BAB III GPIB SILO CENGKARENG, NARKOBA DAN PERSEMBAHAN
3.1. Gambaran Umum Jemaat GPIB Silo Cengkareng GPIB Silo DKI Jakarta terletak di Jln Akik no 13 A komplek Permata Cengkareng kelurahan Kedaung Kaliangke Jakarta Barat, gereja ini masuk dalam musyawarah pelayanan Jakarta Barat. Mata pencarian penduduk di daerah ini rata-rata wiraswasta, karyawan swasta, dan PNS. Mayoritas yang berada di daerah ini memeluk agama Kristen. Keadaan penduduk dalam wilayah pelayanan GPIB Silo DKI Jakarta adalah etnis pendatang yaitu etnis Maluku dan Minahasa. Walaupun ini di daerah Jakarta tetapi etnis Jawa di daerah ini minoritas sedangkan yang mayoritas adalah Etnis Maluku sehingga daerah ini sering disebut sebagai kampung Ambon.1 3.1.1. Asal Mula Jemaat GPIB Silo Jemaat GPIB SILO adalah warga yang berasal dari gedung STOVIA (AMS GEBOUW), Jl Abdurahman saleh 26, gedung Mulo Menjangan Jl Kwini I No 1, Gedung Derde School Jl Kwini II No 9 dan Arabische school Jl Abdurahman Saleh no 8, JakartaPusat. Sehubungan dengan keberadaan warga tersebut maka Jemaat Silo masuk dalam sektor pelayanan IV, mereka dipindahkan kewilayah Pedongkelan Jakarta Barat menggunakan kendaraan Truk TNI AD tanggal 17 Maret 1973. Rombongan pertama meninggalkan lokasi, kemudian rombongan kedua 17 September 1973. Proses relokasi kedua ini tidak mengalami kesulitan karena terjadi dalam musim kemarau. Pada tanggal 1 April 1973 dilaksanakan kebaktian pertama diruang ibadah yang sederhana dengan ukuran +/-8m x 8m, berbentuk segitiga dengan kapasitas 100 orang, dengan bertelanjang kaki mereka harus menempuh 1
H. Goeltom dkk, Sejarah GPIB Silo, (Jakarta: GPIB Silo, 2003), hlm. 5-7
19
jarak panjang dengan bubur lumpur, kondisi jalan seperti ini menyulitkan para presbiter mendapatkan pelayanan Firman untuk kebaktian minggu.2 Atas prakarsa Gubernur DKI pada masa itu Bpk Ali Sadikin yang telah menyediakan tempat Ibadah dan rumah sederhana untuk masing-masing warga, dengan keadaan tempat tinggal setengah tembok, dinding gedek, lantai semen tanpa listrik dan tanpa fasilitas air minum (PAM). Pasokan air dialirkan melalui kencir angin, kamar tidur dan ruang tamu berukuran kecil, WC dan dapur harus disediakan sendiri. Kondisi jalan sangat rusak belum beraspal hanya tanah bekas sawah saja sehingga jika musim hujan tiba semakin parah. Anakanak pergi sekolah dan orang yang bekerja dengan meletakan sapatu di atas pundak melewati jalan berlumpur, tetapi semua ini tidak memutuskan semangat jemaat untuk maju. Situasi dan kondisi jemaat saat itu berada dalam ekonomi yang rata-rata berstatus menengah ke bawah.3 3.1.2. Sejarah Perkembangan Jemaat Pada tanggal 28 Desember 1985 ketua Majelis Sinode XII Pdt.B. Simauw dan Pdt Mr. Sahidi selaku pendeta dan ketua majelis menahbiskan rumah ibadah yang diberi nama Silo. Silo memiliki makna dan pengertian yang tersirat dalam I Samuel I:1-8. Pada tanggal 17 Maret 1973 adalah saatnya rombongan pertama warga gedung AMS (STOVIA) meninggalkan lokasi Jl. Abdurachman Saleh 26 untuk menetap di Pendongkelan Kelurahan Kapuk. Pada tanggal 31 Maret 1973 seluruh lokasi gedung AMS telah dikosongkan dan seluruh penghuni sudah menempati rumah yang disediakan. Di samping itu jemaat mulai beribadah dalam gereja darurat yang berukuran 8x8 m dan berbentuk segi tiga dengan daya tampung + 100 orang. Untuk memperoleh gedung ini dari PEMDA DKI, maka dalam rapat pleno majelis jemaat GPIB Imanuel diwakili oleh Dkn W.J. Soumokil selaku penghubung
2 3
Sejarah GPIB Silo, hlm. 10 Ibid, hlm. 12-13
20
memohon agar warga pindahan yang direlokasi agar memiliki tempat ibadah dengan nama Silo. Surat keputusan ini diserahkan kepada K.L. Patipeilohy dalam kedudukannya sebagai vikaris GPIB jemaat Imanuel dengan dasar permohonan antara lain karena mereka telah memiliki tempat ibadah dengan nama Silo di gedung Stovia tersebut. Perkembangan
selanjutnya
sampai
dengan
hadir
gedung
gereja
ini
dan
pemanfaatannya ditangani oleh Dkn. A. Pattisina dengan hasrat dan kesadaran untuk memiliki gedung gereja agar dapat beribadah dengan tenang hal ini dilakukan karena ada rencana dari PEMDA. DKI untuk memanfaatkan gedung ini oleh semua denominasi yang ada dibawah kordinasi GPIB. Kebaktian I dipimpin oleh Pdt. Gerard Siwi (alm). Sampai 30 September 1973 jumlah presbiter enam orang. Kegiatan pelayanan dilaksanakan setiap minggu terdiri dari ibadah minggu, KA/KR (PA), PW, GP, Kebaktian keluarga dilaksanakan di rumah-rumah. Status sebagai sektor empat jemaat GPIB Imanuel ditingkatkan menjadi jemaat dalam persiapan untuk didewasakan melalui surat majelis sinode 087/75/M/S XI/KPTS tanggal 29 maret 1975.4 Setelah satu tahun berstatus sektor pelayanan IV jemaat GPIB Imanuel yang kemudian menjadi bagian jemaat per 1 april 1974 yang ditingkatkan menjadi Jemaat yang didewasakan berdasarkan surat majelis Jemaat Sinode No 087/75/M.S. IX /KPTS pada tanggal 29 maret 1975. Permohonan pendewasaan disetujui oleh majelis jemaat Sinode dengan SK No 345/75/M.S./IX/KPTS tanggal 19 Desember 1975, pembangunan gedung gereja dilaksanakan pada saat pimpinan Pdt T,H Inswiadji,M.Th (alm). Penggalangan dana dibantu juga oleh PT. kaliman atas prakarsa Bpk Pnt A.M Telussa (alm) yang diresmikan oleh ketua Majelis sinode XI Pdt A.J Sahetapy-Engel, MTh pada ibadah kebaktian pagi jam 08.30 WIB tanggal 28-Des- 1975 di gedung gereja yang kemudian ditetapkan sebagai hari 4
Sejarah GPIB Silo, hlm. 14
21
lahirnya GPIB Jemaat SILO. Dalam proses pendewasaan itu maka diadakan pembangunan berikutnya sehingga mencapai kesempurnaan yang kemudian ditahbiskan menjadi jemaat dewasa dengan penandatanganan prasasti oleh Pdt B. Simauw (Alm) selaku Ketua majelis sinode XII dan Pdt M.R Sahidi pada Ibadah HUT GPIB Silo yang ke-10 tanggal 28 Desember 1985 yang diresmikan pula oleh Gubernur DKI Jakarta Bpk R.Soeprapto.5 Demikianlah sejarah perkembangan GPIB „Silo” dari gedung STOVIA sampai di komplek Permata (Komplek Ambon), dengan 3 Pos pelayanan (Bojong, Paspamres, dan Kodam) yang pendewasaannya dimulai dari tahun 29 Maret 1975 sampai saat ini yang usianya mencapai 35 Tahun. 3.2. Latar Belakang Kehidupan jemaat 3.2.1. Kebutuhan dan Persoalan Jemaat. Jemaat Silo di bagi atas 3 pos pelayanan, yakni 1 gereja induk dan 7 sektor pelayanan. Akan tetapi jemaat yang ada di pos pelayanan perlu mendapat perhatian maka yang jemaat butuhkan adalah penambahan Pendeta Jemaat atau minimal ada vikaris yang bersedia membantu pelayanan di gereja tersebut. Hal ini dikarenakan pendeta yang ada hanya satu pendeta jemaat dan hal ini sangat tidak efektif untuk dijalankan. Akibat dari kurang tenaga pelayanan maka pada akhirnya beberapa pelayanan tidak dapat dilayani dengan baik oleh sebab kekurangan tenaga layanan, dalam hal ini figure seorang pendeta. Dan juga jemaat kurang mendapat perhatian yang maksimal dari pendeta. Adapun majelis yang dipersiapkan serta yang ditugaskan untuk melayani dalam setiap bidang kategorial pelayanan telah ada, akan tetapi pada dasarnya tidak berlatar belakang teologi sehingga ilmu yang disampaikan pun hanya sebatas pengalaman spiritual. Pendeta pun tidak bisa mengevaluasi pelayananya, sehingga paling tidak harus ada yang bisa dijadikan tempat sharing setiap acara 5
inri, Laporan hasil PPL enam, (Salatiga: 2011), hlm. 10
22
pelayanan yang ada sehingga majelis yang bertugas memahami kekurangannya untuk lebih diperhatikan dan supaya menjadi lebih baik lagi dalam setiap pelayanan. Selain itu gereja Silo juga berada dalam dilema melihat kehidupan jemaat yang melakukan hal yang tidak baik yaitu menjual Narkoba bahkan juga sebagai pemakai obat terlarang tersebut. Hal yang lebih ironis lagi yaitu kehidupan sebagian jemaat yang melakukan hal ini
menghidupi keluarganya dengan hasil penjualan obat tersebut. Hal
tersebut merupakan pergumulan dan persoalan yang berat, dan hal ini pula menjadi pergumulan khusus dari Pendeta jemaat Silo. Mengapa dikatakan Gereja Silo mengalami dilema karena Gereja di satu sisi mendoakan agar jemaatnya kembali pada jalan yang benar sedangkan di sisi lain jemaat masih mengharapakan dana untuk kegiatan tertentu dari penjual atau Bandar obat tersebut. Bahkan Gereja diberikan persembahan oleh orang tertentu dari hasilnya menjual narkoba, di samping itu juga majelis Jemaat ada juga yang mendukung hal ini. Gereja Silo sekarang terus mengumuli akan hal ini, dengan sebuah harapan bahwa pemulihan terjadi di jemaat Silo. Jemaat Silo sampai dikatakan sudah seperti ” Sodom dan gemora”. Berkaitan dengan hal tersebut, maka gereja sudah melakukan pembinaan dan terus menerus bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasionak (BNN), tetapi belum ada hasil yang terlihat. 3.2.2. Masuknya Narkoba Lokasi jemaat GPIB Silo disebut juga sebagai kampung Ambon (karena banyak orang Ambon) merupakan bekas asrama tentara di Kwitang, Senen. Mereka dipindahkan di tempat baru, dengan lapangan pekerjaan terbatas, sehingga hanya dengan jual narkoba mereka mudah melakukannya. Pekerjaan awal ketika mereka dipindahkan ke Cengkareng adalah perjudian, baik itu togel, sabung ayam, pekyu, liong fu dan tasio juga meramaikan kehidupan
23
kompleks ini, terkadang kehadiran permainan judi, terutama sabung ayam di sekitar lahan kosong RT.05 menganggu warga. Mobil-mobil berdatangan dari luar kompleks untuk memarkirkan mobilnya di jalan-jalan antar blok kompleks siang malam. Dengan pemainnya datang dari beragam kalangan. Selain itu juga, sering terjadi pemalakan, perselisihan yang berakibat pada tindak kekerasan, perkelahian, ancaman, penghakiman oleh warga terhadap mereka yang menjadi informan pihak aparat keamanan juga terjadi. Sehingga banyak juga kerabat dan teman-teman warga yang enggan datang ke kompleks ini. Apalagi mereka yang pernah mengalami dicurigai warga sebagai cepu/mata-mata aparat keamanan.6 Narkoba merupakan bisnis utama di kampung Ambon (mayoritas jemaat GPIB Silo Cengkareng) meski tidak semua warganya terlibat. Beberapa kali Polisi dan BNN melakukan razia di Kampung Ambon namun bisnis itu tetap eksis dan makin subur. Setiap anggota polisi akan ditolak sedang terhadap orang asing akan dicurigai dan diawasi sampai kemudian dianggap sebagai pihak yang aman. Sejarah Kampung Ambon di Cengkareng bermula dari kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, untuk memindahkan orang-orang Ambon yang menetap di kawasan Senen dan Kwitang, Jakarta Pusat, ke pinggiran kota pada 1973. Dipilihlah lokasi di Kelurahan Kedaung Kali Angke, Cengkareng.Lalu di lokasi itu dibangun Perumahan Permata untuk menampung orang Ambon pindahan tersebut.Sekarang diperkirakan ada 2.000 kepala keluarga.Mereka menempati beberapa RT di Perumahan Permata. Pada tahun 1990-an peredaran narkoba bermula meski masih kecil-kecilan. Tahun berganti tahun, Kampung Ambon mengalami perubahan.Selain mayoritas penduduknya dari Ambon, kini warganya telah bercampur baur dengan para pendatang dari beragam
6
Badan Narkotika Nasional. Majalah: Sinar; Media Informasi dan Komunikasi, edisi-3 (Jakarta: PT Alberta Media, 2010) hlm.16-17
24
etnis.Transformasi sebagian besar masyarakat Kampung Ambon menjadi pebisnis narkoba tidak berjalan cepat.Terdapat rentang waktu yang panjang dengan berbagai kejadian yang kemudian mengarahkan Kampung Ambon seperti yang sekarang dikenal. Ada tiga faktor yang dapat membawa pengaruh sehingga seseorang melakukan tindakan kriminal. Yang pertama adalah pengaruh awal, seperti latar belakang dan keturunan. Yang kedua adalah keadaan masa kini, di mana ia tinggal, apakah ia memiliki pekerjaan dan adakah krisis dalam hidupnya. Sedangkan yang ketiga adalah keadaan sesaat sebelum melakukan tindakan kriminal, apa yang ia rasakan, apa yang ia pikirkan, apakah tindakannya berresiko, seberapa mudahnya ia melakukan tindakan kriminal itu.7 Seseorang tidak perlu memiliki ketiga faktor tersebut untuk melakukan tindakan kriminal. Pada berbagai teori kriminal, seseorang cukup hanya memenuhi satu faktor untuk kemudian melakukan perbuatan kriminal. Di Kampung Ambon, ketiga faktor tersebut bersenyawa dan membentuk pribadi manusia pelaku kriminal. Pada faktor pertama, warga diikat erat oleh kesamaan latar belakang, baik sebagai sesama orang Ambon/Maluku atau latar belakang penderitaan yang sama. Faktor kedua yang berperan menyatukan kelompok ini adalah faktor ekonomi. Kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan dasar pendidikan yang hampir tidak ada menjadikan warga kampung Ambon menyiasati beratnya hidup di ibukota. Demikian pula faktor ketiga, beban hidup yang berat ditambah iming-iming keuntungan yang besar membuat bisnis narkoba menjadi salah satu pilihan yang rasional bagi warga Kampung Ambon (jemaat GPIB Silo). 8 3.2.3. Jenis-jenis narkotika dan dampaknya
7 8
Badan Narkotika Nasional. Majalah: Sinar; Media Informasi dan Komunikasi, hlm.16-17 Badan Narkotika Nasional, Mengenal Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: IPEBI, 2009), hlm. 37-41
25
Jenis-jenis yang dijual oleh bandar dan pengedar narkotika antara lain9: Heroin, Ganja, Morfin, dan Ekstasi. Dampak dari narkoba antara lain10: Menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan “dungu”, jalan mengambang, rasa senang yang berlebihan. Konsumsi dihentikan menimbulkan rasa sakit dan kejang-kejang, kram perut, menggigil, muntah-muntah, mata berair, hidung berlendir, hilang nafsu makan dan kehilangan cairan tubuh. Menimbulkan kematian bila over dosis. Menurunkan keterampilan motorik, peningkatan denyut jantung, rasa cemas, banyak bicara, perubahan persepsi tentang ruang dan waktu, halusinasi, rasa ketakutan dan agresif, rasa senang berlebihan, selera makan meningkat. Pengaruh jangka panjang peradangan paru-paru, aliran darah ke jantung berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, daya pikir berkurang, perhatian ke sekitar berkurang. Pada kulit, pembuluh darah akan mengalami panas berlebihan dan pecah. 3.3. Persembahan Sebagai Keputusan gerejawi Sebagai orang beriman, kita bukan hanya ada dalam persekutuan sebagai Jemaat, melainkan kita juga ada dalam persekutuan sebagai Gereja. Di GPIB pada tahun 2010 jelas diputuskan bahwa Persembahan merupakan kekuatan utama bila kita mempersoalkan Sumber Ekonomi Gereja. Sumber Ekonomi Gereja yang berbasis di jemaat ini harus jelas lebih dahulu, kalau kita mau melakukan Pembangunan Ekonomi Gereja. GPIB telah memutuskan satu hal penting dalam hal kewajiban Persembahan, yakni bahwa dari pendapatan Jemaat, daripadanya diberikan kepada gereja. Persoalannya adalah bagaimana GPIB tiba pada keputusan seperti ini.
9
Ibid, hlm. 22-26 Mengenal Penyalahgunaa Narkoba, hlm. 20
10
26
Persembahan bukanlah sekedar upaya untuk mengisi Kas Jemaat. Persembahan di GPIB Silo adalah akta iman. Ini jelas terlihat dalam proses keputusan Gerejawi. Ketika GPIB memutuskan untuk memberlakukan Persembahan, maka kajian teologisnya telah dilakukan. Maka ketika GPIB tiba pada keputusan untuk melaksanakannya sejumlah hal menjadi sangat jelas. Siapa yang memberikan Persembahan, kemana Persembahan itu harus diberikan, kapan Persembahan itu diberikan, semuanya jelas. Maka pelaksanaan Persembahan adalah hal yang Alkitabiah, tetapi sekaligus merupakan tantangan iman. Sebab justru melalui Persembahan inilah gereja bisa melaksanakan pelayanan dan kesaksiannya secara lebih baik. Jadi
sekali lagi bukan untuk mengisi kas jemaat atau Gereja sebagai organisasi.
Persembahan adalah pengucapan syukur dan pelayanan atas hak Tuhan yang ada dalam berkat yang kita terima. Jadi ini merupakan tanggungjawab iman. Persembahan bukanlah iuran organisasi.11 Persembahan akan membuat Gereja mandiri dalam melaksanakan Pelayanan dan Kesaksiannya. Persembahan bukan hanya membuat Gereja tidak tergantung pada bantuan pemerintah, melainkan justru Gereja membantu Pemerintah lewat program dan kegiatan yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Dan hal ini justru merupakan keprihatinan dan keputusan sinodal yang berlaku baik pada tingkat jemaat maupun dalam lingkup sinodal. Sebuah keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau Persidangan Sinode Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan adalah hasil pergumulan dan keputusan bersama jemaat-jemaat melalui para presbiter yang diutus ke Persidangan. Karena itu sebuah keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau Persidangan Sinode Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan, mengikat sekalian warga
11
http/: www.gpib.org, Persembahan Persepuluhan Sebagai Keputusan Gerejawi, Selasa, 7 Agustus, 2012,
17:00 Wib
27
jemaat
dan jemaat- jemaat GPIB.
Artinya
Ketetapan
Persidangan Sinode itu harus
diberlakukan di seluruh jajaran pelayanan GPIB di tingkat sinodal maupun di tingkat jemaat dan harus ditaati oleh sekalian presbiter dan warga jemaat. 3.4. Pemahaman Jemaat GPIB Silo tentang Persembahan Persembahan di kalangan umat kristiani adalah suatu kiat dan konsep yang sangat umum. Hampir di mana ada pertemuan umat, di situ "katanya" ada persembahan. Ia bisa berwujud kotak persembahan, pundi persembahan, lelang barang sebagai persembahan, lagu pujian koor, atau vokal group sebagai persembahan. Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Akan tetapi yang merisaukan adalah banyak dari persembahan itu tidak lain adalah bagian dari sandiwara agamawi, yang realitasnya hanyalah keterpaksaan, rutinisme, bahkan gengsiisme. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis akan mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara dari jemaat GPIB Silo Cengkareng khususnya bagi para bandar dan pengedar narkoba mengenai pemahaman persembahan. Para Bandar dan pengedar narkoba berpikir bahwa mereka memberi persembahan sebagai sumbangan buat gereja. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan 1 Informan
1
Nama
: Bpk xy
Usia
: 54 tahun
Pekerjaan
: bisnis
Pendidikan terakhir : SMA
28
Riwayat hidup: berasal dari Ambon, namun telah lama menetap di Jakarta. Dulunya tinggal di Depok, kemudian pindah ke Cengkareng. Setelah di Cengkareng, susah untuk mencari pekerjaan, akhirnya diajak sama teman untuk bekerja. Awalnya saya menolak tapi karena tuntutan ekonomi, akhirnya mau dan gak mau saya mulai bekerja sebagai pengedar narkoba. Lama-kelamaan, saya terikat dengan pekerjaan itu sendiri. Pemahaman tentang persembahan: Persembahan sebagai sumbangan, kita memberi buat gereja, kita sumbang ke gereja”. Baik itu sumbangan buat natal, sumbangan untuk pembangunan gereja maupun untuk mendukung program gereja. Pada dasarnya saya suka memberi persembahan buat gereja. Persembahan artinya kita memberi buat Tuhan, sebagai berkat yang harus dikembalikan buat Tuhan. Makna Persembahan, merupakan uang yang harus diberikan buat Tuhan. Akan tetapi belum memberikan persembahan yang benar. Persembahan yang benar artinya memberi dari pekerjaan yang benar atau halal Mengapa memberi persembahan buat gereja: karena gereja juga membutuhkan persembahan, di samping itu juga, Tuhan juga memerintah untuk memberi persembahan. Jadi kalau kita diminta untuk memberikan persembahan berarti orang itu membutuhkan. Asal persembahan : dari usaha yang kita kerjakan. Kalau saya bekerja begini (informan tidak menyebutkan secara langsung sebagai pengedar narkoba), berarti itu yang saya berikan buat persembahan. Pemahaman seperti ini diperkuat oleh pendeta melalui khotbahnya, sering menghimbau jemaatnya untuk memberi persembahan tanpa menjelaskan secara detail apa makna sesungguhnya dari persembahan. Mungkin waktunya gak cukup kalau pendeta
29
menjelaskannya di mimbar”. Sehingga tak sedikit orang Kristen yang menganggap Tuhan, melalui gereja-Nya, membutuhkan sebagian uang mereka. Ada juga yang memiliki pemahaman, persembahan sebagai ucapan syukur buat Tuhan. Berikut penuturan informan 2: Nama
: yx
Usia
: 43 tahun
Pendidikan
: D1 manajemen
Pekerjaan
: PT. personalia (dulunya), sekarang bisnis (narkoba)
Riwayat hidup
:
dulunya saya setia ke gereja, namun karena satu dan lain hal, saya sudah jarang ke gereja (karena terlibat sebagai narkoba). Saya merasa gak enak kalau ke gereja, tapi kadang-kadang ke gereja, waktu hari-hari besar (hari besar gereja, misalnya, Paskah, Natal). Pemahaman tentang Persembahan: dari kecil sudah memberi persembahan dan dibawa ke gereja. Makna persembahan adalah apa yang kita punya, kita bersyukur, kemudian kita kasih buat Tuhan. Jadi Persembahan bukan sebuah kewajibn. Tujuan; sebagai ungkapan syukur, karena Tuhan udah memberikan berkat, maka kita wajib memberikan buat Tuhan, seperti yang dikatakan pemazmur „bawalah ucapan syukurmu buat tuhan‟ (Maz. 50:14), dan terserah gereja yang mengelola. Bentuk persembahan yang diberikan dalam bentuk uang, kadang juga barang yang diberikan ke gereja. Akan tetapi, selama ini belum
30
memberi persembahan yang benar. Persembahan yang benar artinya selain uang, kita juga memberi hidup kita buat Tuhan. Sumber persembahan: dari hasil pekerjaan (sebagai pengedar narkoba). Selain itu, ada jemaat juga yang memahami bahwa Persembahan semacam investasi bisnis. Kalau ia memberi persembahan dalam jumlah sekian, ia mengharapkan berkat Tuhan berkali lipat dari apa yang telah ia persembahkan. Berikut pernyataan informan 3: Nama
: ibu xz
Usia
: 47 tahun
Pekerjaan
: bisnis (pengedar)
Riwayat hidup
:
dulu bekerja sebagai bidan, kebanyakan pekerjaan saya menggugurkan anak (kuret), dengan alasan istri simpanan, mahasiswa dll. walaupun bukan saya yang buat tapi saya membantu, sehingga ada pergumulan batin. Oleh karena itu saya keluar dari pekerjaan saya, berdagang, buka warung. Lama-kelamaan omsetnya turun gak cukup bayar karyawan. Dulunya saya jarang ke gereja, tapi setelah itu, saya jadi panitia natal, sehingga saya mulai aktif ke gereja. Setelah itu saya pindah ke ciliduk di metro permata, dan saya menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan suami hanya ikut orang. Dengan bertambahnya anak, dan ekonomi, akhirnya saya kerja ikut teman. Lama kelamaan, akhirnya saya kembali lagi ke cengkareng. Di cengkareng kami tidak kerja, saya dan suami. Akhirnya kami mengharapkan orang tua. Setelah itu suami kerja sebagai parkiran di mr.x (parkiran di tempat narkoba). Pemahaman tentang persembahan:
31
Persembahan merupakan suatu tradisi dari dulu. Dari dulu sejak kecil, kita sudah diajarkan oleh orang tua untuk memberi persembahan. Selain itu juga kalau memberi persembahan itu tidak rugi. Kalau kita memberi kita juga akan diberi. kalau kita memberi sedikit nanti dapat sedikit, tapi kalau kita memberi banyak, nanti dapat banyak juga. Khan ada ayat Alkitab juga yang bilang begitu. Kalau kita memberi buat Tuhan, maka Tuhan juga akan memberi buat kita. Persembahan merupakan konsep tabur-tuai, “Apa yang ditabur itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7). Dalam Perjanjian Lama juga bilang begitu, misalnya tentang perpuluhan. “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal. 3:10). Kalau saya memberi persembahan banyak, maka semakin banyak pula berkat yang akan saya terima. Selain itu, sebenarnya di dalam gereja juga, persembahan merupakan suatu investasi bisnis, yaitu uang dari hasil persembahan dipakai sebagai modal untuk mencari dana. Sumber persembahan: dari hasil kerja (hasil narkoba) Ada juga yang memahami persembahan sebagai suatu kewajiban yang mutlak, sebagai suatu perintah yang harus dilakukan. Berikut pengakuan informan 4 Nama
: ibu zx
Usia
: 56 tahun
Pendidikan
: SMEA
Pekerjaan
: ibu rumah tangga
32
Pemahaman tentang persembahan: Persembahan merupakan suatu kebiasaan atau tradisi sejak dulu. Sejak kecil kita diajarkan untuk wajib memberikan persembahan buat Tuhan, mulai dari sekolah minggu sampai saat ini. Oleh karena itu, persembahan mengandung makna karena Tuhan sudah memberikan berkat, maka jemaat wajib memberi kembali buat Tuhan. Bagaimanapun caranya, yang pasti kalau setiap ke gereja kita wajib memberikan persembahan, baik itu perpuluhan atau persembahan minggu. Karena hukumnya wajib, maka mau dan gak mau, kita harus memberikan persembahan ke gereja. Persembahan itu merupakan sebuah perintah. Manfaat persembahan: digunakan untuk pelayaanan gereja. Bentuk-bentuk persembahan yang kita berikan antara lain: uang, dan barang. Akan tetapi selama ini belum memberi persembahan secara benar. Persembahan yang benar itu artinya kita member diri kita buat Tuhan. Asal persembahan: dari uang pensiun Di samping itu juga, ada anggota jemaat yang memahami persembahan untuk penebusan dosa. Motivasi ini muncul dengan dilatarbelakangi pemahaman bahwa apabila bangsa Israel memberikan korban sebagai persembahan kepada Allah maka Allah akan menghapus dosa mereka. Karena dalam Perjanjian Lama terdapat korban penghapus dosa atau juga korban pendamaian. Berikut penuturan informan 5. Nama
: Bpk. yx
Usia
: 44
Pekerjaan
: wirausaha (pengedar narkoba)
Penddikan
: SMP
33
Riwayat
hidup :
Semuanya bermula dari ekonomi. Dulunya bekerja di pabrik, tapi setelah itu saya berpikir apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya. Akhirnya saya masuk ke dalam lobang. Dulunya karena istri saya sering berdoa dan ada nasihat dari pendeta, akhirnya saya pernah berhenti dari pengedar. Ada dorongan untuk berhenti pakai narkoba. Setelah itu, saya melihat koq ekonomi saya seperti ini? (ekonomi mulai menurun), akhirnya ada pergolakan dalam hati. Di Jakarta, kalau gak ada duit gak makan. Walaupun saya tahu, kalau hal ini salah tapi mau gimana. Akhirnya saya balik lagi. Saya biasanya dipangil bos, tapi saya gak suka kalau dipanggil bos. Pemahaman tentang persembahan: Persembahan itu sering disampaikan oleh pendeta jadi, saya merasa untuk memberi persembahan. Ada beban untuk memberi buat gereja. Pada dasarnya di hati saya, saya berharap bahwa Tuhan mau mengampuni saya walaupun dosa saya seberapa besar. Saya tahu apa yang saya buat itu tidak benar. Saya tahu Tuhan pasti memberi pengampunan. Jadi setiap saya memberi saya selalu berdoa minta pengampunan. Saya tahu sebenarnya pemberian saya itu tidak benar. Tapi Tuhan tahu hati saya. Sekalipun uang tersebut dari hasil narkoba tapi uang itu telah didoakan dan telah minta ampun dari Tuhan. Apakah uang itu halal atau tidak? Sebenarnya tidak halal tapi sudh didoakan juga jadi tidak apa-apa, karena tidak ada yang sempurna. Selain kita memberi, kita juga minta pengampunan buat Tuhan”. Dalam Perjanjian Lama juga ada korban penebusan dosa, ada korban pendamaian dll, semuanya itu tujuannya untuk pengampunan. Sumber persembahan: dari hasil bisnis (narkoba)
34
Dari penelitian di atas, yakni pemahaman para bandar dan pengedar narkoba tentang persembahan, maka dapat dibuat tabel pemahaman sebagai berikut: Pernyataan informan 1. Persembahan sebagai sumbangan. “Kita memberi sumbangan buat natal, pembangunan gereja maupun dalam mendukung program-program gereja. Artinya dapat dikatakan sebagai sumbangan, yaitu kita memberi buat gereja, baik itu berupa uang, maupun benda”
2. “Persembahan ialah ucapan syukur kita bagi Tuhan. Maknanya ialah karena Tuhan udah memberikan berkat, maka jemaat wajib memberikan buat Tuhan. Jadi persembahan merupakan kewajiban”.
Ayat pendukung
2 Korintus 8-9 “Pengumpulan uang untuk Yerusalem”
Mazmur 50:14 “Persembahkanlah syukur kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi
35
Analisa Jikalau Tuhan memiliki bumi dan semua isinya, maka diri kita dan semua yang kita miliki termasuk masteri. Jadi, kita ini bukan menyumbang Tuhan tetapi mempersembahkan sebagian uang kita yang sesungguhnya adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita. Kita memberi persembahan sebagai wujud kita menyembah Tuhan. kita akan mengatakan bahwa membalas kebaikan Tuhan yang penting adalah mensyukurinya; atau berkata secara klise: "ya, dengan memberikan hidup kita kepada-Nya". Pertanyaan yang muncul adalah: hidup yang mana dan bagaimana caranya? Pemberian atau persembahan yang dimaksudkan juga tentu tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam segala wujud persembahan yang dapat kita berikan kepadaNya sebagai ungkapan syukur atas kebaikan-Nya. Pertanyaannya ialah persembahan apa saja? Hal yng paling utama adalah mempersembahkan tubuh, yakni memelihara kekudusan
3. persembahan sebagai investasi bisnis. “kalau kita memberi sedikit nanti dapat sedikit, tapi kalau 2 Korintus 9:6. kita memberi banyak, "Camkanlah ini: Orang nanti dapat banyak juga”. yang menabur sedikit, “Kalau kita memberi buat akan menuai sedikit juga, Tuhan, maka Tuhan juga dan orang yang menabur akan memberi buat kita. banyak, akan menuai Persembahan merupakan banyak juga. konsep tabur-tuai, apa yang kita tabur nanti kita tuai. Uang sebagai tanda persembahan”. Selain itu, persembahan juga merupakan suatu bisnis dalam gereja, dimana uang Galatia 6:7 "Jangan hasil persembahan dipakai sesat! Allah tidak sebagai modal untuk membiarkan diri-Nya mencari dana buat gereja dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."
36
hidup dengan menjauhkan diri dari perbuatan najis dan dosa yang tidak berkenan kepada Tuhan. (Rm.12:1) Kalau kita memberi persembahan demi berkat, kita tak beda dengan orangorang yang belum mengalami keselamatan Kristus. Banyak orang yang belum diselamatkan mereka memberi persembahan, tetapi sesungguhnya fokus pemberian itu adalah diri mereka sendiri. Mereka memberi supaya mereka diberkati, dilimpahi kekayaan dan kesehatan. Kalau kita berlaku demikian, kita telah memakai persembahan sebagai alat untuk “memanipulasi” Tuhan. Kita menggunakan persembahan untuk “memaksa” Tuhan memberkati kita. Kita seperti berdagang dengan Tuhan! Kalau saya sudah memberi persembahan segini, berapa berkat yang akan saya terima dari Tuhan? Padahal, persembahan itu kita berikan bukan untuk mendapat berkat. Melainkan sebaliknya kita memberi karena menyadari betapa besarnya pemberian Tuhan dalam hidup kita, antara lain: keselamatan, kesehatan, keluarga, makanan dan masih banyak lagi. Kita
4. Persembahan sebagai “Bawalah persembahan ke kewajiban. “persembahan dalam rumah Tuhan” merupakan suatu perintah, Maleakhi 3:10 jadi hukumnya adalah wajib”
37
memberikan persembahan sebagai ungkapan syukur atas berkat Tuhan itu. Matius 6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Orang yang memberikan persembahan sebagai kewajiban dan untuk mendapatkan pujian dari sesama manusia tidak mendapatkan upah dari Bapa di sorga. Tuhan mau apa pun yang kita persembahkan, baik itu untuk pekerjaan Tuhan atau menolong orang lain, kita memberikannya dengan hati yang tulus murni
5. Persembahan sebagai pengampunan. “Sekalipun uang tersebut dari hasil narkoba tapi uang itu telah didoakan dan telah minta ampun dari Tuhan. jadi tidak apa-apa, karena tidak ada yang sempurna. Selain kita memberi, kita juga minta pengampunan buat Tuhan”.
orang Kristen yang Persembahan Penebus mendapatkan uangnya Salah. Persembahan untuk dengan cara yang tidak halal. menebus kesalahan Ia memperoleh uang karena diberikan dari binatang yang ia melakukan transaksi terbaik (Im.5:14-6:7). narkoba dan untuk membersihkankejahatannya itu ia memberikan persembahan. Dengan melakukan itu seolah-olah dosanya sudah dihapus, dan hati nuraninya menjadi (lebih) tenang. Padahal dosa tetap dosa di hadapan Tuhan. Persembahannya seberapa pun besarnya tak dapat mencuci dosanya, karena Tuhan tidak mempan untuk disuap. Terlebih Tuhan tidak membutuhkan uang kita, sebab ia yang memiliki segala sesuatu.
Dapat diringkas bahwa sebagian warga jemaat GPIB Silo memahamai persembahan sebagai berikut: Pertama, persembahan sebagai ucapan syukur, yakni untuk membalas kebaikan Tuhan yang telah memberikan berkat-Nya kepada umat-Nya, maka umat-Nya juga harus memberikan persembahan sebagai tanda ucapan syukur; kedua, persembahan sebagai kewajiban, karena tuhan memerintahkan untuk memberikan persembahan buat Dia; ketiga, persembahan sebagai pengampunan dosa; keempat, persembahan sebagai suatu investasi bisnis; kelima persembahan sebagai suatu sumbangan.
38