BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
mengumpulkan
data
atau
informasi
empiris
guna
memecahkan
permasalahan dan menguji hipotesa peneliti. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ekspor karet alam Sumatera Utara dan sejauh mana faktor-faktor itu mempengaruhi ekspor karet alam Sumatera Utara selama kurun waktu 1994-2008 (15 tahun). 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan variabel kurs, inflasi, harga, jumlah produksi, dan volume ekspor yang merupakan data sekunder yang diperoleh melalui library research, yaitu penelitian melalui kepustakaan, dimana data yang dikumpulkan dari bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian, jurnal-jurnal, karya ilmiah, web site, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara. Data berbentuk data berkala (time series), dengan kurun waktu 1990-2008 (19 tahun),sehingga hasil penelitian ini merupakan hasil penggunaan data seri waktu selama periode tersebut. Tahun 1990
Universitas Sumatera Utara
merupakan tahun dasar, sedangkan tahun 2008 sebagai tahun akhir cakupan waktu penelitian ini. 3.3 Model Analisis Data Model yang digunakan dalam menganalisis adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) dan analisis jalur (Path Analisys) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut: Volume
ekspor
karet
alam
Sumatera
Utara:
f(kurs,
inflasi,
harga,
produksi)………………..(1) Untuk membuktikan hipotesis pertama digunakan model sebagai berikut: Y 2 = PY 2 X 1 +PY 2 X 2 +PY 2 X 3 +µ………………….(2) Dimana: Y 2 = jumlah produksi (ton) X 1 = kurs (Rp/US$) X 2 = Inflasi (%) X 3 = harga (US$/ton) µ = Terms of error/ kesalahan pengganggu
Universitas Sumatera Utara
Untuk membuktikan hipotesis kedua digunakan model sebagai berikut: Y 1 = PY 1 X 1 +PY 1 X 2 + PY 1 X 3 + PY 1 Y 2 +µ…………..(3) Dimana: Y 1 = volume ekspor karet alam (ton) Y 2 = jumlah produksi (ton) X 1 = kurs (Rp/US$) X 2 = Inflasi (%) X 3 = harga (US$/ton) µ = Terms of error/ kesalahan pengganggu Untuk membuktikan kedua hipotesis dibuktikan dengan model: a. Pengaruh langsung/ direct effect: -
Pengaruh variabel X 1 (kurs) terhadap variabel Y 2 (produksi) secara langsung diformulasikan sebagai berikut: X1
-
Y 2 = PY 2 X 1
Pengaruh variabel X 2 (inflasi) terhadap variabel Y 2 (produksi) secara langsung diformulasikan sebagai berikut: X2
-
Y 2 = PY 2 X 2
Pengaruh variabel X 3 (harga) terhadap variabel Y 2 (produksi) secara langsung diformulasikan sebagai berikut: X4
Y 2 = PY 2 X 3
Universitas Sumatera Utara
-
Pengaruh variabel X 1 (kurs) terhadap variabel Y 1 (volume ekspor) secara langsung diformulasikan sebagai berikut: X1
-
Y 1 = PY 1 X 1
Pengaruh variabel X 2 (inflasi) terhadap variabel Y 1 (volume ekspor) secara langsung diformulasikan sebagai berikut: X2
-
Y 1 = PY 1 X 2
Pengaruh variabel X 3 (harga) terhadap variabel Y 1 (volume ekspor) secara langsung diformulasikan sebagai berikut: X3
-
Y 1 = PY 1 X 3
Pengaruh variabel Y 2 (produksi) terhadap variabel Y 1 (volume ekspor) secara langsung diformulasikan sebagai berikut: Y2
Y 1 = PY 1 Y 2
b. Pengaruh tidak langsung/ indirect effect : -
Pengaruh variabel X 1 (kurs) terhadap Y 1 (volume ekspor) melalui Y 2 (jumlah produksi) diformulasikan dengan model sebagai berikut: X1
-
Y2
Y 1 = (PY 2 X 1 ) (PY 1 Y 2 )
Pengaruh variabel X 2 (inflasi) terhadap Y 1 (volume ekspor) melalui Y 2 (jumlah produksi) diformulasikan dengan model sebagai berikut: X2
-
Y2
Y 1 = (PY 2 X 2 ) (PY 1 Y 2 )
Pengaruh variabel X 3 (harga) terhadap Y 1 (volume ekspor) melalui Y 2 (jumlah produksi) diformulasikan dengan model sebagai berikut: X3
Y2
Y 1 = (PY 2 X 3 ) (PY 1 Y 2 )
Universitas Sumatera Utara
c. Pengaruh total/ total effect: -
Total pengaruh variabel X 1 terhadap Y 1 melaui Y 2 diformulasikan sebagai berikut: X1
-
Y2
Y 1 = (PY 2 X 1 ) + (PY 1 Y 2 )
Total pengaruh variabel X 2 terhadap Y 1 melaui Y 2 diformulasikan sebagai berikut: X2
-
Y2
Y 1 = (PY 2 X 2 ) + (PY 1 Y 2 )
Total pengaruh variabel X 3 terhadap Y 1 melaui Y 3 diformulasikan sebagai berikut: X3
Y3
Y 1 = (PY 3 X 3 ) + (PY 1 Y 3 )
3.4 Pengolahan Data Dalam melakukan pengolahan data, digunakan bantuan software utama pengolah data statistik yaitu Eviews 5.1. 3.5 Uji Kesesuain (Test of Goodness of fit) 3.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R-square) Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabelvariabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar nilai R2, maka akan semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Uji t-statistik Uji t-statistik merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masingmasing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus: t-hitung =
bi se (bi)
dimana: bi
= koefisien variabel ke i
Se (b i ) = simpangan baku dari variabel independen ke i
Ha diterima
Ha diterima
H0 diterima
Gambar 3.1 Kurva pengambilan keputusan uji t-statistik
Dalam uji t ini digunakan perumusan bentuk hipotesis sebagai berikut : Ho : bi = 0 Ha : bi ≠ 0 Dimana bila bi adalah koefisien variabel ke I nilai parameter hipotesis dan biasanya dianggap = 0 (nol). Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y.
Universitas Sumatera Utara
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t dengan membandingkan tstatistik dengan t-tabel. Apabila hasil perhitungan menunjukkan: a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel dengan tingkat kepercayaan sebesar (α). Artinya varibel-variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat, dimana tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilaukan dengan tingkat kepercayaan sebesar (α). b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel dengan tingkat kepercayaan sebesar (α). Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat, dimana terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar (α). 3.5.3. Uji F-Statistik Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian digunakan hipotesa sebagai berikut: 1. Ho : b 1 = b 2 = …….= b k = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Ho : b 1 ≠ b 2 ≠ ……. ≠ b k = 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel jika F-hitung > F-tabel, maka Hoditolak artinya variabel independen secara bersamasama mempengaruhi variabel independen. Dan jika F-hitung < F-tabel, maka Ho
Universitas Sumatera Utara
diterima artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistik dapat diperoleh dengan rumus: F-hitung = R2/(k-1) (1-R2)/(n-k) Dimana: R2 = koefisien determinasi K = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model estimasi. n = jumlah sampel
Ha diterima
Ho diterima 0
Gambar 3.2 Gambar uji F-Statistik Kriteria pengambilan keputusan: H o : b 1 = b 2 =……= b k = 0, H o diterima ( F-hitung < F-tabel ) artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ ……≠ b k ≠ 0, Ha diterima ( F-hitung > F-tabel) artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 3.6 Uji Asumsi Klasik 3.6.1 Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah alat yang dipergunakan untuk menetahui apakah ada hubungan yang kuat di antara variabel independen. Suatu model regresi linear akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung, t-hitung, dan standar errornya. Gejala multikolinearitas ditandai dengan munculnya: a. Standar errornya tinggi. b. Tidak ada satupun nilai t-statistik yang signifikan baik pada α = 10%, α = 5%, ataupun α = 1%. c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. d. R2 sangat tinggi. 3.6.2 Autokorelasi Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antar anggota serangkain observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokolerasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau pengganggu µi dilambangkan dengan: E (µi : µj) = 0 i ≠ j
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara 2 autokorelasi, yaitu: 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik 2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut: Dw =
∑ (et - et-1)2 ∑ et2
Dengan hipotesis sebagai berikut: H o : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi H a : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan dudalam table distribusi Durbin–Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut
Autokorelasi (+)
Incloncusive
Inclonclusive
Autokorelasi (-)
Ho diterima (no serial Correlation)
dl
du
4-du
4-dl
Gambar 3.3 Kurva Uji D-W Statistik
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Ho
: Tidak ada autokorelasi
DW < dl
: Tolak Ho (ada korelasi positif)
DW > 4-dl
: Tolak Ho (ada korelasi negative)
du < DW < 4-du
: Terima Ho (tidak ada korelasi)
dl ≤ DW < 4-du
: Pengujian tidak bisa disimpulkan ( inconclusive )
(4-du) ≤ DW < 4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) 3.6.3 Heterokedastisitas Heterokedastisitas ialah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, yaitu E (Xi, µj) ≠ 0, sehingga E( µi) 2 ≠ δ2. Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model regresi linier berdasarkan metode kuadrat terkecil. Di dalam regresi, biasanya kita berasumsi bahwa E (µi)2 = δ2, untuk semua µi, artinya untuk semua kesalahan pengganggu, variannya sama . Pengujian untuk mendeteksi heterokedastisitas dilakukan dengan cara: Uji Formal yaitu Uji White (White’s General Heteroscedasticity Test) Uji White dimulai pengujiannya dengan membentuk model: Yi= α+ β 1 X 1 +….βnXn+µi Kemudian persamaan di atas dimodifikasi dengan membentuk regresi bantuan (auxiliary regression) sehingga model menjadi:
Universitas Sumatera Utara
µi2= αo+ α 1 X 1i +α 2 X 2i +α 3 X 3i +α 4 X 4i +α 5 X 1i 2+α 6 X 2i 2+α 7 X 3i 2+α 8 X 4i 2+α 9 X 1i X 2i X 3i X 4i +µi Pedomannya adalah bahwa tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam hasil estimasi, jika nilai R2 hasil regresi dikalikan dengan jumlah data atau (n.R2= x2 hitung) lebih kecil dibandingkan x2 tabel. Sementara, akan terdapat masalah heterokedastisitas apabila hasil estimasi menunjukkan bahwa x2 hitung lebih besar dibandingkan dengan x2 tabel.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Defenisi Operasional a. Ekspor karet alam Sumatera Utara adalah total volume ekspor karet alam Sumatera Utara setiap tahunnya yang diukur dalam satuan ton. b. Produksi karet alam adalah kuantitas karet alam yang diproduksi Sumatera Utara pada setiap tahunnya, diukur dalam satuan ton. c. Nilai Kurs (Rupiah atas dolar) adalah nilai tukar antara mata uang rupiah terhadap Dollar AS dimana terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut pada setiap tahunnya, diukur dalam Rp/US$. d. Inflasi adalah kecenderungan menaiknya harga- harga umum barang- barang dan jasa secara terus-menerus pada setiap tahunnya, diukur dalam persen (%). e. Harga karet alam adalah harga FOB Belawan per ton karet yang dukur dalam mata uang US$.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1º - 4º LU dan 98º -100º BT. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh tiga propinsi dengan batas- batas sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dan Riau. c. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. d. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka. Luas daratan propinsi Sumatera Utara sekitar 71680,68 km2, sebagian besar berada di pulau Sumatera dan sebagian lainnya berada di Pulau Nias, pulau-pulau Batu, serta beberapa Pulau kecil, baik di bagian Barat maupun di bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara terbagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat (terdiri dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias), dataran tinggi (terdiri dari Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan Dairi), serta antai timur (terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tnggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu). 4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi Propinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis karena letaknya dekat dengan garis khatulistiwa. Curah hujannya berkisar antara 1.8004000 mm per tahun dan suhu udara antara 12,4º-34,2º C. Ketinggian permukaan daratan Sumatera Utara bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut dengan suhu bisa mencapai 34,2ºC. Sebagian lagi merupakan daerah berbukit dengan kemiringan yang landai dan beriklim sedang. Sementara itu,bagian yang terakhir merupakan daerah tinggi yang ketinggiannya mecapai 2300 m di atas permukaan laut dengan suhu udara minimalnya bisa menyentuh 13,4ºC. Sebagaimana propinsi lainnya di Indonesia, Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim hujan . Musim hujan bisa terjadi pada bulan JuniSeptember dan musim hujan bisa terjadi pada bulan November- Maret. Kedua musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba. Curah hujan di Sumatera Utara rata-rata
1965mm/ tahun. Curah hujan tertinggi terdapat di Tapanuli Utara.
Kelembapan rata-rata per tahun lebih kurang 82,9 %. Sedangkan rata-rata temperature per tahun 26,07ºC, dengan temperature maksimum 26,07ºC dan dan minimum 21,64ºC.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Kondisi Demografi Propinsi Sumatera Utara merupakan propinsi ke empat terbesar dalam jumlah penduduknya di Indonesia setelah Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Dihuni oleh berbagai suku seperti Batak, Melayu, Aceh, Minangkabau, dan Jawa serta menganut berbagai agama seperti Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan berbagai aliran keperrcayaan lainnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,506 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 57,36 % tinggal di daerah pedesaan dan sisanya 42,64% tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan pada tahun 2006, jumlah penduduk Sumatera Utara telah mencapai 12,632 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 176 km2. Dari jumlah tersrebut sebanyak 55,89% berada di wilayah pedesaan. 4.1.4 Potensi Wilayah Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang, seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kaolin, diatome, emas, batubara, minyak, dan gas bumi. Kegiatan perekonomian terpenting di Sumatera Utaraadalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan industry yang berkembang di Sumatera Utara adalah industry pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang
Universitas Sumatera Utara
memproduksi barang-barang kebutuhan yang juga untuk diekspor seperti industry logam kasar, aneka industry kimia dasar, industri kecil dan kerajinan. Posisi strategis wilayah Sumatera Utara dalam jalur perdagangan internasional, ditunjang oleh adanya pelabuhan udara dan laut yaitu pelabuhan udara Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang, pelabuhan laut Belawan, Sibolga,Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung, Labuhan Bilik, Tanjung Pura, Pangkalan Susu, Leidong, dan Pulo Tello. Di samping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnyaserta komunikasi seperti perhubungan darat, telepon,teleks, facsimile, pos, giro, telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara di samping merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok Sumatera Utara, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan dan jasa-jasa perdagangan
lainnyayang
mampu
mendorong
pertumbuhan
wilayah
belakangnya. Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti, perguruan tinggi termasuk politeknik, balai penelitian dan balai pelatihan kerja, yang mampu membentuk tenaga pembangunan terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5 Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Pada tahun 2003, perekonomian nasional mulai stabil dan krisis ekonomi yang dulu pernah melanda mulai pulih. Khusus untuk propinsi Sumatera Utara, kastabilan ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Namun di sektor perdagangan luar negeri, terlihat bahwa ekspor Sumatera Utara terus membesar dari US$ 3,10 miliar pada tahun 1996 hingga menjadi US$9,26 miliar pada tahun 2008. Namun pada tahun 1998-2001, ekspor Sumatera Utara berturut-turut mengalami penurunan masing-masing 21,20 persen, 3,96 persen, 6,46 persen, dan 5,86 persen. Kemudian di tahun 2002 nilai ekspor mengalami kenaikan yang sangat tajam hingga mencapai US$ 2,89 miliar. Di tahun 2003 mengalami penurunan hingga 7,06 persen menjadi US$ 2,69 miliar. Sedangkan pada tahun 2004-2008 ekspor Sumatera Utara kembali mengalami peningkatan yakni hingga pada tahun 2008 menjadi US$ 9,26 miliar. Peningkatann yang terjadi hingga pada tahun 2008 ini disebabkan adanya peningkatan pada sektor industri dengan nilai kontribusi US$ 7,07 mili perar atau 76,32 persen dari total ekspor Sumatera Utara. Sementara pada sektor pertanian terjadi peningkatan 18,23 persen dengan nilai kontribusi US$ 2,19 miliar (23,62 persen). Hampir semua komoditas utama ekspor Sumatera Utara mengalami peningkatan pada tahun 2008. Sepuluh komoditas utama ekspor tersebut adalah minyak nabati lainnya, cair atau kental, getah karet alam, karet alam lainnya, alumunium, margarine dan lemak, kopi, olahan minyak, lemak nabati dan hewani, barang-barang dan perlengkapan pakaian, bukan tekstil,sigaret, cerutu,dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya, udang, kerang, dan sejenisnya, segar atau dingin, plywood, tripleks, kayu. Gambaran yang sama juga terjadi pada impor Suamtera Utara, yang selama tahun 2008 mengalami peningkatan yaitu sebesar 75,18 persen, dari US$ 2,11 milyar menjadi US$ 3,70 milyar. Penigkatan ini terutama disebabkan meningkatnya impor pada ketiga kelompok barang ekonomi yaitu impor barang modal naik 91,93 persen, impor bahan baku penolong naik 89,71 persen, dimana impor barang modal dan bahan baku penolong merupakan penggerak kegiatan industry, sedangkan impor barang industry naik sebesar 29,66 persen.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Tahun 1996-2008 Ekspor
Tahun
Berat
Nilai FOB Berat
Nilai CIF
Neraca
Bersih
(000 US$)
(000 US$)
(000 US$)
1.062.885 1.024.559 415.830 699.577 775.287 860.758 819.298 679.810 953.359 1.178.006 1.456.987 2.109.879 3.696.064
2.039.546 2.418.996 2.297.781 1.906.639 1.662.477 1.434.038 2.072.698 2.008.067 3.286.050 3.385.069 4.066.913 4.973.020 5.565.913
(Ton) 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Impor
3.920.002 4.886.759 4.401.819 5.150.993 5.166.654 5.492.340 6.622.573 5.490.113 7.512.890 8.174.804 8.704.825 7.841.872 8.520.892
Bersih (Ton)
3.102.431 3.443.555 2.713,611 2.606.216 2.437.764 2.294.796 2.891.996 2.687.877 4.239.409 4.563.075 5.523.900 7.082.899 9.261.976
2.302.568 2.139.307 956.311 2.601.042 2.620.166 2.830.243 2.684.055 2.343.112 3.221.858 3.717.119 4.404.172 4.745.767 5.880.760
Sumber: Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara 2008, BPS Sumut.
Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara Selain laju pertumbuhan ekonomi, perekonomian suatu negara juga dapat dilihat dari kenaikan harga-harga barang dan jasa (inflasi) di daerah tersebut. Pada dasarnya inflasi berkaitan dengan fenomena interaksi antara permintaan dan penawaran. Namun pada kenyataannya tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya, seperti tata niaga, dan kelancaran dalam arus lalu lintas barang serta peranan kebijakan pemerintah. Inflasi adalah kecenderungan harga naik secara terus menerus, sehingga dapat memproduksi suatu produk yang akan diekspor tentu akan mengalami kenaikan biaya produksi (production cost) sehingga berpengaruh pada besar erkspor yang akan dilakukan terutama ekspor nonmigas. Tingkat inflasi yang sangat tinggi jelas merupakan hal yang sangat merugikan perekonomian suatu Negara. Di samping memperkecil nilai real dari pendapatan juga akan memperlambat perkembangan produksi yang akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Perkembangan Inflasi Sumatera Utara Tahun 1990-2008
``
Tahun
Inflasi
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
7.56 8.99 5.56 9.75 8.28 7.24 8.88 9.23 83.56 1.37 5.73 14.79 9.59 4.23 6.8 22.41 6.11 6.6 9.06
Sumber: BPS Sumut
Perkembangan Inflasi Sumatera Utara 100 80 60 40 20 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
Gambar 4.1 Perkembangan Inflasi Sumatera Utara 1990-2008
Universitas Sumatera Utara
Di Sumatera Utara, pada tahun 1990 inflasi sebesar 7,56% yang selanjutnya mengalami fluktuasi hingga krisis ekonomi terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang mengakibatkan tingginya tingkat inflasi pada 1998 hingga mencapai 83,56% dimana pada saat itu terjadi kenaikan harga barang-barang dan jasa yang sangat drastis. Kriris yang terjadi ini menimbulkan banyak kerusuhan hingga pada Mei 1998, presiden Soeharto dipakasa mundur. Pada 1999, inflasi Sumatera Utara mengalami penurunan menjadi 1,37% yang selanjutnya kembali meningkat hingga pada tahun 2001 menjadi sebesar 14,79% dan kembali menglami penurunan hingga kembali menaik tajam pada tahun 2005 menjadi 22,41 persen. Pada tahun 2008,tingkat inflasi Sumatera Utara sebesar 9,06%.
Universitas Sumatera Utara
4.1.7
Perkembangan Nilai Kurs Tabel 4.3. Perkembangan Kurs Tahun 1990-2008 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Kurs 1910 1992 2062 2110 2200 2308 2383 4650 8025 7100 9595 10400 8940 8465 9290 9830 9020 9419 10450
Sumber: BPS Sumut
Perkembangan Nilai Kurs 12000 10000 8000 6000
Kurs
4000 2000 0 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Kurs 1990-2008
Universitas Sumatera Utara
Kurs berperan penting terhadap perkembangan ekspor maupun impor suatu Negara. Apabila mata uang mengelami depresiasi maka ekspor akan meningkat, karena harga barang ekspor lebih murah dinilai dalam mata uang asing (mitra dagang) dan impor menurun karena harga impor naik dalam mata uang sendiri. Pada tahun 1990, nilai mata uang rupiah terhadap US dolar masih sekitar 1910 dan mengalami peningkatan yang stabil setiap tahunnya hingga akhirnya terjadi krisis ekonomi,1997-1998, Nilai rupiah anjlok terhadap dolar, yakni menjadi sekitar 8025 rupiah/ U$ Dolar. Kepanikan semakin menjadi-jadi, ketika perusahaan yang tadinya banyak meminjam dolar (ketika nilai tukar rupiah kuat terhadap dolar), kini sibuk memburu/membeli dolar untuk membayar bunga pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, dan harus dibayar dengan dolar. Nilai rupiah pun semakin jatuh lebih dalam lagi. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar dolar, tapi tidak mampu memperbaiki keadaan. Malahan akhirnya paket bantuan IMF itu, yang dalam penggunaannya banyak terjadi penyelewengan, malah semakin menambah beban utang yangharus ditanggung oleh rakyat Indonesia. Pasca krisis, nilai kurs tidak turun secara drastic namun tetap melemah hingga pada level tertinggi pada tahun 20001 dan 2008 yakni sebesar 10400 rupiah / U$ Dolar dan 10450 upaih / U$ Dolar.
Universitas Sumatera Utara
4.1.8
Perkembangan Ekspor dan Harga Karet Alam Sumatera Utara
Tabel 4.4. Perkembangan Ekspor dan Harga Karet Alam Sumatera Utara Tahun 1990-2008 Tahun
Volume Ekspor Karet Alam (Ton) 1990 410.378 1991 505.937 1992 479.943 1993 458.275 1994 497.543 1995 522.107 1996 533.757 1997 550.661 1998 603.967 1999 533.760 2000 500.113 2001 570.145 2002 526.555 2003 526.809 2004 645.469 2005 665.754 2006 696.763 2007 685.925 2008 641.998 Sumber: BPS Sumut
Nilai Ekspor Karet Alam (US$) 383.847 475.479 468.184 417.740 541.662 809.100 734.381 589.411 411.393 314.985 323.850 306.520 364.477 472.233 754.167 874.225 1.319.259 1.392.113 1.678.064
Harga Karet Alam Eksporb(US$/Ton) 935,35 939,80 975,50 911,55 1.088,68 1.549,68 1.375,87 1.070,37 681,12 590,12 647,55 537,62 692,19 896,40 1.168,40 1.313,14 1.893,41 2.029,54 2.613,81
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Ekspor Karet Alam Sumatera Utara 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 1990 1991 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Ekspor
Gambar 4.3 Perkembangan Ekspor Karet Alam Sumatera Utara 1990-2008
Perkembangan Harga Karet Alam Ekspor Sumatera Utara 3000 2500 2000 1500 Harga
1000 500 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
Gambar 4.4 Perkembangan Harga Karet Alam Ekspor Sumatera Utara 1990-2008
Universitas Sumatera Utara
Dari data di atas dapat diketahui bahwa volume ekspor karet alam Sumatera Utara telah mengalami fluktuasi dari tahun 1990 dimana mencapai volume sebesar 410.378 ton dengan nilai sebesar 383.847 US$ juta pada tingkat harga US$/ ton 935,35, ekspor semakin meningkat di tahun berikutnya, namun pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dimana pada saat itu kurs rupiah sangat melemah menjadi 8025 rupiah / US$ dan harga karet alam ekspor sangat menurun drastis menjadi sebesar US$/ton 681,12 sehingga nilai ekspor menjadi US$ 411.393 dengan volume ekspor yang meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 603.967 ton. Pada tahun 1999, harga karet alam ekspor kembali menurun hingga hanya sebesar US$/ton 590,12 dimana harga ini merupakan harga terendah yang terjadi pada periode tersebut dengan volume sebesar 533.760 ton. Kenaikan harga yang cukup berarti dimulai terjadi pada tahun 2003 hingga menjadi US$/ton 896,40 dengan volume ekspor sebesar 526.809ton yang pada tahun berikutnya semakin mengalami peningkatan harga tiap tahunnya hingga pada tahun 2008, tingkat harga berada pada US$/ton 2.613,8, namun volume ekspor menurun dari tahun sebelumnya yakni menjadi 641.998 ton dengan nilai sebesar US$ 1.678.064.
Universitas Sumatera Utara
4.1.9 Perkembangan Produksi Karet Alam Sumatera Utara Tabel 4.5. Perkembangan Produksi Karet Alam Sumatera Utara Tahun 1990-2008 Tahun
Produksi (Ton) 1990 314133 1991 374133 1992 351479 1993 343121 1994 376628 1995 389277 1996 390287 1997 394980 1998 379928 1999 385276 2000 376287 2001 392904 2002 386092 2003 392127 2004 397652 2005 398873 2006 382783 2007 402972 2008 412299 Sumber: Statistik Perkebunan Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Sumut.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Produksi Karet Alam Sumatera Utara 450000 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0
Produksi
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Gambar 4.5 Perkembangan Produksi Karet Alam Ekspor Sumatera Utara 19902008
Jumlah produksi karet alam tentu cukup mempengaruhi perkembangan ekspor karet alam. Produksi karet alam merupakan produksi padat karya dimana di hampir semua Negara produsen karet alam termasuk Indonesia, karet sebagian besar diproduksi oleh petani kecil atau yang sering dikenal dengan istilah Perkebunan Rakyat. Di Sumatera Utara sendiri, produksi karet alam sekitar 60% bersumber dari Perkebunan Rakyat (PR), 13% dari Perkebunan Negara (PTPN), dan sekitar 27% disumbangkan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS). Produksi karet alam Sumatera Utara pada tahun 2008 telah mencapai 412.299 ton yang mengalami kenaikan dari tahun- tahun sebelumnya. Pada tahun 1990-1996, produksinya rata-rata mengalami kenaikan berturut-berturut. pada tahun 1998, pada saat krisis masih terjadi,terjadi penurunan produksi mencapai 379928 ton dan kembali meningkat pada tahun 1999 menjadi 385276 ton.
Universitas Sumatera Utara
Produksi tiap tahunnya mengalami fluktuasi dimana setelah krisis, produksi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang telah mencapai 412.299 ton.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Analisis dan Pembahasan Untuk mengetahui hubungan antara variabel eksogenus yaitu variabel kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi terhadap variabel endogenus yaitu ekspor karet alam Sumatera Utara maka digunakan model Analisis Jalur (Path Analysis). Sejauh mana data yang tersedia dalam membuktikan hipotesis akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian- pengujian terhadap masingmasing koefisien regresi yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer menggunakan program Eviews 5.0. 4.2.1 Hasil Pengolahan Data Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan program komputer Eviews 5.0 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet Alam Sumatera Utara Variabel
Koefisisen
t- statistik
t-tabel
Keterangan
Kurs (X1)
0.059308
3.694786
2,977
Signifikan
Inflasi (X2) 0.009339
0.635013
1,761
Tidak Signifikan
Harga (X3)
1.574369
1,761
Tidak signifikan
0.041638
R-square = 0.531275 Adjusted R-square = 0.437530 D-W Test = 1.472439 F-hitung = 5.667237 Sumber: Lampiran 2
Universitas Sumatera Utara
Interpretasi model: Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel ensogenus kurs, inflasi, dan harga karet alam ekspor terhadap produksi karet alam Sumatera Utara adalah sebagai berikut: 1. Kurs ( X1) Kurs (X1) memiliki pengaruh positif terhadap produksi karet alam dengan koefisien sebesar 0.059308. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan kurs sebesar 1% pada kurs akan menyebabkan kenaikan produksi karet alam sebesar 0,059308 ton. 2. Inflasi (X2) Inflasi (X2) memiliki pengaruh (positif) terhadap produksi karet alam dengan koefisien sebesar 0.009339. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan inflasi sebesar 1% maka akan menyebababkan kenaikan produksi karet alam sebesar 0,009339 ton. 3. Harga (X3) Harga (X3) memiliki pengaruh positif terhadap produksi karet alam dengan koefisien sebesar 0,041638. hal ini berarti jika terjadfi kenaikan pada harga sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan produksi karet alam sebesar 0,041638 ton.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Direct Effect/ pengaruh secara langsung Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, dan harga terhadap produksi karet alam adalah sebagai berikut: X1
Y2 = 0.059308
X2
Y2 = 0.009339
X3
Y2 = 0,041638 Tabel 4.7
Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Sumatera Utara Variabel
Koefisien
t-statistik
t-tabel
Keterangan
Kurs (X1)
0.101746
3.690324
3,012
Signifikan
Inflasi (X2) 0.024961
1.347726
1,771
Tidak signifikan
Harga (X3)
0.138419
3.901303
3,012
Signifikan
Produksi (Y2)
0.722555
2.251739
2,160
Signifikan
R-square
= 0.864063
Adjusted R-square = 0.825223 D-W Test
= 1.752706
F-hitung
= 22.24716
Sumber: Lampiran 3
Intrepetasi Model Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel eksogenus kurs,inflasi, haraga karet alam ekspor dan produksi karet alam terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kurs (X1) Kurs (X1) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan koefisien sebesar 0.101746. Hal ini berari bahwa jika terjadi kenaikan pada kurs sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam sebesar 0.101746 ton. 2. Inflasi (X2) Inflasi (X2) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan koefisien sebesar 0.024961. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada inflasi sebesar 1% maka akan menyebabkan keanaikan ekspor karet alam sebesar 0.024961 ton. 3. Harga (X3) Harga (X3) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan koefisien sebesar 0.138419. Ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada harga sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam sebesar 0.138419 ton. 4. Produksi (Y2) Produksi (Y2) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan koefisien sebesar 0.722555. hal ini berate bawa jika terjadi kenaikan pada produksi karet alam sebesar 1% maka akn menyebabkak kenaikan pada ekspor karet alam sebesar 0.722555 ton. Direct Effect/ pengaruh secara langsung
Universitas Sumatera Utara
Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, harga, dan produksi karet alam terhadap ekspor karet alam adalah sebagai berikut: X1
Y1 = 0.101746
X2
Y1 = 0.024961
X3
Y1 = 0.138419
Y2
Y1 = 0.722555
4.2.3 Indirect Effect/ pegaruh secara tidak langsung. Hubungan X1 (kurs), X2 (inflasi), X3 (harga), melalui Y2( produksi karet alam) terhadap Y1 (ekspor karet alam).
X1
PY2X1= 0.059308 PY1Y2= 0.722555 X2
PY2X2= 0.009339
Y2
Y1
X3
PY2X3= 0,041638 Gambar 4.6 Pengaruh tak Langsung Kurs, Inflasi, Harga melalui Produksi Terhadap Ekspor Karet Alam
Universitas Sumatera Utara
Diintrepetasikan dengan model sebagai berikut: X1 melalui Y2 terhadap Y1
= PY2X1 × PY1Y2 = (0,059308) × (0,722555) = 0.0429
X2 melalui Y2 terhadap Y1
= PY2X2 × PY1Y2 = (0,009339) × (0,722555) = 0.0067
X3 melalui Y2 terhadap Y1
= PY2X3 × PY1Y2 = (0,041638) × (0,722555) = 0.0301
X1
Y2
Y1 = 0.0429
X2
Y2
Y1 = 0.0067
X3
Y2
Y1 = 0.0301
Intrepetasi Model Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel eksogenus kurs, inflasi, dan harga melalui produkksi karet alam terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kurs (X1) Kurs (X1) melalui produksi karet alam (Y2) memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1) dengan koefisisen sebesar 0.0429. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada kurs sebesar 1 % maka akan menyebabkan kenaikan ekspor karet alam sebesar 0.0429 ton. 2. Inflasi (X2) Inflasi (X2) melalui produksi karet alam (Y2) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien sebesar 0.0067. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan pada inflasi sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alm Sumatera Utara sebesar 0.0067 ton. 3. Harga (X3) Harga (X3) melalui produksi karet alam (Y2) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien sebesar 0.0301 . Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada harga sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam Sumatera Utara sebesar 0.0301 ton. 4.2.4 Total Effect / pengaruh total Total hubungan X1(kurs), X2(inflasi), X3 (harga), melaui Y2( produksi) terhadap Y1 (ekspor karet alam Sumatera Utara):
Universitas Sumatera Utara
X1
PY2X1= 0.059308 PY1Y2= 0.722555 X2
PY2X2= 0.009339
Y2
Y1
X3
PY2X3= 0,041638 Gambar 4.7 Pengaruh Kurs, Inflasi, Harga Melalui Produksi Secara Total terhadap Ekspor Karet Alam Sumatera Utara Total hubungan X1 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X1 + PY1Y2 = (0.059308) + (0.722555) = 0,781863 Total hubungan X2 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X2 + PY1Y2 = (0.009339) + (0.722555) = 0.731894 Total hubungan X3 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X3 +PY1Y2 = (0.041638) + (0.722555) = 0,764193
Universitas Sumatera Utara
X1
Y2
Y1 = 0,781863
X2
Y2
Y1 =0,731894
X3
Y2
Y1 = 0,764193
Intrepetasi data 1. Kurs (X1) dan produksi karet alam (Y2) secara total memiliki hubungan positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien regresi sebesar0,781863. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada kurs sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam sebesar 0,781863ton. 2. inflasi (X2) dan produksi karet alam (Y2) secara total memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien regresi sebesar 0,731894. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada inflasi sebesar 1% maka akan menyebabkan kaenaikan pada ekspor karet alam sebesar 0,731894 ton. 3. Harga (X3) dan produksi karet alam (Y2) secara total memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien regresi sebesar 0,764193. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan inflasi sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam Sumatera Utara sebesar 0,764193 ton.
Universitas Sumatera Utara
4.2.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R-Square) - Dari hasil regresi pertama diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,531275 atau R2= 53,13 % yang artinya bahwa besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, dan harga terhadap produksi karet alam Sumatera Utara sebesar 53,13 % sementara sisanya 46,87% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi. - Dari hasil regresi kedua diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0.864063 atau R2= 86,41% yang artinya bahwa besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, harga, dan produksi karet alam terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara sebesar 86,41 % sementara sisanya sebesar 13,59 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi. 2. Uji F- Statistik Uji F- Statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kurs, inflasi, harga secara bersama- sama mampu memberikan pengaruh terhadap produksi karet alam. Ho diterima jika: F-hitung < F-tabel Ha diterima jika F-hitung > F-tabel a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0
Universitas Sumatera Utara
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 = 0 Dari hasil analisis regresi diperoleh bahwa F-hitung = 5,667237 α = 1%; df 1 = k-1 ; df 2 = n-k n = 19 ; k = 4 df1 = 3 ; df2 = 15 maka F-tabel = 5,42 Gambar 4.8 Uji F-statistik kurs, inflasi, harga secara bersama-sama terhadap produksi karet alam
Ha diterima
Ho ditolak
0
5,42
5,667
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa Fhitung lebih besar dari F-tabel (5,667 > 5,42). Dengan demikian Ha diterima, artinya secara bersama-sama variabel kurs, inflasi, dan harga berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan 99%.
Universitas Sumatera Utara
- Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kurs, inflasi, harga, dan produksi, secara bersama-sama mampu member pengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Ho diterima jika F-hitung < F-tabel Ha diterima jika F-hitung > F- table b. Ho : b1 = b2 = b3 = 0 Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 = 0 Dari hail analisis regresi diketahui F-hitung = 22.24716 α = 1% ; df1 = k-1 ; df2 = n-k n= 19 ; k = 5 df1 = 4 ; df2 = 14 maka F-tabel = 5,04 Gambar 4.9 Uji F-statistik kurs, inflasi, harga, produksi secara bersama-sama terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara
Ha diterima
Ho ditolak
0
5,04
22,247
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa F-hitung lebih besar dari F-tabel (22,247 > 5,04). Dengan demikian Ha diterima, artinya secara bersama-sama variabel kurs, inflasi, dan harga berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan 99%. 3. Uji t-statistik (Uji Parsial) Untuk menguji apakah variabel-variabel eksogenus secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel-variabel endogenus maka digunakan uji- t. adapan uji-t dapat didefinisiskan sebagai berikut: Ho : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Artinya berdasarkan data yang tersedia akan dilakukan pengujian terhadap β (koefisien regresi populasi ), apakah hasilnya sama dengan nol yang maksudnya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel lain yang terikat atau hailnya tidak sama dengan nol yang berarti mempunyai pengaruh signifikan. 1. Pengaruh kurs, inflasi, dan harga terhadap produksi karet alam Sumatera Utara Variabel Kurs Hipotesa Ho : b1 = 0
Universitas Sumatera Utara
Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai t-statistik bernilai negative : Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung
-2,977
2,977
3,694786
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel kurs signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel ( 3,694786 > 2,977) dengan demikian Ha diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel kurs berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel Inflasi Hipotesa : Ho: b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai t-statistik bernilai negatif : Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung
Universitas Sumatera Utara
Maka t-tabel = 1,761 Gambar 4.11 Uji t-statistik variabel inflasi Ha ditolak
Ho diterima
-2,10092 -1,761
0,635013 2,10092 1,761
2,18
Dari hasil estimasi regresi diketahui bahwa variabel inflasi tidak signifikan pada α = 10% dengan t-hitung < t-tabel ( 0,635013 < 1,761) dengan demikian Ho diterima. Artinya variabel X2 (inflasi) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel Harga Hipotesa : Ho: b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai t-statistik bernilai negatif : Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel
Universitas Sumatera Utara
Ha diterima apabila t-hitung
Ho diterima --1,761
1,574369
1,761
Dari hasil estimasi regresi diketahui bahwa variabel harga tidak signifikan pada α = 10% dengan t-hitung < t-tabel ( 1,574369 < 1,761) dengan demikian Ho diterima. Artinya variabel harga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 90%. 2. Pengauh variabel kurs, inflasi, harga, dan produksi terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Variabel kurs Hipotesa : Ho: b1 = 0
Universitas Sumatera Utara
Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai t-statistik bernilai negatif : Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung
Ho ditolak
-3,012
3,012
3,690324
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel kurs signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel ( 3,690324 > 3,012) dengan demikian Ha diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel kurs berpengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel Inflasi Hipotesa :
Ho: b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai t-statistik bernilai negatif : Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung
Universitas Sumatera Utara
Maka t-tabel = 1,771 Gambar 4.14 t-statistik variabel inflasi Ha ditolak
Ho diterima
-1,771
2,10092 1,347726 1,771
Dari hasil estimasi regresi diketahui bahwa variabel inflasi tidak signifikan pada α = 10% dengan t-hitung < t-tabel ( 1,347726 < 1,771) dengan demikian Ho diterima. Artinya variabel X2 (inflasi) tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel harga Hipotesa : Ho: b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai t-statistik bernilai negatif : Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel
Universitas Sumatera Utara
Ha diterima apabila t-hitung
Ho ditolak -3,012
3,012
3,901303
Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel harga signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel ( 3,901303 > 3,012) dengan demikian Ha diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel harga berpengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel produksi Hipotesa : Ho: b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0
Universitas Sumatera Utara
Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai t-statistik bernilai negatif : Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung
Ho ditolak
-2,160
2,160
2,251739
Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel produksi signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel (2,251739 > 2,160) dengan demikian Ha
Universitas Sumatera Utara
diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel produksi berpengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95% 4.2.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinieritas (Multikoliniearity) Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model estimasi dilakukan dengan banyak cara, salah satunya adalah dengan melihat adanya hubungan yang kuat antar variabel bebas dari model tersebut, dimana ukuran hubungan yang kuat apabial r > 0,8. Berikut hasil uji multikolinearitas dengan correlation matrix. Tabel 4.8 Correlation Matrix X1
X2
X3
Y2
X1
1.000000
0.093034
-0.002751
0.665708
X2
0.093034
1.000000
-0.032759
0.164708
X3
-0.002751
-0.032759
1.000000
0.272954
Y2
0.665708
0.164708
0.272954
1.000000
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa besarnya niali korelasi antar variabel bebas adalah lebih kecil dari 0,8 maka mengikuti metode ini dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat multikolinearitas.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Heterokedastisitas Uji
heterokedastisitas
merupakan
salah
satu
asumsi
OLS
yang
menunjukkan suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Pengujian heterokedastisitas yang digunakan adalah dengan White Heteroscedasticity Test (No Cross Term), dan diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
2.533243 11.72606
Probability Probability
0.081443 0.109935
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/14/10 Time: 12:55 Sample: 1990 2008 Included observations: 19
Variable
Coefficie nt
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.342185 0.014742 0.012743 0.000925 0.001703 0.000112 0.033911 0.002672
0.285533
1.198406
0.2559
0.016068
-0.917453
0.3786
0.081481 0.004833
-0.156395 0.191439
0.8786 0.8517
0.003280 0.000632
-0.519285 0.176924
0.6138 0.8628
0.059150 0.004199
-0.573307 0.636300
0.5780 0.5376
R-squared Adjusted R-squared
0.617161 0.373536
Mean dependent var S.D. dependent var
S.E. of regression
0.002547
Akaike info criterion
Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
7.14E-05 91.71744 3.230587
Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
C LOGY2 LOGX1 LOGX1^2 LOGX2 LOGX2^2 LOGX3 LOGX3^2
0.002666 0.003218 8.812362 8.414704 2.533243 0.081443
Sumber: Lampiran 4
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil di atas harus diperhatikan Obs* R- Squared dan juga nilai Probability-nya. Apabila nilai Probability lebih rendah dari 0,05 berarti terdapat heterokedastisitas pada hasil estimasi. Sebaliknya, apabila nilai Probability- nya lebih tinggi dari 0,05, maka hasil estimasi tidak terkena heterokedastisitas. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap hasil estimasi di atas tidak ditemukan adanya hetetokedastisitas. 3. Uji Autokorelasi (D-W Test) Uji Durbin Watson (D-W) digunakan untuk menguji apakah model regresi mengandung korelasi (autokorelasi) di antara variabel pengganggu (Disturbance term), dengan langkah- langkah pengujian sebagai berikut: a. Hipotesa : Ho : ρ = 0 (tidak ada autokorelasi) Ha : ρ ≠ 0 (ada autokoresi) b. α = 5% ; n = 19 ; k = 4 maka dl = 0,86
4-dl = 3,14
du = 1,85
4 – du = 2,15
c. DW- hitung = 1.752706 d. Kriteria pengambilan keputusan : •
Ho ditolak jika DW < Dl (ada korelasi positif).
•
Ho ditolak jika DW > 4-Dl (ada korelasi negatif).
•
Ho diterima jika Du < DW < 4-Du (tidak ada autokorelasi).
•
tak ada keputusan jika Dl ≤ DW ≤ Du (inconclusive)
•
tak ada keputusan jika4-Du ≤ DW ≤ 4-Dl (inconclusive)
Universitas Sumatera Utara
e.
Keputusan: Berdasarkan data diatas, dapat diperoleh bahwa Dl ≤ DW ≤ Du (0,86 ≤ 1,75 ≤ 1,85) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesimpulan (inconclusive) mengenai ada tidaknya autokorelasi positif atau negatif dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%. Gambar 4.17 Uji D-W
Inconclusive
Inconclusive
Autokorelasi (+)
Autokorelasi (-) Ho diterima (no serial correlation)
0,86
1,75
1,85
2,15
3,14
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian analisis dioperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor berpengaruh positif terhadap produksi karet alam Sumatera Utara. Secara parsial, kurs memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi karet alam Sumatera Utara sedangkan inflasi dan harga karet alam ekspor memilki pengaruh yang tidak signifikan terhadap produksi karet alam Sumatera Utara. Secara bersama-sama, kurs, inflasi, harga berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara. 2. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara parsial, kurs, harga karet alam ekspor, produksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara dan inflasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara bersama-sama, kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam berpengruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. 5.2 SARAN Berdasarkanuraian analisis, diperoleh saran atau masukan sebagai berikut: 1. Pemerintah Sumatera Utara diharapkan lebih mampu meningkatkan produksi karet alam yang mempunyai pengaruh positif dan mampu
Universitas Sumatera Utara
memberikan kontibusi besar terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara dengan cara memaksimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi itu sendiri. 2. Mengingat semakin meningkatkatnya permintaan terhadap karet alam di dunia akibat kemajuan teknologi yang mengakibatkan peningkatan produksi barang-barang berbahan karet, maka pemerintah Sumatera Utara diharapkan mampu meningkatkan produksi karet alam yang masih memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang. 3. Pemerintah kiranya selalu menjaga hubungan baik dengan negara-negara tujuan ekspor dan berusaha mengembangkan teknologi pengembangan karet agar Indonesia juga dapat mengekspor dalam bentuk barang jadi, bukan hanya dalam bentuk barang mentah atau barang setengah jadi. 4. Pemerintah kiranya melakukan kebijakan- kebijakan dalam hal melakukan kesepakatan dengan Negara- Negara tujuan ekspor karet agar ketentetuanketentuan khususnya penentuan harga karet dapat dilakukan lebih bijaksana untuk lebih menguntungkan petani karet.
Universitas Sumatera Utara