BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
penelitian
pengembangan atau research and development. Borg and Gall (2007: 589) menjelaskan bahwa penelitian dan pengembangan dalam pendidikan merupakan proses yang digunakan dalam mengembangkan serta menguji keefektivan produk pendidikan yang dihasilkan. Tujuannya adalah mengambil pengetahuan dari hasil penelitian kemudian disatukan ke dalam produk yang dapat digunakan di sekolah. Penelitian ini akan mengembangkan model pembelajaran IPS berbasis nilainilai kearifan lokal Desa Pancasila untuk menumbuhkembangkan sikap demokratis siswa di SMPN I Turi. Untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik, maka digunakan tahap eksperimen (action research), dan kemudian setelah melalui berbagai tahapan uji coba produk, maka output dari produk itu bisa diterapkan di lapangan. Produk yang dikembangkan atau dihasilkan berupa RPP dan Silabus, bahan ajar, media pembelajaran, soal-soal, dan sistem pengelolaan kelas dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan hal tersebut, untuk kepentingan tesis ini akan digunakan penyederhanaan tahap-tahap penelitian dan pengembangan menjadi tiga yaitu 1) penelitian pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji keefektivan model.
76
77
1. Penelitian Pendahuluan (pra-survey) Tahap penelitian pendahuluan merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian dan pengumpulan informasi dengan tujuan melihat model pembelajaran yang selama ini dilaksanakan dan pengaruhnya terhadap budaya demokrasi serta melakukan analisis kebutuhan siswa terhadap pembelajaran IPS. Hasil dari prasurvey akan digunakan dalam menentukan bentuk awal model pembelajaran IPS berbasis nilai-nilai kearifan lokal Desa Pancasila yang akan diimplementasikan pada Kompetensi Inti 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, dan peduli (toleransi, gotong royong) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Sedangkan untuk Kompetensi Dasar 2.2 Menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, peduli, menghargai, dan bertanggungjawab terhadap kelembagaan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. 2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran, dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya. Tahap ini memiliki dua kegiatan utama yaitu studi literatur (kajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan (observasi pembelajaran, wawancara guru dan siswa, analisis perangkat pembelajaran, dan analisis kebutuhan pembelajaran). 2. Pengembangan Model Tahap pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan pembelajaran IPS berbasis nilai-nilai kearifan lokal Desa Pancasila adalah model Dick & Carey. Desain intruksional ini mengarah pada upaya pemecahan masalah pembelajaran secara sistematis. Bentuk kegiatan dalam tahap pengembangan ini
78
berupa; pengajuan draf model, uji validasi model kepada tim ahli, dan uji coba terbatas draf model. Ada beberapa modifikasi teori pengembangan model pembelajaran Borg and Gall sebagai bentuk pembatasan dalam penelitian ini. Modifikasi Pertama, adalah pembatasan wilayah uji coba; baik uji coba skala terbatas, skala luas, maupun uji keefektivan. Peneliti hanya melibatkan satu sekolah dengan menggunakan beberapa kelas untuk ketiga uji tersebut. Kedua, prosedur penelitian tahap pengembangan sesuai penjelasan Borg & Gall yang telah diadopsi dan dimodifikasi untuk diterapkan, yaitu melaksanakan preliminary field testing (uji skala terbatas) yang dilakukan pada 15 siswa kelas VII D di SMP Negeri I Turi. Data observasi dan kuesioner dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Kemudian melakukan revisi terhadap produk utama (sesuai dengan
saran-saran
dari
hasil
preliminary
field
testing).
Selanjutnya,
melaksanakan main field testing (uji coba skala luas) yang dilakukan pada siswa kelas VII C SMP N I Turi. Merevisi produk operasional berdasarkan saran-saran dari hasil main field testing. 3. Pengujian Keefektivan Model Tahap uji keefektivan model terdiri atas kegiatan uji model melalui kuasi eksperimen dengan kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil eksperimentasi dijadikan bahan pertimbangan rekomendasi mengenai keefektivan dan adaptabilitas model pembelajaran IPS berbasis nilai-nilai kearifan lokal Desa Pancasila. Berikut merupakan bagan yang disesuaikan dengan penerapan penelitian ini:
79
1. Tahap Studi Pendahuluan
Studi Kepustakaan dan Survei Lapangan
1. Model pembelajaran IPS yang digunakan 2. Sikap Demokratis Siswa 3. Kebutuhan Pembelajaran
2. Tahap Pengembangan Model
Uji Coba
Draft Model II
Revisi Draf Model
Pembuatan Draf Awal Model yang Dikembangkan
Draft Model I
Validasi Draft Model Oleh Tim Ahli
Draft Model III
3. Tahap Evaluasi Implementasi Model III
Model Final
Bagan 3.1. Tahap Penelitian Tesis
80
B. Implementasi Tahap Penelitian 1. Studi Pendahuluan a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan bertujuan mencari literatur yang berlandaskan relevansi teori dengan penelitian. Pada fase ini akan dikaji beberapa hasil penelitian terdahulu tentang relevansi nilai-nilai kearifan lokal yang berintikan pendidikan demokrasi. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat argumentasi tentang pentingnya hubungan antara kedua hal tersebut terutama penerapannya dalam pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Tema yang diangkat dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran yang disusun berdasarkan konsep nilai-nilai kearifan lokal. Obyek kajian berhubungan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat serta nilai-nilai kearifan lokal Desa Pancasila Balun Lamongan. Termasuk masalah penyesuaian dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di SMP. Hasil kajian ini menjadi landasan bagaimana penyusunan model serta penyusunan angket yang digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran demokratis siswa. b. Studi Lapangan Pelaksanaan tahapan ini dilakukan cara melakukan pengamatan di sekolah yang menjadi obyek penelitian. Pengamatan yang dilakukan antara lain: pelaksanaan pembelajaran di kelas, analisis kebutuhan dan dokumen pembelajaran, serta melakukan pengukuran sikap demokratis siswa. Selain itu juga dilakukan wawancara terhadap guru dan siswa. Wawancara guru meliputi profil singkat guru IPS, kemampuan dan kinerja guru, kemampuan guru dalam
81
merencanakan pembelajaran IPS, pengembangan materi IPS dengan kondisi kekinian, metode dan media pembelajaran IPS, dan evaluasi yang digunakan. Sedangkan wawancara terhadap siswa meliputi kesan selama mengikuti pembelajaran IPS, pendapat siswa tentang guru IPS, pendapat siswa tantang pelajaran IPS, kesan siswa terhadap pentingnya penerapan nilai-nilai kearifan lokal serta integrasinya dalam pelajaran IPS. Studi dokumentasi, berupa kajian terhadap kurikulum mata pelajaran IPS, buku teks yang digunakan, serta perangkat pembelajaran untuk menentukan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dipilih dalam mengintegrasikan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu juga dilakukan untuk mengetahui apakah selama ini guru sudah mencoba mengintegrasikan nilai yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran IPS. Hasil penelitian studi lapangan akan dianalisis untuk penyusunan draf model pembelajaran berbasis nilai-nilai kearifan lokal. c. Pengolahan Data Penelitian Pendahuluan Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan pendekatan induktif. Hal ini berdasar pada kemampuan siswa yang masih belum sepenuhnya memahami konsep demokratis seperti yang dicontohkan masyarakat Desa Balun, yaitu hidup rukun dalam keberadaan tiga agama. Datadata yang diperoleh akan diklasifikasikan menjadi tiga, antara lain 1) data wawancara, 2) arsip sekolah, dan 3) data kelas. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen yaitu angket, lembar wawancara, dan lembar
82
observasi, sedangkan beberapa alat bantu lain untuk menunjang instrumen yakni kamera, catatan lapangan, maupun perekam suara. Penafsiran data yang berhubungan dengan penelitian kelas ini meliputi fakta dan informasi tentang; latar belakang guru, kemampuan dan kinerja guru, kemampuan
guru
merencanakan
pengajaran,
kegiatan
guru
dalam
pembelajaran, materi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran sejarah. Kondisi siswa yang menjadi fokus penelitian ini adalah kesan selama mengikuti pelajaran IPS, pendapat siswa tentang guru IPS, dan pendapat siswa tentang nilai-nilai kearifan lokal. Teknik analisis data angket yang digunakan untuk menghitung data hasil kelayakan adalah perhitungan nilai rata-rata. Penentuan teknik analisis rata-rata berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 216) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui peringkat nilai akhir pada setiap butir angket penelitian jumlah nilai yang diperoleh dibagi dengan banyaknya respoden yang menjawab angket penilaian tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, rumusan untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut.
Keterangan: P
= proporsi
ΣX = jumlah skor jawaban penilai ΣX1 = jumlah reviewer
83
2. Pengembangan Model Pembelajaran IPS Berbasis Nilai Kearifan Lokal Desa Pancasila Tahap pengembangan model terdiri dari penyusunan draf model, uji validitas draf model, uji coba terbatas draf model, dan revisi utama draf model. a. Penyusunan Draf Model Landasan teori hasil kajian kepustakaan dijadikan dasar dalam penyusunan draf model, dipadukan dengan karakteristik model yang akan dikembangkan dan karakter mata pelajaran IPS serta kondisi pembelajaran pada
jenjang
Sekolah
Menengah
Pertama.
Model
pembelajaran
dikembangkan berdasarkan lima komponen pembelajaran sebagaimana dikemukakan Joyce (2011) yaitu sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring. Berdasarkan hal tersebut, penelitian kali ini bertujuan untuk memperbaiki sekaligus mengembangkan pembelajaran yang selama ini berlangsung di sekolah, yaitu dengan cara mengimplementasikan pembelajaran IPS berbasis nilai kearifan lokal Desa Pancasila. Alasan pemilihan tema di atas selain karena memunculkan potensi keunggulan budaya lokal, juga sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri I Turi. Melalui contoh nilai kearifan lokal tersebut, diharapkan siswa memiliki dua kompetensi, yaitu akademik dan sosial. Kompetensi akademik berkaitan dengan prestasi yang berkaitan dengan mata pelajaran bersangkutan, sedangkan kompetensi sosial yakni
84
memahami sekaligus menumbuhkembangkan sikap demokratis dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada perbaikan dan pengembalian fungsi mata pelajaran IPS melalui pengembangan model pembelajaran IPS berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Indikator keberhasilan dari pengembangan model pembelajaran dilihat dari segi penguasaan kompetensi akademik (nilai belajar siswa) dan kompetensi sosial (sikap demokratis siswa). Peneliti melakukan pemetaan terhadap kurikulum mata pelajaran IPS di SMP kelas VII untuk memperoleh materi yang sesuai dengan tema penelitian. Kemudian dipilih Kompetensi Inti : 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Sedangkan Kompetensi Dasar : 2.2 Menunjukkan
perilaku
rasa
ingin
tahu,
peduli,
menghargai,
dan
bertanggungjawab terhadap kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik. 2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran, dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya. Integrasi nilai kearifan lokal dilakukan dalam pengembangan materi ajar dan media pembelajaran, serta pada saat proses pembelajaran. Pendidikan nilai karakter melalui integrasi dalam proses pembelajaran menjadi penting posisinya tidak hanya sebagai pewarisan nilai dan karakter masyarakat, namun di dalam pewarisan tersebut juga diperlukan sebuah pemahaman intelektual. Durkheim
85
(1990: 38) mengemukakan alasan diperlukannya pendidikan nilai karakter karena semakin sulitnya moralitas terlaksana berdasarkan mekanisme otomatis serta semakin kompleksnya masyarakat. Sebagai konsekuensinya, keadaan lingkungan yang tidak pernah sama akan memerlukan pemahaman intelektual dalam penerapan karakter. Pendidikan nilai karakter diharapkan dapat membentuk siswa sehingga memiliki keterampilan sosial serta memiliki kecerdasan moral. Menurut Borba (2008: 4), kecerdasan moral merupakan kemampuan memahami hal yang benar dan salah; artinya memiliki keyakinan etika kuat dalam bertindak berdasarkan keyakinan, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Karena itu melalui implementasi model pembelajaran ini diharapkan akan terealisasi pembelajaran IPS yang menarik, bermakna, dan mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa. b. Uji Validitas Draf Model Tahapan validasi merupakan penilaian tentang draf produk model pembelajaran, apakah model pembelajaran ini secara rasional lebih efektif dari yang biasa dipakai guru sebelumnya atau tidak. Pada tahap ini peneliti meminta validasi pakar yang berkompeten untuk melakukan koreksi terhadap desain model pembelajaran IPS berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Selanjutnya, dapat diketahui kekurangan model pembelajaran bersangkutan sebagai acuan dalam menyempurnakan produk penelitian pendidikan. Kekurangan tersebut akan direvisi sesuai dengan saran atau masukan dari para pakar atau ahli. Selain itu, siswa juga akan diminta memberi tanggapan
86
dengan cara mengisi angket terkait dengan model pembelajaran yang akan diterapkan (lihat lampiran 7). Penilaian validitas dapat dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan rentang 1 sampai dengan 5 menggunakan acuan konversi Sukardjo (2006: 101). Data yang diperoleh dari lembar validasi tentang tanggapan dari tim ahli diubah menjadi data interval sebagai berikut:
Nilai
Tabel 3.1. Penilaian Validitas Model Pembelajaran Data Kualitatif Data Kuantitatif
A
Sangat Baik
X > 4,21
B
Baik
3,40 < X ≤ 4,21
C
Cukup
2,60 < X ≤ 3,40
D
Kurang
1,79 < X ≤ 2,60
E
Sangat Kurang
X ≤ 1,79
c. Uji Coba Draf Model Model pembelajaran yang telah divalidasi untuk selanjutnya dilakukan uji skala terbatas. Kegiatan uji coba termasuk desain, implementasi, evaluasi, dan penyempurnaan di satu sekolah (kelas berbeda) dengan tujuan utama menguji kelayakan implementasi langkah-langkah pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain uji coba pertama skala terbatas (Preliminary Field Test), kemudian uji coba ke dua berupa uji skala luas (Main Field Test), serta yang terakhir yaitu uji keefektivan. Pada prinsipnya
ujicoba berdasarkan pengembangan ini
direncanakan pada tiga subpokok yaitu:
akan
87
1) Uji Coba Skala Terbatas (Preliminary Field Test) Uji coba skala terbatas melibatkan 15 siswa kelas VII D SMP N I Turi dengan frekuensi uji direncanakan satu kali. Setelah dilakukan uji coba terbatas menggunakan metode eksperimen model Single One-Shot Case Study, maka dilakukan revisi yang dimaksudkan agar model pembelajaran IPS yang dikembangkan layak untuk diuji kembali pada uji coba berikutnya yakni pada uji skala lebih luas.
X
0
Gambar 3.1. Design single One-Shot Case Study Sumber: Sugiyono, 2013: 110 Keterangan X : Treatment yang diberikan (variable independen) O : Observasi (Variabel dependen) 2) Uji Coba Skala Luas (Main Field Test) Uji produk model pembelajaran ini melibatkan 32 siswa kelas VII C SMP N I Turi dengan menggunakan metode Pre Experimental Design (Non-Designs)
tipe
One-Group
Pretest-Posttest
Design.
Alasan
pengambilan data hanya membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Bentuk tipe One-Group Pretest-Posttest Design adalah sebagai berikut: X
Gambar 3.2. Desain One-Group Pretest-Postest (Sugiyono, 2013: 110)
88
Keterangan:
X
:
Nilai Pre-test (keadaan sebelum diberi perlakuan)
:
Nilai Post-test (setelah diberi perlakuan)
:
Treatment
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis penilaian untuk dapat membandingkan keberhasilan penerapan model pembelajaran IPS berbasis nilai kearifan lokal Desa Pancasila Lamongan melalui hasil pre-test dan post-test. Artinya, bagaimana perbandingan siswa sebelum diberi model pengembangan dan sesudahnya, namun tanpa menghadirkan kelas kontrol. Teknik uji yang dipakai untuk mendapatkan perbedaan nilai tersebut dengan menggunakan statistik parametrik. Jenis statistiknya adalah uji t menggunakan model Non-Independent (Paired Sample t Test). Sehubungan dengan persyaratan statistik itu datanya harus berdistribusi normal dan homogen, lalu untuk menguji normalitas maka menggunakan jenis uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas
memakai
Oneway
Anova
serta
pengolahan
data
menggunakan bantuan analisis statistik program SPSS versi 19. Hipotesis yang diajukan adalah :
Tidak ada perbedaan nilai/skor siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan model pembelajaran berbasis nilai kearifan lokal
:
Ada perbedaan nilai/skor siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan model pembelajaran berbasis nilai kearifan lokal
89
Taraf signifikansi 0,05 dengan keputusan uji: Diterima jika signifikansinya > 0,05 Ditolak jika signifikansinya < 0,05 Setelah dilaksanakan uji skala luas, maka dilakukan revisi hasil uji coba untuk mengurangi tingkat kelemahan dari produk (model) yang dikembangkan dan kemudian dilakukan uji eksperimen untuk mengukur keefektivan model. Pelaksanaan menggunakan desain eksperimen (kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki tujuan untuk mengukur seberapa efektif model pembelajaran ini serta mengetahui kesiapan lembaga apabila dikemudian hari model akan diterapkan. Rencana pelaksanaan uji keefektivan ini di kelas VII A dan VII B. Setelah uji coba eksperimen yang menghadirkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka revisi tetap perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat kelemahan dari produk model pembelajaran dengan materi kearifan lokal di daerah masingmasing sehingga produk layak dan siap digunakan sebagai alternatif model pembelajaran IPS. d. Revisi Utama Model Berdasarkan hasil uji coba model skala terbatas, perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan serta penyesuaian sebelum dilakukan uji keefektivan. 3.
Pengujian Keefektivan Model Tahap ketiga ini bertujuan untuk menerapkan draf model yang dirancang dan telah direvisi pada dua kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Prosedur uji keefektivan model ini dilakukan dengan cara
90
menganalisis kemampuan siswa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar dalam uji coba lapangan. Kelompok eksperimen menggunakan kelas VII A dan untuk kelompok kontrol menggunakan kelas VII B, dimana kedua kelas tersebut masuk dalam kategori kelas unggulan. Asumsi awal pemilihan kedua kelas tersebut yakni siswa di masingmasing kelas memiliki tingkat pemahaman (intelegensi) yang relatif sama, didukung sarana dan prasarana yang relatif menunjang, serta lebih memungkinkan membantu terlaksananya uji coba model yang akan digunakan, misalnya diskusi dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Kelompok eksperimen merupakan kelas yang dalam kegiatan belajarnya menggunakan model pembelajaran IPS berbasis nilai-nilai kearifan lokal Desa Pancasila, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran lama sebagai pembanding. Dampak yang ingin ditonjolkan dalam model pembelajaran ini adalah kesadaran demokratis siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam tahap ini adalah menggunakan statistik untuk data yang diperoleh melalui kuesioner dan juga tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi dan keefektivan model yang digunakan. Formula yang digunakan untuk uji coba keefektivan model dengan kuasi eksperimen adalah sebagai berikut:
91
Tabel 3.2. One-Group pretest-postest (Sumber: Sugiyono, 2013: 110) Kelompok
Pre-tes
Perlakuan
Post-tes
Kelas Eksperimen (KE)
O
X
O
Kelas Kontrol (KK)
O
_
O
Tabel desain kuasi eksperimen tersebut merupakan petunjuk dalam melaksanakan uji coba model pembelajaran di lapangan. Teknis di lapangan yakni sebagai berikut; 1) pemberian pre-test berlaku pada kelompok eksperimen (KE) maupun kelompok kontrol (KK), hal tersebut dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh tingkat pengetahuan dan pemahaman awal siswa, serta sebagai pertimbangan penguasaan materi IPS dan sikap demokratis sebelum dan sesudah pembelajaran, 2) implementasi model pembelajaran IPS berbasis nilai kearifan lokal Desa Pancasila pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol menggunakan model lama yang biasa digunakan, 3) pemberian pos-test pada kedua kelompok (baik eksperimen maupun kontrol) sekaligus evaluasi terhadap pembelajaran pada sesi akhir kegiatan di kelas. a. Instrumen Fase Uji Keefektivan Model Pada fase uji keefektivan model ini digunakan instrumen penelitian berupa angket kesadaran sikap demokratis, tes, kuesioner uji keefektivan model pembelajaran. Pengumpul data kuesioner berupa skala, yaitu seperangkat nilai angka yang ditetapkan pada persepsi yang diberikan dan bertujuan untuk mengukur keefektivan model pembelajaran. Peneliti menggunakan Skala Likert yang memiliki dua macam penskoran, yakni item
92
pernyataan positif dan item negatif. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap demokratis siswa yang mengarah pada aspek afektif. Tabel 3.3. Skala Likert Penilaian Sikap 1) Ketentuan skoring item positif 1
Sangat Setuju
Skor 4
2
Setuju
Skor 3
3
Kurang Setuju
Skor 2
4
Tidak setuju
Skor 1
5
Sangat Tidak Setuju
Skor 0
2) Ketentuan skoring item negatif 1
Sangat Setuju
Skor 0
2
Setuju
Skor 1
3
Kurang Setuju
Skor 2
4
Tidak setuju
Skor 3
5
Sangat Tidak Setuju
Skor 4
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2013:154) Instrumen lain yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yakni tes yang mengarah pada ranah kognitif berbentuk tes tulis (soal dan jawaban) yang diberikan pada siswa. Tes tulis dibedakan menjadi dua macam, tes obyektif dan tes uraian. Pada penelitian ini menggunakan bentuk tes obyektif dengan beberapa keunggulan menurut Saifuddin Azwar (2012: 75), antara lain; 1. Komprehensif, singkatnya waktu dalam pelaksanaan tes namun mampu memuat banyak item, 2. Kemudahan dalam aspek pengkoreksian soal dan pemberian skor,
93
3. Penghematan bahan dalam pengerjaan (soal dan jawaban berada dalam satu lembar), 4. Analisis empiris kualitas butir soal, 5. Memiliki tingkat obyektivitas tinggi, 6. Secara umum reliabilitasnya tinggi. b. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen penelitian ini berkaitan dengan uji coba model untuk mengetahui hasil penerapan model yang telah dilakukan dalam pembelajaran IPS di sekolah. Untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel perlu memperhatikan prosedur penyusunan instrumen. Untuk keperluan efisiensi waktu dalam penyusunan instrumen (tes atau angket) dalam penelitian ini, selain menggunakan cara manual peneliti juga menggunakan aplikasi SPSS versi 19 dan Iteman versi 3. 1) Validitas kuesioner menggunakan rumus Korelasi Produk Moment dan Relation dari Pearson
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2012: 153) 2) Reliabilitas
kuesioner
menggunakan
menggunakan rumus Alpha Cronbach
uji
konsistensi
internal
94
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2012: 154) 3) Dalam uji validitas butir soal obyektif, setiap butir soal dianalisis dengan mengkorelasikan skor butir dan skor total yang diperoleh melalui formula korelasi point biserial. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
(Sumber: Saifudin Azwar, 2012: 50)
Keterangan: Mi
=
Rerata skor variable interval bagi subjek yang mendapat skor 1 pada variabel dikotomi
Mt
=
Rerata skor variable interval bagi seluruh subjek
St
=
Deviasi standar variable interval bagi seluruh subjek
P
=
Banyaknya skor 1 pada variable dikotomi dibagi n
Q
=
1-p
Validitas instrumen tes menggunakan rumus Indeks Daya Diskriminasi Aitem, dengan rumus sebagai berikut:
95
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2012: 153) Keterangan: NiT
= Banyaknya penjawab item benar dari kelompok tinggi
NT
= Banyaknya penjawab dari kelompok tinggi
NiR
= Banyaknya penjawab aitem benar dari kelompok rendah
NR
= Banyaknya penjawab dari kelompok rendah.
Dengan kriteria evaluasi indeks diskriminasi sebagai berikut: 0,40 atau lebih
= valid/bagus sekali
0,30-0,29
= valid/bagus
0,20-0,29
= valid/revisi
< 0,20
= tidak valid dan harus dibuang
Selain itu untuk membedakan butir tes yang memiliki kriteria mudah, sedang, dan sulit maka butir soal perlu diuji tingkat kesukarannya dengan rumus indeks kesukaran sebagai berikut: P = (Saifuddin Azwar, 2012: 112) Keterangan : P = Indeks kesukaran soal n1 = Banyaknya siswa yang menjawab benar N = Banyaknya responden yang mengikuti tes
96
Setelah diperoleh nilai P dari hasil perhitungan, kemudian diadakan interpretasi dengan mengkonsultasikannya pada tabel klasifikasi indeks kesukaran dibawah ini: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30
= Soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70
= Soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00
= Soal mudah
Sehubungan dengan penelitian ini dengan pertimbangan item dan subyek cukup banyak serta apabila menggunakan cara manual membutuhkan waktu lama, maka perhitungan validitas dihitung dengan menggunakan bantuan aplikasi program Iteman versi 3.00. 4) Untuk mengetahui reliabilitas menggunakan Kuder-Richardson 20, dengan rumus :
(Sumber: Saifuddin Azwar, 2012: 184) Keterangan : k
= Banyaknya aitem
p
= Indeks kesukaran aitem = Varian skor tes (X)
5) Penilaian hasil kegiatan diskusi saat pelaksanaan model menggunakan rentang 1 sampai 4. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama kegiatan berlangsung diubah menjadi data interval sebagai berikut:
97
Sangat Baik
:
5 (81% - 100%) sesuai dengan pernyataan
Baik
:
4 (61% - 80%) sesuai dengan pernyataan
Cukup
:
3 (41% - 60%) sesuai dengan pernyataan
Kurang
:
2 (21% - 40%) sesuai dengan pernyataan
Sangat Kurang
:
1 (0 - 20%) sesuai dengan pernyataan
c. Analisis Data Fase Uji Keefektivan Model Penggunaan uji t ini didasarkan atas pertimbangan bahwa peneliti ingin membandingkan nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (baik aspek kognitif maupun afektif) dengan membandingkan antara keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Uji statistik yang digunakan yaitu independent samples t test dan paired sample t test. Setelah dilakukan uji statistik maka dilanjutkan dengan analisis data secara deskriptif. d. Norma Pengujian Suatu penelitian perlu menggunakan norma pengujian agar mendekati kebenaran. Norma pengujian dalam penelitian ini mengacu pada: 1. Hasil Analisis Statistik Parametrik Kesimpulan hasil analisis statistik parametrik menggunakan uji t dan anova menggunakan landasan: jika peluang kekeliruan (sign./α) ≤ 0,05 berarti signifikan. Artinya, hipotesis tersebut dapat diterima, hipotesis nol ditolak. Akan tetapi, jika (sign./α) ≥ 0,05 berarti tidak signifikan, artinya hipotesis alternatif ditolak, hipotesis nol diterima.
98
2. Kriteria Penilaian Kelayakan Model Model pembelajaran yang dikembangkan harus memenuhi syarat dalam hal kelayakan untuk implementasi di lapangan. Kriterianya antara lain; pertama, memenuhi aspek kevalidan yang meliputi 1) model pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada rasionalitas teori yang kuat dan 2) terdapat konsistensi internal dalam hasil. Kedua, memenuhi aspek kepraktisan yang meliputi 1) para pakar menyatakan
bahwa
model
pembelajaran
diimplementasikan dan 2) realita di lapangan
tersebut
dapat
model tersebut
senyatanya dapat diterapkan. Ketiga, memenuhi aspek keefektivan yang meliputi 1) para ahli berdasar pada pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan 2) model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan secara operasionalitas di lapangan. 3. Hasil Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data hasil validasi ahli, aktivitas guru dan siswa, serta pengamatan terhadap keefektivan model dalam pembelajaran di kelas. C. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Balun Kecamatan Turi Lamongan yang dijadikan sebagai sumber data contoh masyarakat demokratis. Di kecamatan ini terdapat satu SMP yakni SMPN 1 Turi. Alasan pemilihan tempat penelitian tersebut berkaitan dengan kajian dan tujuan dari penelitian ini.
99
Gambaran umum penelitian ini meliputi observasi kegiatan pembelajaran, wawancara kepada guru dan siswa, penyebaran angket kepada siswa, dan analisis perangkat pembelajaran (silabus dan RPP). SMP Negeri 1 Turi juga digunakan sebagai tempat uji skala terbatas model pembelajaran, uji skala luas, hingga setelah model divalidasi dan direvisi akan
dilakukan uji keefektivan model
melalui kuasi eksperimen di SMP Negeri 1 Turi.