BAB III LANDASAR TEORI
3.1
Sistem Transmisi PDH Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan
dalam jaringan telekomunikasi untuk mengangkut data dalam jumlah besar melalui peralatan transportasi digital seperti serat optic dan microwave sistem. Istilah plesiochronus berasal dari plēsiosYunani, yang berarti dekat, dan chronos, waktu, dan mengacu pada kenyataan bahwa jaringan PDH dijalankan dalam keadaan di mana bagian yang berbeda dari jaringan dan kemudian disinkronkan. PDH merupakan sebuah multiplex orde tinggi yang digunkan untuk berbagai macam tipe
dari
pemultiplex time slot untuk menghasilkan kecepatan transmisi yang lebih tinggi sampai 565 Mbps. PDH tidak dapat mengakses sinyal orde lebih rendah secara langsung. PDH merupakan salah satu bentuk tingkatan multiplexing yang berasal dari beberapa sinyal dengan bit rate rendah menjadi sinyal yang memiliki bit rate yang lebih tinggi. Metode multiplexing yang digunakan PDH adalah bit by bit interleave. 1.2 Bit rate berdasarkan ANSI dan CEPT . Standarisasi bit rate pada PDH Terdapat dua macam hirarki multiplexing yang ada di dunia :
1. Standarisasi multiplexing
PDH berdasarkan ANSI dengan bit rate dasar 1,5 Mbps. Standarisasi ini digunakan di Amerika. 2. Standarisasi multiplexing PDH berdasarkan CEPT dengan bit rate dasar 2 Mbps. Standarisasi ini digunakan di Eropa. Indonesia juga menggunakan standarisasi ini.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Gambar 3.1 PDH Architecture Akibat kebutuhan penyaluran kanal yang semakin besar, maka dilakukan proses multiplexing secara bertingkat (hierarchy). Beberapa tingkat yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak kanal yang akan ditransmisikan. Hierarchy multiplex PDH yaitu :
PCM 30/E1/PDH 2M dengan bit rate 2Mbit/s
PDH 8M, 4 E1, dengan bit rate 8Mbit/s
PDH 34M, 16 E1, dengan bit rate 34Mbit/s
PDH 140M, 64 E1, dengan bit rate 140Mbit Dari hierarchy tersebut dapat diketahui bahwa terdapat kerumitan dalam
system multiplex jaringan transport PDH. Perangkat tidak dapat langsung memultiplex suatu sinyal dari kecepatan rendah langsung ke kecepatan yang lebih tinggi 2 tingkat diatasnya (dilakukan step by step).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Karakteristik PDH :
Multiplexing bit per bit
Penyelarasan terhadap bit rate dari frame dilakukan dengan cara Positive Justification
Struktur frame berbeda pada setiap tahap multiplexing
Sinyal input tidak mengalami sinkroniasai
Perlu proses demultiplexing di sisi penerima
Kelemahan telknologi PDH :
Akibat dari struktur PDH yang menggunakan konfigurasi point to point, maka sulit dilakukan proses Add/Drop dan CrossConnect pada jaringan transport PDH
System multiplex PDH menggunakan system multiplex bertingkat sehingga tidak simple dan ekonomis
Adanya 3 standard yang berbeda yaitu standard CEPT(Eropa), Jepang, dan USA
System operasi yang primitif dan berlandaskan manajemen jaringan PSTN.
Meskipun memiliki beberapa kelemahan, technology PDH masih terus digunakan. Hal ini bukan lain karena teknologi PDH lebih fleksible, technology ini merupakan tekhnologi wireless yang bisa diaplikasikan di berbagai kondisi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
3.1.1. Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu informasi melalui satu saluran. Istilah ini adalah istilah dalam dunia telekomunikasi. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar & penerima (transceiver), atau kabel optik. Dalam sistem tranmisi, terdapat proses multiplex yaitu penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu pada bagian pengirim (transmitter) atau Tx. Proses ini terbagi menjadi 2 yaitu, proses analaog dan digital. Teknik Multiplexing PDH didasari dengan proses multiplexing pada bit rate 2 Mbps,8 Mbps, 34 Mbps dan 140 Mbps sehingga memerlukan banyak peralatan digital multiplexing berupa Add / Drop Multiplexing dan Cross Connection PDH. Sinyal 2048 kbps atau sering disingkat 2 Mbps merupakan orde terendah dari system multiplex PDH untuk hierarki Eropa. Sinyalini dibentuk dari proses sampling 32 channal suara dan dimultiplex kedalam dimana satu timeslot atau satu channel
suara
bit
satu
bearer
( digital ),
ratenya 64 kbps, sehingga
dengan mudah memperoleh sinyal 2 Mbps atau 32 x 64
kbps. Pada proses
multiplexing terdapat slip yang nilainya sangat kecil serta masih dapat ditolerir (misalnya plus/minus 50 bit atau 5×10-5 untuk jaringan/kanal 2,048 atau 1,544 Mbps). Mode operasi seperti ini barangkali memang merupakan suatu implementasi yang paling sederhana karena bersifat menghindari pendistribusian pewaktuan di seluruh jaringan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Gambar 3.2 PDH Multipelxing Perangkat radio microwave yang digunakan BTS dalam 2 kategori yaitu outdoor unit (ODU) dan indoor unit (IDU) dan masing-masing perangkat berbeda fungsinya. Bagaimana alur sinyal informasi yang diterima radio microwave dengan frekuensi 7 Ghz, diawali dari percakapan atau SMS, data dan gambar pelanggan yang diterima BTS dalam bentuk 2 Mbps seterusnya dikirim ke perangkat Multiplexer (IDU) untuk dikumpulkan/digabungkan menjadi baseband. Selanjutnya dikirim ke perangkat Modem (IDU) untuk dirubah menjadi sinyal Intermediate Frequency (IF) sebesar 70/140 Mbps tergantung dari peralatan yang digunakan. Langkah berikutnya dikirim ke perangkat Transmitter (ODU) dimana IF ditranslasi (digabung) menjadi sinyal Radio Freqeuency (RF) 7 Ghz. Pada saat translasi juga dilakukan penguatan daya dan seterusnya dipencarkan oleh antenna. Begitu juga sebaliknya, pada saat menerima sinyal informasi telepon selular dari radio microwave lawan, proses awalnya diterima antena masuk perangkat Transmitter (ODU) dalam bentuk sinyal Radio frequency (RF) 7 Ghz. Sinyal RF ini akan dirubah menjadi sinyal IF 70/140 Mpbs untuk dikirim ke perangkat Modem (IDU), dan sinyal IF dirubah (de modulasi) menjadi base band selanjutnya dikirim ke perangkat Multiplexer (IDU) untuk dipisahkan menjadi 2 Mbps dan dikirim ke link BTS.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3.2
Minilink-TN Minilink adalah perangkat PDH keluaran dari salah satu perusahaan vendor
Telekomunikasi dunia yaitu Ericsson. Sistem yang diadopsi oleh minilink sepenuhnya menggunakan prinsip dari sistem PDH. Minilink terus berkembang mengikuti perkembangan telekomunikasi. MINI-LINK TN merupakan microwave link radio lengkap dengan kemampuan penanganan PDH, SDH, Ethernet dan ATM di node yang sama, di hop yang sama, menggunakan semua frekuensi yang diperlukan dalam kisaran 6-38 GHz. Scalable edge, repeater dan node agregasi memungkinkan untuk menemukan solusi optimal untuk site apapun, 1-18 modem. Minilink TN merupakan generasi penerus dari versi sebelumnya yaitu Minilink E. System Minilink TN menggabungkan fitur radio microwave dengan traffic routing. Mekanisme terintegrasi ini akan meminimalkan penggunaan kabel, ruang dan juga memningkatkan kualitas karena minim noise. Dengan fitur ini, penggunaan ruang dapat dikurangi hingga 70% dibandingkan dengan produk terdahulunya. Minlink TN memiliki fleksibilitas jauh lebih baik daripada microwave radio lain karena fleksibilitasnya. Minilink TN terintegrasi dengan gelombang mikro dari 2x2 ke 3x3 Mbit/s, dan beropasi pada frekuensi 7-8 GHz, menggunakan skema modulasi C-QPSK dan 16 QAM. Hal ini dapat diproteksi menggunakan konfigurasi 1+0 maupun 1+1. Peningkatan kapasitas telah menjadi faktor utama dalam produk ini. Bahkan 64xE1/128 kapasitas QAM sudah didukung oleh MINI-LINK TN untuk mempertimbangkan kemampuan penanganan traffic capacity dan unit radio baru. Fleksibilitas Transmisi mengambil lompatan kuantum dengan teknologi terbaru yang diperkenalkan.
Saat ini versi terbaru dari Minilink yaitu minilink-TN. Minilink-TN merupakan perangkat yang sangat mudah digunakan. Jika perangkat PDH dari vedor Telekomunikasi lain mengharuskan crossconnect E1 fisik saat melakukan troubleshoot, dengan adanya Minilink-TN kita tidak perlu repot-repot melakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
action fisik, karena Minilink-TN support untuk crossconnect via software. MinilinkTN tidak hanya support untuk output E1, karena Minilink-TN saat ini support untuk outpot Ethernet bahkan hingga kecepatan 1 Gbps.
Produk dari Minilink TN antara lain adalah sebagai berikut :
AMM 20P Pada AMM 20P, module unit yang dapat diintstal sebanyak 18 unit. Selain module unit yang berisi MMU ( main module unit ), LTU dan juga SMU. Selain module unit, masih ada bagian lain dari AMM 20P, yaitu PFU (Power Fan Unit ), dan juga FAU ( Fan Unit ). AMM 20P diasumsikan untuk digunakan pada jaringan transmisi dengan handle traffic kapasitas besar. Karena biasanya satu AMM 20P dengan full configuration memiliki 9 radiolink.
Gambar 3.3 AMM 20P
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
AMM 6P Pada AMM 6P, plugin-unit yang dapat diinstall diantaranya adalah 1 buah NPU ( Network Processor Unit ), 5 modul MMU/ MMU dan juga 1 buah PFU. AMM 20P biasanya terinstall pada site dengan jumlah traffic sedang.
Gambar 3.4 AMM 6P
AMM 2P Pada AMM 2P, plugin-unit yang dapat terinstall adalah 1 unit NPU, 2 unit MMU dan 1 buah PFU. AMM 2P hanya bisa terinstall untuk jaringan dengan traffic rendah. Biasanya terinstall pada end site.
Gambar 3.5 AMM 2P
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
3.2.1 Indoor Unit ( IDU ) IDU ( Indoor Unit ) adalah perangkat microwave yang terdapat pada bagian indoor. Perngakt IDU pada Minilink TN meliputi backplane dan juga module unit.
Gambar 3.6 Backplane Minilink TN Gambar 3.6 merupakan contoh dari backplane Minilink TN. Perbedaan mendasar dari AMM 20P dan AMM 6P adalah kapasitas slot module unit. Pada AMM 20P support sampai 19 slot module unit sedangkan AMM 6P hanya support 6 slot module unit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Gambar 3.7 Module Unit 3.2.2 Outdoor Unit ( ODU ) ODU merupakan perangkat microwave yang terinstall pada bagian outdoor. Contoh perangkat ODU adalah radio dan antenna. Implementasi ODU akan sangat berkaitan dengan frekuensi. Pemakaian jenis ODU akan disesuaikan dengan kondisi lapangan seperti jarak point-to-point dan kapasitas traffic yang akan dilewatkan. Adapun jenis-jenis ODU Minilink-TN adalah sebagai berikut :
Radio 7GHz Radio jenis ini digunakan untuk link dengan jarak loss diatas 10km. Radio ini biasanya digunakan didaerah pedesaan dengan coverage yang cukup jauh. Untuk radio 7Ghz, jenis yang digunakan oleh Ericcsson adalah RAU 1 N, dengan range Tx frequency 7426 – 7484.
Radio 15 Ghz Radio 15 Ghz digunakan pada jaringan dengan jarak antar antenna 3 – 5 km.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Radio 15 GHz Tabel 3.1. Radio 15 GHz
Type
Tx ( MHz )
RAU 15/13
14709,25-14823
RAU 15/16
15024-15138
Radio 18 GHz Radio 18 GHz dignunakan didaerah perkotaan dengan traffic cukup tinggi namun hanya memiliki coverage 500m – 2km. Tabel 3.2. Radio 18 GHz
Type
Tx ( MHz )
RAU 1 18/11
17706.5-18009.5
RAU 1 18/15
18716.5-19019.5
Radio 23 GHz Tabel 3.3. Radio 23GHz
Type
( MHz )
RAU 23/56
22002.75-22513.75
RAU2 L 23/76
22002.75-22288
RAU2 N 23/76
22002.75-22288
RAU2 M 23/77
22288-22590.75
RAU2 M 23/79
23296-23598.75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Radio 26 GHz
Tabel 3.4. Radio 26 GHz
Type
Tx ( MHz )
RAU 26/24
24995.25-25445
RAU 26/29
26003.25-26453
Radio 38 GHz Tabel 3.5. Radio 38 GHz
Type
Tx ( MHz )
RAU 38/12
37338-37619.75
RAU 38/16
38598-38879.75
http://digilib.mercubuana.ac.id/