BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang pendekatan dan desain penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, rancangan program bimbingan
pribadi-sosial
berdasarkan
pendekatan
humanistik,
teknik
pengumpulan data, teknik analisis data dan langkah-langkah penelitian. A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). Sedangkan menurut Azwar penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis). Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2007:5). Dalam penelitian ini digunakan metode pre eksperimental design. Menurut Arikunto (2006:84), pre eksperimental design sering kali dipandang sebagai eksperimen tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut dengan “quasi experiment” atau eksperimen semu. Penelitian eksperimen kuasi dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan Irma Numiasari, 2013 Program Bimbingan Pribadi – Sosial Berdasarkan Pendekatan Humanistik Untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
antara satu dengan yang lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai kelompok kontrol. Metode penelitian eksperimen kuasi (quasi experiment) mirip dengan metode eksperimen namun lebih fleksibel karena tidak menggunakan random assigment (Hepner et al., 2008:176). Penelitian eksperimen semu, dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu perlakuan bila dibandingkan dengan perlakuan lain dengan pengontrolan variabelnya sesuai dengan kondisi yang ada (situasional). Alasan peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment adalah karena (1) sampel penelitian yang digunakan melalui teknik sampel purposive yaitu pemilihan sampel dilakukan tidak secara random; (2) peneliti tidak mungkin menempatkan subjek penelitian dalam situasi laboratorik murni yang sama sekali bebas dari pengaruh lingkungan sosial selama diberikan perlakuan eksperimental. Penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi dengan desain kelompok kontrol yang non-ekuivalen (Nonequivalent Control Group Design). Desain penelitian nonequivalent pretest-posttest control group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut terdiri dari peserta didik yang memiliki konsep diri tidak kongruen berdasarkan data penyebaran instrumen konsep diri oleh peneliti. Jumlah anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan dengan porsi yang seimbang. Kelompok eksperimen diberikan
74
perlakuan
berupa bimbingan pribadi-sosial dan perlakuan konvensional pada
kelompok kontrol. Alasan peneliti menggunakan desain ini adalah sebagai manipulasi, dimana peneliti menjadikan variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara kelompok yang memperoleh perlakuan/manipulasi
dengan
kelompok
yang
tidak
memperoleh
perlakuan/manipulasi (kelompok yang memperoleh perlakuan konvensional). Adapun desain penelitiannya mengadaptasi dari Sugiono (2010:112), digambarkan sebagai berikut.
KELAS Eksperimen Kontrol
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pre Test Perlakuan O1 X O3 -
Post Test O2 O4
Keterangan: X
=
Perlakuan dengan program bimbingan pribadi-sosial dengan menggunakan pendekatan humanistik terhadap pengembangan konsep diri
O1 =
Pengungkapan awal kondisi konsep diri peserta didik kelas eksperimen dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
O2 =
Pengungkapan akhir kondisi konsep diri peserta didik kelas eksperimen dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
O3 =
Pengungkapan awal kondisi konsep diri peserta didik kelas kontrol dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
O4 =
Pengungkapan akhir kondisi konsep diri peserta didik kelas kontrol dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik
75
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Tempat atau lokasi penelitian di SLBN A Kota Bandung bertempat di Jl. Padjajaran Kota Bandung Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya disebut SMPLB X. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan mudah dalam hal pengawasan karena sekolah tersebut terletak di pusat kota Bandung. Sekolah ini dapat dikatakan sebagai sekolah pemula di kota Bandung yang menerima peserta didik tunanetra selain itu sekolah ini terakreditasi A di kota Bandung. Jumlah peserta didik SMPLB tunanetra yang mengikuti pendidikan di sekolah ini relatif banyak dibandingkan di SLBN A lainnya. 2. Populasi Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMPLB. Jumlah populasi penelitian sebanyak 23 orang. Karakteristik populasi penelitian, yaitu a) peserta didik SMPLB; b) berusia 13 sampai dengan 21 tahun; c) pria dan wanita; d) jenis ketunaan adalah tunanetra tanpa memiliki ketunaan ganda. Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi adalah sebagai berikut. a) Peserta didik SMPLB berada dalam rentang usia remaja, yaitu berkisar antara 13-21 tahun yang merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. b) Peserta didik SMPLB termasuk kategori “remaja” yang mulai berfikir secara lebih abstrak dan idealistik. Pada diri remaja muncul kemampuan untuk mengkonstruksi diri ideal dan diri sebenarnya, menjadi membingungkan bagi remaja. Menurut
76
Rogers, perbedaan yang jauh antara diri yang nyata dan diri yang ideal menunjukkan tanda ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri (Santrock, 2003:333) c) Peserta didik SMPLB mendapatkan perlakuan konvensional berupa layanan bimbingan dan konseling secara rutin oleh guru pembimbing di sekolah, sehingga peneliti mencoba membandingkan perlakuan konvensional tersebut dengan perlakuan yang peneliti berikan sesuai dengan rancangan penelitian yang dibuat peneliti. 3. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti. Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 yang teridentifikasi memiliki konsep diri tidak kongruen, berdasarkan hasil perhitungan dari penyebaran instrumen konsep diri. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan teknik yang digunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010:124). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. a)
Menyebarkan instrumen konsep diri peserta didik terhadap 23 orang peserta didik SMPLB X
b)
Mengambil peserta didik secara homogen, yaitu berdasarkan kategori konsep diri tidak kongruen yaitu sebanyak 14 orang peserta didik.
77
c)
Membagi 14 peserta yang memiliki konsep diri tidak kongruen tersebut menjadi dua kelompok, yaitu 7 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan 7 peserta didik untuk kelompok kontrol. Langkah pengambilan sampel tersebut dimaksud agar dapat menyaring
peserta didik yang memiliki kategori konsep diri tidak kongruen kemudian dikelompokan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu konsep diri peserta didik dan program bimbingan pribadi-sosial, yaitu. a) Variabel bebas (X) adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel bebas adalah program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik b) Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah konsep diri . Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. 2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dan konsep diri. a) Bimbingan Pribadi-Sosial Menurut Winkel (2007:35) bimbingan pribadi-sosial berarti proses bantuan yang diberikan dari konselor ke konseli dalam menghadapi permasalahan
78
yang bersifat pribadi dan sosial. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2010:11) bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Permasalahan yang bersifat pribadi-sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik. Pendekatan humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar pendekatan ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu. Falsafah dan asumsi dasar pendekatan ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara penuh (becoming fully functioning) (Feist dan Feist, 2010:7). Istilah bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan
konselor
untuk
melaksanakan
bantuan
kepada
konseli
dalam
mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial sehingga membina hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk mencapai perkembangan diri mengacu pada data profil konsep diri peserta didik. Secara operasional bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan peneliti sebagai konselor untuk melaksanakan bantuan kepada peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 sebagai konseli dalam
79
mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial sehingga membina hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk mencapai perkembangan diri khususnya pengembangan konsep diri peserta didik dengan menekankan nilai-nilai positif individu, lebih memfokuskan perhatian pada kekuatan dan kemampuannya daripada kekurangan dan kesulitannya serta menerapkan konsep “unconditional positive regard”. b) Konsep Diri Menurut Burn (1993:87) konsep diri yaitu konseptualisasi individu mengenai pribadinya sendiri, dipandang sebagai seseorang yang diinvestasikan dengan konotasi-konotasi emosional yang potensial dan evaluatif karena keyakinan-keyakinan subyektif dan pengetahuan faktual yang dianggap berasal dari diri individu yang bersifat pribadi dalam berbagai tingkatan, intens dan sentral terhadap keunikan identitasnya. Menurut Carl Rogers (Alwisol, 2004:338) terkait konsep diri diartikan sebagai: (a) persepsi, keyakinan, perasaan/sikap seseorang tentang dirinya sendiri; (b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya sendiri; (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri menurut Rogers (Prabawa, 2009:9) merupakan sebagian dari medan fenomenal yang lama kelamaan menjadi terpisah. Menurut Rogers, konsep diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan bersifat konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang ciri atau karakteristik diri individu dan juga persepsi yang individu miliki tentang hubungan antara diri individu dengan orang lain,
80
pendapat orang lain yang diyakini terhadap diri, juga berbagai aspek dalam kehidupan individu. Menurut Rogers (Prabawa, 2009:10) konsep diri tidak hanya terdiri dari persepsi tentang apa yang individu sukai, tetapi juga apa yang individu fikirkan tentang apa yang seharusnya individu lakukan dan ingin menjadi seperti apa diri individu. Keadaan diri individu saat ini disebut real self, sementara ideal self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Menurut Atwater (Desmita, 2010:163) konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Atwater mengidentifikasikan konsep diri atas tiga bentuk, pertama, body image yaitu kesadaran tentang tubuhnya; kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya; ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan konsep diri merupakan cara pandang individu terhadap gambaran pribadinya yang merupakan hasil penggabungan dari persepsi mengenai karakteristik diri pada saat ini (real self) dan persepsi mengenai diri terhadap orang lain dan kehidupan sehingga memunculkan diri yang diinginkan dalam dirinya (ideal self) meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengalaman masa lalu, keyakinan terhadap pilihan, pemahaman kelebihan dan kelemahan diri, pertimbangan konsekuensi pilihan-pilihan, tujuan yang ingin dicapai, harapan,
81
nilai-nilai kehidupan, kesadaran akan perilaku diri dan orang lain. Aspek afektif meliputi dorongan-dorongan, perasaan subjektif individu tetrhadap diri, penghargaan terhadap diri dan orang lain, keterlibatan dalam sebuah komunitas dan taat pada norma yang berlaku. Aspek psikomotorik meliputi interaksi dengan lingkungan sosial, kemampuan berbahasa dan mengelola emosi. Selanjutnya konsep diri mempresentasikan pola persepsi yang terorganisasi dan kosisten. Walaupun diri berubah, diri akan selalu memiliki kualitas pola, integrasi dan organisasi yang sama. Secara operasional konsep diri yang diungkap dalam penelitian ini dibatasi pada real self sedangkan aspek dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif dan afektif. Indikator yang terdapat dalam aspek kognitif dan afektif tidak semua digunakan. Secara operasional konsep diri dalam penelitian ini adalah cara pandang peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 terhadap gambaran pribadinya pada saat ini, meliputi aspek kognitif dan afektif. Indikator-indikator dari aspek tersebut yaitu sebagai berikut. a. Kognitif 1) Mengetahui kondisi fisik 2) Menjabarkan identitas diri terkait kepribadian 3) Mengenal kemampuan dan ketidakmampuan diri 4) Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah 5) Memaknai pengalaman b. Afektif 1) Menghargai diri dan orang lain
82
2) Sikap percaya diri 3) Meyakini nilai-nilai moral D. Pengembangan Instrumen Penelitian Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka dikembangkan alat pengumpul data yaitu skala konsep diri, digunakan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti proses bimbingan pribadi-sosial. 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Instrumen konsep diri peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang konsep diri merujuk pada aspek kognitif dan afektif berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Rogers. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
sehingga
menghasilkan
item-item
pernyataan
dan
kemungkinan
jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur konsep diri peserta didik. Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Likert . Adapun kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini dan instrumen secara lengkap terlampir dalam lampiran. Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Peserta Didik ASPEK Kognitif (pengetahuan individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk gambaran dirinya)
INDIKATOR
No. Item
a. Mengetahui kondisi fisik b. Menjabarkan identitas terkait kepribadian
diri
c. Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Jml
1,2,3,4,5,6,7,8
8
9,10,11,12,13,14,15,16 ,17,18,19,20
12
21,22,23,24,25,26,27
7
83
d. Mengenal kemampuan ketidakmampuan diri e. Memaknai pengalaman Afektif (penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri individu)
dan
a. Menghargai diri dan orang lain
b. Sikap percaya diri
c. Meyakini nilai-nilai moral
28,29,30,31,32,33,34,3 5,36,37 38,39,40,41,42,43,44,4 5,46,47,48,49
9
50,51,52,53,54,55,56,5 7,58,59,60,61,62,63,64 ,65,66,67,68,69,70,71, 72 73,74,75,76,77,78,79,8 0,81,82,83,84,85,86,87 ,88,89,90,92 91,93,94 95,96,97,98,99
22
JUMLAH 2. Penimbangan Instrumen (Expert Judgment) dan Uji Keterbacaan Instrumen Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item-item yang valid yang dapat mengukur permasalahan konsep diri peserta didik. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan ditelaah dari segi isi, redaksi kalimat, serta kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap (apakah item layak digunakan untuk mengungkapkan atribut yang dikehendaki oleh peneliti sebagai perancang instrumen). Ketiga penimbang tersebut adalah Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, Dr. Nurhuda, M.Pd., yang merupakan pakar dalam testing psikologis dan konstruksi tes serta Dr. Jaja Raharja, M.Pd., yang merupakan pakar dalam bidang pendidikan luar biasa khususnya ketunanetraan. Penimbangan perlu dilakukan guna mendapatkan angket yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Bila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka
11
21
5 99
84
butir pernyataan tersebut akan dibuang atau hanya direvisi yang akan kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Hasil penilaian dosen penimbang, pada angket penelitian ini mengalami revisi bahasa dan sejumlah 9 item dibuang karena tidak memenuhi kualifikasi, sehingga jumlah item pada angket yang akan diujicobakan sebanyak 99 item. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu instrumen yang telah direvisi, kemudian dilakukan uji keterbacaan oleh lima responden untuk mengetahui apakah setiap item dapat dan mudah dipahami oleh responden. 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a.
Uji Validitas Instrumen ini diujicobakan terhadap 5 orang peserta didik SMPLB di
SLBN A Citeurep dan 5 orang di SLBN A Kota Bandung, dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan/kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) alat ukur yang telah disusun dan akan digunakan penelitian Uji validitas instrumen dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS version 17.0 for Windows. Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 2 (pengolahan data). Validitas menunjukan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang di tanyakan dan apa yang ingin di ukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan dikatan valid dan dapat mengukur variabel penelitian jika nila koefesien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,30 (Sugiono, 2010:179). Proses pengujian validitas instrumen dilakukan dengan koofesien korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
85
rxy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy
= Koefesien indek korelasi product moment
N
= Jumlah Subyek
ΣX
= Jumlah skror total variable X
ΣY
= Jumlah skor total variable Y
ΣX2
= Jumlah kuadrat skor variable X
ΣY2
= Jumlah kuadrat skor variable Y (Arikunto, 2006 : 170) Setelah mendapatkan r hitung, kemudian untuk menguji nilai signifikansi
validitas butir soal tersebut, digunakan uji t yaitu dengan menggunakan rumus berikut. t
Keterangan: r = Nilai Koefesien Korelasi N = Jumlah sampel Dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut. Jika r positif, serta r
0.30 maka item pertanyaan tersebut valid.
Jika r negatif, serta r
0.30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid.
Perhitungan validitas dengan menggunakan rumus koofesien korelasi product moment dilakukan dengan bantuan Software SPSS. Di antara sejumlah 99 item yang diujicobakan, hanya diperoleh 85 item yang memenuhi kriteria penerimaan r tersebut.
86
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen KESIMPULAN Memadai
Buang
ITEM 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22. 23, 24, 25, 26, 38, 29, 31, 32, 33, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 64, 66, 67, 68, 69 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96, 99, 100, 103, 104, 107, 108 1,11,12,14,23,24,30,31,36,42,43,45,58,62
17, 35, 49, 63, 78, 94,
JUMLAH 85
14
b. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen bertujuan untuk melihat tingkat keterandalan atau kemantapan sebuah instrumen (level of consistency) penelitian atau dengan kata lain sejauh mana instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsistens (Rakhmat dan Solehudin, 2006:70). Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek. Dalam hal ini, skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor kekeliruan galat pengukuran. Oleh karena itu, reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r) (Suryabrata, 1999:41). Hasil uji reliabilitas pada instrumen konsep diri dengan menggunakan software SPSS version 17.0 for Windows diperoleh koefisien Alpha Cronbach untuk konsep diri peserta didik sebesar α = 0, 989. Titik tolok ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2010: 149) yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut.
87
Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 ─ 0,199 0,20 ─ 0, 399 0,40 ─ 0,599 0,60 ─ 0, 799 0,80 ─ 1, 000
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0, 989) dan mengacu pada titik tolak ukur pada Tabel 3.4, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen konsep diri peserta diri memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. E. Pengembangan
Program
Bimbingan
Pribadi-Sosial
berdasarkan
Pendekatan Humanistik Pengembangan produk merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan. Adapun tahapan dalam pengembangan produk yang berupa program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penyusunan Draf Program Setelah memperoleh landasan teoretis mengenai konsep diri dan kondisi awal konsep diri, maka kegiatan berikutnya dalam pengembangan program adalah menyusun draf program berisi pedoman umum operasional program yang meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan program; (4) peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis layanan; (7) struktur dan tahapan program, (8) refleksi dan indikator keberhasilan.
88
2. Uji Rasional Uji rasional dalam penelitian ini melalui dua jenis pengujian yaitu: uji validitas isi program dan uji empiris. a. Uji Validitas Isi Program Uji
validitas
isi
program
bimbingan
pribadi-sosial
berdasarkan
pendekatan humanistik pada penelitian ini menggunakan pendekatan humanistik yang diberikan oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr. Mubiar Agustin, M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan, M.Pd., dan Agus Sensus, M.Pd. b. Uji Empiris Uji empiris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji kepraktisan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dalam mengembangkan konsep diri dengan teknik group discussion dari para praktisi bimbingan dan konseling. dalam penelitian ini uji kepraktisan dilakukan oleh Guru BK yaitu Tri Bagio, M.Pd.
3.
Hasil Uji Program Hipotetik Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan Pendekatan Humanistik untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik SMPLB X Program bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini dirancang
berdasarkan pendekatan humanistik yang dipadukan dengan hasil studi pendahuluan tentang profil konsep diri peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013. Program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik
89
dikembangkan untuk mengembangkan konsep diri yang mencakup aspek kognitif dan afektif. Program bimbingan pribadi-sosial yang dikembangkan dijabarkan dari konsep pendekatan humanistik, artinya secara umum konten dari layanan bimbingan pribadi-sosial yang harus dikembangkan peserta didik adalah konsep diri dengan bernuansa humanistik. Pengembangan program dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu. Tahap pertama, penyusunan draf program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Sistematika program yang dikembangkan meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan program; (4) peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis layanan; (7) struktur dan tahapan program, (8) refleksi dan indikator keberhasilan. Tahap kedua, uji validasi rasional yang terdiri dari uji validasi isi program dan uji empiris atau uji kepraktisan. Uji validasi isi program ditimbang oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr. Mubiar Agustin, M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan, M.Pd dan Agus Sensus, M.Pd. Adapun masukan yang diperoleh dari pakar dan praktisi yang melakukan judgement terhadap program ini dipaparkan sebagai berikut. Tabel 3.5 Hasil Penimbangan Pakar dan Praktisi Terhadap Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan Pendekatan Humanistik ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR Orientasi program Orientasi program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik sudah memadai, namun ada beberapa masukan dengan tidak mencantumkan banyak landasan
90
ASPEK LAYANAN
Rasional dan Asumsi Program
Tujuan
Peran Konselor
Kompetensi Konselor
Penunjang Teknis Layanan
HASIL PENIMBANGAN PAKAR teori dalam orientasi program dan belum terlihatnya definisi program bimbingan pribadi-sosial dan relevansi antara program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dengan konsep diri. Tindak lanjut masukan tersebut dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan. Rasional dan asumsi program merupakan landasan teoritis maupun empiris sebagai need assessment yang dijadikan dasar dalam pembuatan program. Hasil pertimbangan pakar menyatakan bahwa rasional dan asumsi program memadai, namun ada beberapa saran yang menjadi masukan yaitu terlalu banyak teori yang dicantumkan sehingga peneliti menindak lanjutinya dengan mengurangi landasan teori sesuai dengan yang disarankan penimbang. Selain itu saran yang diberikan dengan mendeskripsikan profil konsep diri peserta didik. Tujuan program merupakan gambaran hasil yang diharapkan setelah peserta didik mengikuti layanan. Berdasarkan hasil penimbangan pakar terhadap tujuan program dinilai memadai, sedangkan dua pakar memberi nilai sangat memadai. Saran dan komentar yang diberikan adalah perlunya diklasifikasikan dalam tujuan umum dan tujuan khusus program, dan perlunya disesuaikan dengan need assesment. Peran konselor adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki konselor untuk melaksanakan layanan. Hasil penimbangan pakar diketahui tiga pakar menyatakan sangat memadai dan dua pakar lain menyatakan memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu dijelaskan dengan bahasa yang lebih deskriptif dan operasional. Tindak lanjut masukan tersebut dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan. Kemampuan konselor dalam melaksanakan program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Berdasarkan kelima pakar menilai kompetensi konselor memadai dan masukan yang diberikan adalah perlu dijelaskan dengan bahasa yang lebih deskriptif dan operasional. Tindak lanjut terhadap masukan tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan. Penunjang teknis layanan dinilai oleh pakar sudah memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu diperjelas dalam tahapan pelaksanaan bimbingan. Tindak lanjut dari saran tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan.
91
ASPEK LAYANAN Struktur dan Tahapan Layanan
HASIL PENIMBANGAN PAKAR Struktur dan tahapan berisi gambaran singkat langkah kerja dan aktivitas yang ada dalam setiap layanan. Hasil penimbangan menurut lima pakar menunjukkan struktur dan tahapan dianggap memadai. Setiap tahapan dalam dianggap sudah mengakomodir dalam pencapaian tujuan program. Masukan yang diberikan adalalah perlu ditambah pengembangan tema dan materi program pada setiap tahapan. Refleksi Layanan dan Refleksi layanan dinilai oleh pakar sudah memadai. Indikator Masukan yang diberikan adalah perlu disertakan format Keberhasilan lampiran refleksi. Tindak lanjut dari saran tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang disarankan. Indikator keberhasilan dinilai oleh kelima orang pakar sudah memadai dan tidak ada masukan yang perlu diperbaiki. F. Teknik Analisis Data Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi yang menyajikan profil umum tentang konsep diri peserta didik dan efektivitas program bimbingan pribadi-sosial. Untuk uji efektivitas program, dibandingkan hasil skor rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Mengacu pada kepentingan tersebut, penting diadakan analisis statistika untuk menjawab pertanyaan penelitian dan memperoleh data dalam bentuk angka. 1.
Teknik Analisis Profil Umum Konsep Diri Peserta Didik Teknik analisis pertama ditujukan untuk mengetahui gambaran umum
konsep diri, alat yang digunakan berupa instrumen. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur konsep diri peserta didik. Item pernyataan dalam instrumen konsep diri peserta didik menggunakan bentuk skala Likert, dengan pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju
92
(KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria penskoran untuk mendapat skor angket konsep diri peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini. Tabel 3.6 Ketentuan Pemberian Skor Angket Konsep Diri Peserta Didik Pernyataan Skor SS S KS TS STS Positif 5 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 5 Tabel konversi skor setiap indikator untuk menentukan kategorisasi konsep diri peserta didik yang dimaknai sebagai profil umum konsep diri peserta didik, disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 3.7 Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang Dengan Batas Lulus Aktual Skala Skor Mentah X + 0,25 s
Kategori Skor Tinggi
Kategori Konsep Diri Kongruen
X
Rendah
Tidak kongruen
+ 0,25 s
(Rachmat dan Solehuddin, 2006) Penentuan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam pendistribusian
responsnya
terhadap
instrumen.
Konversi
skor
disusun
berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor total instrumen dengan jumlah kelas dua. Penentuan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam pendistribusian
responsnya
terhadap
instrumen.
Konversi
skor
disusun
berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor total instrumen dengan jumlah kelas dua.
93
1) Menghitung skor total masing-masing responden 2) Menentukan Range (R) = nilai terbesar – nilai terkecil 3) Menghitung banyak kelas Ρ= 1 + 3,3 log n 4) Menghitung panjang kelas = range : banyak kelas (
)
5) Memasukan data peserta didik kedalam tabel frekuensi 6) Mencari rata-rata aktual dengan rumus =
+p
Keterangan: = rata-rata terduga, yang dijadikan rata-rata terduga adalah titik tengah kelas interval yang terbanyak frekuensinya atau kelas interval yang berada di tengah-tengah p = panjang kelas interval d = selisih titik tengah kelas interval dari
dibagi p
7) Mencari simpangan dengan rumus S= p 8) Mencari batas lulus (BL) =
+ 0,25 s
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.7, maka kriteria konsep diri yang digunakan sebagai acuan dalam pengelompokan skor konsep diri peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini. Tabel 3.8 Kriteria Gambaran Umum Konsep Diri Peserta Didik Kriteria Konsep Diri Rentang ≥ 248 Kongruen Tidak kongruen < 248
94
Secara teori konversi skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah didasarkan pada status konsep diri peserta didik.
Kriteria Konsep Diri Kongruen
Tidak kongruen
Rentang ≥ 248
< 248
Tabel 3.9 Status Konsep Diri Penafsiran Skor
Peserta didik mampu terbuka pada pengalaman, hidup pada masa kini, yaitu hidup dan menerima apa yang ada saat ini, mampu mempercayai dirinya, melakukan apa yang individu anggap benar, mengalami kebebasan yaitu perasaan bebas untuk memilih dan selalu bertanggungjawab dengan pilihan individu, mampu berkreativitas yaitu peduli pada sesama atau lebih ringkasnya selalu memberikan atau melakukan yang terbaik pada apapun yang individu lakukan. Peserta didik belum mampu terbuka pada pengalaman, belum menerima apa yang ada saat ini, belum mampu mempercayai dirinya, belum melakukan apa yang individu anggap benar, belum mengalami kebebasan yaitu perasaan bebas untuk memilih dan selalu bertanggungjawab dengan pilihan individu, belum mampu berkreativitas yaitu peduli pada sesama atau lebih ringkasnya tidak selalu memberikan atau melakukan yang terbaik pada apapun yang individu lakukan.
Adapun kriteria pengelompokan indikator konsep diri dapat dilihat dalam tabel 3.10 berikut ini.
Aspek Konsep Diri
Tabel 3.10 Kriteria Indikator Konsep Diri Peserta Didik Indikator Kriteria 1. Mengetahui kondisi fisik
Kognitif 2. Menjabarkan identitas diri terkait kepribadian 3. Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah 4. Mengenal kemampuan dan ketidakmampuan diri
Kongruen Tidak kongruen Kongruen Tidak kongruen Kongruen Tidak kongruen Kongruen Tidak kongruen
Rentang ≥ 19 < 19 ≥ 26 < 26 ≥ 14 < 14 ≥ 21 < 21
95
Aspek Konsep Diri
Indikator 5. Memaknai pengalaman 6. Menghargai diri dan orang lain
Afektif 7. Sikap percaya diri 8. Meyakini nilai-nilai moral
Kriteria
Rentang
Kongruen Tidak kongruen Kongruen Tidak kongruen Kongruen Tidak kongruen Kongruen Tidak kongruen
≥ 26 < 26 ≥ 70 < 70 ≥ 62 < 62 ≥14 < 14
Hasil perolehan hitungan tersebut menghasilkan capaian indikator dan item yang dibutuhkan dalam membuat rumusan program, lebih spesifiknya dicantumkan dalam deskripsi kebutuhan program sebagai landasan dalam membuat program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan profil konsep diri peserta didik. Program bimbingan yang telah dirancang berdasarkan hasil perolehan tersebut, menjadi dasar pelaksanaan penelitian yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Status konsep diri peserta didik menjadi dua kategori, untuk membedakan peserta didik yang butuh diberikan perlakuan dalam hal ini adalah pelaksanaan
program
bimbingan
pribadi-sosial
berdasarkan
pendekatan
humanistik. Program yang dilaksanakan disebut dengan program hipotetik yang memerlukan pertimbangan dari pakar dan praktisi di bidang bimbingan dan konseling sebelum dilaksanakan. 2.
Teknik Penentuan Sampel Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010:124). Penentuan sampel ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
96
adalah peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 yang teridentifikasi memiliki konsep diri tidak kongruen. Tujuan pengambilan sampel dengan teknik purposive adalah untuk digunakan dalam eksperimen program bimbingan pribadi-sosial. 3.
Teknik Uji Efektivitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan
Profil Konsep Diri Bentuk analisis data yang digunakan menjawab pertanyaan penelitian no 4 tentang keefektifan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik yang efektif untuk mengembangkan konsep diri adalah dengan cara membandingkan data rata-rata perolehan skor onsep diri peserta didik sebelum mendapatkan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dengan data skor konsep diri peserta didik setelah memperoleh bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik. Pengujian efektivitas program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dilakukan dengan menggunakan uji parametris dengan menggunakan teknik uji t (independent sample t test) melalui analisis data konsep diri peserta didik sebelum dan setelah mengikuti program bimbingan pribadisosial. Teknik uji ini dilakukan dengan cara membandingkan data pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan uji ini adalah untuk diperoleh fakta empirik tentang keefektifan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik SMPLB X. Teknik pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistical product and service solutions (SPSS) versi 17.0.
97
Prosedur pengujian efektivitas tersebut adalah sebagai berikut. a) Menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok. Pengujian normalitas data dilakukan dengan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov (p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0. b) Menguji homogenitas varians data pretest dan posttest kedua kelompok (p>0,05) dengan bantuan SPSS 17.0. c) Menguji perbedaan (efektivitas) program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik menggunakan uji t independent (independent sample t test) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. a. Hipotesis H0 : µ eksperimen = µ kontrol Tidak ada perbedaan rata-rata konsep diri peserta didik antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Maka program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik tidak efektif untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. H1 : µ eksperimen > µ kontrol Terdapat perbedaan rata-rata konsep diri peserta didik antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Maka program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik efektif untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. b. Dasar pengambilan keputusan Pengambilan
keputusan
dilakukan
dengan
dua
cara,
yaitu
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan α=0,05. Jika pengambilan keputusan berdasarkan nilai t hitung, maka kriterianya adalah terima H0 jika – t 1- ½ < t hitung < t 1- ½ , dimana t 1- ½ didapat dari
98
daftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½ . Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Jika pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas (nilai p), maka kriterianya adalah: 1) Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak 2) Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima G. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang konsep diri dan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik. b. Menentukan subjek penelitian. c. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa kuesioner konsep diri. 2. Tahap Pelaksanaan a. Pelaksanaan tes untuk mengetahui profil umum konsep diri peserta didik untuk mengetahui sampel penelitian yang akan mendapatkan perlakuan bimbingan pribadi-sosial dan perlakuan konvensional b. Pelaksanaan (pretest) untuk mengetahui data awal konsep diri peserta didik terhadap kelompok eksperimen sebelum dilaksanakan perlakuan c. Menyusun program hipotetik bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik
99
d. Pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik 1) Menetapkan jadwal pelaksanaan bimbingan yang sesuai dengan hasil kesepakatan dengan peserta didik yang menjadi sampel penelitian pada kelompok eksperimen dan pertimbangan pihak sekolah. 2) Mengkondisikan kelompok yang sudah ditetapkan sebagai kelompok eksperimen, sehingga peserta didik mengetahui dengan baik kegiatan bimbingan yang akan diikuti. 3) Melaksanakan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik kepada kelompok eksperimen yang dirancang 12 kali perlakuan/pertemuan bimbingan. e. Observasi terhadap pelaksanaan bimbingan pada kelompok eksperimen untuk mengetahui apakah bimbingan pribadi-sosial efektif untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. f. Pelaksanaan tes akhir (posttest) untuk mengetahui efektivitas bimbingan pribadi-sosial pada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok kontrol. 3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data a. Mengolah skor tes awal, pretest dan tes akhir (posttest) konsep diri peserta didik. b. Melakukan uji persyaratan statistik (keefektifan) tes awal, pretest dan tes akhir (posttest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melakukan analisis data dengan menggunakan uji t-test untuk mengetahui tingkat efektivitas sebelum dan sesudah perlakuan dengan melakukan uji -t c. Menyajikan dan membahas hasil penelitian.