BAB III LANDASAN TEORI
3.1.
Ergonomi
3.1.1. Tipe-tipe Masalah Ergonomi 2 Masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacammacam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti : 1.
Anthropometric Berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang geometri fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan volume. Jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain dari ruang kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.
2.
Cognitive Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan infomasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan
2
Edy Kurniyawan. 2008. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antropometri pada Bagian Pallet Produk 1500 ml di PT. Tirta Sibayakindo
Universitas Sumatera Utara
fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi sebaik pengembangan pekerjaan. 3. Musculoskeletal Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas kemampuan manusia. 4. Cardiovaskular Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung. Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan. 5. Psychomotor Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.
3.1.2.
Tujuan Ergonomi3 Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam
suatu sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
3
Unikom, 2010. “Tinjauan Pustaka”, diakses http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas teknik-dan-ilmu-komputer/teknik-industri/2010/jbptunikompp-gdl-varyatiade-22206/4bab2.docx/pdf/4-bab2.pdf
Universitas Sumatera Utara
penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik.
3.1.3. Aplikasi Ergonomi Adapun isi ruang lingkup bidang ergonomi meliputi: 1.
Ergonomi
fisik
yaitu
berkaitan
dengan
anatomi
tubuh
manusia,
anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, sumber daya manusia (SDM), tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan. 2.
Ergonomi kognitif yaitu berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction, kehandalan manusia, dan stress kerja.
3.
Ergonomi organisasi yaitu berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara lain; komunikasi, manajemen sumber daya manusia (MSDM), perancangan kerja, perancangan waktu kerja, teamwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, cultur organisasi, organisasi virtual.
Universitas Sumatera Utara
4.
Ergonomi lingkungan yaitu berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain; perancangan ruang kerja, sistem akustik dan lainlain.
3.2.
Definisi Kansei engineering4 Kansei engineering adalah jenis teknologi yang menerjemahkan perasaan
pelanggan ke dalam spesifikasi desain. Tim peneliti dan pengembangan menangkap perasaan pelanggan, yang disebut kansei, analisis data kansei menggunakan psikologis, ergonomis, medis, atau metode rekayasa, dan desain produk baru berdasarkan analisis informasi. Kansei engineering adalah proses teknologi dan rekayasa dari data kansei untuk merancang spesifikasi. Kehidupan manusia beragam, tetapi pada dasarnya semua orang mencari kepuasan emosional yang menyenangkan dalam kualitas hidup. Kondisi tersebut menjadi penting untuk menentukan kepuasan yang ada dalam pikiran orang-orang yang akan meningkatkan kualitas hidup mereka. Orang-orang sangat menyadari ekosistem. Udara, air, dan suhu menjadi bagian yang lebih integral dari kehidupan masyarakat. Bidang kesejahteraan adalah masalah baru yang lain untuk diatasi. Kesadaran ini juga termasuk dalam kansei. Isu-isu ini harus dipertimbangkan selama pengembangan produk sebagai ekosistem kansei. Proses kansei engineering harus mencakup skema berikut : Pertama, seorang kansei engineer harus berpikir, Siapa pelanggan? Kedua, Apa yang mereka inginkan dan
4
Nagamachi, Mitsuo. 2011. Innovations of Kansei engineering. (New York, 2011). h.3
Universitas Sumatera Utara
butuhkan? apa kansei mereka? Ketiga, kansei engineer harus mempertimbangkan bagaimana cara untuk mengevaluasi kansei pelanggan. Kansei engineer harus menganalisis data kansei setelah evaluasi kansei menggunakan analisis statistik atau pengukuran psychophysiological, dan kemudian mentransfer data yang dianalisis ke domain desain. Kansei engineering berhubungan dengan empat hal: 1. Perasaan konsumen tentang produk menurut istilah ergonomik dan estimasi psikologis. Semantic Differential (SD) yang dikembangkan oleh Osgood merupakan teknik utama untuk menangkap Kansei Konsumen. 2. Mengidentifikasi karakteristik desain produk dari Kansei konsumen. Hal ini dilakukan dengan melakukan survei atau eksperimen ergonomi untuk mengamati elemen – elemen. 3. Membangun Kansei engineering sebagai sebuah teknologi ergonomik. Beberapa teknologi komputer yang canggih. Inteligen buatan, model jaringan syaraf, dan algoritma genetik termasuk juga teori Fuzzy, disertakan juga untuk membangun rangka kerja yang sistematik dari teknologi Kansei engineering dan untuk mengkonstruksi database yang terhubung dan system interface. 4. Menyesuaikan desain produk dengan perubahan sosial yang sedang terjadi yang sesuai dengan pilihan orang. Hal ini bertujuan untuk merawat kesehatan database dari Kansei engineering system dan trend Kansei konsumen yang sedang meningkat dengan memasukkan data Kansei baru konsumen dalam setiap tiga atau empat tahun. Langkah-langkah dalam rekayasa kansei dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)
Gambar 3.1 Langkah-langkah dalam Kansei engineering
Langkah-langkah pada Kansei engineering adalah sebagai berikut: 1. Decision of Strategy Seorang kansei engineer mendengarkan klien CEO atau manajer R&D perusahaan dan memahami strategi pengembangan produk baru perusahaan. Hal yang paling penting bagi seorang kansei engineer adalah untuk memahami apa kebutuhan perusahaan yang ingin dimiliki dan apa yang akan memberikan mereka kepuasan tertinggi dalam pengembangan produk baru. 2. Collection of Kansei Words Kansei engineer mengumpulkan kata-kata kansei terkait dengan domain produk setelah memahami strategi perusahaan klien. Biasanya disintesis dari majalah terkait, surat kabar bisnis, atau informasi penjualan tentang emosi pelanggan dan pendapatnya. Kata-kata kansei adalah kata sifat, kata benda,
Universitas Sumatera Utara
kata kerja atau kadang-kadang kalimat. Indah, elegan, premium, cerdas, sederhana, besar, warna-warni, merah, biru, persegi, mudah untuk membuka, dan sebagainya adalah semua kata kansei. Disarankan untuk pertama kali mengumpulkan banyak kata kansei dan kemudian menguranginya menjadi sejumlah kecil kata-kata yang sangat penting dan relevan. Contoh kansei word dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Contoh Kansei Words No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kansei Words Soft Bright Broad Unique Expansive Heavy Refreshing Unambiguous Simple Glamorous Warm Individual Have uplifting feeling Nice ring Roundish Gentle Masculine Have sense of flowing Sharp Powerful
Hard Dark Narrow General Unexpansive Light Old Ambiguous Complicated Unglamorous Cold Common No uplifting feeling Ill sounding Squarish Unkind Feminine No sense of flowing Dull Powerles
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011) 3. Setting of SD Scale of the Kansei Words Skala SD ( semantic differential ) adalah skala pengukuran psikologis yang dirancang oleh CE Osgood dan rekan-rekannya. Skala SD digunakan untuk membuat struktur bahasa psikologis. Osgood mengatur kata-kata positif dan negatif pada kedua sisi garis horizontal. Misalnya, indah jelek diatur pada kedua sisi tetapi kansei engineering dimaksudkan untuk mencapai desain yang baik, bukan desain jelek. Kansei engineer mengatur kata-kata kansei positif
Universitas Sumatera Utara
dan negatif di kedua sisi skala seperti indah - tidak indah. Skala SD terdiri dari beberapa skala,yaitu 5 skala, 7 skala, 9 skala, dan 11 skala, tapi 5 skala yang paling mudah untuk dipahami dan yang paling mudah untuk digunakan. Skala SD dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011) Gambar 3.2 Skala Semantic Differential 5 Titik, 7 Titik, dan 9 Titik
4. Collection of Product Samples Kansei engineer harus mengumpulkan produk yang mirip dengan produk yang ditargetkan. Kansei engineer mengumpulkan banyak botol shampoo serupa dari pasar jika produk yang ditargetkan adalah botol shampo. Kansei engineer mengumpulkan banyak kendaraan penumpang jika desain eksterior otomotif mobil penumpang sekitar 20 atau 25 sampel biasanya cukup. 5. A list of Item / Category Barang/ kategori yang terkait dengan spesifikasi desain akhir: Item menyiratkan item desain produk sampel, dan kategori berarti detail dari item desain misalnya, warna, bentuk, ukuran, kebulatan, dan sebagainya adalah contoh dari item, dan merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya adalah kategori untuk item warna. Kansei engineer harus sangat berhati-hati mengkategorikan sampel produk. Klasifikasi sangat detil terhadap item dan kategori akan mengarah pada desain yang sukses
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluation Experiment Langkah keenam adalah mengevaluasi eksperimen. Subyek menerima instruksi dan mengevaluasi masing-masing sampel dengan skala SD 5 point kata-kata kansei 7. Multivariate Statistical Analysis Analisis multivariat selalu berkembang. Berbagai teknik yang telah diterima secara luas adalah principal components dan criminant analysis, multiple regression dan multiple correlation, multiple criminant analysis, multivariate analysis of variance dan covariance, conjoint analysis, canonical correlation, cluster analysis, multidimension analysis, dan correspondence analysis. Regresi berganda merupakan metode analisis yang tepat bila masalah riset meliputi satu variabel dependen, datanya metrik, diasumsikan berhubungan dengan dua atau lebih variabel independen. Tujuan stepwise regression adalah untuk memilih variabel independen dan yang paling bertanggung jawab terhadap varian variabel dependen. Tiga pendekatan yang bisa dipilih yaitu: forward inclusion (memasukkan prediktor satu persatu), backward inclusion (mengeluarkan prediktor satu-persatu), stepwise solution (kombinasi forward inclusion dan backward inclusion). Stepwise regression bermanfaat kalau ukuran sampel besar dan jumlah prediktor banyak. Model konsep regresi linier sederhana dioperasikan dengan menggunakan kuadrat terkecil. Model sampel linier sederhana tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
Y = a+bX dimana: Y = variabel tidak bebas X = variabel bebas a = nilai intersep b = koefisien arah regresi b=
n XY X Y
a=
n X 2 X
2
Y b X n
8. Intrepretation of the Analyzed Data Analisis statistik memiliki properti interpretasi tertentu. Koefisien korelasi menunjukkan kesamaan arti antara setiap kata kansei, dan PCA mampu menunjukkan kepada kita posisi saling terkait antara kansei dan produk sampel. Analisis faktor menunjukkan struktur psikologis kata kansei terkait dengan dipilih lingkup produk dan produk sampel posisi berhubungan dengan struktur kansei. QTI atau PLS memberitahu kita kata-kata kansei apa yang sejenis dengan spesifikasi desain kemudian ditafsirkan data dan diintegrasikan ke dalam sifat desain produk. 9. Explanation of the Data to Designer Langkah yang paling penting adalah kolaborasi dengan desainer produk. Kansei engineer harus menjelaskan data yang dianalisis dan diinterpretasikan untuk desainer. Saran berasal dari analisis data. Kansei engineer harus memotivasi dan merangsang desainer untuk memahami interpretasi data akhir
Universitas Sumatera Utara
dan untuk menarik keluar ide desain baru perancang desain emosional di luar data. 10. Check of Designer’s Sketch with KE Candidate Periksa ide desain baru. Terakhir, kansei engineer harus mengevaluasi apakah produk baru yang dirancang akan cocok dengan emosi pelanggan dan apakah itu mengungkapkan desain emosional dan jika tidak, dia harus memotivasi desainer untuk ide desain intrinsik yang lebih baik.
3.3.
Model Kano5 Konsultan TQM di Jepang Noriaki Kano, telah memberikan model yang
sangat berguna mengenai kepuasan pelanggan yang berkaitan dengan karakteristik produk .Menggunakan karakteristik istilah yang tepat di kemudian hari , dan kita akan menggambar perbedaan yang tajam antara kebutuhan pelanggan dan karakteristik produk . Untuk saat ini menggunakan karakteristik istilah untuk merujuk pada fitur atau kemampuan suatu produk . Karakteristik produk Model Kano terbagi menjadi tiga kategori yang berbeda yang masing-masing mempengaruhi pelanggan dengan cara yang berbeda. Ketiga kategori tersebut adalah: 1.
Tidak Puas (Dissatisfiers), juga dikenal sebagai karakteristik "Must be","Basic" atau “Expected"
2.
Pemuas (Satisfiers), juga dikenal sebagai karakteristik "One-Dimensional", atau "Straight Line "
5
Lou Cohen. Quality Function Deployment : How to Make QFd Work for You. USA : AddisonWesley Publishing Company.1995.
Universitas Sumatera Utara
3.
Menyenangkan (Delighter) , juga dikenal sebagai karakteristik "Attractive" atau "Exciting" Sumbu horizontal di diagram menunjukkan kinerja aktual atau keadaan
pemenuhan fisik dalam memberikan masing-masing kategori karakteristik produk tersebut kepada pelanggan, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan tingkat terhadap kepuasan pelanggan. Sebuah musuh strategi bersaing mengembangkan produk dan layanan harus memperhitungkan kategori-kategori theree karakteristik produk . Ini harus menentukan apa tingkat saat ini kepuasan untuk masing-masing kategori tehse dan , harus memutuskan apa proporsi sumber daya proyek untuk mengalokasikan ke produk atau jasa karakteristik pada masing-masing kategori Gambar Diagram Model Kano dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Diagram Model Kano
Universitas Sumatera Utara
6
N. Kano telah mengembangkan diagram berguna untuk mencirikan
kebutuhan pelanggan. Menurut model Kano, atribut pelanggan dapat secara efektif dikategorikan menjadi enam kategori , dijelaskan di bawah ini : 1.
Attractive : Sebuah atribut kualitas tertentu dapat berasal kepuasan besar di pelanggan. Namun, tidak adanya atribut kualitas yang sama tidak berasal ketidakpuasan. Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat tinggi dengan meningkatnya kinerja atribut. Akan tetapi penurunan kinerja atribut tidak akan menyebabkan penurunan tingkat kepuasan.
2.
Must Be : Pelanggan tidak akan puas ketika kualitas saat ini atribut memenuhi. Namun, jika produk atau jasa tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, pelanggan akan menjadi sangat tidak puas. Tetapi kepuasan pelanggan tidak akan meningkat jauh diatas netral meskipun kinerja dari atribut tersebut tinggi.
3.
One-Dimensional : Tingkat kepuasan pelanggan berbanding lurus dengan atribut kualitas tertentu. Semakin tinggi kualitas satu dimensi elemen, kepuasan pelanggan yang lebih tinggi akan dan sebaliknya . Dengan demikian, pelanggan biasanya dan secara eksplisit menuntut persyaratan satu – dimensi.
4.
Indefferent : Sebuah kualitas tertentu yang tidak berpengaruh pada kepuasan pelanggan apakah atribut kualitas hadir atau tidak
5.
Reverse : Apabila tingkat kepuasan pelanggan berbanding terbalik dengan hasil kinerja atribut
6
Gupta, Parul. 2011. Customer Satisfaction for Designing Attractive Qualities of Healthcare Service in India using Kano Model and Quality Function Deployment. Institute of Technology : Moradabad. Hal : 2
Universitas Sumatera Utara
6.
Questionable : Karena kesalahpahaman atau salah tafsir dari jawaban pada survey atau mengisi kuesioner kesalahan . apabila tingkat kepuasan pelanggan tidak dapat didefinisikan (terdapat kontradiksi pada jawaban pelanggan) Cara perhitungan model Kano dapat digunakan tabel evaluasi kano
seperti Tabel 3.2 Tabel 3.2. Cara Perhitungan Model Kano
Sumber: Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual Model. Proceeding of Industrial Engineering and Service Science.
Keterangan : Q = Questionable (Diragukan) R = Reverse (Kemunduran) A = Attrctive (Menarik) I = Indefferent (Netral) O = One dimensional (Satu Ukuran) M = Must be (Keharusan) Keterangan dari kuesioner Kano dapat dilihat pada Tabel 3.3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Keterangan Kuesioner Kano
Sumber: Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual Model. Proceeding of Industrial Engineering and Service Science.
7
Menurut kategori Kano, tim pengembangan produk harus memahami
karakteristik teknis respon mereka. Mereka harus memeriksa karakteristik respon teknis dengan meminta mereka untuk pelanggan mereka dalam bentuk survei pelanggan menggunakan kuesioner Kano . Kuesioner Kano terdiri dari dua pertanyaan kali lipat, pertanyaan fungsional dan pertanyaan disfungsional. Pertanyaan Fungsional meminta sikap pelanggan jika respon teknis yang berfungsi dengan baik. Jika tidak, pertanyaan disfungsi nasional adalah pertanyaan yang menanyakan persepsi pelanggan jika respon teknis tidak bekerja atau
tidak
ada.
Kategori
respon
teknis
dapat
ditentukan
dengan
mempertimbangkan kombinasi jawaban pelanggan.
7
Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual Model. Proceeding of Industrial Engineering and Service Science. Hal : 2
Universitas Sumatera Utara
Langkah selanjutnya adalah menghitung kontribusi respon teknis pada kepuasan pelanggan dengan menggunakan rumus berikut:
Pemilihan respon teknis harus mempertimbangkan beberapa faktor selain koefisien di atas , seperti biaya , waktu , dan tujuan perusahaan . Pemilihan respon teknis melibatkan model matematika untuk mengoptimalkan hasil yang diharapkan . Respon teknis yang dipilih akan menjadi persyaratan desain produk .
3.4
Analisis Multivariat8 Analisis multivariat atau metode multivariat berhubungan dengan metode-
metode statistik yang secara bersama-sama (simultan) melakukan analisis terhadap lebih dari dua variabel pada setiap objek atau orang. Jadi, bisa dikatakan analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat (seperti uji t) atau bivariat (seperti korelasi dan regresi sederhana). Analisis multivariat adalah analisis multi variabel dalam satu atau lebih hubungan. Analisis ini berhubungan dengan semua teknik statsistik yang secara simultan menganalisis sejumlah pengukuran pada individu atau objek. Contoh, jika dilakukan analisis regresi sederhana, dengan satu variabel Y dan satu variabel X, maka analisis seperti itu dikatakan bivariat, karena ada dua (bi) variabel, X dan Y. Sedang jika dilakukan 8
Singgih Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), h.7.
Universitas Sumatera Utara
analisis regresi berganda, dengan satu variabel Y dan dua variabel X (X1 dan X2), maka analisis sudah bisa dikatakan multivariat, karena ada tiga variabel (termasuk X1 dan X2).
3.5
Conjoint Analysis9 Tujuan analisis conjoint adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi
seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu atau banyak bagian. Hasil utama Conjoint Analysis adalah suatu bentuk desain produk barang atau jasa, atau objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden. Proses dasar dari Conjoint Analysis adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan factor (atribut spesifik) kemudian level (bagian-bagian dari faktor) dari sebuah objek. Contoh, jika objek yang diteliti adalah sebuah baju (kemeja), faktor di sini mungkin adalah warna baju, motif baju dan bahan baju.
2.
Desain Stimuli merupakan kombinasi antara faktor dengan level disebut sebagai suatu stimuli atau treatment, jika diambil contoh terkait, kemeja dengan motif kotak-kotak, warna biru dan berbahan katun adalah satu stimuli dari sekian kombinasi.
3.
Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada. Terdapat 15 stimuli yang dihasilkan dari kombinasi faktor-level dari produk kemeja, maka kepada sejumlah responden diminta member pendapat atas ke15 stimuli tersebut.
9
Singgih Santoso, op.cit., h. 279-281.
Universitas Sumatera Utara
4.
Proses Conjoint. Berdasarkan pendapat responden atas sekian stimuli dilakukan proses konjoin untuk memperkirakan bentuk produk yang diinginkan responden.
5.
Menentukan Predictive Accuracy (Ketepatan Prediksi) dari hasil conjoint di atas, yakni proses menguji hasil konjoin dengan sejumlah Holdout Sample untuk mengetahui apakah prediksi yang telah dilakukan mempunyai ketepatan yang tinggi. Tentu saja jumlah stimuli secara teoritis akan menjadi sangat banyak jika
faktor dan level juga bervariasi. Sebagai contoh, jika ada 4 faktor dengan masingmasing faktor terhadap 5 level, maka jumlah stimuli secara teoritis adalah 5 x 5 x 5 x 5 = 625 stimuli. Hal ini berarti setiap responden secara teoritis harus memberi pendapat tehadap 625 stimuli. Jumlah stimuli yang terlalu banyak, bisa dilakukan pengurangan stimuli dengan ketentuan stimuli minimal adalah: Minimum stimuli = jumlah level – jumlah faktor + 1 Pertanyaan sebelumnya, karena tiap faktor memiliki 5 level, maka 4 faktor yang akan ada yaitu 5 x 4 = 20 level. Dengan demikian: Minimum stimuli = 20 – 5 + 1 = 16 stimuli Seorang responden mengisi seluruh 625 stimuli (sama dengan 625 pertanyaan), ia cukup mengisi minimal 16 stimuli.
Universitas Sumatera Utara
3.6
Quality Function Deployment 10 QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa
dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan karakteristik teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. QFD digunakan untuk membantu bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika menyusun spesifikasi desain dan pabrikasi. Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Mitsubishi’s Shipyard di Kobe, Jepang. Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keinginan pelanggan (What) dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi kebutuhan pelanggan (How).
3.6.1
House of Quality (HoQ)11 The house of quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam
mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment (QFD). The House of Quality memperlihatkan struktur untuk mendesain dan membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam membangun HOQ adalah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih penting dari pelanggan. Adapun komponen 10
Rosnani Ginting, Perancangan Produk, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 135 Lou Cohen, Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You, (USA: AddisonWesley Publishing Company, 1995), h. 11-13 11
Universitas Sumatera Utara
penting dalam menyusun QFD The House of Quality dapat dilihat pada Gambar 3.4. Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut: 1. Customer need Customer need berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara mengetahui suara pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pelanggan untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun saran pelanggan, dan dapat juga dilakukan dengan pembagian kuisioner.
E Technical Correlations
C Technical Response (Technical Requirement) A
D
Customer Needs and Benefits
Relationships - What do the customer requirement mean to the manufaktur - Where are the interactions between relationships
B Planning Matrix - Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal - Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight
F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets
Sumber : Lou Cohen (1995)
Gambar 3.4 House of Quality
Universitas Sumatera Utara
2. Planning matrix Planning matrix merupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak dicapai. 3. Technical response Technical response merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang (voice of developer). 4. Relationship Relationship menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD. Hubungan tersebut merupakan dari tim pengembangan yang dapat bersifat kuat, moderat, dan lemah atau tidak ada hubungannya. 5. Technical corelation Technical correlation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif cukup kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubuungannya. 6. Technical matrix Technical Matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmar untuk tujuan pengembangan kualitas produk.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. QFD Fase II12 Fase I merupakan tahap perencanaan produk dengan menggunakan tool house of quality. Fase II merupakan pengembangan desain berdasarkan part kritis produk. Karakteristik part merupakan ukuran kinerja pada tahap fase II ini. Fase III merupakan tahap perencanaan manufaktur produk dimana yang menjadi parameter kinerjanya adalah proses manufaktur produk itu sendiri. Fase IV merupakan perencanaan produksi dimana perencanaan operasi produksi yang menjadi ukuran kinerjanya. Quality Function Deployment memiliki 4 fase seperti terlihat pada Gambar 3.5. Design Deployment (Part Deployment)
Manufacturing planning (Process Planning)
Performance measures (SQCs)
Part Characteristics
Process parameters
Performance measure technical importance
Part characteristics importance
Process parameters importance
Production Planning (Production Operations Planning) Production operations
Voice of The Customer
Product Planning (House of Quality)
Sumber: Lou Cohen (1995) Gambar 3.5 Four-Phase QFD Model
Langkah pertama pada fase II adalah pengembangan pohon fungsi seperti pada Gambar 3.5 terlihat bahwa pada produk total awal dibagi ke dalam sub sistem, dan sub sistem dibagi lagi ke dalam part yang lebih kecil. Pada tahap ini, karakteristik yang terpenting pada setiap part adalah perhitungan. Hal ini akan
12
Ibid., hal. 311
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan bagian-bagian kritis pada desain. Pengukuran termasuk hal yang terpenting yang efeknya adalah spesifikasi parameter untuk setiap part. Pendekatan pohon fungsi adalah salah satu cara untuk mendapatkan karakteristik part. Tergantung pada teknologi yang paling berpengaruh dan perancangan budaya dalam perusahaan yang bervariasi, metode lainnya juga harus digunakan dalam pengembangan part dan karakteristik part. Karakteristik part terletak pada bagian atas Design Deployment Matrix. Mengestimasi dampak setiap karakteristik part pada pengukuran kinerja. Ukuran kinerja prioritas bermacam-macam tergantung pada dampak perhitungan hubungan. Setiap hubungan
dijumlahkan
dan
menghasilkan
importance
value
yang
memprioritaskan karakteristik part. Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan karakteristik part dan part akan ditentukan oleh kepuasan pelanggan, seperti yang terlihat pada Gambar 3.6. Total Products
subsystem
Parts
Part Characteristics
Sumber: Lou Cohen (1995)
Gambar 3.6 Part Characteristics Deployment
Universitas Sumatera Utara
3.7
Antropometri13 Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan yang lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Pengukuran antropometri bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan saat digunakan. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal: 1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain) 2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya. 3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer, dan lain-lain. 4. Perancangan lingkungan kerja fisik. Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Perancang produk harus 13
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. h. 60-69
Universitas Sumatera Utara
mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam proses perancangannya.
3.7.1
Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri Rancangan suatu produk agar nantinya bisa disesuaikan dengan ukuran
tubuh manusia yang mengoperasikannya, maka terdapat tiga prinsip dalam penggunaan data antropometri, yaitu: 1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk yaitu: a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klarifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rataratanya. b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada). Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara: a. Ukuran dimensi minimum yang harus ditetapakan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90th, 95th, atau 99th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
Universitas Sumatera Utara
b. Ukuran dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (1th, 5th, 10th persentil) dari distribusi data antropometri yang ada. Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5 th persentil untuk dimensi maksimum dan 95 th untuk dimensi minimumnya. 2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu. Di sini rancangan bisa dirubah- rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh stiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/ mundur dan sudut sandarannya pun bisa berubah- rubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5 th sampai denga 95 th persentil. 3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata- rata Rancangan produk didasarkan terhadap rata- rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Di dalam produk yang dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
3.7.2
Dimensi Antropometri Dimensi antropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu. Data
ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakannya. Data antropometri tubuh yang diukur dalam panduan survei data antropometri dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh Data No
Dimensi Tubuh
1
Tinggi tubuh
2
Tinggi mata
3
Tinggi bahu
4
Tinggi siku
5 6
Tinggi pinggul Tinggi tulang ruas Tinggi ujung jari Tinggi dalam posisi duduk Tinggi mata dalam posisi duduk Tinggi bahu dalam posisi duduk Tinggi siku dalam posisi duduk
7 8 9
10
11 12
Tebal paha
13
Panjang lutut
14
Panjang popliteal
Definisi Tinggi tubuh jarak vertikal dari lantai ke bagian paling atas kepala. Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata kanan. Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan atau ujung tulang bahu kanan. Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut siku bagian kanan. Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan. Jarak vertickal dari lantai ke bagian tulang ruas jari tangan kanan. Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan kanan. Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas kepala. Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut mata kanan. Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu kanan. Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah lengan bawah tangan kanan. Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas dari paha kanan. Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan. Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh (Lanjutan) Data No
Dimensi Tubuh
15
Tinggi lutut
16
Tinggi popliteal
17
Lebar sisi bahu
18
Lebar bahu bagian atas
19
Lebar pinggul
20
Tebal dada
21
Tebal perut
22
Panjang lengan atas
23
Panjang lengan bawah
24 25
Panjang rentang tangan ke depan Panjang bahu genggaman tangan ke depan
26
Panjang kepala
27
Lebar kepala
28
Panjang tangan
29
Lebar tangan
30
Panjang kaki
31
Lebar kaki
Definisi Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan. Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang lutut kaki kanan. Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan sisi paling luar bahu kanan. Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu atas kiri. Jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan sisi luar pinggul kanan. Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian buah dada untuk subyek wanita. Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian paling menonjol dibagian perut. Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah kanan ke bagian atas bahu kanan. Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari bagian belakang siku kanan kebagian ujung dari jari tengah. Jarak dari bagian atas bahu kanan ke ujung jari tengah tangan Jarak dari bagian atas bahu kanan ke pusat batang silinder yang digenggam oleh tangan kanan, dengan siku dan pergelangan tangan lurus. Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi (bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah kepala. Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi kepala bagian kanan, tepat di atas telinga. Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan seluruh jari lurus dan terbuka. Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan kanan yang diposisikan lurus dan rapat. Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke bagian paling ujung dari jari kaki kanan. Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
Data No
Panjang rentangan tangan ke samping Panjang rentangan siku Tinggi genggaman tangan ke atas dalam posisi berdiri Tinggi genggaman ke atas dalam posisi duduk Panjang genggaman tangan ke depan
32
33
34
35
36
3.8
Dimensi Tubuh
Definisi Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke ujung jari tengah tangan kiri. Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke ujung siku tangan kiri. Jarak vertikal dari lantai ke pusat batang silinder yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang silinder. Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan (tulang belikat) ke pusat batang silinder yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
Pembuatan Kuesioner 14 Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Penggunaan kuesioner dalam penelitian merupakan hal yang sangat pokok dalam pengumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan sesuai tujuan dengan cara mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih. Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan penelitian. Kuesioner dapat dibedakan berdasarkan : 1. Berdasarkan cara menjawab
14
Rosnani Ginting, Perancangan Produk, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 67-68
Universitas Sumatera Utara
a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun. b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada. 2. Berdasarkan jawaban yang diberikan a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi. b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban. b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay. c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda Check List pada kolom yang sesuai. d. Rating Scale, yaitu pernyataan diikuti oleh kolom-kolom
yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
3.9
Validitas Data15 Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen pengumpulan data. Validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrumen pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil. Cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrumen ialah melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi dilaksanakan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut : . . . . . . . . . . (pers 1) Dimana, rxy
15
= Koefisien korelasi antara X dan Y
xi
= Skor variabel independen X
yi
= Skor variabel independen Y
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Cet II; Medan: USU Press, 2013)., h. 171-172
Universitas Sumatera Utara
3.10
Reliabilitas16 Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut. Dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tersebut. Stabilitas instrumen dikatakan cukup baik jika instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama. Konsistensi internal instrumen memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap keseluruhan. Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest reliability dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu interitem consistency reliability dan split-half reliability. Alat test yang sering digunakan dalam
16
Ibid., h. 230-243
Universitas Sumatera Utara
pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach. Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah: 2 k b r11 k 1 1 2 t
...............(pers 2)
dimana, r11
= Reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)
k
= Jumlah butir pertanyaan dalam instrumen
2b
= Jumlah varians butir-butir pertanyaan
2t
= Varians total
Koefisien Alpha Cronbach dihitung dengan
menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut: 1.
Menghitung varians butir-butir pertanyaan ( x ) dan jumlah varians butir. 2
x
2
x 2
2.
x
2
n
n
.............. (pers 3)
Menghitung varians total.
Y Y - n
2
2
Varians total
3.
n
.............. (pers 4)
Menghitung koefisien Alpha Cronbach.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun
Pabatu, berjarak 7 km dari kota Tebing Tinggi dan 87 km dari kota Medan. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan September 2016 sampai dengan Januari 2017.
4.2.
Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif17. Disebut sebagai penelitian
deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek. Jenis penelitian deskriptif yang dimaksud adalah penelitian survei. Penelitian ini disebut penelitian survei karena dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dan informasi secara langsung dari operator yang menggunakan alat pemanen sawit. Penelitian ini juga merupakan action reaseach yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan suatu solusi yang akan diaplikasikan pada perusahaan sebagai bentuk perbaikan dari sistem semula.
17
Sukaria Sinulingga, Metodologi Penelitian, (Edisi 3, Medan: USU press, 2011), h. 31
Universitas Sumatera Utara
4.3.
Subjek Penelitian Subjek penelitian yang diamati adalah para pekerja pengangkutan Tandan
Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang menggunakan alat angkut tojok TBS di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu Afd. I yang berjumlah 6 orang.
4.4.
Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen a. Atribut Produk b. Karakteristik teknis 2. Variabel Dependen a. Emotional Needs b. Customer Requirement c. Tingkat kesulitan, perkiraan biaya, dan derajat kepentingan d. Part Kritis e. Usulan pengembangan rancangan alat
Universitas Sumatera Utara
4.5.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Kuesioner Terbuka18
2.
Kuesioner semantic differential19
3.
Kuesioner Kano20
4.
Kuesioner Karakteristik Teknis21
5.
Kuisioner Part Kritis22
4.6.
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual ialah sebuah model yang ditunjukkan dalam bentuk
diagram yang memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan-temuan hasil review artikel akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah keseuaian rancangan alat yang digunakan pekerja angkut TBS. Gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.6.
18
Sukaria Sinulingga, Metodologi Penelitian, (Edisi 3, Medan: USU press, 2011), h. 174 Mitsuo Nagamachi, Kansei Affective Engineering, (Jepang: New York CRC Press, 2011), h. 13 20 Sukaria Sinulingga, op.cit., h. 174 21 Lou Cohen,Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, (USA: AddisonWesley Publishing Company, 1995)., h. 123 22 Ronald, G Day. Quality Function Deployment.1993. USA : ASQC Quality Press. Hal : 128 19
Universitas Sumatera Utara
4.7.
Metode Pengumpulan Data
4.7.1. Data Primer Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan cara sebagai berikut: 1.
Observasi (pengamatan)
2.
Kuesioner Kuesioner yang digunakan adalah a. Data permasalahan awal terhadap pemakaian alat tojok kelapa sawit dengan instrumen kuesioner pendahuluan. b. Data tingkat emosional konsumen terhadap alat tojok kelapa sawit dengan kuesioner semantic differential. c. Data tingkat kepentingan terhadap kebutuhan emosional yang terpilih dengan kuesioner kano.
3.
Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data karakteristik teknik .
4.7.2. Data Sekunder Data skunder dalam penelitian ini adalah file record perusahaan sebagai data penunjang yaitu data gambaran umum persahaan.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Studi Literatur 1. Teori Buku 2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah penyelesaian 4. Penelitian tentang Tojok
Studi Pendahuluan 1. Keluhan Pekerja 2. Kondisi Lapangan
Identifikasi Masalah Adanya keluhan pekerja angkut kelapa sawit pada alat tojok rancangan peneliti sebelumnya di PTPN IV Pabatu Perumusan Masalah Studi perancangan ulang alat untuk pemanen sawit yang sesuai dengan pekerja angkut sawit Penetapan Tujuan Memberikan usulan pengembangan rancangan alat bantu angkut kelapa sawit (tojok) yang sesuai dengan pekerja Pengumpulan Data Data Primer - Hasil rekapitulasi kuisioner pendahuluan, kansei, kano, karakteristik teknis, dan Part Critis Data Sekunder - Data mengenai perusahaan
Pengolahan Data Identifikasi Keluhan Identifikasi Kebutuhan – Kansei Engineering - Identifikasi kebutuhan konsumen dengan Conjoint Analysis - Didapatkan Customer Needs Identifikasi Kategori Atribut - Kano Identifikasi Teknis - Quality Function Deployment - Membangun House of Quality QFD Fase I - Membangun House of Quality QFD Fase II Pengembangan Rancangan Alat - Antropometri
Analisis Pemecahan Masalah Kesimpulan dan Saran Selesai
Gambar 4.10. Langkah-langkah Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1
Pengumpulan Data
5.1.1. Fasilitas Kerja Fasilitas kerja yang terdapat pada proses pemanenan adalah alat tojok hasil rancangan sebelumnya yang berfungsi sebagai alat bantu sortasi dan alat angkut Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk dimuat kedalam truk pengangkut buah.
5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Pendahuluan Kuesioner pendahuluan dibagikan kepada 6 responden. Rekapitulasi kuesioner pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 5.2. Rekapitulasi keluhan dikelompokkan berdasarkan keluhan yang memiliki kesamaan arti untuk ketidaksesuaian desain yang dimaksud yang dapat dilihat pada tabel 5.3.
5.1.3
Analisis Metode Kansei Engineering Kansei Engineering type I memiliki 10 tahapan, pada penelitian ini hanya
sampai pada tahapan kedelapan karena tahap 9 dan 10 merupakan tahap pengaplikasian pada perusahaan. Tahapan-tahapan dalam Kansei Engineering adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.1 Penetapan Tujuan Tujuan penelitian ini yaitu memberikan usulan perbaikan rancangan Tojok berdasarkan emotional needs konsumen.
5.1.3.2 Pengumpulan Kansei Word Kansei word diperoleh dari majalah, brosur dan wawancara mengenai produk tojok. Kansei word tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4. Kata kansei yang terpilih kemudian direduksi agar tidak terdapat kesamaan arti dan sesuai dengan produk. Reduksi kansei word dilakukan berdasarkan wawancara kepada ahli, konsumen dan juga referensi. Kansei word yang digunakan dalam kuesioner Semantic Differential dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Kansei Word Terpilih No 1 2 3 4 5
Kata Kansei Inovatif Ringan Fleksibel Multifungsi Nyaman
Sumber : Pengumpulan Data
5.1.3.3 Penetapan Skala Semantic Differential Penetapan skala semantic differential yang digunakan adalah skala 5 karena skala ini merupakan skala yang terbaik dibandingkan dengan skala 7, 9 dan 11 (Mitsuo Nagamachi, 2011). Skala Kansei dapat dilihat pada tabel 5.6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Skala Semantic Differntial Penilaian Kansei Positif 1 2 3 4 5 Tidak Inovatif Inovatif Berat Ringan Tidak Fleksibel Fleksibel Satu Fungsi Multifungsi Tidak Nyaman Nyaman
Kansei Negatif
Sumber : Pengumpulan Data
5.1.3.4 Pengumpulan Sampel Produk Pengumpulam sampel alat tojok diperoleh berdasarkan perhitungan stimuli. Desain produk tojok terdiri atas 4 faktor yaitu panjang batang, bahan batang, bahan pisau, ukuran pisau, dan bahan batang dengan masing-masing level dapat dijelaskan pada Tabel 5.7.
5.1.3.5 Pengurutan Spesifikasi Kategori Pengurutan spesifikasi kategori merupakan kumpulan desain dan kategori yang menyiratkan spesifikasi desain tentang produk sampel yang telah dikumpulkan. Pengurutan ini berdasarkan perhitungan stimuli dari faktor dan level produk tojok. Jumlah stimuli secara teoritis adalah 14 6 = 7.529.536 stimuli (design). Hal ini berarti setiap responden secara teoritis harus memberi pendapat tehadap 7.529.536 stimuli. Jumlah stimuli yang terlalu banyak, bisa dilakukan pengurangan stimuli dengan ketentuan stimuli minimal adalah: Minimum stimuli = jumlah level – jumlah faktor + 1 Minimum stimuli = 14 – 6 + 1 = 9 stimuli
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.6 Rekapitulasi Kuesioner Semantic Differential Kuesioner SD dibuat berdasarkan penilaian emotional needs responden dengan 5 kansei word terhadap desain produk. Kansei word yang digunakan tersebut yaitu: 1.
Tidak Inovatif – Inovatif
2.
Berat – Ringan
3.
Tidak fleksibel – Fleksibel
4.
Satu Fungsi – Multifungsi
5.
Tidak Nyaman – Nyaman Rekapitulasi kuesioner SD untuk setiap desain dapat dilihat pada Tabel 5.8.
rekapitulasi kuesioner SD untuk desain I sampai Tabel 5.17. Rekapitulasi kuesioner SD untuk desain X.
5.1.4
Analisis Model Kano
5.1.4.1 Rekapitulasi Kuesioner Kano Kuesioner kano bertujuan untuk mengkategorikan atribut-atribut dari alat Tojok sebagai alat angkut kelapa sawit berdasarkan seberapa baik alat tersebut mampu memuaskan kebutuhan operator muat sawit. Kuesioner ini berisi 6 pertanyaan mengenai tingkat kepentingan atribut Tojok yang diperoleh dari modus kuesioner SD. Dalam pemberian nilai dari atribut kualitas tojok maka digunakan skala Likert yang terdiri dari: a. Suka (S) dengan bobot 1
Universitas Sumatera Utara
b. Harap (H) dengan bobot 2 c. Netral (N) dengan bobot 3 d. Toleran (T) dengan bobot 4 e. Tidak Suka (TS) dengan bobot 5 Adapun hasil pendataan kualitas tojok melalui kuisioner kano yang diisi oleh 6 responden pada pernyataan fungsional dan disfungsional dapat dilihat pada Tabel 5.18 dan Tabel 5.19.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL
6.1
Analisis Identifikasi Keluhan Kuesioner
keluhan
merupakan
tools
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi keluhan yang dirasakan pekerja angkut kelapa sawit. Kuesioner dibagikan kepada seluruh pekerja angkut kelapa sawit di afdeling I Kebun Sawit PT Perkebunan Nusantara IV Pabatu untuk mengetahui keluhan pada saat melakukan bongkar muat menggunakan tojok.
6.2
Analisis Identifikasi Kebutuhan
6.2.1 Analisis Metode Kansei Engineering 6.2.1.1 Analisis Data Kuesioner Kansei (Semantic Differential) Variabel kuesioner kansei terdiri dari 10 kategori desain produk tojok. Responden diminta mengisi jawaban dengan memilih skala 1-5 (skala semantic differential) untuk setiap kansei word sesuai dengan perasaan responden. Kansei word terdiri dari mudah digunakan, tahan lama, ringan, nyaman, dan multifungsi. 23
Nilai r hitung product moment lebih besar dari r tabel 0,706 maka atribut
desain pada kuesioner kansei dinyatakan valid yang berarti terdapat konsistensi internal dalam variabel tersebut.
23
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Cet II; Medan: USU Press, 2013)., h. 216-219
Universitas Sumatera Utara
6.2.1.2 Analisis Statistik Conjoint Analysis Hasil conjoint analysis digunakan untuk mengetahui nilai utilitas kansei word tertinggi untuk setiap kategori desain tojok. Nilai utilitas kansei word untuk setiap desain dapat dilihat pada Tabel 6.2. Kategori desain dari item dipilih berdasarkan kategori yang memiliki jumlah terbanyak untuk kata kansei dengan nilai utility terbesar. Sehingga atribut produk dari kategori terpilih merupakan custumer needs. Kategori desain terpilih yaitu Desain III.
6.2.2
Analisis Kano
6.2.2.1
Analisis Validitas Kuesioner Kano Pada uji validitas untuk data kinerja dan harapan alat tojok ini, metode
yang digunakan ialah metode Pearson. Nilai r tabel untuk N-1= 5 adalah 0,706 yang didapatkan dari harga Pearson product moment untuk α = 0.05 uji satu arah. Apabila nilai r hitung > r tabel, maka data kano fungsional alat tojok dikatakan valid.
6.3
Analisis Identifikasi Teknis
6.3.1
Analisis Metode Quality Function Deployment (QFD) Fase I Tingkat kepentingan atribut tojok ditunjukkan dengan nilai net sales,
importance weight dan relatife weight. Nilai net sales diperoleh dari wawancara dengan produsen tojok, sedangkan nilai importance weight dan relatife weight diperoleh dari kuesioner tertutup yang disebar kepada 6 responden. Kuesioner berisi 6 pertanyaan mengenai tingkat kepentingan atribut tojok. Nilai net sales, importance weight dan relatife weight dapat dilihat pada Tabel 6.6.
Universitas Sumatera Utara
24
Variabel dengan nilai relative weight, important weight dan net sales
tertinggi adalah material batang tojok menggunakan pipa stainless yang merupakan salah satu variabel penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
6.3.2
Analisis Metode Quality Function Deployment (QFD) Fase II QFD fase II digunakan untuk mengetahui part kritis yang mempengaruhi
mutu produk tojok. Penentuan part kritis didapatkan berdasarkan wawancara dengan produsen tojok.
6.4
Analisis Perancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan analisis keluhan pekerja panen sawit menunjukkan perlu
adanya perbaikan pada fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja. Rancangan fasilitas yang sesuai dengan pekerja bermanfaat agar pekerja lebih mudah melakukan proses pemanenan kelapa sawit menggunakan tojok.
24
Lou Cohen, Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, (USA : AddisonWesley Publishing Company, 1995), hal : 94.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan dapat
diperoleh sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil kuesioner kansei engineering yang disebar kepada 6 responden dan penilaian utilitas tertinggi didapat pada kategori desain ke 3 a.
2.
Berdasarkan pemetaan model kano, atribut desain yang masuk ke dalam kategori attractive adalah bahan pelapis pegangan utama grip, bahan pelapis pegangan tambahan karet.
3.
Berdasarkan tingkat kesulitan, derajat kepentingan, dan perkiraan biaya, karakteristik teknis quality function deployment fase 1 yang tertinggi adalah proses pemanasan dan proses pencetakkan.
4.
Berdasarkan tingkat kesulitan, derajat kepentingan, dan perkiraan biaya, karakteristik teknis quality function deployment fase II yang tertinggi adalah titik lebur bahan.
5. Berdasarkan perhitungan antropometri didapatkan rancangan usulan dengan spesifikasi yaitu panjang batang tojok 95cm dan diameter genggam 3,4cm.
Universitas Sumatera Utara
7.2
Saran Saran yang dapat diajukan adalah :
1.
Perlu dilakukan sampling pekerja angkut kelapa sawit dari beberapa perusahan kelapa sawit agar mendapat data kebutuhan akan produk tojok ergonomis yang lebih akurat.
2.
Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan perbaikan desain tojok yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengatasi masalah keluhan pekerja yang terjadi.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode Quality Fucntion Deployment Fase III untuk mengkaji bagian Manufacturing Product dan Quality Fucntion Deployment Fase IV untuk mengkaji bagian Production Product.
Universitas Sumatera Utara