BAB III LANDASAN TEORI
3.1
Definisi Investasi Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu
mempunyai harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut. Investasi dalam aktiva tetap bersifat jangka panjang, dana yang tertanam di dalamnya akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Suad Husnan dan Suwarsono (2008:5) bahwa karakteristik dasar suatu investasi umumnya memerlukan pengeluaran-pengeluaran saat ini untuk memperoleh suatu manfaat yang cukup layak di masa yang akan datang. Menurut Jones, C.P (2007:3) investasi adalah suatu kekayaan harus menghasilkan nilai yang lebih saat dihitung pada akhir periode investasi. Pengertian investasi mengandung arti : (1) Menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan demi meningkatkan kemampuan menambah atau menciptakan nilai hidup (penghasilan atau kekayaan) di masa mendatang. (2) Mengelola sumber daya (faktor produksi) yang ada sekarang untuk diperoleh manfaat dimasa yang akan datang. Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dasar dari investasi adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan pada saat ini untuk memperoleh hasil yang diharapkan di masa yang akan datang. Keputusan yang berkaitan
dengan
pelaksanaan
investasi
atau
penanaman
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
modal
akan
16
menimbulkan konsekuensi bagi perusahaan dalam jangka panjang, oleh karena itu pihak pengambil keputusan investasi perlu menerapkan suatu pedoman atau strategi yang cermat dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya.
3.2
Teori Investasi Investasi adalah komitmen saat ini atas penggunaan sejumlah uang atau
harta dalam bentuk lain yang diharapkan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang (Bodie, et. al., 2007 :2) Secara umum investasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu investasi riil dan investasi finansial. Investasi riil misalnya membeli tanah, bangunan, mesin, dan pengetahuan yang dapat di gunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Sementara investasi finansial dapat berupa saham, obilagasi, dan kontrak-kontrak tertulis lainnya (Bodie, et al., 2007:2) Sukmalana (2008: 439) mengatakan bahwa salah satu langkah kebijakan dalam operasi perusahaan adalah pengendalian terhadap keseimbangan investasi baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Keseimbangan ini adalah pengendalian terhadap kebutuhan penyediaan dana dan tingkat resiko, agar tidak mempengaruhi aktivitas usaha dan kerugian. Investasi yang dilakukan dalam jangka panjang oleh suatu perusahaan adalah investasi dalam bentuk aktiva tetap yang memiliki jangka waktu lebih dari lima tahun. Kebijakan dalam keputusan investasi jangka panjang ini menjadi tugas penting bagi manager keuangan dalam pengendalian keuangan. Keputusan investasi merupakan kebijakan keuangan yang dilakukan untuk mendukung pencapaian
tujuan
perusahaan,
yaitu
pengembangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
peningkatan
17
kemakmuran para investor dan nilai perusahaan. Hal yang menjadi pertimbangan selain keputusan investasi dan keputusan pembiayaan yaitu adanya tiga aspek yaitu : periode waktu pengambilan, cash flow dan penentuan kelayakan terhadap proyek. Untuk menentukan efektifitas dalam keputusan dan menilai proyek dibutuhkan kecermatan menilai bebagai faktor yang menyangkut periode waktu dan tingkat pengembalian. Hal ini penting dalam menilai terhadap tingkat kebutuhan investasi dan aliran kas yang relevan dan riil, sehingga apakah keputusan investasi dalam suatu proyek dapat diterima dan layak. Ada beberapa kriteria dalam pengambilan keputusan investasi. Atas dasar masing-masing kriteria tersebut pimpinan perusahaan akan dapat memutuskan, apakah suatu usul investasi itu sebaiknya diterima atau ditolak. Pada dasarnya kriteria investasi dapat digolongkan menjadi dua golongan : a) Kriteria investasi yang berdasarkan pada konsep keuntungan/income dan b) Kriteria investasi yang berdasarkan pada konsep cash flow.
3.3
Penggolongan Investasi Menurut Sukmalana (2008:194), investasi dapat dibedakan menjadi 4
(empat) golongan, yaitu : (1) Investasi yang tidak menghasilkan laba Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi jenis investasi ini bukan laba yang diperoleh, tetapi perjanjian atau peraturan pemerintah serta kemampuan keuangan perusahaan yang akan menentukan jumlah pengeluaran maksimum untuk proyek tersebut. Karena investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
pemerintah atau karena adanya syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, sehingga mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa pertimbangan soal rugi atau laba. Contohnya: pelestarian lingkungan hidup serta pembangunan sosial kemasyarakatan. (2) Investasi yang tidak dapat diukur labanya Investasi jenis ini sulit diukur efektivitas dan efisiensinya, sulit diukur pengaruhnya secara langsung pada kenaikan penghasilan atau penghematan biaya sehingga pengaruhnya terhadap laba sulit diukur dengan teliti. Karena dalam investasi ini meliputi investasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan laba, tetapi laba yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. Contohnya: pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya penelitian dan pengembangan, biaya program latihan dan pendidikan karyawan. (3) Investasi dalam penggantian aktiva tetap Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk penggantian akiva tetap yang ada. Contohnya: suatu aktiva tetap yang telah ada sudah semakin tua, sehingga perlu diganti. Dari pergantian ini diharapkan diperoleh cash inflow yang menguntungkan. (4) Investasi dalam perluasan usaha Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi menjadi lebih besar dari sebelumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
3.4
Sumber Dana Investasi Sumber dana investasi adalah modal yang dijadikan sumber penggunaan
dana untuk membiayai modal investasi dan modal kerja. Menurut Sukmalana (2008), sumber dana investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1)
Sumber dana dari modal asing Sumber dana dari modal asing ini merupakan hutang kepada pihak luar
yang terikat dalam suatu perpanjian pinjaman, yang harus dibayar jumlah pokok pinjaman beserta bunganya dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, penggunaan modal asing harus diperhitungkan biaya dan sumbernya. Adapun sumber modal asing harus diperhitungkan biaya dan sumbernya. Adapun sumber modal asing ini dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: (a)
Modal asing jangka pendek Yaitu modal yang digunakan paling lama satu tahun. Modal ini meliputi kredit penjualan dan kredit wesel.
(b)
Modal asing jangka menengah Yaitu modal yang jangka waktu penggunaannya antara 1-10 tahun. Modal ini meliputi leasing dan kredit investasi kecil.
(c)
Modal asing jangka panjang Yaitu modal yang jangka waktu penggunaannya lebih dari sepuluh tahun. Modal ini meliputi hutang obligasi dan hutang hipotik.
(2)
Sumber modal sendiri Sumber modal jenis ini merupakan modal yang berasal dari pemilik
perusahaan sehingga penggunaannya tidak terikat dengan suatu perjanjian dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
pihak luar. Perusahaan dapat menggunakan modal jenis ini selama masih diinginkan perusahaan. Modal sendiri ini meliputi: (a)
Laba ditahan, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
(b)
Akumulasi depresiasi, yaitu modal yang secara berangsur-angsur bebas dari suatu aktiva tetap melalui penyusutan-penyusutan.
(c)
Cadangan ekspansi, yaitu sejumlah dana yang disediakan untuk keperluan perluasan usaha.
3.5
Capital Budgeting Keputusan investasi adalah pilihan jangka panjang tentang proyek yang
akan menerima investasi, apakah untuk membiayai investasi itu dengan modal sendiri atau hutang. Pada dasarnya mengukur suatu proyek dapat menggunakan penilaian arus kas. Arus kas adalah suatu rencana proyek investasi akan dievaluasi berdasarkan aliran kas yang kan dihasilkan oleh proyek tersebut selama umur proyek, bukan berdasarkan keuntungan yang akan dilaporkan pembukuan. Alasannya keuntungan yang dilaporkan dalam pembukuan belum pasti dalam bentuk kas, sehingga dengan demikian jumlah kas yang akan dihasilkan suatu proyek investasi belum tentu sama dengan jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam pembukuan perusahaan. Oleh karena itu, manfaat atau keuntungan financial yang diharapkan dari suatu proyek investasi akan dinyatakan dalam hubungannya dengan aliran kas, bukannya pendapatan. Perusahaan menginvestasikan kas di saat sekarang dengan harapan akan menerima keuntungan dalam bentuk kas dengan jumlah yang lebih besar dimasa yang akan datang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Menurut Bambang Riyanto (2013:122), setiap usulan pengeluaran modal (capital expenditure) selalu mengandung dua macam aliran kas (cash flow), yaitu: (1) Aliran kas neto (net outflow of cash), yaitu yang diperlukan untuk investasi baru (2) Aliran kas masuk neto tahunan (net annual inflow of cash), yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut “net cash proceeds.
3.6
Kriteria Evaluasi Investasi Ada beberapa metode yang biasa dipakai untuk menilai investasi,
diantaranya : Metode Payback Period, Metode Net Present Value, Metode Internal Rate of Return, Metode Profitability Index. Kriteria yang berdasarkan para konsep income (reported accounting income) biasanya disebut Average Rate of Return (ARR), Accounting Rate of Return (ARR) atau Accounting Return On Investment (AROI). Sedangkan kriteria yang mendasarkan pada konsep cash flow dibedakan lagi dalam : (1) Konsep cash flow yang tidak memperhatikan nilai waktu dari uang, yaitu yang disebut “payback method”. (2) Konsep cash flow yang memperhatikan nilai waktu dari uang, yaitu : a. Discounted Cash Flow (DCF) b. Net Present Value (NPV) c. Internal Rate of Return atau Yield Method (IRR) d. Benefit Cost Ratio (BC Ratio) atau Profitability Index (PI) e. Payback Period f. Capital Rationing
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
3.7
Metode Penelitian Usulan Investasi Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses perencanaan yang
digunakan untuk menentukan suatu investasi jangka panjang, dan metoda yang digunakan dalam penganggaran modal adalah seperti : (1)
Metode Payback Period Payback Period (PBP) adalah untuk megukur lamanya dana investasi yang
ditanamkan kembali seperti semula. Payback period merupakan periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang diterima (Sutrisno,2013:131). Satuan hasilnya adalah satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya).Jika periode payback ini lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka investasi dikatakan menguntungkan, sedangkan jika periode payback lebih lama, maka investasi ditolak (Husnan dan Suwarsono, 2008:206). Metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali, maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas, bukan laba (Husnan dan Suwarsono,2008:206). Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini adalah: (a). Diabaikannya nilai waktu uang (b). Diabaikannya aliran kas setelah periode payback (2)
Metode Net Present Value (NPV) Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai
sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cashflow) di masa yang akan datang. Dan untuk menghitung nilai sekarang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan (Husnan dan Suwarsono,2008:210). Keputusan investasi dengan indikator NPV adalah sebagai berikut: (a). Suatu proyek sebaiknya dijalankan jika NPV positif. (b). Suatu proyek sebaiknya tidak dijalankan jika NPV negatif. (3)
Metode Internal Rate of Return (IRR) Menurut Bambang Riyanto (2013:129) metode internal rate of return
merupakan penilaian asal usul investasi lain yang menggunakan “discount cash flow”. Menurut Sutrisno (2013:133), metode internal rate of return mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi. Dengan demikian internal rate of return (IRR) adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan present value of cashflow dengan present value of investment. Untuk mencari besarnya IRR, diperlukan data NPV yang mempunyai dua kutub, positif dan negatif. Keputusan investasi dengan indikator IRR adalah sebagai berikut: (a). Suatu investasi layak dijalankan jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto. (b). Suatu investasi tidak layak dijalankan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto. (4)
Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pekerjaan
Umum, analisis benefit cost adalah sebuah pendekatan dengan prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang relevan, dengan sebuah aktivitas atau proyek. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari hasil pembandingan ini, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas, produk atau proyek, atau dalam konteks evaluasi atas sesuatu yang telah berjalan, adalah menentukan keberlanjutannya. Secara umum, kegunaan Analisis Benefit & Cost antara lain: a) Membantu dalam proses pengambilan keputusan. b) Menambah alternatif atau pilihan. c) Mengurangi biaya alternatif yang tidak efektif.
Pada dasarnya untuk menganalisis efisiensi suatu proyek investasi, langkah-langkah yang harus diambil adalah: a) Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek investasi yang akan dilaksanakan. b) Menghitung manfaat dan biaya dalam mata uang. c) Menghitung masing-masing manfaat dan biaya dalam nilai uang sekarang.
Salah satu metode untuk menganalisis manfaat dan biaya suatu proyek investasi adalah Benefit Cost Ratio (BCR) atau dengan kata lain perbandingan manfaatbiaya. Metode BCR adalah suatu cara evaluasi suatu proyek investasi dengan membandingkan nilai sekarang seluruh proyek investasi diperoleh dari proyek investasi tersebut dengan nilai sekarang seluruh biaya proyek investasi tersebut. (5)
Metode Perhitungan BEP
Ada dua cara dalam menentukan BEP, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
(a).
Pendekatan Grafik Salah satu pendekatan penentuan titik BEP adalah dengan meggambarkan
unsur-unsur biaya dan penghasilan ke dalam suatu gambar grafik. Pada grafik tersebut nampak garis-garis biaya variabel, biaya tetap, total biaya, dan garis total penghasilan. (b).
Pendekatan Matematis Dalam perhitungan BEP dengan pendekatan matematik dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu (1) atas dasar unit dan (2) atas dasar rupiah (Sutrisno, 2013:187). Seperti pada pengertian BEP bahwa: perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi, total penghasilan sama dengan total biaya, dan laba sama dengan nol.
3.8
Perbandingan Metode Payback Period, NPV dan IRR Metode payback period mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
metode ini mengabaikan nilai waktu uang (time value of money), padahal nilai waktu uang sangat penting bagi proyek yang memberikan manfaat jangka panjang. Selain itu metode ini tidak melihat lagi kondisi aliran kassetelah periode payback. Kelemahan utama dari payback sebenarnya adalah tidak adanya dasar konsepsi untuk menentukan berapa payback maksimum yang diperkenankan. Sedangkan kedua metode yang lain, yaitu NPV dan IRR, sudah memperhitungkan nilai waktu uang, sehingga kedua metode ini sangat umum dipakai untuk menilai kelayakan suatu investasi. Meskipun kedua metode sering dipergunakan, tetapi kedua metode ini kadangkala mempunyai perbedaan mendasar. Perbedaan tersebut terjadi bila pola
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
aliran kas proyek tidak normal. Seperti diketahui, pola aliran kas yang normal pada suatu proyek ialah pengeluaran-pengeluaran (biaya investasi) awal dilanjutkan kemudian dengan penerimaan kas bersih pada tahun-tahun sesudahnya sampai dengan umur rencana proyek. Sedangkan aliran kas yang tidak normal terjadi bila masih ada pengeluaran investasi pada periode operasional yang menyebabkan penerimaan kas bersih pada periode tertentu bernilai negatif.
3.9
Analisis Sensitivitas Dampak dari perubahan-perubahan terhadap kelayakan proyek dilihat
melalui analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas, maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya. Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan seperti adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya pada proyek, penurunan produktivitas, dan mundurnya jadwal jadwal pelaksanaan proyek. Menurut Riyanto (2013:168), Analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisa kepekaan sebenarnya bukanlah untuk mengukur risiko, tetapi suatu teknik untuk menilai dampak (impact) berbagai perubahan dalam masing-masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi (possible outcomes) Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan. Cara melakukan analisis sensitivitas adalah dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
menghitung IRR, NPV, B/C Ratio, dan payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi.
3.10 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah meneliti berkaitan topik mengenai analisis kelayakan finansial sehingga dapat menjadi referensi di dalam penelitian ini. Kasman Syarif (2011) meneliti kelayakan usaha produk minyak aromatic merek flosh. Hasil analisis kelayakan baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas dengan scenario peningkatan biaya variabel 10 persen menunjukkan usaha ini menjadi tidak layak. Berbeda dengan skenario penurunan volume penjualan 20 persen menunjukkan usaha ini masih layak untuk dijalankan. William Adriano dan Achmad Herlanto Anggono (2012) meneliti mengenai produksi kain PT Hexsatex. Berdasarkan hasil analisis bisa dikatakan layak apabila nilai proyeksi NPV lebih besar dari nol dan IRR lebih besar dari WACC. M. Idwenda Dachyar (2012) penelitian ini akan fokus pada penggunaan metode NPV,IRR,DPP dan PI. Hasil dari perhitungan tersebut dapat membantu untuk memutuskan kelayakan suatu investasi dijalankan atau tidak dari aspek keuangan. Mengingat proyek ini memiliki jangka waktu yang panjang, sehingga perlu untuk mempertimbangkan kondisi ketidakpastian dimasa yang akan datang dengan menggunakan simulasi monte carlo. Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan maka didapat kesimpulan hasil analisis kelayakan proyek dari aspek keuangan bahwa proyek pembangunan PLTU Indramayu PT PLN (Persero) layak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
untuk
dijalankan
dengan
pertimbangan
NPV
bernilai
positif
Rp 36.149.744.697.776,00, IRR sebesar 9,03% dimana lebih besar dari WACC 5,6%, DPP 14 tahun dan 7 bulan, PI sebesar 2,9. Hasil analisis kelayakan risiko proyek terhadap keekonomian menggunakan simulasi monte carlo yang akan menjadi pertimbangan manajemen PT PLN (Persero) dengan mean atau NPV rata-rata adalah Rp 29.387.769.885.122,00 dan probabilitas NPV bernilai negatif sebesar 26,62%. Erwinsyah (2012) meneliti mengenai kelayakan proyek minyak dan gas (sudi kasus : wilayah kerja whiskey alpha). Dari perhitungan NPV memiliki nilai positif, IRR melebihi biaya investasi yaitu 19,94%. Jangka waktu pengembalian investasi adalah 12,16 tahun, dan profitability index lebih besar dari 1 yaitu 1,89, dapat disimpulkan bahwa proyek wilayah kerja Whiskey Alpha ini layak untuk dijalankan. Soesetyo P, Ma’mun S, Sri Hartoyo (2012) meneliti mengenai kelayakan dan strategi pengembangan usaha makanan ringan pada PD. Sinar Berlian di Jakarta Barat. Dari perhitungan yang dilakukan usaha yang dilakukan oleh PD. Sinar Berlian dianggap layak karena menunjukkan hasil NPV Positif, IRR 33,60% lebih besar dari tingkat diskonto yang disyaratkan sebesar 9,2 %. Payback period dapat dipenuhi dalam waktu 27 bulan dan Net BC senilai 1,75. Leli Honesti dan Nazwar Djali (2012) meneliti mengenai pengembangan bandar udara internasional Minangkabau di Sumatera Barat dari segi finansial dan ekonomi dimana hasil analisis tersebut layak untuk dikembangkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Suzan Abdelmajeed A dan M.H Aboul (2013) meneliti mengenai Financial Feasibility Study Bananas Tissue Culture Commercial Production in Egypt, berdasarkan hasil pengolahan data aspek finansial diperoleh Nilai NPV Positif semua pada lima kondisi. Keuntungan lebih dari 100% dimana discount rate 8% dan R/C Ratio 8%. Maka Proyek ini sangat layak untuk dilakukan. Tiara Anggia Rahmi, Tri Wiji Nurani, Prihatin Ika W (2013) meneliti mengenai usaha perikanan tangkap skala kecil di Sadeng Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berdasarkan hasil analisis finansial, diperoleh nilai keuntungan sebesar Rp. 44.599.250 per tahun. Nilai R/C =1.55. Hal ini memperlihatkan bahwa usaha perahu motor tempel memberikan keuntungan. Rahayu Septia Ningsih, Abdul Kohar Mudzakir dan Abdul Rasyid (Jurnal, 2013) meneliti mengenai kelayakan finansial usaha perikanan payang jabur (boat seine) dimana hasil analisis finansial perikanan payang jabur di Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong memiliki peluang yang baik dan layak untuk dikembangkan. Ni Putu Yunisa Putri (eJournal, 2013) meneliti mengenai proyek investasi Pembangunan Ruko PT Bahtera Mitra Sejahtera
di Samarinda dimana hasil
analisis pada aspek keuangan dan aspek pasar dinilai layak untuk dilaksanakan. Francisco Alcon, Gregorio Egea, dan Pedro A. Nortes (2013) meneliti mengenai kelayakan usaha dengan menggunakan RDI (Regulated Deficit Irrigation) dan SDI (Sustain deficit Irrigation) untuk penanaman angrek. Hasil menunjukkan bahwa SDI merupakan cara yang paling cocok untuk rencana penanganan irigasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Parama Tirta Wulandari, Nur Kartika (2014) meneliti kelayakan finansial pengembangan usaha produksi komoditas lokal : mie berbasis jagung dengan hasil layak untuk dijalankan usahanya. Dimas Wahyu (2014) meneliti mengenai kelayakan investasi di hotel rumah yogja dimana hasil studi kelayakan investasi yang dilakukan menunjukkan angka positif sehingga investasi dapat dijalankan. Reza Fiqhi Lazuardi, Lisye Fitria (2014) meneliti mengenai analisis kelayakan usaha mobile carwash di Kota Bandung, berdasarkan hasil pengolahan data aspek finansial, diperoleh hasil kelayakan yang berdasarkan kepada : 1. Payback Period untuk usaha Mobile Carwash ini adalah 2 tahun 11 bulan. 2. Nilai Net Present Value adalah positif sebesar Rp. 103,817,577Berdasarkan hasil analisis aspek finansial diatas, maka dapat disimpulkan usaha Mobile Carwash layak untuk dilaksanakan. Ahmad Rifai, Hendrik, Lamun Bathara (2014) meneliti analisis usaha Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa investasi untuk usaha purse seine kecil sebesar Rp 1.915.486.000 sedangkan Investasi usaha purse seine besar yaitu Rp 2.798.120.000. Kriteria investasi untuk usaha purse seine kecil menghasil NPV sebesar Rp 2.204.956.856,- BCR sebesar 1.35 dan IRR sebesar 39.07%, sedangkan usaha purse seine besar menghasilkan NPV sebesar Rp1.548.739.520, BCR sebesar 1.21 dan IRR sebesar 32.42%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha purse seine kecil lebih layak dilanjutkan dibandingkan purse seine besar dilihat dari kriteria investasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Cokorda Putra Wirasutama (2014) meneliti mengenai kelayakan finansial angkutan pariwisata di provinsi Bali. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer berupa hasil wawancara dengan pemilik usaha untuk mengetahui biaya operasional kendaraan dan pendapatan usaha. Data sekunder berupa inflasi, pajak dan penyusutan kendaraan. Metode yang digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha adalah metode Net Present Value, Internal Rate of Return, Benefit Cost Ratio dan Payback Period. Hasil analisis finansial tersebut mengindikasikan bahwa investasi tersebut layak secara finansial. Rini Maria Supit (2015) meneliti mengenai kelayakan usaha pengolahan daging buah pala. Hasil menunjukkan usaha layak untuk dijalankan dilihat dari NPV yang mencapai nilai positif, IRR sebesar 1,84 dan Net Benefit/Cost sebesar 17,82. Dae Ho Kim (2015) meneliti mengenai kelayakan usaha perangkat ICT. Hasil menunjukkan dengan menggunakan analisis What-If menunjukkan B/C Rasio 1,461. Leandro
Alves
Aguilar
(2015)
meneliti
mengenai
kelayakan
pengembangan proyek pv surya skala besar di ghana. Penelitian ini menggunakan NPV, IRR, B/C Ratio dan analisis sensitivitas. Hasil menunjukkan layak untuk dilakukan. Oparaku dan Nnaji (2013) meneliti mengenai sirkulasi kembali sistem air yang didesain untuk meminimalkan perubahan air, sistem sirkulasi tersebut menggunakan energi matahari dan generator. Penelitian ini menggunakan NPV,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
IRR, Payback Period. Hasil menunjukkan bahwa energi matahari lebih menguntungkan daripada menggunakan generator. Sengar, Patil, dan Chendake. (2013) meneliti mengenai kelayakan usaha batubara briket. Hasil menunjukkan NPV positif, payback period 7,56 bulan dan B/C Ratio 2,93. Kombinasi briket rumput lebih ekonomis dari kombinasi yang lainnya. Gao Baokui. (2014). Meneliti mengenai kelayakan lepas bor pantai. Peter Mbabazi Mbabazize. (2014) meneliti mengenai capital budgeting di negara berkembang, studi kasus Rwanda. Azzam
Azmi, dan Ghaith Mustafa (2012) meneliti mengenai analisis
pasar dan kelayakan usaha untuk usaha kecil. Ibrahim E. Ahmed (2013) meneliti mengenai faktor yang menentukan penyeleksian teknik capital budgeting. Obi dan Adeyemo Samuel (2014) meneliti mengenai evaluasi capital budgeting dan keputusan investasi. Elijah I Ohiman and Dorcas A. (2014/) Eretinghe meneliti mengenai perkebunan sawit. Hasil menunjukkan bahwa proses minyak sawit dalam skala kecil masih menguntungkan.
3.11. Kerangka Pemikiran Alternatif pengalihan usaha penangkapan ikan dari jaring rajungan ke jaring angkat (stick-held dip net), diperlukan analisis finansial untuk mengetahui keuntungan dari kedua usaha penangkapan ikan tersebut. Analisis finansial
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
menggunakan nilai-nilai dari beberapa variabel, yaitu: IRR; NPV; Pay Back Period (PP); Net B/C Ratio; Break Event Point (BEP) dan Keuntungan, yang merupakan selisih dari Total Revenue dengan Total Cost (∏). Operasi penangkapan ikan menggunakan jaring angkat (stick-held dip net) merupakan suatu proyek yang terpengaruh akibat adanya perubahan parameterparameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Perubahan kenaikan harga bahan bakar solar sangat sensitive sekali terhadap nilai keuntungan usaha penangkapan ikan dengan jaring angkat (stick-held dip net). Berdasarkan analisis sensitivitas, maka akibat yang mungkin terjadi dari fluktuasi kenaikan harga bahan bakar minyak solar pada usaha penangkapan ikan dengan jaring angkat (stick-held dip net) dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya. Fluktuasi kenaikan bahan bakar solar pada kegiatan penangkapan ikan dengan jaring angkat (stick-held dip net), melalui analisis sensitivitas kelayakan usaha penangkapan ikan tersebut layak dilaksanakan ataukah tidak. Untuk lebih jelasnya, maka alur pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
PERMEN-KP NO: 1 / PERMEN-KP/2015 Tanggal 6 Januari 2015 Tentang: Penangkapan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus Pelagicus spp.);
Analisis Finansial Jaring angkat (stick-held dip net) dan jaring rajungan)
Analisis Sensitivitas
1. IRR, NPV; 2. Net B/C Ratio, BEP, Payback Period; 3. Keuntungan.
Layak
Tidak Layak
Evaluasi
Alternatif Usaha Jaring Rajungan ke Jaring Angkat
Gambar 3.1. Kerangka pemikiran alternatif usaha Jaring Rajungan ke Jaring Angkat (stick-held dip net) Sumber: Diolah oleh peneliti (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/