1
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009 sampai dengan 2013. Pemilihan perusahaan yang listing di BEI sebagai populasi penelitian adalah data yang digunakan mudah untuk diperoleh. Selain itu data laporan keuangan dari perusahaan yang terdaftar di BEI juga akan memberikan pengungkapan data informasi tertentu yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan tipe pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (judgment sampling). Judgment sampling dilakukan ketika peneliti melakukan pengambilan sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa kriteria tertentu yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Cooper & Schindler, 2012; Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, kriteria yang dikehendaki adalah: 1. Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2013 dan wajib menyampaikan annual report. 2. Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang secara konsisten melaporkan annual report dari tahun 2009 - 2013 3. perusahaan yang dipilih adalah yang sering berpartisipasi dalam pengaturan lindung nilai
2
3.2. Definisi Operasional Variabel Variabel merupakan karakteristik dalam konsep model yang dapat diteliti dan dapat diukur. Variabel tersebut dibagi menjadi dua yaitu variabel independen dan variabel dependen (Hair et.al, 2007). Sedangkan menurut Cooper dan Schindler (2012), definisi operasional mengidentifikasikan variabel dalam kaitanya dengan pengukuran yang spesifik dan pengujian kriteria. Dalam Penelitian ini, Variabel yang digunakan adalah variabel independen, variabel dependen, dan variabel kontrol. Adapun pengukuran masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1. Variabel Independen Variabel indepeden merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif (Davis, 2005). Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsi corporate governance, managerial ownership, foreign ownership, institutional ownership, public ownership. Pengukuran dari variabel independen adalah: a. Tatakelola Perusahaan (Corporate Governance) Pengukuran tatakelola dalam penelitian ini penulis menggunakan indeks Corporate Governance Score (CGS) yang digunakan Grantley Taylor et al., (2010) dimana CGS ini merupakan ukuran proksi tata kelola gabungan yang terdiri dari 13 item berbeda yang memiliki bobot yang sama. Dalam menilai kekuatan struktur tata kelola perusahaan, nilai satu untuk masing-masing item tata kelola perusahaan, artinya nilai 1 bila terpenuhi dan nilai 0 bila tidak terpenuhi untuk masing-masing item, jumlah total skor tata kelola perusahaan
3
berkisar 0 - 13 tergantung pada jumlah kondisi atau item yang terpenuhi. Adapun ke 13 item tata kelola tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.1. Item Corporate Governance Score (CGS) No
Deskripsi Item Corporate Governance
Item CG 1 CG 2
CG 3
CG 4
Apakah ketua dewan komisaris independen? Apakah peran ketua dewan komisari dan CEO dilakukan oleh orang yang berbeda? Apakah dewan komisaris sebagian besar (> 70 persen) terdiri dari komisaris independen? Apakah komite nominasi memiliki kebijakan dalam pengangkatan dewan komisaris? Apakah dewan komisaris mengadopsi kode etik formal yang berkaitan
CG 5
dengan perilaku pribadi komisaris dan eksekutif utama yang berkaitan dengan transaksi orang dalam, kerahasiaan, konflik kepentingan dan pemanfaatan peluang (properti, informasi dan posisi)? Apakah perusahaan memiliki rencana, kebijakan atau prosedur formal
CG 6
dalam hal pembayaran remunerasi equity based kepada komisaris dan eksekutif utama? Apakah perusahaan memiliki kebijakan remunerasi yang menguraikan
CG 7
hubungan antara remunerasi yang dibayarkan kepada komisaris dan eksekutif utama serta kinerja perusahaan Apakah komite audit memiliki setidaknya satu anggota yang memiliki
CG 8
keahlian keuangan (yaitu seorang akuntan yang berkualitas atau ahli keuangan dengan pengalaman dalam akuntansi dan keuangan) ? Apakah Dewan menerapkan suatu kebijakan manajemen resiko yang
CG 9
terintegrasi secara formal yang berhubungan dengan pengawasan, manajemen resiko dan pengendalian intern?
4
No
Deskripsi Item Corporate Governance
Item
Apakah CEO/CFO menyatakan suatu kebijakan manajemen resiko, CG 10
kepatuhan internal dan sistem kontrol perusahaan dilaksanakan dengan efektif dan efisien?
CG 11 CG 12 CG 13
Apakah perusahaan memiliki piagam komite audit? Apakah perusahaan memiliki tulisan formal mengenai kebijakan pengungkapan berkelanjutan? Apakah perusahaan memiliki piagam atau kebijakan komite keuangan?
Sumber: jurnal “Corporate Communication of Financial Risk” oleh Grantley Taylor, Greg Tower, dan John Neilson (hal: 11).
Dari ke 13 item tata kelola perusahaan secara individual maupun kolektif harus mempromosikan akuntabilitas pada tingkat manajemen dan dewan senior (Chen dan Jaggi, 2000; Borokhovich et.al, 2004; Shailer, 2004). Karakteristik tata kelola perusahaan yang terdiri dari item-item ini harus mendorong eksekutif kunci dan anggota dewan untuk melakukan penilaiaan atas transparansi dan konten eksplisit praktik pelaporan. Peningkatan tata kelola perusahaan cenderung mendorong pola pikir maksimal atas pengungkapan informasi instrumen keuangan.
b. Kepemilikan Asing Investor asing menghadapi risiko yang cukup besar, terutama ketika berinvestasi di negara-negara dalam transisi. Ini termasuk resiko risiko politik, informasi asimetris dan perlindungan hukum (Laporta et.al, 1999).Menurut Boardman et.al, (1994) investor asing membawa dampak kepada perusahaan untuk menjadi efisien dan dapat mengurangi agency cost namun jarak geografis
5
dan ketidaktahuan kondisi lokal dapat membuat para pemegang saham asing kurang berpengaruh dalam pengelolaan dan pemantauan dan tidak mengurangi agency cost. Pengukuran variabel foreign ownership yang digunakan dalam penelitian ini sesuai pada penelitian yang dilakukan oleh Vu, et al., (2011) yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh investor asing dibagi dengan total saham perusahaan. Kepemilikan Asing =
Jumlah saham yang dimiliki asing Total saham perusahaan
c. Kepemilikan Publik Kepemilikan publik menunjukan besarnya saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat. Jensen dan meckling (1976) menyatakan bahwa publik mempunyai peran penting dalam menciptakan well-functioning government system karena mereka memiliki financial interest dan bertindak independen dalam menilai manajemen. Semakin besar persentase saham yang ditawarkan kepada publlik, maka semakin besar pula informasi internal yang harus diungkapkan kepada publik sehingga kemungkinan dapat mengurangi intensitas terjadinya manajemen laba. Public Ownership dapat meningkatkan tingkat pengungkapan perusahaan karena perusahaan yang struktur kepemilikanya dimiliki oleh banyak pihak, maka pengguna informasi tersebut juga akan meningkat sehingga tingkat disclosure pun ikut meningkat. Pengukuran variabel Public ownership yang digunakan dalam penelitian ini sesuai pada penelitian yang dilakukan oleh Fathimiyah, Zulfikar & Fitriyani
6
(2010) yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat umum dibagi dengan total saham perusahaan. Kepemilikan Publik
=
Jumlah saham yang dimiliki publik Total saham perusahaan
d. Kualitas Audit Kualitas auditor ditujukan oleh kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut. Bila perusahaan sample menggunakan jasa kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP Big Four maka dinilai 1 dan sebaliknya maka dinalai 0, auditor yang masuk kedalam keempat KAP tersebut dianggap berepotasi baik karena memiliki jumlah klien banyak mengindikasikan tingginya kepercayaan emiten terhadap jasa audit keempat KAP tersebut. Menurut Mutawaa (2010) dan Defond (1992) kualitas audit dari auditor berkaitan dengan ukuran auditor yang mengaudit. Ukuran auditor dibagi menjadi dua tipe yaitu auditor yang berafiliasi dengan auditor besar internasional (big four) dan auditor yang tidak berafiliasi dengan auditor besar internasional (non big four). Adapun KAP yang berafiliasi dengan KAP Big four adalah sebagai berikut : 1.
Siddharta & Widjaja berafiliasi dengan KPMG.
2.
Purwantono, Suherman & Suja berafiliasi dengan Ernest and Young.
3.
Osman Bing Satrio & Eny berafiliasi dengan Deloitte Touche & Tohmatsu.
4.
Tanudiredja, Wibisana & Rekan yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers.
7
3.2.2. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang ingin dicoba untuk dijelaskan, dimengerti atau diprediksi (Hair et.al, 2007). Peneliti memiliki tujuan untuk memahami dan membuat variabel dependen, menjelaskan variabilitasnya atau memprediksinya. Variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Pengungkapan Instrumen Keuangan (Financial Instruments Disclosure (FID). Tingkat pengungkapan instrumen keuangan (FID) diukur menggunakan Indeks FID Deloitte yang terdiri dari 96 item pengungkapan instrumen keuangan baik yang bersifat wajib maupun sukarela. Cara pengukuran FIDI dengan memberikan skor 1 untuk setiap item yang diungkap, dan selanjutnya di jumlahkan setiap skor yang diungkap dibagi dengan jumlah maksimum. Skor FIDI dapat dipresentasikan secara matematis sebagai berikut :
Dimana FIDIj adalah Indeks Pengungkapan Instrumen Keuangan perusahaan j.
3.2.3. Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah variabel yang harus dikendalikan dalam sebuah penelitian.merupakan variabel asing yang tidak relevan untuk menjelaskan variabel dependen yang diberikan tetapi mungkin memiliki dampak pada variabel
8
dependen tersebut (Bhattacherjee, 2012). Dalam penelitian ini, terdapat tiga vaiabel kontrol yang digunakan, yaitu: a. Size Hasan dan Karim (2005) menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara size perusahaan dengan kepatuhan terhadap disclosure di negara Bangladesh. Size perusahaan diukur melalui total asset yang diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total asset perusahaan (Log Total Asset) (Adam dan Hossain (1998); Hossain dan Hammami (2009); Shammari et.al, (2010); Vu et.al, (2011); Probohudono (2012); Chakroun et.al, (2012) dan Kolsi (2012) Buzby (1975) menemukan bahwa tingkat pengungkapan memiliki hubungan positif dengan ukuran perusahaan, dimana perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih lengkap; Cooke (1992) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peningkatan dalam pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan dengan ukuran perusahaan, tipe industri dan multiple listings. b. Profitability Kamil dan Antonius (2012) mendefinisikan profitabilitas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, asset, dan ekuitas. Dalam penelitianya Kolsi (2012) menggunakan Return on Asset (ROA) untuk mengukur profitabilitas dan menemukan adanya hubungan antara tingginya tingkat disclosure dengan tingginya pofitabilitas. Pengukuran variabel profitabilitas yang digunakan
9
dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eng dan Mak (2003) yang menggunakan ROA sebagai alat ukur profitabilitas dalam penelitiaannya, yaitu dengan membandingkan antara laba bersih dengan total asset, yang ditunjukan dengan rumus ini: ROA =
Laba Bersih Total Asset
c. Leverage Menurut Shammari dan Sultan (2010) dengan tingkat leverage yang tinggi mampu menyebabkan agency cost yang tinggi pula karena akan ada lebih banyak kekayaan perusahaan yang harus ditransfer kepada kreditur oleh manajemen, untuk mengurangi adanya agency cost dan untuk meyakinkan kreditur maka perusahaan dapat meningkatkan voluntary disclosure. Dalam penelitian ini Leverage dihitung dengan cara membandingkan total utang dengan total asset. Pengukuran variabel leverage dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Eng dan Mak (2003), yaitu dengan membandingkan antara totalliabilities dengan totalasset perusahaan, yang dapat dinyatakan dalam rumus sebagi berikut: Leverage =
Total Liabilities Total Asset
10
3.3. Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan cara menghimpun informasi yang berkaitan dengan financial instruments disclosure didalam annual report dan informasi lainnya yang mampu mendukung penelitian ini, dan kemudian mempelajari informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah. Sumber data penelitian ini diambil dari annual report Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa efek Indonesia tahun 2009-2013 yang diperoleh melalui akses internet website perusahaan terkait dan website Bursa efek indonesia ataupun melalui mesin pencari lainnya.
3.4. Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Menurut Trihendradi (2011), analisis regresi digunakan untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan variabel independen. Bentuk umum untuk persamaan regresi linier berganda adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 .....+ bnXn + e. Pada penelitian ini, model persamaan regresinya adalah sebagai berikut : FIDIj = αj + β1.CGSjt + β2.PUBLICjt + β3 FOREIGN+ β4 AUDITjt +β5.SIZEjt + β6.LEVjt + β7 ROAjt + ε Dimana : FIDI CGS
= Indek Tingkat pengungkapan instrumen keuangan. = Skor Tata Kelola Gabungan.
11
PUBLIC
= Kepemilikan masyarakat.
FOREIGN
= Kepemilikan asing.
AUDIT
= Kualitas audit.
SIZE
= Ukuran Perusahaan.
LEV
= Leverage.
ROA
= Return On Asset (Profitabilitas).
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple regression analysis), karena terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel independen (Sekaran dan Bougie, 2011). Untuk melakukan analisis regresi berganda, perlu dilakukan uji asumsi klasik Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data
tersebut harus terdistribusikan secara normal, tidak mengandung multikoloniaritas dan heterokidastisitas. Hal ini untuk menghindari estimasi bias mengingat semua data tidak dapat diterapkan dalam regresi berganda. 3.4.1. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2005). Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
12
normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika ditribusi data residual adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan meliputi garis diagonalnya (Ghozali, 2005). 2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Meski regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi digunakan matrik korelasi variabel-variabel bebas dan melihat nilai tolerance dan Variace inflation Factor (VIF) dengan perhitungan bantuan program SPSS 17.0. Jika dari matrik korelasi antar varabel bebas ada korelasi yang tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya problem multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005). 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tutup, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
13
baik
adalah yang terdapat
homoskedastisitas
atau
tidak terjadi
heterokedastisitas (Ghozali, 2005). Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara lain prediksi variabel terikat (ZPRED) dan residualnya (SRESID). Deteksi terhadap heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah X yang telah diprediksi, sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di- studentized. Dasar analisis: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentfikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). 4. Autokorelasi Syarat lain untuk model regrasi yang baik adalah tidak adanya autokorelasi. Menurut Ghozali (2005) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi" (Ghozali, 2009: 79). Untuk menguji adanya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan runs test.
14
3.4.2. Uji Hipotesis 1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji-t) Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan" (Ghozali, 2009 :16). Sedangkan menurut Wijaya (2012) dan Puriyatno (2012) untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen (uji t), diketahui dengan membandingkan antara t hitung dengan taraf signifikansi (0,05). Jika nilai t hitung lebih kecil dari taraf signifikansi, maka hipotesis diterima.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Uji-F untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Untuk mengujinya dapat dengan membandingkan nilai signifikansi pada output hasil regresi (tabel ANOVA) dengan taraf signifikansi. Hipotesis diterima jika nilainya kurang dari taraf signifikansi.
3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determeninasi menunjukkan kemampuan variabelvariabel independen dalam model regresi untuk menjelaskan variasi model dependen. Nilai R2 antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati 0 artinya variabelvariabel independen memiliki kemampuan yang terbatas dalam menjelaskan
15
variabel dependen. Makin tinggi nilai R² berarti makin tinggi kemampuan variabel independen untuk menjelaskan variasi variabel dependen.