BAB III LANDASAN TEORI 3.1
Standar Telekomunikasi Standarisasi adalah bahan penting untuk suatu telekomunikasi yang
berhasil. Standar ini diberikan sebagai penghargaan terhadap badan penyusun standar. Ada beberapa syarat untuk pembuatan standar yaitu : secara teknik baik, tepat, disetujui, dan ruang linkupnya luas. Dengan penggunaan standar akan memberikan beberapa keuntungan bagi pengguna diantaranya, menciptakan stabilitas dan keyakinan dalam teknologi tertentu, membantu menciptakan pemasaran yang luas dan mengurangi biaya. 3.1.1 Deskripsi Singkat Tentang Telekomunikasi Pada awalnya manusia hanya mengenal komunikasi verbal dengan bahasa tubuh yang disampaikan dalam jarak dekat, kemudian meningkat dengan terciptanya beragam bahasa manusia menggunakan lisan untuk menyampaikan informasi yang juga masih disampaikan dalam jarak relatif dekat. Penyebaran manusia ke seluruh penjuru bumi mulai mengenalkan sistem komunikasi jarak jauh yang kita sebut dengan istilah telekomunikasi. Telekomunikasi pada awalnya juga dilakukan dengan sangat sederhana, menggunakan wahana-wahana alami asap yang digunakan dalam kode-kode orang Indian di Amerika. Sedangkan saat ini telekomunikasi terus berkembang cepat dari sebelumnya.
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Gambar 3.1 Telekomunikasi saat ini Dari penjelasan di atas, sangat jelas bahwa telekomunikasi dilakukan oleh pengirim dan penerima yang dibatasi oleh jarak yang cukup jauh. Perangkat penting yang terlibat di dalam kegiatan telekomunikasi diantaranya yaitu:
Data adalah informasi yang hendak disampaikan.
Pengirim adalah orang atau perangkat yang bertugas mengirimkan pesan.
Encoder adalah perangkat yang berfungsi untuk mengkodekan pesan yang dikirim agar dapat dilewatkan melalui pengiriman.
Media adalah sarana yang digunakan oleh pengirim untuk menyampaikan pesan. Contoh media komunikasi: udara, kabel tembaga atau serat optik.
Decoder mertugas menerjemahkan kode-kode yang diterima pada media hasil kiriman encoder.
Penerima menerima kode yang sudah diterjemahkan menjadi informasi aslinya.
Pesan adalah informasi asli yang dikirim oleh pengirim.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Gambar 3.2 Model komnikasi satu arah Shannon – Weaver 3.2
Jaringan Berbasis Ethernet
3.2.1 Jaringan Ethernet Ethernet adalah sebuah metoda akses media jaringan dengan semua komputer di jaringan berbagi bandwidth yang sama. Ethernet menjadi begitu popular dibandingkan metoda akses lainya karena mudah sekali disesuaikan dengan kebutuhan. Selain mudah untuk diimplementasikan, jaringan Ethernet juga dapat dengan mudah mengadopsi teknologi baru semisal Fast Ethernet dan giga bit Ethernet. Ethernet bekerja pada layer physical dan datalink.
Gambar 3.3 Struktur pengamatan MAC
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Teknologi yang penting di dalam jaringan Ethernet adalah Carrier Sense Multiple Access/Collision Detection (CSMA/CD). Dengan cara mengakses satu kabel yang sama, kemungkinan terjadinya tabrakan saat pengiriman bersamaan sangat besar. Dengan adanya teknologi CSMA/CD, hal itu bisa dihindari. Setiap komputer yang akan mengirimkan paket data memantau kondisi kabel (Ethernet Bus) yang terhubung padanya. Jika bus sedang kosong, maka dia langsung dapat melakukan pengiriman,
sebaliknya jika sedang penuh, maka akan ada satu metoda yang mengharuskan dia menunggu sementara waktu hingga kabel/bus kembali kosong. A.
Ethernet Pada Layer Data Link Di
layer
ini
Ethernet
bertanggung
jawab
terhadap
pengalamatan.
Pengalamatan yang dimaksud di sini adalah pengalamatan perangkat keras atau yang biasa disebut Media Access Control (MAC) Address. Di sini Ethernet juga bertanggung jawab membungkus paket dari layernetwork menjadi frame. Alamat Ethernet (MAC Address) menggunakan alamat yang sudah dipatri dalam Network Interface Card (NIC) saat pembuatan oleh vendor. Alamat MAC ditulis dalam bentuk heksa desimal. Contoh alamat mac address di sebuah komputer adalah seperti berikut :
Gambar 3.4 Contoh alamat MAC address
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
B.
Ethernet Pada Layer Physical Layerphysical mengatur perkabelan, kelistrikan dan hal - hal lain yang
berkaitan dengan fisik suatu sistem. Dalam kaitannya dengan Ethernet kita mengenal beberapa standar seperti 802.3 yang merupakan rujukan standarisasi untuk Ethernet pada jaringan 10 Mbps dengan kabel koaksial, kemudian kabel UTP dan serat optik. Selain itu ada standar lain yang merupakan perluasan dari 802.3, yaitu perluasan standar 802.3u (standarisasi fastethernet), 802.3ab (standar gigabit Ethernet dengan kabel kategori 5) dan 802.3ae (standar 10 Gbps dengan kabel serat optik dan koaksial).Dalam merancang jaringan Ethernet diperlukan pengetahuan dasar mengenai tersebut sehingga jaringan yang dirancang akan tepat guna dan scalable untuk pengembangan selanjutnya. Tabel 3.1 Struktur protokol ethernet pada lapisan fisik
Standarisasi Ethernet sangat beragam berdasarkan jenis kabel, jarak dan kecepatan yang dapat lewat di dalamnya. Berikut adalah beberapa standar Ethernet yang kita kenal sekarang: Tabel 3.2 Ethernet Interface Types
Standard
Keterangan
10Base2
10 Mbps, baseband, 185 meter, konektor AUI
10Base5
10 Mbps, baseband, 300 meter, konektor AUI
10BaseT
10Mbps, UTP Cat3, konektor RJ45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
100BaseT4
100BaseFX
100BaseTX
10BaseF
10BaseT
10Base2
Physical
10Base5
802.3 Ethernet
Data Link (MAC Layer)
19
100Mbps, UTP Cat5, Cat6, Cat7, 100 meter, konektor
100BaseTX
RJ45 100BaseFX
100Mbps, serat optik, point to point 412 meter
1000 BASE SFP SX
1Gbps, serat optik multimode,550 meter
1000 BASE SFP LX
1Gbps, serat optik singlemode,10 Km
10G BASE XFPER
10 Gbps, serat optik singlemode 40 Km
C.
Pengkabelan Ethernet Saat ini ada 3 jenis standar perkabelan pada jaringan Ethernet :
1.
Kabel Lurus (Straight Over) Kabel lurus digunakan untuk menghubungan: a. Komputer ke Switch atau hub b. Router ke Switch atau hub
2.
Kabel Silang (Cross Over) Kabel ini dapat digunakan untuk menghubungkan:
3.
a.
Switch ke Switch
b.
Hub ke Hub
c.
Komputer ke komputer
d.
Hub ke Switch
e.
Router langsung ke komputer
Kabel Rolled Kabel ini digunakan untuk menghubungkan perangkat router dengan port
control di komputer.
Gambar 3.5 Pengkabelan (a) Straight Over, (b) Cross Over, (c) Rolled Over
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
3.2.2 LAN dan VLAN Local Area Network (LAN) adalah jaringan yang menghubungkan sekumpulan komputer disuatu lokasi yang tak begitu luas, misalnya di sebuah ruangan kampus, ruangan kantor, atau di sebuah gedung. Komponen yang membentuk sebuah LAN diantaranya adalah beberapa komputer, kabel yang menghubungkan komputer, sebuah hub atau switch. Komputer yang terhubung ke sebuah hub akan berbagi bus yang sama sehingga mereka berada di dalam satu broadcast domain. Departemen A tidak akan bisa berkomunikasi dengan department B, karena mereka terpisah secara fisik. Keduanya menggunakan hub yang berbeda dengan jaringan kabel yang berbeda pula. Lokasi perangkat keras sangat berperan penting di dalam sebuah LAN. Atau dengan kata lain, yang menjadi pembeda antara LAN satu dengan lainnya adalah perangkat keras dan lokasi entitas yang terhubung ke sebuah LAN. Berbeda dengan LAN, konsep Virtual Local Area Network (VLAN) justru mengesampingkan lokasi perangkat keras penyusun entitas sebuah LAN. Sebuah Switch dapat dikoneksikan untuk membentuk beberapa identitas VLAN berbeda tanpa menghiraukan lokasi komputer-komputer yang terhubung dengannya. Dengan konsep VLAN, lokasi geografis tidak lagi menjadi batasan. Meski terkoneksi di satu switch yang sama, dengan VLAN yang berbeda, komputer komputer tidak dapat saling berhubungan. Hanya komputer-komputer yang berada pada VLAN yang sama saja yang dapat menjalin hubungan satu sama lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Gambar 3.6 Sisem komunikasi dengan virtual 3.2.3 Pengalamatan IP Pada bahasan sebelumnya, kita telah mengenal pengalamatan perangkat keras yang disebut dengan MAC Address. Kini kita akan membahas tentang sistem pengalamatan Internet Protocol (IP). Sistem pengalamatan di dalam dunia jaringan selayaknya sebuah sistem pengalamatan di dalam kegiatan surat menyurat konvensional. Bisa diibaratkan bahwa sebuah IP address menunjukkan sebuah kelurahan dan MAC Address menunjukkan alamat yang lebih spesifik lagi, yaitu nomor rumahnya. Alamat IP adalah alamat perangkat lunak yang ditujukan agar memungkinkan komputer di dalam sebuah jaringan bisa berkomunikasi dengan komputer pada jaringan berbeda tanpa mempedulikan tipe dari LAN yang digunakan oleh komputer yang berpartisipasi. Beberapa terminologi di dalam sistem pengalamatan IP adalah bit, byte, octet, alamat network, dan alamat broadcast. Bit adalah satuan terkecil dalam dunia digital. Satu bit sama dengan satu digit, bernilai 0 atau 1. Byte adalah satuan 7 atau 8 bit,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
bergantung apakah menggunakan parity. Octet adalah satuan 8 bit. Istilah Byte dan octet bisa saling menggantikan satu sama lain. Alamat network, adalah sekumpulan alamat yang menunjukkan di dalamnya terdapat alamat-alamat yang lebih spesifik terhadap sebuah komputer. Digunakan untuk menunjukkan pengiriman paket ke remote network. Alamat Broadcast, adalah alamat yang digunakan untuk mengirimkan informasi ke dalam sebuah simpul jaringan. Mana kala sebuah komputer mengirimkan informasi ke alamat ini, maka semua komputer di dalam jaringan tersebut akan mendapat informasi ini. A.
Sistem Pengalamatan IP Contoh IP address yang sering ditemui di lapangan di antaranya 172.16.1.1,
10.10.10.1, 202.155.100.1 dan semisal dengannya. Di balik angkaangka desimal tersebut, IP address sebenarnya dapat dipresentasikan dalam bentuk lain seperti dengan kode biner dan heksa desimal. Namun di lapangan dan yang sudah umum, IP address dipresentasikan dalam bentuk dotted desimal seperti di atas. Alamat IP terdiri dari 32 bit biner yang terbagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 8 bit (1 Byte). Bitbit tersebut tersusun atas bilangan 0 dan 1 dalam kode biner yang dikonversi ke dalam sistem bilangan desimal akan menunjukkan bilangan desimal akan menunjukkan bilangan desimal yang dipisahkan dengan titik seperti di atas. Contoh: IP
address
dalam
kode
biner:
11000000.0100000.000001.00000001
Diterjemahkan dalam desimal: 192.64.1.1 Untuk menerjemahkan kode biner ke dalam desimal, Kita harus memahami skema pemangkatannya sebagai berikut: Contoh: 111111
27
26
25
24
23
22
21
20
=
255
128
64
32
16
8
4
2
1
=
_____________________________________________ Jadi dengan kata lain, bilangan biner 11111111 jika dikonversi menjadi bilangan desimal menjadi bilangan 255.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Tabel 3.3 Kelas Pengamatan IP Kelas
8 Bits
8 Bits
8 Bits
8 Bits
A
Network
Komputer
Komputer
Komputer
B
Network
Network
Komputer
Komputer
C
Network
Network
Network
Komputer
D
Multicast
E
Research
Cakupan IP kelas A : 0 – 127, contoh 114.10.10.1 Cakupan IP kelas B : 128 – 191, contoh 129.100.100.1 Cakupan IP kelas C : 192 – 223, contoh 192.168.1.1 Cakupan IP kelas D : 224 – 239 Cakupan IP kelas E : 240 – 255 3.3
Komunikasi Data
3.3.1 Prinsip Dasar Komunikasi Data Surat menyurat melalui pos merupakan contoh komunikasi data tak elektis. Komunikasi data secara elektris pertama kali adalah sistem telegraf, yang kini sudah tidak popular. Pada teknologi kini, manifestasi data misalnya adalah komunikasi antar komputer. 3.3.2 Standar – Standar Protokol Terdapat berbagai jenis protocol. Salah satunya adalah model acuan (referens) OSI (Open System Interconnection) yang direkomendasikan oleh ISO (International Organization for Standardi-zation), yakni diperlihatkan pada gambar dibawah berikut. Diperlihatkan terminal akhir beroperasi dari lapisan paling bawah hingga paling atas. Di jaringan terdapat satu atau beberapa simpul Antara. Simpul Antara dapat berupa sekedar pengulang (repeater) yang beroperasi hanya di lapisin fisis, hingga gateway yang beroperasi penuh di tujuh lapisan. Masih banyak protokol lain,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
diantaranya yang cukup popular adalah ATM (Asynchronous Transfer Mode) dan yang tampaknya bakal paling popular adalah TCP/IP (Transmission Control Protocol/ Internet Protocol), seperti diperlihatkan gambar berikut. 3.3.3 Multi-Protocol Label Switching (MPLS) Multi-Protocol Label Switching (MPLS) adalah suatu metode forwarding (meneruskan data melalui suatu jaringan dengan menggunakan informasi dalam label yang diletakan pada paket IP. MPLS menggabungkan tekonologi switching layer-2 dengan
teknologi
routing
layer-3.
MPLS
menyederhanakan
paket
dan
mengoptimalkan pemilihan jalur (path) yang melalui core network. A.
Experimenter Use (EXP) Secara teknis field ini digunakan untuk keperluan eksperimen. Field ini dapat
digunakan untuk menangani indikator Quality of Service (QoS) atau dapat juga merupakan hasil salinan dari bit-bit IP Precedence pada paket IP. B.
Bottom of Stack (STACK) Pada sebuah paket memungkinkan menggunakan lebih dari satu label. Field
ini digunakan untuk mengetahui label stack yang paling bawah. Label yang paling bawah dalam stack memiliki nilai bit 1 sedangkan yang lain diberi nilai bit 0. Hal ini sangat diperlukan dalam proses label stacking. C.
Time to Live (TTL) Field ini biasanya merupakan hasil salinan dari IP TTL header. Nilai bit TTL
akan berkurang 1 setiap paket melewati hop untuk menghindari terjadinya paket storms. D.
Label Value (LABEL) Merupakan filed yang terdiri dari 20 bit yang merupakan nilai dari label
tersebut. Perangkat – perangkat yang digunakan pada jaringan MPLS, antara lain : a.
CE - Customer Edge, perangkat yang tergolong dalam jenis CE merupakan
perangkat yang banyak berhubungan dengan jaringan
customer, atau dapat juga berupa perangkat customer itu sendiri. CE bertugas menghubungkan jaringan customer dengan jaringan provider.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
b.
PE - Provider Edge, perangkat ini sering juga disebut dengan istilah perangkat distribution yang bertugas untuk menghubungkan jaringan perangkat customer dengan jaringan provider.
c.
P - Provider, merupakan perangkat yang berada di dalam jaringan provider. Perangkat ini sama sekali tidak berhubungan langsung dengan jaringan dan perangkat pada customer. Provider router hanya bertugas sebagai swapping label informasi.
Jika topologi diatas dikonfigurasikan sebagai jaringan MPLS, maka perangkat-perangkat MPLS tersebut terdiri dari Label Switch Router, dimana biasanya pada jaringan ini digolongkan menjadi dua, yaitu: core LSR dan Edge-LSR dengan arsitektur yang berbeda seperti berikut: A.
Label Switch Router (LSR) LSR merupakan julukan yang diberikan untuk setiap router atau perangkat
yang memiliki kemampuan untuk melakukan forwarding paket-paket berdasarkan label MPLS. Perangkat P termasuk dalam jenis ini, sedangkan CE tidak termasuk dalam perangkat LSR karena tidak menjalankan MPLS didalamnya. Biasanya CE hanya menjalankan jaringan dengan IP routing tradisional saja. Gambar dibawah ini merupakan arsitektur dari LSR.
Gambar 3.7 Arsitektur LSR
http://digilib.mercubuana.ac.id/
B.
Edge Label Switch Router (Edge-LSR) Perangkat yang termasuk dalam golongan ini adalah perangkat yang bertugas
menghubungkan antara jaringan MPLS dengan jaringan IP routing tradisional. Perangkat PE merupakan salah satu contohnya. Perangkat Edge-LSR memiliki kemampuan untuk menampung semua paket-paket dari IP routing tradisional, kemudian memberikan label ke paket-paket tersebut, dan meneruskannya ke LSR selanjutnya yang ditunjuk. Gambar dibawah ini merupakan gambar arsitektur dari edge-LSR.
Gambar 3.8 Arsitektur Edge – LSR Dari kedua arsitektur yang dimiliki diatas maka dapat dilihat bahwa MPLS memiliki dua bagian penting dalam proses kerjanya, yaitu proses Control plane dan Data plane. Kedua proses ini dijalankan pada sebuah perangkat jaringan seperti router atau layer 3 switch. 1.
Control Plane Pada proses control plane, MPLS akan banyak bertanggung jawab untuk
melakukan binding (menyatukan) label-label MPLS pada rute-rute yang ada pada routing table. Selain itu, proses control plane juga bertanggung jawab atas 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
pendistribusian rute yang sudah diberi label ke router-router dalam jaringan yang menjalankan MPLS. Protokol-protokol yang biasanya dijalankan pada proses control plane dari MPLS standar adalah sebagai berikut: a.
Label Distribution Protocol (LDP) LDP merupakan protokol pengatur pemberian label pada rute-rute di routing
table dalam sebuah perangkat MPLS. Pertama-tama setiap rute yang ada di routing table akan diberi label oleh perangkat tersebut (binding label). Label biasanya diberikan berdasarkan Forwarding Eqivalence Class (FEC). FEC merupakan sebuah informasi mengenai grouping dari paket-paket data. Salah satu contoh FEC adalah subnet mask. Informasi subnet mask memberitahukan bahwa beberapa alamat IP dikelompokkan menjadi sebuah subnetwork. Selain itu, masih banyak lagi FEC-FEC yang lain. Setelah label diberikan, maka akan terbentuk semacam database pelabelan yang disebut Label Information Base (LIB). Tugas dan fungsi LIB kurang lebih hampir sama dengan routing table, yaitu menyimpan informasi label-label yang keluar-masuk. Setelah informasi label disimpan, maka LDP juga mengatur pendistribusiannya ke perangkat-perangkat lain. Perangkat yang terkoneksi dalam satu jaringan MPLS akan membentuk semacam LDP neighbour untuk saling bertukar informasi label. Ketika komunikasi sudah terjalin, maka pertukaran label segera berlangsung. Jadi dalam sistem MPLS, yang dipertukarkan dari perangkat ke perangkat adalah label bukan rute-rute jaringan seperti sistem IP routing tradisional. Protokol ini merupakan protokol yang telah distandarisasi oleh IETF dan merupakan standar terbuka. Jadi protokol ini dapat digunakan oleh banyak vendor perangkat jaringan untuk kepentingn MPLS. b.
Tag Distribution Protocol (TDP) Protokol ini merupakan protokol proprietary dari cisco, yang memiliki tugas
untuk melakukan binding atau penyatuan tag atau label ke dalam rute jaring yang ada pada routing table. Meskipun berbeda nama dan cara kerja, namun fungsi umum pada protokol ini tidak berbeda dengan LDP, yaitu mengatur pendistribusian label. Yang 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
membedakan bahwa protokol ini bukan merupakan standar terbuka dan umurnya lebih tua dari LDP. 2.
Data Plane Proses data plane pada teknologi layer 3 switching tidak berbeda jauh dengan
yang ada pada MPLS, yaitu berkonsentrasi dalam men-forwarding paketpaket data berdasarkan informasi IP. Yang membedakannya adalah jika data plane layer 3 switching melakukan forwarding paket IP, data plane pada MPLS melakukan forwarding paket-paket data berdasarkan label. Jika informasi IP didapat dari routing table, MPLS juga memiliki forwarding table-nya sendiri, yang bisa disebut dengan istilah Label Forwarding Information Base (LFIB). Disinilah informasi label yang didapat dari proses Control plane dibuat forwarding table-nya. Dari sinilah paket-paket data yang sudah diberi label diputuskan untuk dilewatkan ke arah mana (tujuan). Setelah mengetahui arsitektur serta jenis-jenis perangkat yang dipakai pada jaringan MPLS, ada baiknya untuk mengetahui jenis-jenis protokol routing yang digunakan pada jaringan ini. Gambar dibawah merupakan suatu topologi standar dari sebuah jaringan MPLS. Dimana untuk komunikasi dari PE ke P memakai suatu protokol routing IGP yang salah satunya adalah OSPF (Open Shortest Path First). OSPF memiliki kemampuan yang skalabel, fleksibel dan kaya akan fitur. OSPF merupakan sebuah routing yang berstandar terbuka dimana ini memiliki arti bahwa protokol routing ini bukan ciptaan dari vendor manapun, sehingga perangkat manapun dapat kompatibel dengan protokol routing ini dan juga dapat diimplementasikan dimanapun. Selain itu OSPF merupakan protokol routing yang menggunakan konsep hirarki routing, yang artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokkan area. Sehingga dengan konsep ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar kesana kemari dengan sembarangan.
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Efek dari keteraturan tersebut dapat membuat pengguanaan bandwidth menjadi lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju sebuah destination. Teknologi yang digunakan oleh protokol routing ini adalah teknologi link- state yang memang didisain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Pembahasan mengenai protokol routing ini tidak dibahas secara detail, karena protokol routing ini memiliki pembahasan tersendiri yang sangat banyak dan dapat dijadikan suatu pembahasan tersendiri. Selain OSPF protokol routing BGP juga dipakai pada jaringan digunakan untuk aplikasi VPN. Border Gateway Protocol atau yang disebut dengan BGP ini merupakan salah satu jenis protokol routing pada dunia komunikasi data. Sebagai sebuah protokol routing, BGP memiliki kemampuan melakukan pengumpulan rute, pertukaran rute dan menentukan rute terbaik menuju ke sebuah lokasi dalam jaringan. Selain itu, protokol routing ini memiliki tingkat skalabilitas yang tinggi karena beberapa organisasi besar dapat dilayaninya dalam melakukan pertukaran routing, Sehingga luas sekali jangkauan BGP dalam melayani para pengguna jaringan. Hal yang membedakan protokol routing ini dengan protokol routing lain seperti OSPF adalah, BGP termasuk dalam kategori protokol routing jenis Exterior Gateway Protocol (EGP). Dimana EGP memiliki kemampuan melakukan pertukaran rute dari dan ke luar jaringan lokal sebuah organisasi atau kelompok tertentu. Organisasi atau kelompok tertentu diluar organisasi pribadi sering disebut dengan istilah autonomous system (AS). Dalam pembahasan tugas akhir ini protokol routing BGP digunakan pada arsitektur MPLS VPN. Yang bertugas untuk membawa informasi customer secara langsung antar PE router. Karena protokol yang dapat menangani jumlah customer dalam skala besar hanya BGP. Sama halnya seperti OSPF, pembahasan mengenai BGP tidak dibahas secara detail pada artikel ini karena BGP memiliki pembahasan yang luas yang dapat dijadikan suatu pembahasan tersendiri.
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.3.3.1 Komponen MPLS a.
Label Switched Path (LSP) Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana paket
diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain. b.
Label Switching Router MPLS node yang mampu meneruskan paket-paket layer-3.
c.
MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER) MPLS node yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang
berada di luar MPLS domain. d.
MPLS Egress Node MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain.
e.
MPLS Ingress Node MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS domain.
f.
MPLS Label Merupakan label yang ditempatkan di MPLS header.
g.
MPLS Node Node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini sebagai control protocol yang
akan meneruskan paket berdasarkan label. Dalam hal ini MPLS node merupakan sebuah router. Dan mengirimkannya ke router di luar area MPLS. Paket tersebut akan menjadi seperti paket dara IP asli sebelum memasuki area MPLS kembali. 3.3.4 Sistem Kerja Multi-Protocol Label Switching (MPLS) MPLS node mempunyai dua bidang arsitektural, yaitu : MPLS control plane dan MPLS forwarding plane. 3.3.4.1 Control Plane Ketika paket IP sampai LER (ingress router), dilakukan proses klasifikasi paket ke dalam Forward Equivalence Class (FEC). Klasifikasi ke dalam FEC dapat berdasarkan destination IP address maupun nilai dari IP Precence pada header paket IP. Semua paket-paket yang di klasifikasikan kedalam FEC yang sama akan diperlukan dengan perlakuan yang sama, misalnya dengan meneruskan paket ke jalur tertentu. Setelah dilakukan klasifikasi, label diberikan pada paket data (label 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
imposition/pushing) sesuai dengan klasifikasi FEC. Dengan demikian klasifikasi paket hanya dilakukan disisi edge. Sedangkan disisi core (LSR) dilakukan beberapa hal, yaitu : a.
Melihat label (label lookup) terhadap paket yang datang.
b.
Menentukan outgoing interface dan outgoing label paket tersebut.
c.
Menukar label paket yang dating dengan outgoing label yang sesuai (label swapping) dan mengirimkan melalui outgoing interface tertentu. Ketika paket mencapai sisi edge (egress router) label paket akan dihapus (label disposition/popping). Pada control plane ini perlu diperhatikan beberapa hal pada jaringan MPLS
diantaranya yaitu: a.
IGP (Interior Gateway Protocol) IGP yang harus digunakan untuk traffic engineering pada jaringan MPLS
merupakan protocol link state (OSPF). b.
Label Ditribution Protocol Untuk distribusi label dengan traffic engineering perlu diperhatikan adanya
Label Distribution Protocol (LDP) dan RSVP-TE. c.
BGP (Border Gateway Protocol) Pada jaringan berbasiskan MPLS, BGP hanya diperlukan di sisi edge network.
3.3.4.2 Forwarding Plane MPLS forwarding plane bertanggungjawab dalam meneruskan paket berdasarkan harga dari label. Proses penerusan data juga berdasarkan informasi pada LFIB (Label Forwarding Information Base). Setiap MPLS node akan menggunakan dua label, yaitu : Label Information Base (LIB) dan LFIB. LIB berisi informasi semua label yang dimiliki oleh MPLS node local dan pemetaan label tersebut terhadap label-label yang diterima dari MPLS node tetangga. LFIB menggunakan sebagian label-label yang ada di dalam LIB untuk proses packet forwarding.
37 http://digilib.mercubuana.ac.id/