk meminimalisir kesalahan hitung manual, maka data diolah kembali dengan software IBM SPSS Statistics versi 20. b.
Evaluasi Peningkatan Apresiasi Tahap berikut setelah mengukur kompetensi keterampilan Blues guitar, maka
dilakukan evaluasi terhadap peningkatan apresiasi. Dengan menggunakan instrumen kuisioner (lihat lampiran 14), wawancara (lihat lampiran 15), dan observasi (lihat lampiran 15). Maka dengan demikian akan diketahui seberapa besar keberhasilan Blues Guitar Supplement Program, memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues. Adapun yang menjadi aspek evaluasi ini diantaranya adalah: (1) Adanya kemauan/minat untuk mempelajari Blues, dalam hal ini mengikuti Blues Guitar Supplement Program; (2) Adanya sikap terbuka terhadap musik Blues itu sendiri; (3) Terdapat kebiasaan baru setelah mengikuti Blues Guitar Supplement Program; (4) Meningkatnya kepekaan/sensitifitas rasa dalam memainkan gitar Blues, setelah mengikuti Blues Guitar Supplement Program; dan (5) Gambaran kondisi
85
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pribadi yang mengapresiasi musik Blues lebih baik, setelah mengikuti Blues Guitar Supplement Program. Untuk uji coba terbatas di Sekolah Tinggi Musik Bandung, evaluasi pada peningkatan apresiasi dilakukan dengan observasi lapangan pada saat program berlangsung dan dengan kuisioner setelah program ini selesai dilaksanakan. Penelaahan terhadap sikap dan minat peserta didik menjadi acuan dalam observasi, sedangkan instrumen kuisioner untuk mempertanyakan seberapa besar model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program memberikan kontribusi positif pada tingkat apresiasi pesereta didik terhadap musik Blues. Sedangkan untuk uji coba luas di Program Studio Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung, evaluasi pada peningkatan apresiasi dilakukan dengan observasi lapangan pada saat program berlangsung dan dengan wawancara setelah program ini selesai dilaksanakan. Data hasil observasi, kuisioner, dan wawancara dituangkan secara kualitatif. Penelaahan pada sikap dan minat peserta didik pada saat program berlangsung menjadi acuan dalam observasi, yang kemudian diperkuat dengan adanya pernyataan peserta didik dalam wawancara, untuk memberikan gambaran seberapa besar model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi peserta terhadap musik Blues. 4.
Tahap IV Revisi Produk dan Tahap V Revisi Akhir Produk Revisi produk dan revisi akhir produk, mengacu pada hasil dari evaluasi yang
diperoleh pada tahap uji coba terbatas di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan uji coba luas di Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas 86
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pasundan Bandung. Beberapa hal akan mengalami revisi jika ada kekurangan yang didapatkan pada saat uji coba berlangsung. 5.
Tahap V Validasi Produk dan Penulisan Hasil Penelitian Langkah berikutnya adalah melakukan validasi produk, dengan triangulasi,
yaitu
mensintesa
data
dari
berbagai
sumber.
Seperti
dikutip
dari
http://www.igh.org/triangulation/ dalam Bachri (2010: 55): Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti yang tersedia. Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metoda berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal. Triangulasi menyatukan informasi dari penelitian kuantitatif dan kualitatif, menyertakan pencegahan dan kepedulian memprogram data, dan membuat penggunaan pertimbangan pakar. Triangulasi bisa menjawab pertanyaan terhadap kelompok resiko, efektivitas, kebijakan dan perencanaan anggaran, dan status epidemik dalam suatu lingkungan berubah. Metodologi Triangulasi menyediakan satu perangkat kuat ketika satu respon cepat diperlukan, atau ketika data ada untuk menjawab satu pertanyaan spesifik. Triangulasi mungkin digunakan ketika koleksi data baru tidak mungkin untuk hemat biaya. Menurut Wiersma dalam Sugiyono (2007: 372): “Triangulation si qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data source or multiple data collection procedures”. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, sehingga triangulasi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni tiangulias sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Maka validasi model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program menggunakan triangulasi dengan gambaran sebagai berikut: 87
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diagram 3.3. Triangulasi dengan tiga sumber data (kiri atas), triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (kanan atas), dan triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan (tengah bawah) (Bachri, 2010: 56).
Triangulasi sebagai validasi model dilakukan dengan menganalisis data dari berbagai sumber yang didapat dalam pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Seluruh komponen yang terlibat menjadi bahan pertimbangan, untuk kemudian memberikan keterangan kuat bahwa model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang dikembangkan valid dan layak untuk diujicobakan. Triangulasi yang diberlakukan dalam penelitian dan pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini adalah triangulasi data. Seperti diungkap Danim (2002: 38): Triangulasi data adalah melakukan pengumpulan data yang membuka peluang untuk menguji bagaimana peristiwa dialami kelompok berbeda dari orang-orang pada waktu yang berbeda dan situasi yang berbeda pula. Dalam penelitian pengembangan ini, dilakukan pengumpulan data untuk menguji keterandalan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program dalam meningkatkan apresiasi peserta terhadap musik Blues, melalui:
88
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a.
Uji kompetensi keterampilan bermain gitar Blues pada pretest dan posttest dengan t-Test dan Anova, dengan mengujikan aspek tekstual: Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Traditional, dan Blues Improvisation.
b.
Uji apresiasi melalui observasi, kuisioner, dan wawancara, yang mengungkap minat, sikap terbuka, kebiasaan, kepekaan, dan kondisi pribadi peserta.
c.
Uji apresiasi yang muncul melalui jejaring sosial “Twitter”, untuk mengungkap peningkatan rasa ingin tahu para peserta Blues Guitar Supplement Program. Setelah seluruh data terkumpul, kemudian dilakukan triangulasi analisis,
untuk menemukan kesamaan dan keabsahan data yang didapat, sehingga data dapat diferifikasi dan dinyatakan valid. Seperti diungkap Danim (2002: 38): Triangulasi analisis melibatkan penggunaan satu atau lebih teknik analisis untuk menganalisis seperangkat data yang sama untuk tujuan validasi. Hasil dari perbedaan analisis itu merupakan analisis data kuantitatif atau analisis kualitatif, yang dapat dibandingkan untuk menemukan kesamaan dan memverifikasi hasil. Pada penelitian dan pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini dilakukan triangulasi yang dilakukan terhadap data-data yang mengacu pada peningkatan apresiasi terhadap musik Blues. Analisis yang dipergunakan terhadap data diantaranya secara: a.
Kualitatif Data yang didapat dan disajikan dengan kualitatif adalah merupakan data-data
yang didapat dari hasil observasi dan wawancara, baik tersetruktur maupun tidak. Data-data yang diperoleh dari peserta berupa sikap dan jawaban hasil wawancara kemudian dikelompokkan dan dianalisis, sehingga menghasilkan satu simpulan. 89
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b.
Kuantitatif Data yang didapat dan disajikan secara kuantitatif adalah data-data yang
didapat dari hasil kuisioner dan evaluasi berupa pretest dan posttest. Pengujian pretest dan posttest yang digunakan untuk menguji kompetensi keterampilan bermain gitar Blues. Kedua metode tersebut dibandingkan dan dicari kesamaan data untuk menemukan hasil dari pengujian model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga model ini teruji keterunggulannya dalam meningkatkan apresiasi terhadap musik Blues, dan dapat dinyatakan valid.
H. HIPOTESIS Melihat fakta minimnya pembelajaran Blues di Sekolah Tinggi Musik Bandung, maka pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, diyakini dapat membantu meningkatkan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues. Uji coba terbatas pada mahasiswa Gitar Elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung sebagai sampel, dan uji coba lebih luas pada sampel mahasiswa Gitar Elektrik Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung, akan membuktikan seberapa besar Blues Guitar Supplement Program ini dapat meningkatkan apresisasi musik Blues. Sebagaimana dirumuskan didapat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah draft model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; (2) Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran 90
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; (3) Bagaimana tahapan uji coba yang dilakukan terhadap model pembelajaran Blues Guitar Suplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; dan (4) Apakah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program berpengaruh terhadap peningkatan apresiasi musik Blues?. Pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan tersebut, kemudian dijawab dalam hipotesis sebagai berikut: H0: H1:
I.
Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
DRAFT MODEL PEMBELAJARAN BLUES GUITAR SUPPLEMENT PROGRAM Penelitian dan pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement
Program ini berdasar pada analisis kebutuhan dan studi dokumentasi terhadap Silabus Pembelajaran mata kuliah PIM Gitar Elektrik III (Style) untuk D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Dikembangkan dan diuji coba terhadap mahasiswa dengan mayor instrumen Gitar Elektrik, di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Draft model pembelajaran ini dirancang pada tahap II penelitian, yaitu tahap pengembangan dan validasi. Model yang merupakan sebuah desain pembelajaran, berbasis suplemen atau pengayaan sebagai tambahan dari ilmu yang diperoleh sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya program suplemen ini, peserta selain dapat menambah 91
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawasannya, keterampilan bermain gitar, juga dapat meningkatkan tingkat apresiasinya. Terdapat tiga tahapan yang saling mempengaruhi satu sama lain, tiga tahap tersebut adalah: (1) Pembelajaran, berupa Metode, Pendekatan, Media, dan Materi; (2) Evaluasi, berupa indikator keterampilan bermain gitar Blues dan indikator apresiasi), serta (3) Apresiasi itu sendiri, apakah terjadi peningkatan yang signifikan atau tidak. Draft model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program digambarkan dalam diagram berikut:
92
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diagram 3.4. Draft Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.
93
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, merupakan Classroom Oriented Model berbasis pengayaan/tambahan (suplemen), yang di dalamnya terdapat unsur-unsur seperti Materi, Metode, Media, Pendekatan, dan Evaluasi. Sehingga setelah diterapkan, model tersebut dapat meningkatkan tingkat apresiasi peserta didik terhadap musik Blues. Unsur-unsur terkait model pembelajarn Blues Guitar Supplement Program tersebut dijabarkan sebagai berikut: a.
Materi Materi yang disampaikan dalam Blues Guitar Supplement Program ini
dikategorikan kedalam dua materi yaitu: 1) Tekstual & Kompetensi Merupakan materi musikal dan lebih mengarah pada kompetensi peserta dalam bermain gitar Blues. Materi ini meliputi: a)
Blues Scales Unsur musikal mendasar yang harus dikuasai peserta dalam memainkan gitar
Blues. Pemaparan mengenai tangga nada Blues dan unsur-unsur yang membentuknya (Pentatonic minor dan Blue Notes). Penjelasan dilakukan secara langsung dengan mempraktekan pada instrumen gitar, dengan metode imitasi oleh instruktur. Rata-rata peserta telah mengetahui dan memahami unsur-unsur dasar yang membentuk tangga nada Blues ini. Materi ini ditegaskan lagi dalam format Modul dan DVD data, sehingga peserta dapat mempelajarinya secara mandiri. Diharapkan setiap peserta kemudian dapat mengembangkan, sesuai dengan karakter permainan gitarnya sendiri. 94
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Blues Licks Lick atau kalimat yang dituangkan dalam gitar, dengan pengolahan tertentu berupa imporvisasi. Dipaparkan beberapa contoh signature licks dari gitarisgitaris Blues dunia seperti B.B. King, Stevie Ray Vaughan, Buddy Guy, dan gitaris lainnya. Dituangkan dalam bentuk tablature, sehingga memudahkan peserta dalam membaca dan memahaminya. Materi ini pun ditegaskan kembali dalam Modul dan DVD data yang diberikan sebagai penunjang pembelajaran mandiri oleh masing-masing peserta. Diharapkan peserta dapat mengembangkan lick Blues, sesuai dengan karakter permainan gitarnya. c)
12 Bar Blues Traditional Merupakan bentuk iringan dasar Blues, yang terdiri dari susunan akord I – IV
– V, dengan urutan akord I7 – IV7 – I7 – I7 – IV7 – IV7 – I7 – I7 – V7 – IV7 – I7 – V7. Karakter akord pada iringan 12 Bar Blues Traditional ini diperkuat dengan dominan 7 pada masing-masing akord, sehingga terdapat kesan tidak ada akhirnya atau sulit untuk berakhir. Pelatihan iringan ini ditujukan agar setiap peserta dapat dapat terbiasa dengan pola iringan standar dan melakukan jam session dengan peserta lain. Materi ini dipertegas dengan adanya Modul dan DVD data, dalam bentuk tablature dan audio sample. d) Blues Improvisation Tingkatan terakhir dimana setiap peserta dapat melakukan improvisasi Blues, sesuai dengan materi yang telah diberikan sebelumnya. Blues improvisation ini merupakan rangkuman dari keseluruhan materi yang dipaparkan dalam Blues Guitar Supplement Program. Lebih lanjut, implementasi Blues improvisation ini 95
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan dala Jam Session, yang dilakukan oleh setiap peserta di akhir program ini. Materi ini ditunjang oleh adanya DVD data, dalam bentuk audio sample iringan 12 Bar Blues Traditional, untuk setiap peserta dapat melatihnya secara mandiri. Diharapkan setiap peserta dapat mengembangkan improvisasinya, sesuai dengan karakter permainan gitar masing-masing. 2) Kontekstual Merupakan materi non musikal dan lebih mengarah pada kajian kesejarahan dan filosofis dari Blues itu sendiri. Materi ini meliputi: a)
Blues History Merupakan kajian literatur kesejarahan musik Blues, mulai dari era awal
perbudakan, lahirnya musik-musik yang membentuk Blues, perkembangan Blues menjadi genre-genre setelahnya, hingga perkembangannya di Dunia. Materi ini terdapat dalam Modul dan didukung dengan adanya video Blues Master: The Essential History of the Blues dan beberapa video lain dalam format DVD data, sehingga setiap peserta dapat mempelajari secara mandiri. b) Blues Essence Adalah kajian filosofis, dikaji dari perjalanan hidup Blues itu sendiri. Bagaimana perbudakan kulit hitam menghasilkan sebuah musik yang secara terus menerus berkembang dan menjadi tulang punggung dari musik populer Amerika hingga saat ini. Namun salah pemahaman terjadi saat Blues hanya dianggap sebagai sebuah bentuk musik saja, sementara awal kemunculannya Blues merupakan sebuah nyawa yang menjadikan semangat hidup bangsa kulit hitam Afrika-Amerika yang diperbudak. 96
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b.
Pendekatan Terdapat beberapa pendekatan pembelajaran yang dilakukan dalam Blues
Guitar Supplement Program ini, diantaranya: 1) Contextual Teaching & Learning (CTL) Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini mengaitkan berbagai hal yang berkaitan dengan Blues. Dari hal-hal tekstual berupa Blues scales, Blues licks, 12 Bar Blues Traditional, dan Blues improvisation. Hingga hal-hal kontekstual berupa sejarah perbudakan, musik-musik yang melatari lahirnya Blues, perkembangan Blues, dan bagaimana Blues menjadi pengaruh bagi musik-musik populer Amerika yang berkembang setelahnya, serta esensi dari Blues itu sendiri. 2) Pembelajaran Kelompok Partisipatif Pada akhir dari rangkaian model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini, peserta didik melakukan Jam Session. Setiap peserta akan melakukan improvisasi, bergantian dengan peserta lain, baik dalam format combo (band), maupun dengan format duet berpasangan antar peserta. Setiap peserta akan membutuhkan peserta lain untuk mengiringi dengan iringan 12 Bar Blues Traditional, saat peserta tersebut melakukan Blues Improvisation yang mencakup di dalamnya Blues Scales dan Blues Licks. 3) Konstruktivisme Melalui pembelajaran mandiri dengan media Modul dan DVD data, diharapkan peserta didik akan dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri, menemukan makna pembelajaran Blues bagi dirinya. Pengetahuan mengenai 97
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kompetensi gitar Blues yang sebelumnya telah didapat pada mata kuliah Gitar Elektrik, menjadi dasar untuk kemudian lebih dikembangkan melalui Blues Guitar Supplement Program yang diikuti. Penemuan sendiri pengetahuan melalui pengalaman nyata, diharapkan dapat memberikan makna tersendiri bagi masingmasing peserta didik, sehingga tingkat apresiasi terhadap musik Blues meningkat. 4) Apresiasi Merupakan tujuan akhir dari Blues Guitar Supplement Program. Selain meningkatkan kompetensi keterampilan bermain gitar Blues, juga apakah menjadi kontribusi positif terhadap peningkatan apresiasi para peserta didik terhadap musik Blues. Indikator peningkatan apresiasi dapat terlihat dari minat, sikap terbuka, kebiasaan baru dalam diri peserta, peningkatan sensitifitas rasa akan musik Blues, dan apakah terjadi perubahan dalam pribadi masing-masing peserta. c.
Metode Selain pendekatan, beberapa metode pembelajaran juga diberlakukan dalam
Blues Guitar Supplement Program, khususnya dalam pemaparan materi atau bahan ajar. Metode pembelajaran tersebut diantaranya: 1) Imitasi Dalam metode ini, peserta melakukan peniruan terhadap apa yang dicontohkan instruktur, dalam hal ini kompetensi permainan gitar Blues. Selain imitasi oleh instruktur terhadap peserta didik, juga melalui media video yang terdapat dalam DVD data yang diberikan sebagai penunjang pembelajaran mandiri. Dengan demikian peserta didik dapat dengan mudah memahami dan meingkatkan kompetensinya dalam keterampilan Blues guitar. 98
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Presentasi Pemaparan dalam bentuk ceramah dengan presentasi powerpoint oleh instruktur, mengenai keseluruhan materi dalam Blues Guitar Supplement Program. Presentasi dilakukan di dalam kelas, diikuti oleh seluruh peserta Blues Guitar Supplement Program, dengan beberapa media pendukung seperti laptop, infocus, perangkat audio, serta gitar dan amplifier. 3) Pembelajaran Mandiri Dalam hal ini setiap peserta didik dalam Blues Guitar Supplement Program, mendapatkan Modul dan DVD data, yang di dalamnya mencakup keseluruhan materi dan materi-materi penunjang lain seperti tablature, audio sample, audio backtracks, video kesejarahan, dan beberapa audio Blues pilihan. Pembelajaran mandiri ii dilakukan setelah metode imitasi dan presentasi dilakukan oleh instruktur di dalam studio/kelas. Diharapkan setiap peserta dapat mempelajarinya secara mandiri, dengan tingkat kemauan dan kemampuan yang berbeda, sehingga menghasilkan kompetensi permainan gitar Blues yang sesuai dengan karakter masing-masing. Selain itu juga lebih jauh dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan apresiasi musik Blues. 4) Jam Session Merupakan proses akhir dari Blues Guitar Suplement Program, dimana setiap peserta akan menunjukkan kompetensinya dalam memainkan gitar Blues, bersama dengan peserta lain. Proses Jam Session ini dapat dilakukan di studio dengan iringan rhythm section Drum dan Bass, melakukannya secara berpasangan antar peserta, atau dengan melalui media pendukung audio backtrack. Seluruh indikator 99
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peningkatan kompetensi nampak dalam proses ini, sehingga proses ini dijadikan sebagai posttest. Dalam proses Jam Session ini, setiap peserta akan menunjukkan karakter Blues guitarnya masing-masing, dengan improvisasi yang meliputi kesuluruhan materi tekstual dalan Blues Guitar Supplement Program. d.
Media Untuk mendukung berjalannya Blues Guitar Supplement Program, tentu
diperlukan berbagai media pembelajaran. Beberapa media pembelajaran tersebut diantaranya: 1) Modul Sebagai penunjang utama dalam pembelajaran mandiri peserta didik, modul ini diberikan pada peserta secara cuma-cuma setelah treatment klasikal berlangsung. Modul ini berisi materi Tekstual & Kompetensi (Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Traditional, dan Blues Improvisation), serta Kontekstual (Blues History dan Blues Essence). 2) DVD data Berisi kompilasi audio Blues pilihan, buku-buku literatur Blues dalam format Pdf, video Blues Masters (The Essential History of the Blues), backtracks MIDI (minus one) 12 Bar Blues Traditional dalam berbagai nada dasar dan tempo untuk latihan berimprovisasi, contoh-contoh Blues Licks disertai dengan audio samplenya, serta beberapa video konser Blues. Diharapkan dengan adanya DVD data ini, selain memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan peserta didik, juga dapat memberikan kontibusi positif pada peningkatan apresiasi terhadap Musik Blues. 100
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) CPU/Laptop Perangkat ini dipergunakan untuk menampilkan presentasi dalam bentuk powerpoint, serta memutar video mengenai kesejarahan Blues saat sesi treatment klasikal, dan laptop yang dipergunakan adalah milik pribadi instruktur. 4) Powerpoint Pada saat treatment klasikal, powerpoint diperuntukan sebagai media presentasi, merangkum materi tekstual & kompetensi, serta materi kontekstual, yang dipaparkan dalam Blues Guitar Supplement Program. Terdapat juga video kesejarahan yang dapat membantu peserta dalam memahami sejarah Blues. 5) Infocus Dipergunakan sebagai alat bantu untuk menampilkan presentasi dalam bentuk powerpoint yang dioperasikan melalui CPU/laptop. 6) Gitar dan Ampli Dipergunakan pada saat pretest, klasikal treatment, dan posttest (jam session). Pada saat pretest dan klasikal treatment menggunakan gitar akustik string, sedangkan pada tahap posttest atau jam session menggunakan Gitar Elektrik dengan amplifikasi yang memadai untuk mendukung sound yang dibutuhkan peserta. 7) Perangkat Audio Perangkat audio berupa speaker set, yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk menunjang presentasi pada saat klasikal treatment, pemutaran sampel Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Traditional, serta pemutaran audio dan video mengenai musik Blues dan kesejarahan Blues. 101
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e.
Evaluasi Evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana Blues Guitar Supplement
Program ini berhasil dilaksanakan, dan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan kompetensi dan apresiasi peserta didik. Adapun evaluasi yang dilakukan dibagi ke dalam dua kategori yaitu evaluasi terhadap kompetensi bermain gitar Blues dan evaluasi terhadap peningkatan apresiasi. Berikut penjabarannya: 1) Evaluasi terhadap Kompetensi Evaluasi terhadap kompetensi ini melalui dua tahap yaitu pretest dan posttest. Pada tahap pretest, peserta diberi pertanyaan meliputi wawasan tekstual dan dituntut untuk menunjukkan kompetensinya dalam bermain gitar Blues. Setelah melewati tahap klasikal treatment berupa penyampaian materi, peserta kemudian melakukan pembelajaran secara mandiri dengan bantuan Modul dan DVD data. Pada tahap akhir, seluruh peserta melakukan Jam Session yang merupakan evaluasi terakhir (posttest) dari model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Adapun aspek yang menjadi indikator pada evaluasi ini (pretest dan posttest) diantaranya adalah: (1) Blues Scales; (2) Blues Licks; (3) 12 Bar Blues Traditional; dan (4) Blues Improvisations. 2) Evaluasi terhadap Apresiasi Evaluasi wawancara,
terhadap dan
apresiasi
observasi.
dilakukan
Semua
dengan
instrumen
instrumen
tersebut
kuisioner,
kemudian
akan
menunjukkan seberapa besar Blues Guitar Supplement Program memberikan kontribusi positif bagi peningkatan apresiasi peserta terhadap musik Blues. 102
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun aspek yang menjadi indikator dalam peningkatan apresiasi diantaranya adalah: (1) Adanya kemauan/minat untuk mempelajari Blues, dalam hal ini mengikuti Blues Guitar Supplement Program; (2) Adanya sikap terbuka terhadap musik Blues itu sendiri; (3) Terdapat kebiasaan baru setelah mengikuti Blues Guitar Supplement Program; (4) Meningkatnya kepekaan/sensitifitas rasa dalam memainkan gitar Blues, setelah mengikuti Blues Guitar Supplement Program; dan (5) Gambaran kondisi pribadi yang mengapresiasi musik Blues lebih baik, setelah mengikuti Blues Guitar Supplement Program. Berikut penjabaran tahapan pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung:
TAHAP
1
PROSEDUR PEMBELAJARAN
Kegiatan Pembuka
Kegiatan Inti Penyajian Materi Tekstual: 2
Blues Scales Blues Licks 12 Bar Blues Traditional Blues Improvisation
KEGIATAN PEMBELAJARAN Tutor mengkondisikan mahasiswa di kelas Tutor memaparkan langkah-langkah pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan melakukan apersepsi mengenai musik Blues Peserta memperhatikan dan mendengarkan Tutor membuka pembelajaran dengan memperdengarkan musik Blues yang menonjolkan karakter Blues Guitar Tutor menyampaikan materi melalui ceramah dengan bantuan media presentasi powerpoint, yang berisi gambaran Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Traditional Blues, dan Blues Improvisation, yang dilengkapi sample audio. Tutor melakukan demonstrasi pada instrumen gitar, untuk memperjelas materi yang dijelaskan. 103
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kegiatan Inti: Latihan Terbimbing Materi Tekstual: 3
Blues Scales Blues Licks 12 Bar Blues Traditional Blues Improvisation
4
Kegiatan Inti: Materi Kontekstual: Blues History Blues Essence
5
Kegiatan Inti: Jam Session
Peserta mendengarkan penjelasan tutor, mencatat materi yang dianggap penting, menanyakan materi yang kurang jelas, serta melakukan imitasi terhadap demonstrasi yang dilakukan tutor. Tutor memberikan demonstrasi sebagai penjelasan dari presentasi yang dilakukan, kemudian mengarahkan peserta untuk mencoba mempraktekkan materi Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Traditional, dan Blues Improvisation, pada nada dasar E, G, A, dan C Peserta melakukan imitasi terhadap demonstrasi materi yang dilakukan tutor, serta mengembangkannya dalam bentuk improvisasi Tutor menyampaikan materi melalui ceramah dengan bantuan presentasi powerpoint, yang berisi latar kesejarahan musik Blues dari mulai perbudakan, perkembangan, penyebarannya, hingga keberadaannya saat ini. Serta membahas mengenai esensi dari musik Blues itu sendiri dalam kehidupan. Tutor membuka sesi tanya jawab dan diskusi Peserta mendengarkan penjelasan tutor, mencatat materi yang dianggap penting, menanyakan materi yang kurang jelas, serta melakukan diskusi terhadap materi yang disampaikan Tutor membagi peserta kedalam beberapa kelompok yang masingmasing terdiri dari dua orang Setiap dua orang peserta dalam kelompok melakukan improvisasi Blues, dengan iringan Rhythm Section Tutor melakukan perekaman video Tutor melakukan penilaian terhadap keterampilan bermain gitar Blues masing-masng peserta 104
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Kegiatan Penutup
Tutor membahas kembali secara singkat materi Blues tekstual dan kontekstual yang telah dibahas sebelumnya Memberikan kesimpulan Memberikan penugasan materi tekstual (latihan praktek), dengan memberikan Modul dan DVD data sebagai sumber belajar utama Memberikan penugasan materi kontekstual, melihat video Blues History yang terdapat dalam DVD data, dan membaca ringkasan sejarah dalam Modul Menutup kegiatan dengan salamMelakukan penugasan
Tabel 3.6. Sintaks model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program.
Setelah semua tahap dilalui dalam Blues Guitar Supplement Program, maka akan terdapat peningkatan apresiasi peserta terhadap musik Blues. Seluruh aspek dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini memiliki kaitan satu sama lain. Dengan dua arah panah, menunjukkan aspek satu dengan aspek lain tidak bisa dipisahkan. Peningkatan apresiasi akan menunjang pada peningkatan kompetensi keterampilan bermain gitar Blues. Begitupun sebaliknya, peningkatan pada kompetensi keterampilan bermain gitar Blues sebagai sebuah pengalaan nyata, akan memberikan kontribusi positif pada peningkatan apresiasi terhadap musik Blues. Peningkatan kedua aspek tersebut (kompetensi keterampilan gitar Blues dan apresiasi) tidak terlepas dari peran Materi, Pendekatan, Metode, Media, dan alat Evalausi yang dirancang sedemikian rupa menjadi sebuah model pembelajaran dengan classroom oriented berbasis suplemen, dalam Blues Guitar Supplement Program.
105
Rully Setia Ramdani, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program Guna Meningkatkan Apresiasi Terhadap Musik Blues Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu