BAB III LANDASAN TEORI
3.1.
Perawatan (Maintenance) 1 Perawatan adalah sebuah operasi atau aktivitas yang harus dilakukan
secara berkala dengan tujuan untuk melakukan pergantian kerusakan peralatan dengan resources yang ada. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem
pada
kondisinya
agar
dapat
berfungsi
sebagaimana
mestinya,
memperpanjang usia kegunaan mesin, dan menekan failure sekecil mungkin. Manajemen perawatan dapat digunakan untuk membuat sebuah kebijakan mengenai aktivitas perawatan, dengan melibatkan aspek teknis dan pengendalian manajemen ke dalam sebuah program perawatan. Pada umumnya, semakin tingginya aktivitas perbaikan dalam sebuah sistem, kebutuhan akan manajemen dan pengendalian di perawatan menjadi semakin penting. Berikut adalah sembilan pendekatan untuk membuat sebuah program perawatan yang efektif: 1. Mengidentifikasi kekurangan eksisting. 2. Membuat tujuan akhir dari program. 3. Menetapkan skala prioritas. 4. Menetapkan parameter untuk pengukuran performansi. 5. Menetapkan rencana jangka pendek dan juga jangka panjang. 6. Sosialisasi perencanaan terhadap bagian-bagian yang terkait. 7. Implementasi perencanaan. 1
Gross, John. M. 2002. Fundamental of Preventive Maintenance. Hal: 5-8
Universitas Sumatera Utara
8. Laporan berkala. 9. Pemeriksaan kemajuan secara rutin.
3.1.1. Pengklasifikasian Perawatan
Adapun klasifikasi dari perawatan mesin adalah: 1.
Preventive Maintenance Preventive Maintenance adalah salah satu komponen penting dalam
aktivitas perawatan (maintenance). Preventive maintenance adalah aktivitas perawatan yang dilakukan sebelum terjadinya kegagalan atau kerusakan pada sebuah sistem atau komponen, dimana sebelumnya sudah dilakukan perencanaan dengan pengawasan yang sistematik, deteksi, dan koreksi, agar sistem atau komponen tersebut dapat mempertahankan kapabilitas fungsionalnya. Beberapa tujuan dari preventive maintenance adalah mendeteksi lebih awal terjadinya kegagalan/kerusakan, meminimalisasi terjadinya kegagalan dan meminimalkan kegagalan produk yang disebabkan oleh kerusakan sistem. Ada empat faktor dasar dalam memutuskan penerapan preventive maintenance: a. Mencegah terjadinya kegagalan. b. Mendeteksi kegagalan. c. Mengungkap kegagalan tersembunyi (hidden failure). d. Tidak melakukan apapun karena lebih efektif daripada dilakukan pergantian. Dengan mengidentifikasi keempat faktor dalam melaksanakan preventive maintenance, terdapat empat kategori dalam mengspesifikasikan preventive maintenance. Keempat ketegori tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Time-Directed (TD) adalah perawatan yang diarahkan secara langsung pada pencegahan kegagalan atau kerusakan. 2. Condition-Directed (CD) adalah perawatan yang diarahkan pada deteksi kegagalan atau gejala-gejala kerusakan. 3. Failure-Finding (FF) adalah perawatan yang diarahkan pada penemuan kegagalan tersembunyi. 4. Run-to-Failure (RTF) adalah perawatan yang didasarkan pada pertimbangan untuk menjalankan komponen hingga rusak karena pilihan lain tidak memungkinkan atau tidak menguntungkan dari segi ekonomi. 2.
Predictive Maintenance Predictive maintenance didefinisikan sebagai pengukuran yang dapat
mendeteksi degradasi sistem, sehingga penyebabnya dapat dieliminasi atau dikendalikan tergantung pada kondisi fisik komponen. Hasilnya menjadi indikasi kapabilitas fungsi sekarang dan masa depan. Pada dasarnya, predictive maintenance berbeda dengan preventive maintenance dengan berdasarkan kebutuhan perawatan pada kondisi actual mesin dari pada jadwal yang telah ditentukan. Dapat dikatakan bahwa preventive maintenance bersifat time-based, seperti pergantian oli setiap 3000 jam kerja. Hal ini tidak memperhatikan performa dan kondisi aktual mesin. Jika dilakukan pemeriksaan, mungkin penggantian oli dapat diperpanjang hingga 5000 jam kerja. Hal ini yang membedakan antara preventive maintenance dengan predictive maintenance dimana predictive maintenance menekankan kegiatan perawatan pada kondisi aktual.
Universitas Sumatera Utara
3.
Time Directed Maintenance Time directed maintenance dapat dilakukan apabila variabel waktu dari
komponen atau sistem diketahui. Kebijakan perawatan yang sesuai untuk diterapkan pada time directed maintenance adalah periodic maintenance dan oncondition maintenance. Periodic maintenance (hard time maintenance) adalah perawatan pencegahan yang dilakukan secara terjadwal dan bertujuan untuk mengganti sebuah komponen atau system berdasarkan interval waktu tertentu. On-condition maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan berdasarkan kebijakan operator. 4.
Condition Based Maintenance Condition Base Maintenance merupakan aktivitas perawatan pencegahan
yang dilakukan berdasarkan kondisi tertentu dari suatu komponen atau sistem, yang bertujuan untuk mengantisipasi sebuah komponen atau sistem agar tidak mengalami kerusakan. Karena variable waktunya tidak pasti diketahui, kebijakan yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah predictive maintenance. Predictive Maintenance merupakan suatu kegiatan perawatan yang dilakukan dengan menggunakan sistem monitoring, misalnya analisis dan komposisi gas. 5.
Failure Finding Failure Finding merupakan kegiatan perawatan pencegahan yang
bertujuan untuk kegagalan yang tersembunyi, dilakukan dengan cara memeriksa fungsi tersembunyi (hcidden function) secara periodik untuk memastikan kapan suatu komponen mengalami kegagalan.
Universitas Sumatera Utara
6.
Run to Failure Run to Failure tergolong sebagai perawatan pencegahan karena faktor
ketidaksengajaan yang bisa saja terjadi dalam beberapa peralatan. Disebut juga sebagai no schedule maintenance karena dilakukan jika tidak ada tindakan pencegahan yang efektif dan efisien yang dapat dilakukan, jika dilakukan tindakan pencegahan terlalu mahal atau dampak kegagalan tidak terlalu esensial (tidak terlalu berpengaruh). 7.
Corrective Maintenance Corrective Maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan
untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu preventive maintenance. Pada umumnya, corrective maintenance bukanlah aktivitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah komponen mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikan kehandalan sebuah komponen atau sistem ke kondisi semula.
3.1.2. Kehandalan (Reliability) 2 Kehandalan atau reliability dapat diartikan sebagai peluang bahwa sebuah komponen akan mampu melaksanakan sebuah fungsi yang spesifik dalam suatu kondisi operasi dan periode waktu tertentu. Kehandalan merupakan salah satu ukuran keberhasilan sistem pemeliharaan yang digunakan untuk menentukan penjadwalan pemeliharaan sendiri. Konsep kehandalan digunakan juga pada berbagai industri, misalnya dalam penentuan interval penggantian komponen mesin. Secara umum, fungsi kehandalan dinyatakan sebagai berikut: 2
Dhillon, B.S. 2006. Maintainability, Maintenance, and Reliability for Engineers
Universitas Sumatera Utara
R(t) = 1 β f(t) π‘
R(t) = 1 - β«ββ π (π¦)ππ¦
Dimana f(y) merupakan fungsi kegagalan sedangkan R(t) merupakan fungsi kehandalan. Oleh sebab itu, pemenuhan performa terjadi pada tiga batasan yaitu: 1. Fungsi 2. Waktu 3. Kondisi operasi Ukuran pemenuhan performa dinyatakan dalam sebuah notasi peluang. Pemenuhan performa tersebut bukan bersifat deterministik, sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti terjadi atau tidak. Oleh sebab itu, kita harus menggunakan peluang dimana sebuah komponen akan sukses atau gagal dalam batasan tertentu karena tidak mungkin untuk menyatakannya secara pasti.
3.1.3. Pola Distribusi Data Pola distribusi kerusakan mesin atau komponennya biasanya merupakan distribusi Weibull, Lognormal, Eksponensial, Gamma dan Normal. Pola-pola berikut ini merupakan pola yang umum menggambarkan distribusi kerusakan komponen mesin
3.1.4. Distribusi Weilbull Distribusi ini dikembangkan oleh W. Weibull pada awal tahun 1950. Distribusi Weibull adalah salah satu distribusi yang penting pada teori reliability. Distribusi Weibull sangat luas digunakan untuk analisa kehilangan performansi pada sistem kompleks di dalam sistem engineering. Secara umum, distribusi ini dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menjelaskan data saat waktu menunggu hingga terjadi kejadian dan untuk menyatakan berbagai fenomena fisika yang berbeda-beda. Dengan demikian, distribusi ini dapat diterapkan pada analisa resiko karena dapat menduga umur pakai (life time) komponen. Fungsi-fungsi dari distribusi Weibull
1. Fungsi Kepadatan Probabilitas π½
π‘ Ξ²β1
f(t) = οΏ½ οΏ½ πΌ β
π‘ π½
expοΏ½οΏ½β οΏ½ οΏ½ β
2. Fungsi Distribusi Kumulatif π‘ Ξ±
F(t) = 1 β exp οΏ½β οΏ½ οΏ½ οΏ½
3. Fungsi Keandalan
Ξ²
R(t) = 1 β F(t) 4. Fungsi Laju Kerusakan h(t) =
π(π‘)
π
(π‘)
Parameter Ξ² disebut dengan parameter bentuk atau kemiringan weibull (weibull slope), sedangkan parameter Ξ± disebut dengan parameter skala atau karakteristik hidup. Bentuk fungsi distribusi weibull bergantung pada parameter bentuknya (Ξ²), yaitu: 1. Ξ² < 1: Distribusi weibull akan menyerupai distribusi hyper-exponential dengan laju kerusakan cenderung menurun. 2. Ξ² = 1: Distribusi weibull akan menyerupai distribusi eksponensial dengan laju kerusakan cenderung konstan. 3. Ξ² > 1 : Distribusi weibull akan menyerupai distribusi normal dengan laju kerusakan cenderung meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Adapun pola distribusi Weilbull dapat dilihat pada Gambar 3.1. berikut
Gambar 3.1. Pola Distribusi Weilbull
3.1.5. Distribusi Lognormal Distribusi lognormal sangat cocok menggambarkan lamanya waktu perbaikan suatu komponen. Fungsi-fungsi dari distribusi Lognormal: 1. Fungsi Kepadatan Probabilitas f(t) =
1
π‘πβ2π
expοΏ½β
[ln(π‘)βπ]2 2π 2
οΏ½
2. Fungsi Distribusi Kumulatif π‘
F(t) = β«ββ
1
π‘πβ2π
expοΏ½β
[ln(π‘)βπ]2
3. Fungsi Keandalan
2π 2
οΏ½ ππ‘
R(t) = 1-F(t) 4. Fungsi Laju Kerusakan h(t) =
π(π‘)
π
(π‘)
Universitas Sumatera Utara
Kosep reliability distribusi Lognormal tergantung pada nilai ΞΌ (rata-rata) dan Ο (standar deviasi). Adapun pola distribusi lognormal dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Pola Distribusi Lognormal
3.1.6. Distribuai Eksponensial Distribusi ini secara luas digunakan dalam kehandalan dan perawatan. Hal ini dikarenakan distribusi ini mudah digunakan untuk berbagai tipe analisis dan memiliki laju kegagalan yang konstan selama masa pakai. Fungsi-fungsi dari distribusi Eksponensial: 1. Fungsi Kepadatan Probabilitas f(t) = Ξ»π βΞ»t 2. Fungsi Distirbusi Kumulatif F(t) = 1-π βΞ»t
3. Fungsi Keandalan R(t) = π βΞ»t
4. Fungsi Laju Kerusakan h(t) = Ξ»
Universitas Sumatera Utara
Adapun pola distribusi eksponensial dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Pola Distribusi Eksponensial
3.1.7. Distribusi Gamma Distribusi Gamma memiliki karakter yang hampir mirip dengan distribusi Weibull dengan shape parameter Ξ² dan scale parameter Ξ±. Fungsi-fungsi dari distribusi Gamma: 1. Fungsi Kepadatan Probabilitas f(t) =
π‘ π½β1
πΌ π½(π½)
π‘
expοΏ½β οΏ½ οΏ½οΏ½ β
2. Fungsi Distribusi Kumulatif π‘ π‘ π½β1
F(t)= β«0
πΌ π½(π½)
π‘
expοΏ½β οΏ½ οΏ½οΏ½ ππ‘
3. Fungsi Keandalan
β
R(t) = 1-F(t) 4. Fungsi Laju Kerusakan h(t) =
π(π‘)
π
(π‘)
Universitas Sumatera Utara
Adapun pola distribusi Gamma dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Pola Distribusi Gamma
3.1.8. Distribusi Normal Distribusi normal adalah distribusi yang paling sering dan umum digunakan. Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss yang ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss (1777-1855). Fungsi-fungsi dari distribusi Normal adalah: 1. Fungsi Kepadatan Probabilitas f(t) =
1
πβ2π
expοΏ½β
(π‘βπ)2 2π 2
οΏ½
2. Fungsi Distribusi Kumulatif π‘
F(t) = β«0
1
πβ2π
expοΏ½β
(π‘βπ)2
3. Fungsi Keandalan β
R(t) = β«π‘
1
πβ2π
expοΏ½β
2π 2
(π‘βπ)2 2π 2
4. Fungsi Laju Kerusakan h(t) =
οΏ½ ππ‘ οΏ½ ππ‘
π(π‘)
π
(π‘)
Universitas Sumatera Utara
Kosep reliability distribusi normal tergantung pada nilai ΞΌ (rata-rata) dan Ο (standar deviasi). Adapun pola distribusi normal dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Pola Distribusi Normal
3.1.9. Interval Penggantian Komponen dengan Total Minimum Downtime Pada dasarnya downtime didefinisikan sebagai waktu suatu komponen sistem tidak dapat digunakan (tidak berada dalam kondisi yang baik), sehingga membuat fungsi sistem tidak berjalan. Berdasarkan kenyataan bahwa pada dasarnya prinsip utama dalam manajemen perawatan adalah untuk menekan periode kerusakan (breakdown period) sampai batas minimum, maka keputusan penggantian komponen sistem berdasarkan downtime minimum menjadi sangat penting. Pembahasan berikut akan difokuskan pada proses pembuatan keputusan penggantian komponen sistem yang meminimumkan downtime, sehingga tujuan utama dari manajamen sistem perawatan untuk memperpendek periode kerusakan sampai batas minimum dapat dicapai. Penentuan tindakan preventif yang optimum (meminimumkan downtime akan dikemukakan berdasarkan interval waktu penggantian (replacement interval).
Universitas Sumatera Utara
Tujuan untuk menentukan penggantian komponen yang optimum berdasarkan interval waktu, tp, diantara penggantian preventif dengan menggunakan kriteria meminimumkan total downtime per unit waktu, dapat dijelaskan melalui Gambar 3.6 berikut.
Gambar 3.6. Penggantian Komponen Berdasarkan Interval Waktu Dari Gambar 3.6, dapat dilihat bahwa total downtime per unit waktu untuk tindakan penggantian preventif pada waktu tp, dinotasikan sebagai D(tp) adalah:
D(tp) = Dimana: H(tp)
π» (π‘π)ππ+ππ π‘π+ππ
: Banyaknya kerusakan (kegagalan) dalam interval waktu (0,tp), merupakan nilai harapan (expected value)
Tf
: Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena kerusakan.
Tp
: Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena tindakan preventif (komponen belum rusak).
tp + Tp : Panjang satu siklus. Dengan meminimumkan total minimum downtime, akan diperoleh tindakan penggatian komponen berdasarkan interval waktu tp yang optimum. Untuk komponen yang memiliki distribusi kegagalan mengikuti distribusi peluang tertentu dengan
Universitas Sumatera Utara
fungsi peluang f(t), maka nilai harapan (expected value) banyaknya kegagalan yang terjadi dalam interval waktu (0,tp) dapat dihitung sebagai berikut: π‘πβ1
π+1
H (tp) = βπ=0 [1 + π» (π‘π β 1 β π] β«π
π(π‘)ππ‘
H(0) ditetapkan sama dengan nol sehingga untuk tp= 0, maka H(tp) = H(0) = 0.
3.2.
Sistem Pengertian sistem dapat berupa abstrak atau fisik. Sistem yang abstrak adalah
susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi-konsepsi yang saling tergantung. Misalnya sistem teologi adalah susunan yang teratur dari gagasangagasan tentang Tuhan, manusia dan sebagainya. Sedangkan sistem yang bersifat fisik adalah serangkaian unsur yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya sistem angkutan pegawai, mesin dan organisasi yang mengangkut barangbarang. Sistem sekolah, gedung-gedung, guru-guru, administrator-administrator, buku-buku pelajaran dan sebagainya yang sama-sama berfungsi memberikan pelajaran kepada siswa.
Dengan demikian ringkasannya suatu sistem terdiri atas kegiatan-kegiatan yang berhubungan guna mancapai tujuan-tujuan tertentu, sebagai misalnya dalam tujuan perusahaan untuk pengendalian inventaris atau penjadwalan produksi. Dalam enslikopedia administrasi, dijelaskan bahwa sistem adalah suatu rangkaian prosedur yang telah merupakan suatu kebutuhan untuk melaksanakan suatu fungsi. Misalnya sistem kearsipan. Sistem ini meliputi berbagai prosedur dan metode dalam menggolongkan surat-surat, memberi kode-kode tertentu, menyimpannya dalam berkas, memeliharanya secara tepat, sampai akhirnya
Universitas Sumatera Utara
mengenai cara-cara penyingkiran dan pemusnahan surat-surat yang tidak diperlukan lagi. Dalam enslikopedia manajemen dijelaskan bahwa sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah variabel yang berinteraksi. Suatu sistem pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lain dan prosedur-prosedur yang berkaitan yang melaksanakan dan memudahkan pelaksanaan kegiatan utama dari suatu organisasi. Dengan demikian sekali lagi dijelaskan bahwa pada dasarnya, sebuah sistem merupakan suatu unit yang mempunyai bagian-bagian yang saling tergantung dan mempunyai satu tujuan.
3.3.
Sistem Informasi
3.3.1
Definisi Sistem Informasi 3 Suatu sistem informasi dapat didefinisikan secara teknis sebagai satuan
komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (atau mendaatkan kembali), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan kendali dalam suatu organisasi. Sebagai tambahan terhadap pendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan kendali, sistem informasi dapat juga membantu para manajer dan karyawan untuk meneliti permasalahan, memvisualisasikan pokok-pokok yang kompleks, dan menciptakan produk baru. Tiga aktivitas dalam suatu sistem informasi menghasilkan informasi yang diperlukan oleh organisasi adalah input, pengolahan, dan output seperti yang terlihat pada Gambar 3.7. Input menangkap atau mengumpulkan data mentah dari 3
Kenneth C. Laudon, Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. hal 9-11.
Universitas Sumatera Utara
dalam organisasi atau dari lingkungan eksternalnya. Pengolahan mentransfer baris-baris masukan ke dalam format yang lebih mengandung arti. Output mengalihkan
informasi
yang
diproses
kepada
orang-orang
yang
akan
menggunakannya atau kepada aktivitas yang membutuhkannya. Sistem informasi juga memerlukan umpan balik, yaitu output yang dikembalikan ke anggotaanggota organisasi yang bersangkutan untuk mengevaluasi atau mengoreksi tahap input.
Gambar 3.7. Fungsi dari Sistem Informasi
3.4.
Sistem Informasi Manajemen
3.4.1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen 4 Sistem informasi manajemen adalah jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu organisasi dan disatukan apabila dipandang perlu dengan maksud memberikan data kepada manajemen setiap waktu diperlukan, baik data yang bersifat intern maupun yang bersifat ekstern untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 4
Kenneth C. Laudon, Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. hal 58-59.
Universitas Sumatera Utara
SIM adalah sebuah sistem informasi keorganisasian yang mendukung bukan hanya operasi tetapi juga mendukung proses-proses manajemen. Karena setiap SIM akan melaksanakan pengolahan transaksi sebagai salah satu unsurnya, maka sebuah sistem pengolahan data yang agak biasa dapat disebut sebagai SIM bila disertai database sederhana, kemampuan menemukan kembali satu atau dua model perencanaan atau keputusan. Gagasan sistem informasi untuk mendukung manajemen dan pengambilan keputusan telah ada sebelum dipakainya komputer, yang memperluas kemampuan pengorganisasian untuk menerapkan sistem semacam itu. Perluasan kemampuan tersebut sedemikian menyolok sehingga SIM dianggap sesuatu yang baru karena baru kini dapat digunakan. Sedemikian eratnya komputer dalam bidang ini sehingga SIM juga disebut sebagai semua sistem informasi berdasarkan komputer yang dirancang untuk memberikan informasi secara tepat kepada manajemen guna mengambil keputusan yang efektif. SIM melayani level manajemen dari organisasi, member laporan-laporan kepada manajemen dan dalam beberapa kasus juga menyediakan akses online ke kinerja organisasi dan catatan historisnya. Biasanya, SIM mengarah hamper secara eksklusif kepada kejadian-kejadian internal, bukan eksternal. Tugas utama SIM adalah merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan pada level manajemen. Umumnya, SIM tergantung pada data yang berasal dari hasil pemrosesan transaksi sebagai gerbang inputnya. SIM merangkum dan menyusun laporan pada operasi dasar perusahaan. Data transaksi dasar dari SPT dikompresi dan biasanya ditampilkan dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
laporan panjang yang dibuat dalam jadwal regular. Biasanya, SIM memberikan laporan yang dibutuhkan secara per minggu, per bulan, dan per tahun, tidak secara aktivitas harian. SIM menyediakan jawaban atas pertanyaan rutin khusus dan telah memiliki prosedur dasar yang sudah ditentukan untuk menjawabnya. Sistem ini biasanya tidak fleksibel dan hanya memiliki sedikit kemampuan analisis. Sebagian besar SIM menggunakan rutin sederhana seperti rangkuman dan perbandingan. Sesuai dengan makna istilahnya, sistem informasi manajemen harus ditinjau dengan pendekatan sistem. Hal ini berarti manajemen itu sendiri yang proses informasinya berlangsung harus dilihat sebagai sistem, dalam hal ini βtotal systemβ. Dengan demikian, maka sistem informasi manajemen merupakan salah satu subsistem dari sekian banyak subsistem yang tercakup oleh total sistem tersebut. Dalam prosesnya menuju tujuan yang telah ditetapkan organisasi, manajemen sebagai total sistem selain dipengaruhi oleh subsistem yang merupakan aspek dalam manajemen juga dipengaruhi oleh suprasistem, yaitu faktor-faktor di luar manajemen. Meskipun pada subsistem dalam suatu organisasi dengan manajemennya itu terdapat fungsionalisasi dan spesialisasi, keseluruhan subsistem harus bergerak menuju satu arah, yaitu tujuan yang sudah ditetapkan untuk dicapai. Karena dampak subsistem ini besar sekali dalam keseluruhan sistem, maka gerak subsistem perlu diawasi sehingga tidak menyeleweng dari jalur. Semikian pula, karena suprasistem yang merupakan faktor luar manajer kuat sekali dampaknya, maka setiap manajer yang bertanggung jawab harus peka dan tangggap terhadap
Universitas Sumatera Utara
setiap gejala yang datangnya dari luar. Di sinilah diperlukan informasi yang harus dikelola secara sistematis karena informasi bukan saja diperlukan secara efektif dan efisien dari puncak organisasi ke bawah secara timbal balik, tetapi juga keluar organisasi secara timbal balik.
3.4.2. Tujuan Sistem Informasi Manajemen 5 Adapun tujuan dari SIM adalah untuk mengintegrasikan semua sistem informasi dalam organisasi dan untuk memonitor kegiatan-kegiatan dalam perusahaan agar diketahui apakah kegiatan tersebut tetap seimbang. Sebagai contoh, SIM yang baik dapat digunakan untuk memonitor penjualan harian di setiap daerah pemasaran, untuk membandingkannya dengan angka-angka persediaan pada masing-masing daerah, untuk meninjau jadwal produksi setiap pabrik, dan memberikan laporan harian yang memperlihatkan apakah produksi harus dikurangi atau ditingkatkan, dan apakah harus diturunkan untuk meningkatkan permintaan. Dalam praktek, tentunya SIM dapat lebih memadai memonitor informasi dari fungsi-fungsi yang lebih banyak lagi.
3.4.3. Karakteristik Sistem Informasi Manajemen 6 Berikut karakteristik SIM guna mendapatkan sinyal yang lebih dini tentang keberadaan dan kondisi SIM di organisasi:
5 6
Vincent Gaspersz, Sistem Informasi Manajemen, Armico, Jakarta, 1988. hal 17-18 Tata Subatri, Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Andi, Jakarta, 2003.
Universitas Sumatera Utara
1.
SIM membantu manajer secara terstruktur pada tingkat operasional dan tingkat kontrol saja. Meskipun demikian, SIM dapat digunakan pula sebagai alat untuk perencanaan bagi staf yang sudah senior.
2.
SIM didesain untuk memberikan laporan operasional sehari-hari sehingga dapat memberi informasi untuk mengontrol operasi tersebut dengan lebih baik.
3.
SIM sangat bergantung pada keberadaan data organisasi secara keseluruhan, serta bergantung pada alur informasi yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
4.
SIM biasanya tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah. Kemampuan untuk menganalisis masalah terletak pada Decision Support Systems.
5.
SIM biasanya berorientasi pada data yang sudah terjadi atau data yang sedang terjadi, bukan data yang akan terjadi, seperti forecasting.
6.
SIM juga berorientasi pada data di dalam organisasi disbanding data dari luar organisasi. Oleh karena itu, informasi yang dibutuhkan oleh SIM adalah informasi yang sudah diketahui formatnya serta relatif stabil.
7.
SIM biasanya tidak fleksibel karena bentuk laporan-laporan yang dihasilkan banyak sudah dipersiapkan sebelumnya. Beberapa SIM memiliki kemampuan agar manajer dapat membuat laporannnya sendiri, tetapi data yang dibutuhkan manajer tersebut telah ada dan sudah disiapkan lebih dahulu. Sebagaimana problematika yan disebutkan di atas, SIM membutuhkan
perencanaan yang sangat matang dan panjang, sambil memperhitungkan perkembangan organisasi di masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
3.5.
Business Process Reengineering 7 Sebelum melakukan perancangan sistem informasi manajemen, perlu
dilakukan perbaikan prosedur dan proses bisnis yang diterapkan perusahaan dengan menggunakan BPR. BPR merupakan filosofi perbaikan/penyempurnaan. BPR bertujuan mencapai perbaikan-perbaikan langkah dalam kinerja dengan mendesain ulang proses-proses dimana organisasi beroperasi, memaksimumkan kandungan nilai tambahnya dan meminimumkan kandungan tak bernilai tambah. Pendekatan ini dapat diterapkan untuk level proses individual maupun untuk organisasi secara keseluruhan. Gagasan BPR lebih dipopulerkan oleh Michael Hammer dalam artikelnya βReengineering Work: Donβt Automate-Obliterateβ. Ia menyarankan bahwa organisasi perlu memikirkan ulang bisnisnya dengan mempergunakan kesempatan yang ditimbulkan oleh teknologi informasi baru. Ia memperkuat kembali pesan bahwa sebelum menerapkan teknologi informasi, pertama kali organisasi harus yakin bahwa prosesnya sudah benar. Hammer membantu mempromosikan pesan BPR ke seluruh dunia dan telah melakukan banyak hal untuk menjadikan topic tersebut sebagai perhatian semua level manajemen sampai level yang paling senior dalam bisnis. Otomatisasi aliran kerja berkaitan erat dengan BPR karena otomatisasi merupakan jenis khusus sistem komputer yang berusaha mengkoordinasikan berbagai aktivitas. Aliran kerja dimulai dengan memeriksa dokumen, formulir bisnis, dan informasi lain yang melewati jalannya menuju organisasi. Prosedur ini 7
Joe Peppard & Philip Rowland, The Essence of Business Process Reengineering, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1994. hal 22, 169-172.
Universitas Sumatera Utara
memperlambat aktivitas perusahaan dan menambah biaya. Rute baru dibangun dan satu sistem aliran kerja diinstal untuk membawa informasi dengan segera ke bagian yang tepat baik dalam bentuk gambar digital faktur atau surat elektronik dari pelanggan. Perangkat lunak aliran kerja membuat pergerakan dokumen menjadi otomatis, mengeliminasi kebutuhan orang untuk menetapkan siapa yang harus mendapatkan informasi berikutnya, mempersingkat waktu perjalanan, dan menghindari rute yang salah. Sistem tersebut dapat juga deprogram untuk mengirim dokumen sepanjang jalur berbeda, tergantung pada isinya. Untuk mempermudah proses BPR, aliran kerja (proses bisnis) dapat digambarkan dengan menggunakan Business Process Modelling Notation (BPMN) yang dituangkan ke dalam bentuk Business Process Diagram (BPD).
3.5.1. Business Process Diagram Business Process Modeling Notation (BPMN) merupakan notasi yang menggambarkan langkah-langkah logis dalam proses bisnis. Notasi ini dirancang untuk mengkoordinasikan urutan proses yang mengalir di antara pengguna aktivitas yang berbeda. BPMN ini memiliki keunggulan sebagai berikut: 1. BPMN merupakan notasi untuk memodelkan standar proses yang diterima secara internasional sehingga dapat dimengerti oleh setiap orang dalam organisasi. 2. BPMN dapat digunakan untuk semua metodologi dalam memodelkan proses. 3. BPMN menciptakan jembatan standar yang mengurangi perbedaan antara proses bisnis dengan implementasinya.
Universitas Sumatera Utara
Diagram yang berisikan BPMN ini dinamakan Business Process Diagram (BPD). BPD merupakan diagram yang mengacu pada teknik flowchart yang dirancang sedemikian rupa sehingga semua aktivitas dapat mengambil tempat selama proses berlangsung. Elemen-elemen yang digunakan dalam BPD adalah sebagai berikut: 1. Peristiwa (event) yang terjadi pada saat tertentu dalam proses bisnis yang akan mempengaruhi aliran proses dan biasanya memiliki penyebab dan akibatnya. Simbol untuk peristiwa ini dapat dilihat pada Gambar 3.8
. Gambar 3.8. Simbol Peristiwa 2. Aktivitas (activity) merupakan proses yang dilakukan sebagai bagian dari proses bisnis. Simbol untuk aktivitas dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9. Simbol Aktifitas 3. Keputusan (Decision) merupakan elemen model yang digunakan untuk mengendalikan keputusan dalam proses bisnis. Simbolnya dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10. Simbol Keputusan 4. Penghubung (Connection) merupakan elemen yang menghubungkan dua objek dalam aliran proses. Simbol penghubun ini dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Simbol Penghubung 5. Swimlanes yang digunakan untuk mengelompokkan aliran proses ke dalam kategori yang berbeda sesuai dengan fungsi masing-masing. Simbolnya dapat dilihat pada Gambar 3.12
.
Gambar 3.12. Simbol Swimlanes
3.6.
Langkah-Langkah Perancangan Sistem Informasi 8 Langkah-langkah perancangan sistem (Systems Development Life Cycle /
SDLC)
berfungsi
untuk
menggambarkan
tahapan-tahapan
utama
dalam
mengembangkan sistem informasi yang terbagi menjadi: 1. Perancangan Model 2. Perancangan Output 3. Perancangan Input 8
Jogiyanto, Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. hal 211-249.
Universitas Sumatera Utara
4. Perancangan Database a. Perancangan File b. Perancangan ERD 5. Perancangan Teknologi a. Perangkat Keras (Hardware) b. Perangkat Lunak (Software) c. Teknisi (Humanware)
3.6.1. Perancangan Model Analisis sistem dapat mendesain model dari sistem informasi yang diusulkan dalam bentuk physical system. 3.6.1.1. Physical System 9 Sketsa dari physical system dapat menunjukkan kepada user bagaimana nantinya sistem secara fisik akan diterapkan. Bagan alir sistem (systems flowchart) merupakan alat yang tepat digunakan untuk menggambarkan physical system. Bagan alir sistem merupakan alat berbentuk grafik yang dapat digunakan untuk menunjukkan urut-urutan kegiatan dari sistem informasi berbasis komputer ini. Simbol-simbol bagan alir sistem ini menunjukkan secara tepat arti fisiknya. Adapun simbol-simbol pada systems flowchart adalah: a. Simbol titik terminal Digunakan untuk menunjukkan awal dan akhir dari suatu proses seperti terlihat pada Gambar 3.13. 9
Jogiyanto, Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. hal 211, 802-803.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.13. Simbol Titik Terminal b. Simbol Dokumen Menunjukkan dokumen input dan output baik untuk manual, mekanik atau komputer. Simbolnya dapat dilihat pada Gambar 3.14.
Gambar 3.14. Simbol Dokumen c. Simbol Kegiatan Manual Menunjukkan pekerjaan manual dengan simbol pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Simbol Kegiatan Manual d. Simbol Proses Menunjukkan kegiatan proses dari operasi komputer yang simbolnya dapat dilihat pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16. Simbol Proses e. Simbol Hard Disk Menunjukkan input/output menggunakan hard disk dengan siymbol yang terlihat pada Gambar 3.17.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.17. Simbol Hard Disk f. Simbol Simpanan (Storage) Menunjukkan suatu simpanan dengan simbol yang terlihat pada Gambar 3.18.
Gambar 3.18. Simbol Simpanan (Storage) 3.6.2. Perancangan Output 10 Output (keluaran) adalah produk dari sistem informasi yang dapat dilihat. Output dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe, yaitu output intern (internal output). Output intern adalah dimaksudkan untuk mendukung kegiatan manajemen yang tetap tinggal di dalam perusahaan dan akan disimpan atau dimusnahkan bila sudah tidak digunakan lagi. Output ektern adalah output yang akan didistribusikan kepada pihak luar yang membutuhkannya. Perancangan output secara umum meliputi: 1. Menentukan kebutuhan output sistem baru Output ditunjukkan oleh arus data dari suatu proses ke satuan luar atau dari satu proses ke proses yang lainnya. 2. Menentukan parameter output
10
Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. hal 213-217.
Universitas Sumatera Utara
Parameter output meliputi tipe output (intern atau ekstern), format, dan media yang digunakan (hardcopy atau softcopy), distribusi, dan periode output.
3.6.3. Perancangan Input Input dapat dikelompokkan ke dalam 2 tipe, yaitu input ekstern (external input) dan input intern (internal input). Input ekstern adalah input yang berasal dari luar organisasi seperti faktur pembelian, kwitansi-kwitansi dari luar organisasi. Input intern adalah input yang berasal dari dalam organisasi misalnya faktur penjualan, order penjualan dan lain sebagainya. Langkah-langkah perancangan input adalah: 1. Menentukan kebutuhan input dari sistem baru Input di DFD ditunjukkan oleh arus data dari suatu proses ke kesatuan luar atau ke suatu proses dan bentuk tampilan input yang ditunjukkan oleh suatu proses memasukkan data. 2. Menentukan parameter dari input Parameter ini meliputi yaitu bentuk dari input, sumber input, format input.
3.6.4. Perancangan Basis Data
Database adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di simpanan luar komputer dan digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya. Database merupakan salah satu komponen penting dalam sistem informasi karen berfungsi sebagai basis penyedia informasi bagi para pemakainya. Langkah-langkah dalam perancangan database adalah : 1. Menentukan kebutuhan file database untuk sistem baru
Universitas Sumatera Utara
2. Pembuatan ERD (Entity Relationship Diagram)
3.6.4.1. Perancangan File 11 File yang dibutuhkan dapat ditentukan dari DFD sistem baru yang telah dibuat. Setelah file-file yang dibutuhkan telah dapat ditentukan, maka parameter file selanjutnya juga dapat ditentukan. File merupakan kumpulan dari record-record yang sejenis dan mempunyai elemen yang sama, atribut yang sama, namun berbeda data value-nya. Di dalam basis data, istilah yang lebih tepat digunakan untuk suatu file adalah entitas.
3.6.4.2. Perancangan ERD 12 Perancangan basis data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Entity Relationship atau teknik normalisasi. Teknik ini merupakan salah satu model data yang dikembangkan berdasarkan pada obyek. Teknik Entity Relationship merupakan suatu cara untuk menjelaskan kepada para pemakai tentang hubungan antar data dalam basis data secara logik dengan persepsi bahwa dunia nyata terdiri dari obyek-obyek dasar yang saling berhubungan dengan cara memvisualisasikan ke dalam bentuk simbol grafis. Perancangan dengan teknik ini akan menghasilkan sebuah diagram yang dinamakan ERD (Entity Relationship Diagram) yang berfungsi untuk menggambarkan hubungan antar entitas dalam suatu sistem. Sedangkan teknik normalisasi diterapkan dalam perancangan basis data dalam model basis data relasional. ERD adalah suatu model jaringan yang menggunakan susunan data 11
Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. hal 217-220. Al-Bahra Bin Ladjamudin, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005. hal 142-148. 12
Universitas Sumatera Utara
yang disimpan dalam sistem secara abstrak dan menekankan pada struktur relationship data. Elemen-elemen dari ERD adalah sebagai berikut: 1. Entitas (Entity) Pada ERD, entitas digambarkan dengan sebuah kotak persegi panjang. Entitas adalah sesuatu yang terdapat di dalam sistem, baik nyata maupun abstrak. Entitas diberi nama dengan kata benda. 2. Hubungan (Relationship) Pada ERD, hubungan dilambangkan dengan bentuk belah ketupat. Relationship adalah hubungan alamiah yang terjadi di antara entitas. Pada umumnya, hubungan diberi nama dengan kata kerja sehingga memudahkan pembacaan relasinya. 3. Atribut Secara umum, atribut adalah sifat atau karakteristik dari setiap entitas atau setiap relationship. Ada dua jenis nilai atribut, yaitu: a. Identifier (key) digunakan untuk menunjukkan suatu entitas yang unik (primary key). b. Descriptor
(nonkey
attribute)
digunakan
untuk
menspesifikasikan
karakteristik dari suatu entitas yang tidak unik. 4. Kardinalitas (Cardinality) Kardinalitas relasi menunjukkan jumlah maksimum tupel yang dapat berelasi antara satu entitas dengan entitas yang lain. Terdapat 3 macam kardinalitas relasi, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. One to One Tingkat hubungan satu ke satu ini dinyatakan dengan satu kejadian pada entitas pertama hanya mempunyai satu hubungan dengan satu entitas kedua, demikian pula sebaliknya. b.
One to Many atau Many to One Tingkat hubungan satu ke banyak sama dengan hubungan banyak ke satu. Tergantung dari mana hubungan tersebut dilihat. Satu kejadian pada entitas pertama mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas kedua. Sebaliknya, satu kejadian pada entitas kedua hanya mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas pertama.
c. Many to Many Tingkat hubungan ini terjadi jika tiap kejadian pada sebuah entitas mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas lainnya, baik dilihat dari sisi entitas pertama maupun sisi entitas kedua. 3.6.5. Perancangan Teknologi 13 Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdir dari 3 bagian utama, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan perangkat teknisi (humanware atau brainware). 1. Perangkat Keras (Hardware)
13
Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005. hal 220-231.
Universitas Sumatera Utara
Teknologi perangkat keras komputer dapat terdiri dari alat masukan, alat pemroses, alat output dan simpanan luar. 2. Perangkat Lunak (Software) Teknologi yang canggih dari perangkat keras akan berfungsi bila instruksiinstruksi tertentu telah diberikan kepadanya. Instruksi-instruksi tersebut disebut dengan perangkat lunak (software). Instruksi-instruksi perangkat lunak ditulis oleh manusia untuk mengaktifkan fungsi dari perangkat keras komputer. Perangkat lunak dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian, yaitu perangkat lunak sistem operasi (operating system), perangkat lunak bahasa (language software), dan perangkat lunak aplikasi (aplication software).
3. Perangkat Teknisi (Humanware atau Brainware) Brainware dapat berupa orang-orang yang mengetahui teknologi dan membuatnya dapat beroperasi. Teknisi tersebut dapat berupa operator komputer.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian pada tugas akhir ini adalah penelitian perancangan.
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan rancangan sistem informasi perawatan berbasis komputer untuk penjadualan perawatan preventif dan penanganan/perbaikan kerusakan mesin.
4.2.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Hadi Baru yang berlokasi di jalan Medan β
Binjai Km 16,75, Desa Sumber Melati, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
4.3.
Kerangka Konseptual Penelitian dimulai dari analisis terhadap proses bisnis pada kegiatan aktual
perawatan mesin di PT. Hadi Baru yang kemudian dilanjutkan dengan identifikasi kebutuhan pada kegiatan perawatan mesin di PT. Hadi Baru. Setelah didapatkan kebutuhan dan model proses pelayanan kegiatan perawatan maka dirancang model kegiatan perawatan preventif berdasarkan studi literatur perawatan mesin dan model sistem informasi untuk mendapatkan perancangan sistem perawatan mesin yang berbasis komputer.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.
Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah struktur organisasi yang
yang berkaitan dengan aliran informasi serta kegiatan perusahaan terhadap perawatan mesin yang dilakukan yang didapat dari hasil observasi, wawancara dan analisis sistem terkait. Data selanjutnya adalah data historis kerusakan mesin, pergantian part mesin yang dilakukan, lama perbaikan dari periode Januari 2012 sampai Agustus 2012.
5.1.1. Struktur Organisasi Berikut gambaran struktur organisasi PT. Hadi Baru yang berhubungan dengan aliran informasi di bagian perawatan mesin
5.1.2.
Sistem Perawatan Mesin Aktual Sistem perawatan perusahaan mesin saat ini masih bersifat perawatan
korektif dan tidak terjadwal dimana hanya dilakukan perbaikan atau pergantian komponen apabila telah mengalami kerusakan. Berikut diuraikan data historis kerusakan mesin dan uraian prosedur perawatan mesin yang dilakukan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.3. Uraian Prosedur Perawatan Mesin Aktual Adapun uraian kegiatan dan aliran informasi yang dilakukan pada tiap departemen yang berkaitan dengan pelaksanaan perawatan mesin adalah sebagai berikut: 1. Kerusakan Komponen Mesin Operator mesin yang sedang mengoperasikan mesin melaporkan adanya kerusakan kepada kepala produksi apabila terjadi masalah kerusakan maupun menurunnya performa mesin produksi. Setelah itu, kepala produksi akan berkoordinasi dengan kepala bagian mekanik untuk menginformasikan adanya masalah tersebut. 2. Identifikasi Kerusakan Mesin Kepala Mekanik segera menanggapi laporan dari kepala bagian produksi dan segera berkoordinasi dengan mekanik untuk mengidentifikasi kerusakan
mesin.
Identifikasi
kerusakan
mesin
dilakukan
untuk
mengetahui suku cadang mesin yang bermasalah. Selanjutnya, kepala mekanik melaporkan hasil identifikasi yakni jenis suku cadang dan jumlah yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin agar dapat dioperasikan kembali. Kepala mekanik akan mengisi form untuk permintaan suku cadang ke bagian pembelian. 3. Penyediaan Suku Cadang a. Staff pembelian akan memeriksa ketersediaan suku cadang, apabila suku cadang tersedia maka akan segera dikoordinasikan ke bagian kepala mekanik dan mengisi form pengambilan suku cadang yang
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan kepada kepala bagian pembelian. Selanjutnya kepala mekanik akan menginformasikan lama pelaksanaan perawatan mesin kepada kepala bagian produksi b. Jika suku cadang tidak tersedia maka staff pembelian akan mengisi form permintaan pembelian suku cadang yang biaya dan jumlah yang diinginkan
disesuaikan
dengan
permintaan
kepala
mekanik.
Selanjutnya form permintaan pembelian suku cadang akan diserahkan kepada bagian keuangan untuk diproses. c. Kepala bagian keuangan akan memeriksa form yang diserahkan oleh bagian pembelian. Jika disetujui maka bagian keuangan mencairkan dana untuk pembelian tersebut. d. Selanjutnya bagian pembelian melakukan pembelian suku cadang yang setelah tersedia akan dikonfirmasikan kepada kepala mekanik 4. Pelaksanaan pergantian suku cadang Setelah suku cadang tersedia, maka mekanik segera melakukan perbaikan dan setelah selesai mekanik akan menuliskan laporan mengenai data waktu pergantian dan lama pergantian serta komponen yang dilakukan dalam form laporan pelaksanaan perawatan maupun pergantian suku cadang mesin. Berikut proses bisnis yang menggambarkan aliran informasi kegiatan pelaksanaan perawatan dilakukan perusahaan yang dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Universitas Sumatera Utara
5.2.1. Pengujian Pola Distribusi Pengujian pola distribusi dilakukan terhadap komponen-komponen mesin yang kritis. Komponen tersebut adalah pisau potong, VbeltC98x6, rantai gigi roda, pully conveyor, spurknife. Interval kerusakan komponen diuji menggunakan 5 pola distribusi yaitu normal, exponensial, lognormal, gamma dan weilbull. Pengujian ini dilakukan dengan software Easy Fit Professional 5.5. Goodness of fit yang digunakan adalah Uji kolomogrov-smirnov. Uji ini digunakan untuk melihat kesesuaian/kecocokan antara distribusi teoritis dan distribusi data yang teramati.
5.2.2. Perhitungan Total Minimum Downtime Downtime diartikan sebagai waktu suatu komponen dalam sistem tidak dapat digunakan lagi sehingga fungsi sistem tersebut tidak bisa berjalan. Untuk itu ditentukan prinsip pendekatan total minimum downtime untuk menekan periode kerusakan sampai batas minimum dalam menentukan keputusan pergantian komponen atau interval pergantian komponen. Waktu yang diperlukan untuk mengganti komponen apabila terjadi kerusakan disimbolkan dengan Tf, dan waktu yang diperlukan untuk mengganti komponen berdasarkan interval waktu (tindakan preventif) disimbolkan sebagaiTp
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Reliability Aktual Nilai reliability komponen dengan metode perawatan aktual (korektif) dapat dihitung dengan rumus: R(t) = 1-F(t).
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PERANCANGAN SISTEM
6.1.
Perancangan Model Perancangan model ini terdiri dari perancangan physical system,
perancangan struktur sistem dan perancangan logical model. Sebelum dilakukan perancangan model maka terlebih dahulu dilakukan analisis kebutuhan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dalam rancangan sistem yang akan dibangun.
6.1.2. Perancangan Physical System Pada perancangan physical system dihasilkan model pelayanan dan model operasional dalam kegiatan pelaksanaan perawatan mesin di PT. Hadi Baru. Model pelayanan menggambarkan pelayanan informasi yang didasarkan atas analisis kebutuhan yang dilakukan. Adapun rancangan model pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Penjadualan perawatan rutin yang terkomputerisasi Bagian bengkel dan bagian produksi secara terkoordinasi memantau jadual perawatan mesin yang sudah dimasukkan dalam basis data pada perangkat lunak aplikasi maintenance. Kedua departemen ini dapat secara sinkron mempersiapkan keperluan dan mengatur hal-hal yang menyangkut perawatan mesin. Bagian bengkel, bagian pembelian dan keuangan secara berkala memeriksa ketersediaan stok suku cadang dan laporan pergantian yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pada perangkat lunak aplikasi maintenance yang dibuat. Hal ini untuk menjaga agar suku cadang selalu tersedia pada waktu yang dibutuhkan, membuat efektifias informasi dalam kaitannya mengambil keputusan untuk membeli suku cadang. 2. Prosedur penanganan pada kegagalan komponen Bagian perawatan segera menganalisis kegagalan komponen yang terjadi di luar prediktif untuk memutuskan apakah dilakukan perbaikan atau pergantian komponen. Kegiatan yang dilakukan akan dimasukkan pada basis data pada aplikasi perangkat lunak. Bila terjadi perbaikan maka kegiatan yang meliputi pelaksanaan kegiatan tersebut akan tersimpan pada basis data dalam bentuk berupa report historis untuk dilakukan penyesuaian terhadap interval pergantian komponen dan informasi aktivitas pelaksanaan perbaikan bagi bagian keuangan. Apabila dilakukan pergantian komponen maka aplikasi akan secara otomatis mengupdate kembali jadual pergantian komponen dan akan tersimpan dalam basis data guna untuk melakukan penyesuaian kembali terhadap penentuan interval pergantian komponen. Aplikasi ini juga menyediakan fitur ouput laporan komponen kritis dimana agar lebih mudah mendapatkan komponen kritis yang berubah setiap periode, dimana komponen kritis ini ditentukan dengan banyak frekuensi perbaikan lebih sama dengan 5 kali.
Universitas Sumatera Utara
6.1.3. Perancangan Struktur Sistem Struktur sistem informasi manajemen pada bagian perawatan mesin PT. Hadi baru adalah sebagai berikut: 1. Input a. Data mesin produksi yang mencakup nama mesin-mesin produksi yang digunakan pada bagian produksi PT. Hadi Baru b. Data suku cadang mesin berupa nama suku cadang, interval pergantian komponen yang dilakukan serta ketersediaan stok suku cadang. 2. Proses Proses transformasi pada sistem informasi pada bagian perawatan mesin ini adalah proses input data, edit data, hapus data dan update data. 3. Ouput Ouput yang dihasilkan berupa basis data yang ditampilkan di monitor atau berupa laporan jadual perawatan mesin yang dapat diupdate, record perawatan mesin dan ketersediaan suku cadang.
6.1.4. Perancangan Logical Model DFD (Data Flow Diagram) Data flow diagram menunjukkan mekanisme informasi pada rancangan program yang dibangun. Adapun usulan rancangan program dapat dilihat sebagai berikut: 1. Diagram Konteks Diagram konteks untuk model perancangan sistem informasi bagian perawatan PT. Hadi Baru
Universitas Sumatera Utara
2. Diagran Level 0 Diagram level nol merupakan hasil perincian dari diagram konteks Berdasarkan model pelayanan dan model operasional maka didapatkan model sistem perawatan berbasis komputer. Adapun uraian proses sistem adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pengecekan pada mesin yang disesuaikan dengan jadual perawatan yang telah dibuat dari penyesuaian manajemen perawatan. Kegiatan ini dimulai dengan pengecekan terhadap komponen mesin lalu dilanjutkan dengan identifikasi kategori kerusakan, apabila mesin termasuk dalam kategori kegagalan maka akan dilanjutkan pada tahap prosedur penanganan kegagalan komponen. Sebaliknya apabila mesin masih dalam keadaan baik maka hanya dilakukan kegiatan recheck. 2. Penanganan kegagalan mesin dilakukan dengan identifikasi kerusakan pada mesin untuk mengetahui komponen yang menjadi penyebab kegagalan. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan komponen yang dibutuhkan (requirement) serta ketersediaannya. Penanganan ini diakhiri dengan tindakan/aksi yang akan tersimpan dalam record database sistem 3. Proses penyesuaian yakni bagian dari manajemen perawatan adalah penentuan interval pergantian komponen menerima input dari teknisi berupa data historis pergantian komponen dari proses penanganan kegagalan pada mesin yang dilakukan dan data historis pengecekan sesuai dengan jadual preventive yang telah dibuat. Output dari proses ini adalah informasi interval pergantian komponen.
Universitas Sumatera Utara
4. Sistem juga menyediakan informasi pelaksanaan kegiatan perawatan dan ketersediaan komponen yang akan diterima oleh bagian teknisi/perawatan, produksi, pembelian, dan keuangan 5. Proses pembelian komponen yakni bagian pembelian menerima informasi ketersediaan stok lalu melakukan suatu keputusan untuk membeli komponen. 6. Kemudian laporan kegiatan perawatan yang mencakup yang dikeluarkan sebagai bentuk report atau laporan kepada bagian keuangan untuk menjadi bahan untuk membuat keputusan dalam pengeluaran biaya untuk penugasan operasional perawatan.
Universitas Sumatera Utara
6.2.
Perancangan Output Output yang dibutuhkan setiap user adalah sebagai berikut: 1. Print Out laporan pelaksanaan perawatan Arus Data
: Data dari bagian perawatan ke manager dan bagian
produksi Penjelasan
: Data penjelasan pelaksanaan perawatan
Struktu Data :Tanggal, nama mesin, nama komponen, jumlah komponen, keterangan kerusakan, lama perbaikan 2. Print Out jadual perawatan Arus data
: Dari bagian perawatan ke bagian produksi
Penjelasan
: Perawatan yang dilakukan terhadap mesin produksi
Struktur data : Nama mesin, komponen mesin, tanggal pergantian terakhir, tanggal pergantian selanjutnya, jumlah komponen, lama perbaikan.
6.4.
Perancangan Database Entitas dari setiap file basis data dapat dilihat pada Gambar 6.22. berikut
Universitas Sumatera Utara
Tabel_data mesin
Tabel_data record
ID_mesin Nama_mesin Fungsi_mesin Tahun pembuatan_mesin Spesifikasi_mesin Pabrikan_mesin
ID_mesin Nama_mesin ID_komponen Nama_komponen Stok_terpakai Tgl_pergantian terakhir Tgl_pergantian sleanjutnya Keterangan_pergantian
Tabel_data komponen ID_mesin ID_komponen Nama_komponen Spesifikasi_komponen Stok_komponen Tabel_data maintenance ID_mesin ID_komponen Intervalpergantian_komponen Lamaperbaikan_komponen Tgl_pergantian terakhir Tgl_pergantian selanjutnya
Gambar 6.22. Entity Relationship Diagram
6.5.
Perancangan Teknologi
6.5.1. Perangkat Keras Teknologi perangkat keras komputer dapat terdiri dari: 1.
Alat masukan (input) Alat masukan adalah alat yang digunakan untuk menerima masukan dan juga untuk memasukkan program. Alat masukan yang digunakan adalah: a. Keyboard b. Mouse
Universitas Sumatera Utara
2. Alat pemroses Alat pemroses merupakan alat pengolah instruksi program yang dimasuukkan melalui alat input. Alat pemroses yang digunakan adalah: a. CPU (Central Processing Unit) b. Main memory yang terdiri dari Random Access Memory (RAM) dan Read Only Memory (ROM) 3. Alat output Alat output yang digunakan adalah printer
Universitas Sumatera Utara
BAB VII HASIL DAN PEMBAHASAN
7.1.
Hasil Perancangan Sistem Informasi Rancangan sistem informasi ini didesain dengan fungsi pembaharuan
terkini dalam jadual pergantian komponen-komponen mesin produksi sebagai suatu bentuk perawatan preventive untuk kegiatan pengecekan secara rutin maupun dalam penanganan kegagalan komponen. Adapun tampilan form aplikasi pada tahapan kegiatan pengecekan secara rutin dan penanganan kegagalan komponen diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan pengecekan secara rutin Pada saat pengecekan bagian perawatan akan memantau jadual perawatan yang telah dibuat dan dimasukkan ke dalam program yang disajikan pada form jadual perawatan. Dalam form jadual perawatan juga terlihat stok komponen yang masih tersedia. Bagian perawatan dapat melihat mesin beserta komponen-komponen di dalamnya dari form data mesin dan komponen. 2. Penanganan kegagalan komponen Pada saat terjadi kegagalan bagian perawatan akan melihat kebutuhan akan komponen (requirement) yang telah disajikan pada form jadual perawatan maupun form data mesin dan komponen. Kemudian melakukan pergantian atau perbaikan yang dapat dilihat pada form perbaikan. Form ini menyediakan fitur untuk aktivitas perawatan yang dilakukan antara lain informasi mengenai
Universitas Sumatera Utara
stok komponen yang terkait, fitur untuk memasukkan komponen yang terpakai, biaya tambahan pada aktivitas, rentang waktu dan keterangan. 3. Pengecekan Stok Minimum Pada rancangan pelayanan sistem informasi ini juga disediakan fitur berupa gridview daftar komponen kritis di bawah stok minimum, dimana dibuat kebijakan bahwa stok minimum yang lebih kecil sama dengan 2 ditampilkan. Interkoneksi Penyampaian Informasi Interkoneksi penyampaian informasi berupa report untuk bagian keuangan, pembelian dan produksi. Adapun uraian mengenai interkoneksi penyampaian informasi sebagai berikut: a. Laporan jadual perawatan Output berupa laporan jadual perawatan untuk bagian produksi dan perawatan agar kedua bagian dapat secara sinkron memantau jadual perawatan selanjutnya yang akan dilakukan dan selalu terbaharukan (update
Universitas Sumatera Utara
b. Laporan perbaikan atau penggantian komponen Output laporan ini berguna sebagai hasil informasi pergantian komponen yang telah dilakukan. Informasi mengenai jenis mesin, komponen mesin, dan tanggal dimana dilakukannya pergantian. Hal ini diperlukan sebagai untuk melakukan update secara periodik dalam penentuan interval penggantian komponen sebagai bentuk jadual preventif dan perhitungan reliability. Kegiatan bagian pembelian dalam kaitannya mengatur jumlah ketersediaan komponen. Adapun form yang digunakan untuk menyimpan data dan menyajikan informasi mengenai tentang data supplier komponen. Apabila akan menambahkan data supplier dapat dilakukan dengan fitur tambah yang kemudian mengarahkan kepada form penambahan data supplier Untuk melihat ketersediaan komponen yang terkait bagian pembelian dapat menggunakan fitur pada form data stok. Pada form ini dapat dilihat ketersediaan komponen pada setiap mesin beserta supplier dan harganya c. Kegiatan bagian pembelian dalam membeli komponen suku cadang mesin, dalam pembelian suku cadang, bagian pembelian akan memasukkan data pembelian dan secara otomatis jumlah yang dibeli akan mengubah jumlah stok komponen yang dibeli.
Universitas Sumatera Utara
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1.
Kesimpulan Dari hasil perancangan sistem perawatan mesin berbasis komputer pada
PT. Hadi Baru maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Informasi mengenai jadual perawatan preventif lebih mudah diakses sehingga bagian perawatan dapat melaksanakan kegiatan perawatan lebih baik. 2. Data ketersediaan suku cadang lebih mudah diakses sehingga diharapkan persiapan suku cadang dalam kegiatan perawatan mesin dapat berjalan dengan baik. 3. Diharapkan terjadi peningkatan reliability pada komponen kritis dengan usulan jadual perawatan preventif
8.2.
Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya perusahaan dapat memperhatikan kerugian yang disebabkan oleh kegiatan pelaksanaan perawatan yang sekarang dan mencoba menerapkan sistem perawatan yang berbasis komputer ini. 2. Sebaiknya perusahaan menambahkan atau melakukan bimbingan untuk menghasilkan seorang staf ahli sistem informasi dalam struktur organisasi perusahaan
Universitas Sumatera Utara