BAB III DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA “PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU” OLEH PLOt
3.1
Sejarah Cerita Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau” Sejarah cerita Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau” diuraikan
dalam tulisan ini. Di latar belakangi dengan seiring kehidupan kita yang sekarang, dimana semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia ini maka begitu juga kebutuhan akan air juga semakin meningkat. Lena Simanjuntak seorang lulusan IKJ (Institut Kesenian Jogjakarta) yang sangat peduli dengan lingkungan mengangkat sebuah cerita sekaligus menyutradarai pertunjukan Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau”. Tidak hanya itu saja, Lena Simanjuntak juga melhat keadaan Danau Toba yang semakin memperihatinkan sekarang ini juga menjadi alasan untuk mengangkat cerita opera ini. Dan juga untuk mendukung Danau Toba sebagai salah satu anggota Geopark UNESCO.
3.2
Naskah dan Alur Musik Naskah merupakan lakon dalam teater yang juga merupakan penunjang
lahirnya berbagai unsur-unsur yang ada yaitu: aktor, pentas, sutradara, kostum, dan panggung. Naskah memiliki unsure-unsur teknis berbentuk ruang teks untuk memandu penyutradaraan antara lain sebagai berikut: 1) Scene number yaitu nomor adegan yang memudahkan untuk merancang breakdown dan proses penyutradaraan. 2) Scene heading yaitu keterangan tempat dan waktu adegan.
Universitas Sumatera Utara
3) Direction yaitu pengarahan adegan oleh penulis naskah yang berbentuk kata-kata instruktif dan telah diperhitungkan matang dari sisi alur dan dramatiknya. 4) Character yaitu tokoh yang terlibat dalam masalah. 5) Parenthetical yaitu sisipan di bawah character yang menerangkan ekspresi atau aksi khusus sebagai penekanan informasi dramatik untuk tokoh itu sendiri. 6) Dialogue yaitu dialog tokoh. 7) Transition yaitu transisi atau perpindahan antar scene atau shot dalam proses editing. Berikut ini adalah naskah drama Perempuan di Pinggir Danau karya PLOt yang ditulis oleh Lena Simanjuntak.
Universitas Sumatera Utara
OPERA BATAK DALAM CERITA “PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU” OLEH PLOt (Untuk memulai acara maka panggung diatur supaya terasa hampa dengan mengurangi cahaya pada panggung dan hanya ada pemusik yang bersiap untuk memulai acara untuk mengiri penari yang telah bersiap disamping panggung). *Keterangan Alur Musik* Musik 1 Opening (Musik suasana hening
dengan instrumen: sulim, hasapi, taganing,
ogung, hesek, dan juga lampu diredupkan) Instrumen musik dimainkan dengan solfeggio DO-MI-SOL, dan langsung dilanjutkan ke instrumen musik Batak Toba yang berjudul Saniang Naga Laut, yang akan mengantarkan pemain lakon ke tengah panggung yang berperan sebagai ibu ikan yang akan bercerita dan juga dibarengi dengan iringan penari. Dan juga dilanjutkan dengan petikan hasapi dengan instrumen musik yang berjudul Gondang Malim yang berfungsi menarik penari dari panggung dan kembali ke belakang panggung. Musik 2 Di saat ibu ikan sedang menyelesaikan ceritanya langsung disambut oleh alunan sulim dengan melodi andung-andung dan taganing sebagai pembawa ritem dan juga melodi. Musik berhenti dan kemudian taganing dimainkan dengan tempo yang cepat (tempo 120) untuk memberi bantuan efek suara petir sebagai pengantar masuknya narator ke panggung dan juga pengantar ibu ikan ke belakang panggung. Saat narator sedang bercerita tiba-tiba masuklah Samosir (pemuda miskin).
Universitas Sumatera Utara
Musik 3 Alunan melodi sulim dimainkan dimana Samosir yang sebenarnya memainkan sulim lipsing dengan bantuan dari tim pemusik. Setelah itu musik dimainkan sebagai pengantar Samosir yang hendak pergi memancing ke sungai. Kemudian terdengar suara taganing untuk memberi efek gemuruh di saat Samosir menarik pancingnya dan mendapatkan ikan yang besar. Musik 4 Permainan andung-andung sulim terdengar disaat pemudi diatas pergi mencari kayu bakar dan ikan besar tersebut menjelma menjadi seorang wanita cantik (Sondang Nauli). Suara gemuruh dari taganing dimainkan sebagai pertanda akan ada orang yang akan datang dan ibu ikan meninggalkan Sondang Nauli. Kemudian musik dimainkan kembali untuk mengiringi nyanyian vocal (Parende) yang berjudul Tio Pe Mual, yang juga sebagai musik pengiring Sondang Nauli yang sedang menari mengikuti alunan nyanyian tersebut Musik 5 Melodi andung-andung hasapi dengan judul instrumen Sibuka Pikkiran dimainkan untuk mengiringi Sondang Nauli yang menari sendiri dan juga mengiringi pembacaan teks prolog oleh parende. Setelah itu terdengar gemuruh taganing dan dilanjutkan lagi dengan melodi andung-andung hasapi dengan musik instrumen yang sama diatas. Musik berhenti sejenak dan langsung diisi oleh melodi sulim saja oleh pemusik dimana Samosir bermain sulim lipsing. Musik 6 Narator memasuki panggung dan bercerita tentang bagaimana Samosir dan Sondang Nauli bertemu dan pada akhirnya mereka menikah. Saat itu juga dia
Universitas Sumatera Utara
berteriak “Pesta-Pesta” yang menandakan musik dimainkan dengan judul instrumen
Medley
“Marmutik
Inggir-Inggir-Sulaman
Barat”
yang
akan
mengiringi penari dipanggung dan juga Samosir dan Sondang Nauli.
Musik 7 Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seoorang anak laki-laki yang bernama Toba. Hingga suatu ketika di saat Toba telah bertumbuh besar dan kuat, dia pun disuruh oleh ibunya untuk mengantarkan bekal ayahnya ke ladang. Ayahnya marah kepada Toba karena makanannya telah habis dimakan. Di saat itu juga taganing berbunyi dengan memberi efek suara petir kala Samosir mengingkari janjinya. Musik 8 Itulah legenda awal terjadinya Danau Toba dan Pulau Samosir. Berikutnya masuk paada bagian tor-tor gondang “Hata Sopisik” yag diiringi oleh pemusik yang berdurasi selama 4 menit, dan disitu juga parende memasuki tengah panggung dan menyanyikan lagu yang berjudul “Au Supir Motor”. SELESAI
3.3 Manajemen Produksi Pertunjukan Opera Batak Menajemen produksi adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan (sumber daya manusia, keuangan, fisik, dan informasi) yang berhubungan dengan pertunjukan agar dapat terlaksana dengan lancar dan terorganisir. Supaya manajemen produksi berjalan dengan lancar, maka harus ada kerjasama diantara pelaku seni (teater).
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, suatu pementasan opera/teater harus diselenggarakan dengan cara yang profesional, yang berarti manajemen yang matang dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pasca produksinya (Wijaya, 2007:192). Berikut adalah manajemen produksi pertunjukan Opera Batak dalam cerita “Perempuan di Pinggir Danau” adalah sebagai berikut. 1. Sutradara Sutradara adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung jawab penuh selama
latihan
atau
selama
persiapan
pementasan
sampai
pementasan
dilaksanakan. Sutradara harus bisa mewujudkan tujuan yang hendak dicapai melalui pementasan teater yang dilakukan. Seorang sutradara haruslah pandai memilih pemain, pemilihan naskah, pandai bekerjasama dengan penata artistik dan non-artistik. Sutradara pada pementasan pertunjukan ini adalah seorang wanita lulusan IKJ (Institut Kesenian Jogjakarta) yang bernama Lena Simanjuntak. Dia merupakan salah satu pendiri sanggar PLOt.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 (Lena Simanjuntak)
2. Stage Manager Stage manager merupakan seseorang yang fokus mengatur semua hal-hal teknis yang ada di pementasan, mulai dari tata letak pangung, ukuran panggung, ruang-ruang yang ada di dekat panggung, loading barang, back stage, setting, properti, kostum, make-up, multimedia, musik, lighting. Semua hal-hal yang disebutkan di atas merupakan tanggung jawab stage manager. Yang bukan menjadi tanggung jawab seorang stage manager adalah untuk membuat blocking. Seorang stage manager harus mengetahui setiap adegan pemain, menghandle durasi waktu supaya tidak berlebihan. Stage manager juga mengatur pencahayaan warna artistik, kostum, lighting. Pada pertunjukan ini, untuk menhandle pekerjaan stage manager dilakukan dengan kerja sama bukan hanya diatur oleh seseorang saja yang berarti tidak menunjuk seseorang untuk menjadi stage manager.
Universitas Sumatera Utara
3.
Penata artistik Seseorang yang merancang setting panggung dan mempersiapkan properti
yang dibutuhkan oleh para pemain disebut penata artistik. Dengan kata lain, penata artistik disebut jga dengan istilah skenografi, karena meliputi set-decorproperty. Yang menjadi penata artistik dalam pertunjukan ini adalah seorang mahasiswa seni rupa dari UNIMED yang bernama Edi Sitohang.
Gambar 2 (Edi Sitohang)
4.
Penata Panggung (Stage Crew) Stage panggung adalah orang-orang yang mengerjakan hal-hal teknis di
belakang layar dan bekerja sebagai pembantu umum. Stage mempunyai tugas yaitu
membantu
tugas
penata
artistik
untuk
mengadakan,
membuat,
mengumpulkan, menyiapkan, dan menjaga serta memelihara segala perlengkapan dan peralatan panggung, membantu tugas penata lampu. Yang menjadi penata
Universitas Sumatera Utara
panggung pada pertunjukan ini adalah teman-teman dari jurusan seni rupa FBS Unimed.
5. Penata Cahaya Di dalam sebuah pementasan pertunjukan, semua orang yang terlibat dalam pementasan memiliki peran yang penting. Dan untuk pertunjukan Opera Batak ini, settingan cahaya pada panggung sudah diatur terlebih dahulu dari awal dimulainya acara dan sampai akhir acara tidak ada perubahan settingan yang dilakukan.
6. Penata Musik Penata musik dijelaskan pada bagian ini, yang berarti seseorang yang merancang dan mendesain penataan musik dan efek-efek suara lainnya untuk membawa suasana yang dibutuhkan dalam pementasan. Perlu diketahui bahwa sebelum pementasan dilakukan, tim sanggar PLOt telah membuat daftar lagu yang sesuai dengan cerita yang akan diserahkan tim pemusik untuk kemudian dilatih oleh tim pemusik sendiri. Kepala pemusik tim Opera Batak ini dipimpin oleh seorang alumni Etnomusikologi USU yaitu Octavianus Matondang S.Sn. Pada tim pemusik, penulis sendiri juga turut ambil bagian pada pertunjukan. Saat pelatihan musik untuk peertunjukan ini, tim pemusik yang sebelumnya telah berlatih sendiri telah melakukan latihan gabungan dengan seluruh tim terlebih dengan para penari yang akan diiringi pada pementasan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3 (Octavianus Matondang)
7. Pimpinan Produksi Pimpinan produksi merupakan seseorang yang mengatur, mengelola atau memanage, serta mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam sebuah produksi pementasan teater. Pimpinan produksi dalam pertunjukan Opera Batak ini adalah Herri Ketaren adalah seorang alumni lulusan IKJ.
Gambar 4 (Herri Ketaren)
Universitas Sumatera Utara
8. Penata Rias dan Busana Penata rias adalah seseorang yang mempersiapkan tata rias para pemain untuk
menimbulkan
karakter
yang
dibutuhkan
dan
pemeranan
serta
mempersiapkan, mendesain, dan mengkordinir pakaian yang diperlukan oleh setiap pemain. Penata rias dan busana pada pementasan pertunjukan Opera Batak ini adalah Mateus Suwarsono, seorang seniman, serta pemilik sanggar tari yang bernama Bale Marojahan.
Gambar 5 (Mateus Suwarsono)
9. Aktor Elemen penting dari sebuah garapan disebut dengan aktor. Sebuah garapan akan terasa hidup jika aktor-aktornya memainkan peran dengan baik, sebuah garapan bias hidup tanpa sutradara tetapi mustahil sebuah garapan berjalan tanpa seorang aktor. Berikut nama-nama aktor pada pertunjukan Opera Batak ini adalah sebagai berikut: 1. Rinda Turnip (sebagai ibu ikan). 2. Ridwan Situmorang (sebagai samosir ).
Universitas Sumatera Utara
3. Devi Sinaga (sebagai putri ikan / Sondang Nauli). 4. Tumpak Josepin Sinaga (sebagai anak ikan / Toba). 5. Thompson Hs (sebagai narator). 6. Mateus Suwarsono (sebagai masyarakat penantang). 7. Octavianus Matondang (sebagai pemain sulim). 8. Tumpal Saragih (sebagai pemain taganing). 9. Rini Sinaga (sebagai penari). 10. Martha Sinaga (sebagai penari). 11. Farida siallagan (sebagai penari). 12. Adella (sebagai penari). 13. Pretty Manurung (sebagai parende opera).
3.4 Penokohan dan Karakter Usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lainnya merupakan pengertian dari penokohan. Jika proses identifikasi berhasil, maka perasaan penonton akan seperti terwakili oleh perasaan yang diidentifikasi tersebut. Oleh sebab itu, perbedaan peran ini sangat diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Misalnya kita mengidentifikasi suatu peran, secara tidak langsung kita telah mengadopsi pikiran-pikiran dan perasaan itu menjadi pikiran dan perasaan kita.Penokohan dalam sebuah lakon memegang peranan yang sangat penting pada saat pertunjukan. Lajos Egri berpendapat bahwa perwatakanlah yang paling utama dalam memainkan sebuah lakon. Tanpa itu, tidak akan ada arah cerita, dan tanpa perwatakan tidak bakal ada plot. Padahal ketidaksamaan watak akan melahirkan pergeseran, tabrakan kepentingan, konflik yang akhirnya
Universitas Sumatera Utara
melahirkan cerita (A. Adjib Hamzah, 1985). Peran dalam penokohan Opera Batak dalam cerita “Perempuan di Pinggir Danau” oleh PLOt adalah: 1. Protagonis Protagonis merupakan peran utama yang menjadi pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita. Persoalan ini bisa timbul dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga dari kekurangan diri sendiri. Hal ini juga sangat menentukan jalannya cerita yang akan dipertunjukkan.
Gambar 6 (Ibu ikan)
2. Antagonis Antagonis merupakan peran lawan, karena dia sering kali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Antara tokoh antagonis dan tokoh protagonis harus memungkinkan untuk menjalin pertikaian, dan itu harus berkembang sampai mencapai klimaks. Tokoh ini haruslah memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap terhadap tokoh protagonis.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7 (Masyarakat penantang)
3. Deutragonis Deutragonis merupakan tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini juga mendukung penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protagonis.
Gambar 8 (Parende opera)
Universitas Sumatera Utara
4. Foil Foil merupakan peran yang secara tidak langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya peran ini berpihak pada tokoh antagonis.
Gambar 9 (Narator)
5.Tetragonis
Tetragonis adalah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain.
Gambar 10 (Sondang Nauli, Samosir, Toba)
Universitas Sumatera Utara
6. Compiden Compiden adalah tokoh yang menjadi tokoh pengutaraan tokoh utama.
Gambar 11 (Narator)
7. Reisonneur Reisonneur adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang.
Gambar 12 (Narator)
Universitas Sumatera Utara
8. Yuticiling Yuticiling adalah tokoh pembantu, baik tokoh hitam maupun tokoh putih.
Gambar 13 (Parende Opera)
3.5 Pendukung Pertunjukan Dalam
hal
menganalisis
pendukung
pertunjukan,
Milton
Singer
mengemukakan pemikirannya dalam jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (1996: 164-165) bahwa pertunjukan selalu memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
3.5.1
Waktu Pertunjukan Yang Terbatas Waktu pertunjukan yang terbatas dapat diartikan yaitu dalam sebuah
pertunjukan memiliki durasi tertentu untuk menyajikan hasil karyanya di panggung semaksimal mungkin dengan waktu yang telah ditetapkan. Yang berarti sebagai pelaku bagian dari pertunjukan itu berinisiatif menampilkan yang terbaik
Universitas Sumatera Utara
dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitu juga dengan pergantian setting panggung juga termasuk dalam adegan. Pertunjukan ini berdurasi cukup panjang yaitu 01 : 12 : 05 detik. Bukan hanya sekedar menghibur tetapi pertunjukan opera ini memiliki pesan di dalamnya yang dapat diambil untuk bisa diperhatikan oleh masyarakat akan pentingnya air untuk masa yang akan datang.
3.5.2
Acara Kegiatan Yang Terorganisir Pengertian dari acara kegiatan yang terorganisir adalah sususan acara yang
diatur secara sistematis baik secara musik, tari, dan lakon yang dipertunjukkan. Hal ini dapat berjalan karena memiliki manajemen produksi yang baik terhadap sutradara, stage manager, pimpinan produksi, tim kreatif, penata musik, penata panggung, dan aktor sudah memiliki porsi masing-masing untuk membentuk acara yang terorganisir. PLOt memiliki manajemen produksi yang baik sehingga dapat menampilkan pertunjukan yang sangat eksklusif.
3.5.3
Sekelompok Pemain Sekelompok pemain yang dimaksud disini yaitu orang-orang yang menjadi
bagian penting dalam pertunjukan. Umumnya dalam naskah sudah terlebih dahulu ditentukan siapa saja pemainnya. Dalam pertunjukan ini yang dimaksud dalam sekelompok orang itu adalah pemeran utama, pemain figuran, penari, narator, pemusik yang menjadi bagian penting dalam pertunjukan Opera Batak dengan cerita “Perempuan di Pinggir Danau” oleh PLOt.
Universitas Sumatera Utara
3.5.4
Sekelompok Penonton Pengertian dari sekelompok penonton adalah seseorang atau sekelompok
orang yang datang untuk mendengar dan menonton yang menikmati jalannya pertunjukan. Para penonton berdatangan dari semua kalangan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa seperti disebutkan disini kalangan mahasiswa, kalangan orang tua, kalangan pecinta seni.
3.5.5
Tempat Pertunjukan Tempat pertunjukan adalah bagian yang sangat mendukung terlaksananya
suatu pertunjukan. Tempat pertunjukan bisa dilakukan di alam terbuka maupun di dalam ruangan. Opera Batak dulunya sering dimainkan di alam terbuka karena belum ada sarana dan prasana aula pementasan. Dengan bantuan panggung yang apa adanya. Tetapi untuk pertunjukan Opera Batak ini semuanya dilakukan di dalam ruangan, dan untuk yang penulis deskripsikan disini, dimana pertunjukan dilaksanakan di gedung auditorium UNIMED.
Gambar 14 (Tempat pertunjukan)
Universitas Sumatera Utara
3.5.6
Kesempatan Pementasan Yang dimaksud disini adalah dimana pertunjukan ini hanya ditampilkan
dalam satu moment yang tepat. Dengan kata lain, pelaku pertunjukan ini ingin benar-benar menyampaikan pesan dari pertunjukan itu dan ingin penonton pertunjukan mengerti dan memahami maksud yang disampaikan dalam pertunjukan itu. Pulat Latihan Opera Batak atau yang sering dipanggil dengan singkatan PLOt memanfaatkan kesempatan itu saat hari libur sehabis ujian tengah semester dan beruntung sekali karena mendapat dukungan dari kampus UNIMED sebagai tempat terselenggaranya pertunjukan ini.
3.6
Proses Persiapan Panggung Proses persiapan panggung untuk pertunjukan ini telah dilakukan dua hari
sebelum pertunjukan ditampilkan, antara lain sebagai berikut.
3.6.1
Panggung Dalam persiapan panggung pertunjukan Opera Batak dengan cerita
“Perempuan di Pinggir Danau” oleh PLOt disetting dengan sedemikian indah untuk menyesuaikan dengan cerita yang akan ditampilkan. Panggung didekorasi dengan menyerupai suasana pedesaan pada zaman dahulu. Disisi kiri / kanan panggung disetting bebatuan yang terbuat dari kertas semen yang kemudian diberi cat sesuai dengan warna batu. Untuk bagian back drop kanan / kiri panggung dihiasi dengan gantungan tirai gorga berwarna merah, putih, dan hitam. Untuk bagian depan bawah panggung, dihiasi dengan lukisan danau yang dilukis di kain putih yang panjang. Untuk posisi pemusik berada disebelah kanan panggung tepat
Universitas Sumatera Utara
dibelakang hiasan batu yang dibuat. Dan satu lagi, ranting-ranting bambu juga dibuat sebagai penghias panggung yang disisipkan di sisi kiri / kanan panggung.
3.6.1.1 Tata Suara Tata suara tidak hanya pengaturan sound system, melainkan musik pengiring pertunjukan. Musik pengiring diperlukan agar suara yang digambarkan terasa lebih meyakinkan dan lebih enak didengar bagi penonton. Musik pengiring dimainkan oleh pemusik untuk membantu permainan diatas panggung. Peran suara ini benar-benar menentukan jika menjadi pelengkap adegan yang ikut diucapkan dalam dialog para pelakunya. Baik musik maupun sound effect hanya berperan untuk member efek psikologis dan menghidupkan adegan yang dipertunjukkan. Oleh karena itu, juru musik dan juru suara harus lebih mementingkan lakon dan saling member konfirmasi antara pemain lakon dan pemusik kapan volume diperkecil dan kapan diperbesar baik secara cepat atau pun secara perlahan. Musik dan suara yang melebihi porsi akan sangat mengganggu permainan dan tidak jarang bisa berakibat kegagalan dalam pementasan. Pada pementasan pertunjukan ini, semua pemain lakon menggunakan mic wireless sebagai pengeras suara yang ditempelkan di kepala pemain, atau disebut dengan “clip on”.
3.6.1.2 Lighting Panggung Lighting panggung merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah pementasan
pertunjukan
opera. Lighting
merupakan
penataan peralatan
pencahayaan. Dalam hal ini, lighting dibutuhkan untuk memberi penerangan dan
Universitas Sumatera Utara
efek pada panggung dari segi pencahayaan. Fungsi lighting dalam pementasan teater adalah sebagai berikut: 1. Lighting sebagai penerangan yang berarti fungsi lighting hanya sebatas menerangi
panggung
serta
menerangi
unsur-unsurnya
sehingga
pementasan dapat terlihat oleh penonton. 2. Lighting sebagai pencahayaan yang berarti fungsi lighting sebagai fungsi artistik pementasan yang bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana pementasan sesuai dengan naskah.
3.6.2
Kostum Kostum pementasan teater merupakan bahasa visual tersendiri dan salah
satu alat komunikasi pemeran dan penonton (bahasa non verbal). Dalam pementasan teater, kostum juga memegang peranan yang sangat penting, bukan hanya sekedar penutup tubuh pemain dan fungsi utamanya saja dan buka sekedar fasilitas pemeran. Bahkan untuk saat ini kostum memiliki ruang tersendiri dalam dunia seni rupa. Walaupun dalam struktur kerjanya penata kostum adalah pembantu aktor/aktris, dan sutradara (semua yang terlibat dalam garapan tersebut). Kostum yang digunakan dalam pertunjukan Opera Batak ini semuanya berdasarkan karateristik cerita yang dibawakan yaitu “Perempuan di Pinggir Danau”, dimana pada dasarnya cerita ini dilandaskan pada budaya Batak Toba sehingga bahan kostum yang digunakan kebanyakan Ulos. Ulos tersebut dirombak kembali dan menjadikannya sebagai bahan pakaian. Kostum yang digunakan para pemain dalam pertunjukan Opera Batak dengan cerita “Perempuan di Pinggir Danau” oleh PLOt adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Ibu Ikan
Gambar 15 (Ibu ikan mengenakan kostum putih dengan tambahan ulos).
2. Putri ikan
Gambar 16 (Sondang Nauli mengenakan kostum berwarna hijau).
Universitas Sumatera Utara
3.
Samosir
Gambar 17 (Samosir mengenakan manset kuning dengan tambahan ulos).
4. Anak ikan
Gambar 18 (Toba mengenakan celana pendek hitam dengan kain merah sebagai pengikat kepala).
Universitas Sumatera Utara
5.
Narator
Gambar 19 (Narator mengenakan pakaian hitam dengan tambahan kain merah).
3.6.3
Properti Properti adalah segala perlengkapan yang dibutuhkan dalam pementasan.
Kegunaan properti yaitu sebagai pembangun atmosfer dan indikator ruang dan waktu pementasan yang ditampilkan. Properti dalam sebuah pertunjukan bukan hanya sebagai pelengkap pertunjukan. Karena penggunaan properti tepat guna akat sangat menunjang kualitas para pemain lakon di panggung. Properti yang digunakan pada pertunjukan ini diantaranya sebagai berikut; kain hitam panjang, kursi, cawan, daun hijau, jeruk purut, kayu, dan sebagainya.
3.7
Instrumen Musik Instrument musik yang digunakan pada pertunjukan Opera Batak dengan
cerita “Perempuan di Pinggir Danau” oleh PLOt adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
3.7.1
Sulim Sulim merupakan alat musik aerofon yang berasal dari budaya Batak
Toba. Funsi dari alat musik ini adalah sebagai pembawa melodi dalam ensambel musik Batak Toba yang biasa disebut dengan uning-uningan. Yang menjadi leader dalam permainan ensambel musik Batak Toba adalah sulim. Sama halnya dengan yang penulis ungkapkan dalam tulisan ini, dimana ensambel musik uning-uningan sebagai pengiring musik pada pertunjukan Opera Batak ini yang menjadi pembawa melodi utama adalah sulim. Sulim terbuat dari bambu yang biasa disebut dengan bulu sulim. Alat musik ini memiliki 1 luba pembilah udara, 6 lubang pengatur melodi, dan 1 lubang udara bebas. Untuk pembuatan alat musi ini memiliki cara tersendiri yang sudah diturunkan dari turun-temurun dari nenek moyang orang Batak sendiri.
Gambar 20 (Sulim)
3.7.2
Hasapi Hasapi merupakan alat musik kordofon yang memiliki 2 senar yang
berasal dari Batak Toba. Hasapi juga berfungsi sebagai pembawa melodi dalam
Universitas Sumatera Utara
ensambel musik uning-uningan dan tidak sering pula sebagai pembawa tempo atau disebut dengan doal. Hasapi biasanya terbuat dari kayu yang sudah tua atau biasanya memakai kayu “Jior”. Hasapi memilikin tabung resonator yang tepat dibagian bawah atau berbanding terbalik dengan gitar dimana tabung resonatornya dibuat dari atas. Untuk bagian senar yang digunakan, hasapi menggunakan senar gitar yang umumnya tetapi untuk kedua senarnya hanya menggunakan senar satu. Hasapi memiliki 2 teknik permainan berdasarkan tuning nadanya. Salah satunya adalah nada DO-MI, pada bagian ini, senar yang paling atas adalah DO dan senar yang dibawah adalah MI. Yang kedua yaitu dengan menggunakan nada SOL-RE, pada bagian ini senar paling atas menggunakan nada SOL dan senar yang dibawah menggunakan nada RE.
Gambar 21 (Hasapi)
Universitas Sumatera Utara
3.7.3
Taganing Taganing adalah salah satu alat musik Batak Toba, yang terdiri lima buah
gendang yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan juga sebagai ritem variable dalam beberapa lagu. Klasifikasi instrumen ini termasuk ke dalam kelompok membranophone,
dimainkan
dengan
cara
dipukul
membrannya
dengan
menggunakan palu-palu (stik).Taganing adalah drum set melodis (drum-chime), yaitu terdiri dari lima buah gendang yang digantungkan dalam sebuah rak. Bentuknya sama dengan gordang, hanya ukurannya bermacam-macam. Yang paling besar adalah gendang paling kanan, dan semakin ke kiri ukurannya semakin kecil. Nadanya juga demikian, semakin ke kiri semakin tinggi nadanya. Taganing ini dimainkan oleh satu atau 2 orang dengan menggunakan dua buah stik. Dibanding dengan gordang yang relatif konstan, maka taganing adalah melodis. Masuk dalam jenis alat musik membranphone yang berebentuk tabung, yang merupakan alat pukul atau tabuh. Seperangkat Taganing terdiri 5 buah. Di dalam sebuah permainan, posisi Taganing sangat penting. Selain tabuhan Taganing yang berpadu dengan melodi Serune, juga berfungsi sebagai leader yang memberikan aba-aba, dan memberikan pengaruh semangat pada semua musisi yang terlibat. Pada pertunjukan Opera Batak ini, taganing hanya dimainkan oleh 1 orang saja.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 22 (Taganing) 3.7.4
Ogung / Gong
Ogung merupakan alat musik sekaligus alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat batak. Ogung itu sendiri berbentuk gong dengan ukuran yang bervariasi. Ogung adalah salah satu bagian daripada Gondang Sabangunan (terdiri dari Taganing, Ogung, Sarune dan Hesek), yang dipakai untuk upacara adat seperti upacara meninggal orang tua yang sudah punya cicit, menggali tulang belulang orang tua untuk dipindahkan ke bangunan yang telah disediakan, bahkan pada upacara adat perkawinan. Ogung ada 4 jenis yaitu Ogung Oloan, Ogung Ihutan, Ogung Panggora, Ogung Doal. Alat musik ini termasuk kedalam klarifikasi idiophone, dimana sumber bunyinya berasal dari benda itu sendiri. Untuk pementasan ini, ogung dimainkan oleh 2 orang. Ogung Oloan (pemimpin atau yang harus dituruti) ogung oloan mempunyai fungsi sebagai instrumen ritme konstan, yaitu memainkan iringan irama lagu dengan model yang tetap. Fungsi ogung oloan ini umumnya sama dengan fungsi ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal dan sedikit sekali perbedaannya. Ogung doal memperdengarkan bunyinya tepat di tengah-tengah dari dua pukulan hesek dan menimbulkan suatu efek synkopis nampaknya merupakan suatu ciri
Universitas Sumatera Utara
khas dari gondang sabangunan. Fungsi dari ogung panggora ditujukan pada dua bagian. Di satu bagian, ia berbunyi bersamaan dengan tiap pukulan yang kedua, sedang di bagian lain sekali berbunyi bersamaan dengan ogung ihutan dan sekali lagi bersamaan dengan ogung oloan. Oleh karena musik dari gondang sabangunan ini pada umumnya dimainkan dalam tempo yang cepat, maka para penari maupun pendengar hanya berpegang pada bunyi ogung oloan dan ihutan saja. Berdasarkan hal ini, maka ogung oloan yang berbunyi lebih rendah itu berarti “pemimpin” atau “Yang harus di turuti” , sedang ogung ihutan yang berbunyi lebih tinggi, itu “Yang menjawab” atau “Yang menuruti”. Maka dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi yang berlangsung antara ogung oloan dan ogung ihutan dianggap oleh orang Batak Toba sebagai suatu permainan “tanya jawab”. Ogung Ihutan atau Ogung pangalusi (Yang menjawab atau yang menuruti). Ogung panggora atau Ogung Panonggahi (Yang berseru atau yang membuat orang terkejut). Ogung Doal bisa disebut juga sebagai pembawa tempo.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 23 (ogung dan palu-palu)
3.7.5
Hesek Hesek adalah salah satu alat musik Batak Toba, yang instrumen pembawa
tempo (ketukan dasar) yang terbuat dari pecahan logam atau besi dan kadang kala dipukul dengan botol kosong. Instrumen ini dimainkan dengan cara mengadu pecahan logam tersebut sesuai dengan irama dari suatu lagu. Klasifikasi ini termasuk kedalam kelompok idiophone.
Universitas Sumatera Utara
3.8
Teknik Penyajian Musik Pertunjukan Teknik penyajian dalam musik pertunjukan biasanya menciptakan
soundtrack dan improvisasi pada bunyi dan musik saat musik pertunjukan itu dimainkan. Pengertian dari kata improvisasi adalah cara kita mengungkapkan ekspresi jiwa dan biasanya dilakukan dengan spontan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu. Improvisasi sangat berkaitan dengan dengan seni musik dan seni drama. Improvisasi sangat membutuhkan spontanitas, kreativitas,serta kelincahan dalam menguasai panggung dan alur cerita dari drama tersebut. Menurut Dediansyah (2007:96-100) mengatakan bahwa dalam berteater ada beberapa hal yang harus diketahui dalam improvisasi dalam menanggapi bunyi dan musik. Adapun hal-hal yang penting diketahui dalam menanggapi bunyi dan music dalam berimprovisasi yaitu:
3.8.1 Bereaksi Kepada Irama Musik Dalam irama musik banyak memberi pengaruh kepada pelakon atau pemain alur cerita untuk bereaksi pada saat musik dimainkan.Pada saat musik dimainkan, musik juga sangat berfungi untuk merangsang sel-sel saraf manusia sehingga dapat menyebabkan tubuh kita bergerak mengikuti irama dalam musik tersebut. Jika musik yang diaminkan tempo nya cepat, maka gerakan si pemain juga cepat, demikian juga sebaliknya. Seperti yang diungkapkan Alan P. Meriam bahwa fungsi musik disini sebagai reaksi jasmani, dan pengungkapan emosional.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Bereaksi Kepada Melodi Musik Melodi musik juga dapat memberikan reaksi kepada pemain alur cerita atau lakon untuk menciptakan suasana dan latar pada saat musik dimainkan. Hal ini juga dapat kita lihat dari aspek-aspek musiknya tersebut, misalnya tempo dalam sebuah musik atau melodi yang dimainkan. Jika tempo musiknya lambat, maka teksnya menceritakan hal-hal yang menyedihkan sehingga musik itu melambangkan kesedihan. Dan sangat berpengaruh kepada reaksi pemain. Dalam konteks ini musik berfungsi sebagai perlambangan.
3.8.3 Menanggapi Musik Dari Isi Perasaannya Ketika musik dimainkan, maka si pemain / pelakon juga harus dapat menanggapi respon dari irama yang diberikan pada musik tersebut, akan tetapi Pemain musik dan pemain atau lakon cerita harus dapat berkomunikasi supaya dapat menciptakan harmoni dalam sebuah pertunjukan agar alur cerita tersebut dapat sampai kepada penonton dari pertunjukan tersebut.
3.8.4 Menanggapi Isi Dari Syair Lagunya Dalam menanggapi isi dari syair tersebut bukan hanya sekedar ditanggapi akan tetapi juga harus difahami bahwa syair lagu tersebut benar-benar menjadi soundtrack pertunjukan, supaya pertunjukan itu dapat sejalan dengan naskah atau alur dari cerita tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.9
Alur Cerita Pertunjukan Opera Batak Alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang sangat berhubungan
dengan sebab-akibat. Alur atau plot disusun dengan tujuan mengungkapkan dari sebuah pikiran yang khas. Alur atau plot yang dipakai dalam pertujukan Opera Batak adalah alur Suspense (Rikrik El Saptaria 21-23:2006). Alur yang dipakai dalam pertunjukan Opera Batak dalam cerita “Perempuan di Pinggir Danau” oleh PLOt adalah alur single plot. Dan jenis alur yang digunakan dalam cerita opera ini memiliki bagian awal, bagian isi cerita, dan bagian akhir cerita.
3.9.1
Bagian Awal Bagian awal cerita pertunjukan Opera Batak dalam cerita “Perempuan di
Pinggir Danau” oleh PLOt (Pusat Latihan Opera Batak) menceritakan tentang kehidupan seorang pemuda miskin (Samosir) yang tinggal sendiri di satu hutan, sehari-hari dia pergi ke ladang untuk bertani dan ke sungai untuk memancing. Suatu ketika Samosir pun pergi memancing dengan tujuan supaya ada untuk dimakan di rumah. Saat sedang memancing, pancingnya pun bergetar pertanda umpan pancingnya telah dimakan ikan. Kemudian dia menyentak pancingnya dan dia pun sangat dikujutkan dengan ikan mas besar yang dia tangkap. Samosir meninggalkan hasil tangkapannya itu sejenak dan bergegas mengambil kayu bakar ke hutan. Sepulang dari hutan Samosir melihat ikan tangkapannya sudah tiada lagi, melainkan dia dikejutkan dengan kehadiran seorang perempuan yang sangat cantik.
Universitas Sumatera Utara
Samosir pun dengan penuh perasaan yang tidak menentu menghampiri perempuan itu dan bertanya siapa dia sebenarnya. Dan akhirnya Samosir pun tahu bahwa perempuan (Sondang Nauli) yang ada di depannya itu adalah jelmaan ikan hasil tangkapannya. Akhirnya Samosir pun meminang Sondang Nauli untuk menjadi pendamping hidupnya tetapi dengan satu syarat, Samosir tidak boleh memberitahu kepada siapa pun darimana Sondang Nauli berasal.
3.9.2
Bagian Isi Pada akhirnya mereka pun menikah hidup bahagia bersama. Dari
pernikahan itu mereka dikaruniai satu orang anak laki-laki yang diberi nama Toba, yang seiring waktu tumbuh dan besar. Toba memiliki satu penyakit yaitu mudah lapar. Suatu hari Toba diperintahkan oleh ibunya untuk mengantarkan makanan bapaknya ke ladang. Akan tetapi di tengah perjalanan, Toba merasa lapar dan dia pun memakan bekal yang dia bawa untuk Ayah-nya. Sesampai di ladang, Toba pun memberikan bekal itu kepada bapaknya. Karena seharian kerja, Samosir pun sudah sangat lapar dan segera membuka bekal makanan yang dibawa anaknya. Dia terdiam sejenak melihat bekal makanannya yang sudah kosong. Samosir bertanya kepada Toba kenapa bekalnya kosong. Akhirnya Toba mengaku bahwa dia telah memakan bekal ayahnya diperjalanan. Samosir pun marah besar dan tidak terkendali lagi sehingga dia lupa akan janjinya kepada istrinya dan mengatakan kepada Toba “dasar kamu anak ikan”.
Universitas Sumatera Utara
3.9.3
Bagian Akhir Samosir pun mengingkari janji yang sudah mereka sepakati dengan
istrinya. Saat itu juga, badai hujan pun datang dan Sondang Nauli berlari ke ladang menghampiri suami dan anaknya. Ternyata yang sangat Sondang Nauli tidak inginkan pun terjadi. Suaminya telah melanggar janji mereka. Badai hujan makin deras dan saat itu juga lah Sondang Nauli kembali menjadi ikan dan meninggalkan suami dan anaknya. akibat dari badai hujan tersebut, terbentuklah satu danau besar yang dinamai danau Toba. Di danau itulah Sondang Nauli kembali lagi pada kehidupannya menjadi seekor ikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV STRUKTUR LAGU TIO PE MUAL PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA “PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU” OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK)
4.1
Pengantar Struktur musik yang digunakan dalam bab ini mencakup struktur melodi
yang digunakan. Struktur melodi lagu menjadi bagian dari lagu dalam pertunjukan “ Perempuan Di Pinggir Danau “ oleh PLOt (Pusat Pelatihan Opera Batak). Lagu “TIO PE MUAL” adalah salah satu yang mewakili tulisan ini. Lagu ini akan dikaji dengan menggunakan unsur-unsur seperti yang ditawarkan oleh William P. Malm melalui teori weighted scale. Adapun kedelapan unsur melodi yang digunakan untuk menganalisis yaitu: 1. Tangga Nada. 2. Nada Dasar. 3. Wilayah Nada. 4. Jumlah Nada. 5. Interval. 6. Pola-Pola Kadensa. 7. Formula Melodi. 8. Kontur.
4.2
Struktur Melodi Lagu Lagu “TIO PE MUAL” dengan irama musik Batak Toba menggunakan
iringan musik uning-uningan lambat. Tangga nada yang digunakan menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
proses akulturasi yang terus menerus yaitu; tangga nada mayor dan tangga nada minor barat dengan pembagian minor natural, minor harmonik, minor melodik, dan zigana.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1
Tangga Nada Tangga nada merupakan susunan berjenjang dari nada-nada pokok suatu
sistem nada, mulai dari salah satu nada dasar sampai nada oktafnya, misalnya: dore-mi-fa-so-la-si-do. Setelah melakukan transkripsi dari lagu tersebut maka selanjutnya menganalisis struktur dari melodi dari lagu tersebut. Pendekatan yang dilakukan penulis untuk membuat tangga nada dan dasar dilakukan dengan pendekatan weighted scale, seperti yang dikemukakan oleh Bruno Nettl (1964:7). Teori yang dikemukakan oleh Bruno Nettl dapat dideskripsikan atau digambarkan secara umum keberadaan dari struktur dari melodi dari lagu “Tio Pe Mual” terutama bagi para pemula yang di latar belakangi oleh pendidikan musik barat yang selanjutnya lebih menelusuri konsep dan struktur sebenarnya. Dari hasil transkripsi lagu sampel di atas, maka struktur tangga nada yang digunakan oleh lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut:
E
Fis
Gis
A
B
Cis
Dis
1
2
B3
4
5
B6
7
E 1
Tangga nada di atas dapat disimpulkan bahwa lagu Tio Pe Mual menggunakan tangga nada Mayor Harmonik.
4.2.2
Nada Dasar Untuk menentukan nada dasar, penulis menggunakan kriteria generalisasi
oleh Bruno Nettl yang dalam bukunya yang berjudul Theory and Method in
Universitas Sumatera Utara
Etnomusicology (1984:164). Bruno Nettle menyebutkan bahwa ada 7 kriteria yang ditawarkan untuk menentukan nada dasar suatu lagu, yaitu sebagai berikut: 1. Melihat dari patokannya nada mana yang sering dipakai. 2. Walaupun jarang dipakai, nada yang harga ritmisnya besar bisa dikatakan sebagai nada dasar. 3. Melihat nada awal atau akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai fungsi penting dalam penentuan tonalitas (nada dasar). 4. Nada yang berada pada posisi paling rendah atau posisi tengah dianggap penting. 5. Jika ada satu nada yang digunakan bersamaan dengan oktafnya dan ritmisnya sebagai patokan. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik adalah berdasar kepada pengalaman akeab dengan gaya musik tersebut (terjemahan Marc Perlman 1990). Berdasarkan kriteria yang diatas, makan nada dasar dalam lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut: 1. Nada yang sering dipakai adalah nada E. 2. Nada yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar adalah nada C. 3. Nada awal komposisi adalah nada E, dan nada akhirnya adalah nada E. 4. Nada paling rendah adalah nada Dis, dan nada paling tengah adalah nada Gis. 5. Adanya tekanan ritmis pada nada Gis. 6. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik yang C.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3
Wilayah Nada Hasil tangga nada yang penulis dapatkan dari lagu “Tio Pe Mual” dengan
berpedoman pada nada terendah dan nada yang tertinggi frekuensinya dan jarak atau interval yang dihasilkan. Maka wilayah nada yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
4.2.4
Jumlah Nada Untuk menentukan jumlah nada terdapat dua cara yang harus diperhatikan.
Yang pertama yaitu adalah melihat banyaknya kemunculan setiap nada tanpa melihat jumlah durasi secara kumulatif. Yang kedua adalah melihat kemunculan dan sekalius menghitung durasi kumulatif, karena durasi juga menentukan komposisi jumlah nada dalam melodi. Maka jumlah nada dalam lagu “Tio Pe Mual” adalah: 298 nada.
4.2.5
Interval Pengertian interval adalah jarak antara satu nada dengan nada berikutnya,
naik maupun turun (Manof 1991: 50). Perlu diketahui bahwa pada suatu komposisi lagu interval adalah penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau melompat, turun, maupun mendatar. Ukuran interval dapat menggunakan laras atau langkah dan sent. Untuk penggunaan interval pada lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut: 1) Nada E – E = 1P (Prime Perfect). 2) Nada E – F = 2m (Secunde Minor).
Universitas Sumatera Utara
3) Nada F – G = 2M (Secunde Mayor). 4) Nada G – A = 2M (Secunde Mayor). 5) Nada A – C = 3Auq (Third Auqmented). 6) Nada C – B = 7M (Septim Mayor). 7) Nada B – A = 7m (Septim Minor). 8) Nada B – G = 6m (Sekta Minor). 9) Nada A – B = 2M (Secunde Minor). 10) Nada A – D = 4 P (Kwart Perfect).
4.2.6
Pola-Pola Kadensa Pengertian kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu yang
biasanya yang ditandai dengan tanda istirahat. Pola kadensa dibagi atas dua bagian, yakni: semi kadens (half cadens), kadens penuh (full cadens). Semi kadens merupakan suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Sedangkan yang dimaksud dengan kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai sehingga pola kadensa seperti ini tidak memberikan keinginan / kesan untuk menambah gerakan ritem. Pola kadensa yang terdapat pada lagu “Tio Pe Mual” adalah sebagai berikut: FRASA A
FRASA B
Universitas Sumatera Utara
4.2.7
Formula Melodi Pada bagian ini, formula melodi yang akan dibahas oleh penulis meliputi
bentuk dan frasa. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Sedangkan yang dimaksud dengan frasa adalah bagianbagian kecil dari melodi. William P. Malm mengemukakan bahwa masih ada beberapa isitilah dalam menganalisis bentuk antara lain sebagai berikut: 1. Repetitive merupakan bentuk nyanyian dengan melodi pendek yang diulang-ulang.
2. Iterative merupakan bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil
dengan
kecenderungan
pengulangan-pengulangan
di
dalam
keseluruhan nyanyian.
3. Strophic merupakan bentuk nyanyian yang diulang tetapi mengunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.
4. Reverting merupakan bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan
pada
frasa
pertama
setelah
terjadi
penyimpangan-
penyimpangan melodi.
Universitas Sumatera Utara
5. Progressive merupakan bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.
4.2.8
Kontur Kontur merupakan garis melodi dalam sebuah nyanyian. William P. Malm
membedakan kontur kedalam beberapa jenis, yakni: 1. Ascending adalah garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.
2. Descending adalah garis melodi yang bergerak menurun dari nada yang paling tinggi ke nada yang paling rendah.
3. Pendulous adalah garis melodi yang gerakannya melengkung dari nada yang paling tinggi ke nada yang paling rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang paling tinggi atau sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
4. Terraced adalah garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau sebaliknya.
5. Disjuct merupakan melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya diatas sekonde mayor / minor. 6. Static merupakan melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan.
Melodi yang dihasilkan dalam lagu Tio Pe Mual adalah sebagai berikut: 1. Ascending berada pada bar 18. 2. Descending berada pada bar 18. 3. Pendulous berada pada bar 18. 4. Terraced berada pada bar 15. 5. Static berada pada bar 24.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan uraian yang sudah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,
maka penulis akan membuat kesimpulan dari semua pembahasan dan hasil penelitian yang telah penulis lakukan sebelumnya. Opera Batak merupakan pementasan seni yang dekat dengan masyarakat yang bisa dikatakan bersifat kehidupan sehari hari masyarakat yang berkembang dengan dukungan perkumpulan nasionalis yang bernama Dos Ni Roha. Opera Batak terkadang bersifat keritualan untuk menjalankan operasi panggungnya dikarenakan mereka sering melakukan ritual ritual penangkal hujan agar acara yang akan diadakan tidak gagal. Sekarang ini, yang menjadi satu-satu yang masih mempertahankan kelangsungan Opera Batak sendiri adalah sanggar PLOt (Pusat Latihan Opera Batak). Kebanyakan anggota yang turut berpartisipasi pada sanggar ini adalah mahasiswa yang cinta pada budaya sendiri. Alat musik yang digunakan Opera Batak pada pertunjukan Perempuan di Pinggir Danau antara lain: sulim, hasapi, ogung, taganing hesek. Semua orang yang sudah melihat pertunjukan ini berharap supaya kebudayaan ini bisa tetap dipertahankan keberadaannya agar tidak punah seiring perkembangan zaman.
5.2
Saran Kesenian merupakan bagian dari estetika kehidupan.Dan segala yang
menjadi bagian dari kita adalah kebudayaan. Begitu juga dengan apa yang kita
Universitas Sumatera Utara
lakukan sehari-hari merupakan sebuah kebudayaan yang berarti kebiasaan. Sebagai calon intelektual yang diberkahi ilmu, akal, dan bentuk-bentuk kecerdasan lainnya.Khususnya dalam menciptakan karya seni di dunia Teater. Apapun yang ada di depan mata yang kita alami bisa kita pertunjukkan.
Universitas Sumatera Utara