BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah penelitian.
3.1 Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Desa Soko berada sekitar 33 km dari ibukota Kabupaten Sragen dan memiliki potensi yang bagus di bidang pertanian dan pertambangan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan agrobisnis dan pertambangan. Desa Soko terletak antara dua desa di Kecamatan Miri dan dua desa di Kecamatan Sumberlawang. Jarak Desa Soko dengan ibukota Kecamatan Miri maupun ibukota Kecamatan Sumberlawang sekitar 1,5 km. Daerah ini dilewati jalur lalu lintas yang menghubungkan antara Kecamatan Miri dengan Kecamatan Sumberlawang. Desa Soko terletak antara 7º 15 LS dan 7º 30 LS 110º 45 BT dan 111 º 10 BT. Dapat dilihat bahwa Desa Soko merupakan daerah tropis yang banyak curah hujannya. Desa Soko merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Miri yang meliputi sepuluh desa atau kelurahan. Sepuluh desa/kelurahan di Kecamatan Miri yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan Miri No Nama Desa
Pusat Desa
1.
Desa Geneng
Pelem
2.
Desa Jeruk
Dungdang
3.
Desa Sunggingan
Kropak
4.
Desa Girimargo
5. 6.
Jumlah Dukuh
Jumlah RT
8
21
14
25
8
20
Girimargo
15
23
Desa Doyong
Pungkruk
7
18
Desa Soko
Bulaksari
15
26
34
7.
Desa Brojol
Purwosari
11
17
8.
Desa Bagor
Kaliapang
10
17
9.
Desa Gilirejo
Gilirejo
11
21
5
15
10. Desa Gilirejo Baru Sumberejo Sumber: Sragen Dalam Angka Tahun 2010
Dapat dilihat dari pembagian administratif Kecamatan Miri bahwa pusat desa bernama Bulaksari dengan 25 jumlah dukuh dan 26 jumlah RT. Desa Soko mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Pendem Kecamatan Sumberlawang
Sebelah Selatan
: Desa Doyong Kecamatan Miri
Sebelah Barat
: Desa Bagor Kecamatan Miri
Sebelah Timur
: Desa Hadi Luwih Kecamatan Sumberlawang
Desa Soko terletak di sebelah barat Kecamatan Sumberlawang dengan jarak 1,5 km. Batas wilayah Desa Soko sebelah utara adalah wilayah Desa Pendem Kecamatan Sumberlawang, sebelah timur wilayah Desa Hadi Luwih Kecamatan Sumberlawang, sebelah selatan wilayah Desa Doyong Kecamatan Miri dan sebelah barat wilayah Desa Bagor Kecamatan Miri. Desa Soko Kecamatan Miri perlu meningkatkan potensi wilayah di segala bidang sehingga dapat menunjukkan citra Kabupaten Sragen sebagai Smart Regency.
35
Sumber: Kecamatan Miri Buku PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2012 Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Miri Tahun 2012
36
Tabel 3.2 Luas Daerah Soko Menurut Penggunaan Tanah Tahun 2012 Luas Daerah Desa Soko Menurut Penggunaan Tanah Tahun 2012 Penggunaan Tanah
Luas (Ha/M2)
%
200
42,95
28,6286
6,15
- Tegal/lading
30,1
6,46
- Pemukiman
41,8714
8,99
- Pekarangan
100,0216
21,48
- Kas Desa (Tanah Bengkok)
18
3,87
- Lapangan Olahraga
5,2
1,12
- Perkantoran Pemerintah
0,6
0.13
3
0,64
- Bangunan Sekolah
1,3
0,28
- Tempat Peribadatan
3
0,64
- Pertokoan
0,6
0,13
- Jalan
6,1
1,31
0,25
0,05
27
5,80
465,6716
100
1. Tanah Sawah - Sawah Irigasi 1/2 Teknis - Sawah Tadah Hujan 2. Tanah Kering
3. Tanah Fasilitas Umum
- Tempat Pemakaman Desa/Umum
4. Tanah Perikanan Darat/Air Tawar - Kolam 5. Lain-Lain - Tanah Kritis Total Luas Sumber: Potensi Desa dan Kelurahan (Desa Soko 2012)
Dapat terlihat pada Tabel 3.2 di atas bahwa Desa Soko mempunyai luas daerah sekitar 465,6716 ha atau 4,65 km². Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 menegaskan bahwa wilayah Negara Republik Indonesia dibagi habis
37
dalam wilayah besar dan kecil yang berarti seluruh wilayah menurut penggunaannya dengan sendirinya masuk dalam wilayah salah satu desa atau kelurahan. Penggunaan tanah di Desa Soko dibagi menjadi tanah sawah, tanah kering, tanah fasilitas umum, dan tanah perikanan darat atau air tawar. Selain itu terdapat tanah kritis di daerah penelitian. Dapat diketahui untuk penggunaan tanah sawah di Desa Soko 42,95% berupa sawah irigasi ½ teknis dan 6,15% merupakan sawah tadah hujan, sehingga sulit dilakukan pengaturan air sawah tanpa menggunakan alat-alat modern. Sawah irigasi ½ teknis dibangun secara bersama oleh penduduk di Desa Soko. Apabila ditinjau dari daerah seluas ini, penduduk di Desa Soko masih sangat bergantung dari hasi pertanian. Oleh karena itu, belum ada penilaian untuk mengubah penggunaan tanah dari bidang pertanian ke bidang yang lain. Untuk penggunaan tanah kering di daerah kering 6,46% berupa tegal atau ladang, 8,99% berupa pemukiman, dan 21,48% berupa pekarangan. Untuk penggunaan tanah fasilitas umum, penduduk menggunakan tanah tersebut sebagai berbagai macam tempat, misalnya kas desa berupa tanah bengkok, lapangan olahraga, perkantoran pemeritah seperti kantor kepala desa, tempat pemakaman desa atau umum, bangunan sekolah, tempat untuk beribadah, pertokoan, dan jalan. Masing-masing dari penggunaan tanah fasilitas umum hanya mempunyai persentase wilayah yang kecil, maksudnya penduduk hanya menggunakan sedikit dari jumlah total luas tanah yang ada di Desa Soko. Untuk penggunaan tanah perikanan darat atau air tawar di Desa Soko hanya berupa kolam dengan persentase 0,05%. Terdapat tanah kritis di Desa Soko dengan persentase 5,80%.
3.2 Morfologi dan Topografi Berdasarkan morfologi daerah penelitian, Desa Soko mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah pegunungan kapur dengan jenis tanah, seperti grumusol, aluvial regosol, latosol dan mediteran. Warna tanah di daerah penelitian yaitu
merah
kehitam-hitaman
dengan
tekstur
tanah
lempung berpasir.
Keanekaragaman jenis tanah di daerah penelitian banyak menentukan kesuburan tanah atau pembentukan tanah lebih lanjut.
38
Tabel 3.3 Kedalaman Solum Tanah Desa Soko No
Kedalaman (Cm)
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Lebih Dari 200
215,6716
46,31
2
Antara 100-200
43
9,23
3
Antara 50-99
80
17,18
4
Kurang Dari 50
127
27,27
465,6716
100,00
Jumlah
Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012) Berdasarkan data Potensi Desa Soko, kedalaman solum tanah di daerah penelitian dibagi menjadi 4 yaitu, lebih dari 200 cm, antara 100-200 cm, antara 50-99 cm dan kurang dari 50 cm. Sebagian besar kedalaman solum tanah di Desa Soko adalah lebih dari 200 cm dengan persentase 46,31% dari jumlah total wilayah di daerah penelitian. Kedalaman solum tanah kurang dari 50 cm persentasenya sebesar 27,27%. Sedangkan kedalaman solum tanah antara 50-99 cm persentasenya sebesar 17,18%. Selanjutnya hanya 9,23% kedalaman solum tanah yaitu antara 100-200 cm. Kedalaman solum tanah di daerah penelitian akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan akan berpengaruh pada pertanian di Desa Soko.
Tabel 3.4 Tingkat Kesuburan Tanah Desa Soko No
Tingkat Kesuburan Tanah
1
Sedang
2
Tidak Subur/Kritis
Jumlah
Luas (Ha)
Persentase (%)
438,6716
94,20
27
5,80
465,6716
100,00
Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012)
Dapat dilihat dari Tabel 3.4 bahwa tingkat kesuburan tanah di Desa Soko sebagian besar mempunyai tingkat kesuburan yang sedang dengan persentase sebesar 94,20%. Sedangkan Desa Soko sebagian kecil mempunyai tingkat kesuburan yang kritis atau tidak subur dengan persentase sebesar 5,80%.
39
Tabel 3.5 Tingkat Erosi Tanah Desa Soko No
Tingkat Erosi Tanah
Luas (Ha)
Persentase (%)
388,6716
83,46
1
Tidak Ada Erosi
2
Erosi Ringan
35
7,52
3
Erosi Sedang
42
9,02
465,6716
100,00
Jumlah
Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012)
Tingkat erosi tanah di Desa Soko dapat dilihat pada tabel 3.5, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar di wilayah Desa Soko tidak ada erosi sebesar 83,46%. Hal tersebut dikatakan bahwa tidak ada erosi, namun daerah penelitian rentan bahaya longsor, kerana daerah yang tidak ada erosi merupakan daerah yang jarang ada pemukiman. Selanjutnya terdapat erosi sedang sebesar 9,02%, sehingga dapat dilihat bahwa wilayah yang rentan bahaya longsor adalah wilayah dengan erosi sedang tersebut. Daerah yang erosinya sedang merupakan daerah yang penambangan batu dan banyak rumah penduduk di sekitar penambangan tersebut. Kemudian di Desa Soko juga terdapat erosi kecil sebesar 7,52%.
3.3 Iklim Daerah penelitian mempunyai ketinggian 117 meter di atas permukaan air laut. Daerah penelitian mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-31º C dengan dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Dari data curah hujan selama enam tahun (2007-2012) untuk Desa Soko di Kabupaten Sragen dapat diketahui bahwa bulan basah rata-rata selama tujuh bulan, bulan lembab dua bulan dan bulan kering tiga bulan dalam setahun. Dengan menggunakan kriteria Schmidt & ferguson dapat diketahui bahwa daerah penelitian mempunyai iklim tipe C (basah).
40
Tabel 3.6 Curah Hujan Bulanan Desa Soko Curah Hujan Bulanan Desa Soko 2007-2012 Bulan
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
760
157
438
242
548
110
Februari
271
311
217
248
116
122
Maret
393
285
348
186
256
307
April
107
118
105
198
77
72
Mei
54
332
129
191
387
79
Juni
-
105
41
36
45
27
Juli
-
45
56
4
-
-
Agustus
-
75
75
8
73
-
September
-
97
53
114
-
2
Oktober
-
73
253
199
92
6
Nopember
72
392
149
244
117
126
Desember
171
280
238
216
133
191
Jumlah
1828
2270
2102
1886
1844
1042
Sumber: Data Sekunder
Curah hujan tahun 2007-2012 diambil dari jumlah curah hujan yang diterima oleh alat pengukur hasil. Terlihat dalam tabel 3.7 bahwa hujan banyak turun pada bulan-bulan Oktober sampai April. Bulan-bulan April sampai Oktober jarang hujan. Bulan Januari dan Februari curah hujan banyak sehingga akan membuat di daerah penelitian lebih rentan terhadap bahaya longsor. Musimmusim ini sangat berpengaruh pada penduduk untuk melakukan perpindahan.
3.4 Keadaan Penduduk Untuk membicarakan masalah keadaan penduduk disini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai jumlah dan kepadatan penduduk, serta komposisi penduduk. Mengenai jumlah penduduk di suatu daerah sangat penting karena tiap usaha pembangunan dan usaha-usaha lain tidak dapat lepas dari jumlah penduduk. 41
Penduduk sekaligus merupakan tenaga pembangunan, penyelenggara dan juga sebagai pemakai baik dalam usaha pembangunan, usaha ekonomi maupun usaha lain.
Tabel 3.7 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Desa Soko Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Desa Soko Jumlah Laki-Laki
2274 orang
Jumlah Perempuan
2292 orang
Jumlah Total
4566 orang
Jumlah Kepala Keluarga Kepadatan Penduduk
1202 kk 7 orang/km
Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012)
Jumlah penduduk di Desa Soko sebesar 4566 orang terdiri dari 2274 orang laki-laki dan 2292 orang perempuan. Jumlah kepala keluarga sebesar 1202 kk. Rata-rata kepadatan penduduk tiap km2 sebanyak 7 orang. Hal tersebut dapat berarti bahwa kepadatan penduduk di daerah penelitian sangat erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduk di daerah tersebut. Dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di daerah penelitian sangat rendah karena letak daerah yang rentan oleh bahaya longsor dan tidak dilewati oleh jalan raya, sehingga dapat dikatakan daerah yang terpencil. Maka dari itu, penduduk tidak mempunyai keinginan untuk bertempat tinggal di daerah ini. Berikut ini akan diuraikan tentang komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, untuk mengetahui jumlah pria dan wanitanya menurut golongan umur tertentu.
42
Tabel 3.8 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Soko KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN Umur
Laki-laki
(Tahun)
(Jiwa)
0-4
86
3,78
38
1,66
124
2,72
226,32
5-9
197
8,66
71
3,10
268
5,87
277,46
10-14
324
14,25
97
4,23
421
9,22
334,02
15-19
219
9,63
249
10,86
468
10,25
87,95
20-24
222
9,76
265
11,56
487
10,67
83,77
25-29
224
9,85
288
12,57
512
11,21
77,78
30-34
230
10,11
104
4,54
334
7,31
221,15
35-39
217
9,54
258
11,26
475
10,40
84,11
40-44
215
9,45
238
10,38
453
9,92
90,34
45-49
35
1,54
218
9,51
253
5,54
16,06
50-54
38
1,67
216
9,42
254
5,56
17,59
55-59
32
1,41
38
1,66
70
1,53
84,21
60+
235
10,33
212
9,25
447
9,79
110,85
Jumlah
2274
100,00
2292
100,00
4566
100,00
99,21
%
Perempuan (Jiwa)
%
Total (L+P) (Jiwa)
%
Sex Ratio
Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012)
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dipakai sebagai petunjuk bagaimana kemungkinan perkembangan dimasa yang akan datang. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dalam penelitian ini dapat digunakan untuk perencanaan penyediaan fasilitas sekolah, pekerjaan, dan mengetahui mobilitas penduduk. Untuk pendidikan di daerah penelitian yang ada terbatas pada tingkatan sekolah dasar saja, yakni penduduk yang sekolah sekitar umur 5-14 tahun. Disamping itu komposisi umur dan jenis kelamin digunakan untuk melengkapi rencana pembangunan yaitu tenaga kerja. Golongan umur diatas 15 tahun dianggap sebagai golongan umur yang produktif. Pada daerah penelitian,
43
72,40% penduduk merupakan penduduk usia produktif. Namun terdapat masalah di daerah penelitian yaitu bagaimana menyediakan lapangan yang cukup dan berbagai sarana di daerah penelitian, sehingga daerah yang bersangkutan dapat dibangun dan pembangunan berjalan dengan lancar. Masalah selanjutnya adalah bagimana menutupi kekurangan tenaga kerja itu sendiri dalam pembangunan. Pada Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan karena sebagian besar penduduk laki-laki mencari pekerjaan di luar daerah penelitian untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Jumlah tanggungan bagi penduduk usia produktif di daerah penelitian termasuk rendah yaitu 38 perseratus penduduk. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat untuk mengetahui beban tanggungan penduduk usia produktif. Batas umur penduduk yang belum aktif, produktif dan tidak lagi produktif yakni umur 0-14 tahun (belum aktif), umur 15-64 tahun (produktif), dan umur 60 tahun keatas (tidak lagi produktif). Beban tanggunga atai dependency ratio adalah besarnya penduduk usia tidak produktif atau yang belum produktif dibandingkan dengan penduduk usia produktif kali seratus orang penduduk. Menurut J.E. Ismail (1960, 206) beban tanggungan dibagi dalam tiga golongan meliputi:
Kurang dari 60% beban tanggungan rendah
60-90 % beban tanggungan sedang
Lebih dari 90% beban tanggungan berat
Penduduk Usia (0 - 14) (60 ) 100 Penduduk Usia (15 - 59) Penduduk usia (0 – 14)
= 813
Penduduk usia(15 – 59)
= 3306
Penduduk usia (60+)
= 447
Jadi Dependency Ratio (DR) =
813 447 100 3306
= 38 perseratus penduduk
44
Dari perhitungan diatas berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung beban sebanyak 38 orang yang tergolong belum atau tidak lagi produktif. Tabel 3.8 menunjukkan adanya perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di daerah penelitian. Sedangkan perincian jumlah laki-laki per perempuan (sex ratio) dapat terlihat bahwa rata-rata dibawah 100. Sex Ratio penduduk laki-laki dan perempuan desa Desa Soko sebesar 99,21.
45