BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sampel Penelitian ini mengunakan data sekunder yang diperoleh dari BPK
Indonesia, populasi penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) seluruh provinsi, kabupaten dan kota yang ada di Indonesia tahun 2014. Pemilihan periode pengambilan sampel didasarkan pada periode laporan keuangan terbaru saat ini. Sampel diperoleh dengan carapurposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah seluruh daerah yang menyediakan laporan keuangan pemerintah daerahnya secara lengkap dan telah diaudit oleh BPK RI, memiliki website pemda yang resmi dan aktif serta memiliki data yang lengkap.
3.2
Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan
Pemeriksa keuangan (BPK), data berupa softcopyLaporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) kabupaten, kota dan provinsi di Indonesia tahun 2014 dan melalui Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) data berupa daftar webside pemerintah daerah seluruh Indonesia tahun 2015.
3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.3.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transparansi anggaran pemerintah daerah. Transparansi merupakan salah satu cara pemerintah untuk melakukan pengungkapan terkait kinerja pemerintah kepada masyarakat dan investor. Puspita dan Martini (2012) dalam penelitiannya tingkat pengungkapan dilakukan dengan menggunakan scoringindeks website, begitu juga dengan penelitian Verawati (2014) menggunakan scoring indeks untuk mengukur kualitas pelaporan keuangan melalui internet yang mengadopsi dari penelitian Cheng et al. (2000). Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan scoringindeks atas tingkat transparansi anggaran melalui pengungkapan kualitas informasi dalam website pemdayang dilakukan terhadap website pemerintah daerah. Cara yang dilakukan : Tabel 3.1 Skoring Indeks No Subs Indeks 1 Tersedia LKPD secara lengkap 2 Tersedia neraca 3 Tersedia laporan realisasi anggaran 4 Tersedia laporan arus kas 5 Menyajikan laporan tahun sebelumnya sebagai pembanding 6 Menyediakan informasi pembangunan daerah 7 Menyediakan informasi sumberdaya daerah / pariwisata 8 Tersedianya perundangan yang mengatur daerah 9 Tersedianya profil daerah 10 Tersedianya sarana komunikasi
Skor 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1 0/1
Cara pengukurannya adalah, jika informasi tersebut tersedia dalam website maka akan diberi nilai 1 dan jika tidak ada akan diberi nilai 0. Nilai tingkat pengungkapan diperoleh dengan membagi jumlah nilai yang diperoleh masing -
masing pemda dengan total keseluruhan item (Martini, dkk 2013). Semakin besar skor yang diperoleh dalam website pemda maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pula tingkat transparansi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
3.3.2
Variabel Bebas (independen) Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. 3.3.2.1 Analisis Varians Anggaran Pendapatan Menurut Mardiasmo (2009), penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan.Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik apabila mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan (Mahmudi, 2007).Penelitian ini menggunakan Analisis kinerja pendapatan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah.Cara yang digunakan sebagai pengukuranya adalah dengan melihat apakah kinerja pemerintah sudah memiliki kinerja pendapatan yang baik atau tidak. Analisis varians anggaran pendapatan ini merupakan variabel dummy, 1 menunjukkan hasil realisasi yang lebih besar dari jumlah anggaran, sedangkan 0 menunjukkan hasil realisasi yang kurang dari jumlah anggaran. Varians anggaran pendapatan diperoleh setelah anggaran terealisasi, selisih ini yang akan menunjukkan ketidak akuratan penetapan target anggaran pada proses penyusunan. Setelah mengetahui varians pendapatan maka akan diperoleh hasil apakah pendapatan melebihi jumlah
yang dianggarkan atau bahkan pendapatan kurang dari jumlah yang dianggarkan. Anggaran pendapatan merupakan batas minimal jumlah pendapatan yang ditargetkan harus diperoleh oleh pemerinth daerah (Sagay 2013). Pengkuran varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara : Varians Anggaran Pendapatan = Pendapatan – Anggaran Pendapatan .
3.3.2.2 Pertumbuhan Pendapatan Analisis pertumbuhan pendapatan bermanfaat untuk mengetahui apakah pemerintah daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif ataukah negatif (Mahmudi, 2006 dalam Sagay, 2013).Jika kinerja anggarannya
mengalami
pertumbuhan
pendapatan
secara
negatif
maka
menunjukan adanya penurunan kinerja pendapatan.Sebaliknya, jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan secara positif maka menunjukan adanya peningkatan kinerja pendapatan (Mirza, 2012). Formula yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan pendapatan yaitu :
3.3.2.3 Efisiensi Belanja Belanja
merupakan
semua
pengeluaran
oleh
Bendahara
Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Tingkat efisiensi kegiatan pemerintah pusat dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah pusat dengan menunjukkan apakah pemerintah pusat telah menggunakan semua faktor produksinya dengan efektif dan efisien.Jika tingkat efisiensi rendah, berarti belanja negara semakin kecil sehingga kinerja pemerintah semakin membaik.Oleh karena itu, pemerintah pusat perlu mengambil langkah untuk menekan belanja negara dan meningkatkan pendapatan negara (Mirza, 2012).Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%.Mahmudi (2006) dalam Mirza (2012) menyatakan bahwa “angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi belanja tidak bersifat absolut tetapi realitf”. Penelitian Sagay (2013) juga mengukur efisiensi belanja menggunakan proksi :
3.3.2.4 Ketergantungan Keuangan Daerah Pengukuran dilakukan dengan membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total penerimaan daerah. Kalolo, dkk (2014) menggunakan proksi yang sama untuk mengukur Ketergantungan Keuangan Daerah :
3.3.2.5 Derajat Desentralisasi Derajat desentralisasi merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam menggali dan mengelola pendapatan (Azhar, 2008).Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang dapat mengurangi ketergantungan daerah terhadap pusat.Kinerja keuangan dengan rasio derajat desentralisasi dapat dikatakan baik apabila setiap tahunnya Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan (Kalolo, 2014). Pengukuran yang digunakan adalah :
3.4
Pengujian Data Penelitian ini dirancang untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh pengukuran kinerja pemerintah terhadap transparansi anggaran pemerintah
daerah.Penelitian
ini
menggunakan
analisis
regresi
linier
berganda.Untuk menjamin keakuratan data, sebelumnya harus melakukan pengujian asumsi klasik normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikoliniaritas. 3.4.1 Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran secara umum atas data yang digunakan dalam penelitian yang meliputi nilai rata-rata, standar deviasi, varian, minimum,
maksimum,
sum,
range,
kurtosis,
dan
skewness
(Ghozali,
2013).Penelitian ini menggunakan pengujian statistik deskriptif yang meliputi nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum. 3.4.2 Uji Asumsi Klasik 3.4.2.1 Uji Normalitas Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013). 3.4.2.2 Uji Autokorelasi Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu (time series) berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi diantara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013). 3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013).Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. 3.4.2.4 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda
(Ghozali, 2013).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang kuat di antara variabel independennya.
3.4.3
Uji Model
1.
Uji F Uji statistik F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: a.
Apabila nilai signifikansi f <0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima, yang berarti koefisien regresi signifikan. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.
b.
Apabila nilai signifikansi f >0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak, yang berarti
koefisien regresi tidak signifikan. Hal ini berarti variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel independen. 2.
Uji Koefisiensi Determinasi (R2) Pada model regresi berganda, koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi pada variabel dependen (Ghozali, 2013).Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Namun nilai R2 memilihi kelemahan mendasar yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel
independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.4.4 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mengetahui pengaruh dari pengukuran kinerja pemerintah terhadap transparansi pemerintahan daerah maka digunakan metode analisis regresi linear berganda, analisis regresi merupakan metodologi statistik terkait hubungan antar variabel dependen Y terhadap variabel independen X. Alasan penggunaan analisis regresi berganda adalah karena terdapatnya hubungan antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Berdasarkan pengajuan hipotesis dan kerangka pemikiran yang ada, maka hipotesis akan diuji dengan persamaan regresi : TR = α + β1 AVAP + β2 KKD + β3 DD + β4 EB +β5 PP +ε Keterangan : TR
: Transparansi
AVAP : Varians Anggaran Pendapatan KKD : Kemandirian Keuangan Daerah DD
: Derajat Desentralisasi
EB
: Efisiensi Belanja
PP
: Pertumbuhan Pendapatan
ε
:Eror
Pengujian hipotesis dilakukan untuk memperoleh hasil apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak.Uji hipotesis ini terdiri dari uji t.
1.
Uji t Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).Pengujian ini menguji signifikansi koefisien variabel independen dalam memprediksi variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalahtingkat signifikansi yang dapat ditoleransi sebesar α=1%, α=5% dan α=10%.