67
BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kausal yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menguji hipotesis tentang pengaruh satu atau beberapa variabel terhadap variabel lainnya.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis dan dampaknya terhadap kualitas laporan keuangan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis secara empiris pengaruh faktor-faktor komitmen organisasi, kapasitas SDM, SPI, pemanfaatan teknologi informasi, rekonsiliasi data, komunikasi dan ketersediaan sarana dan prasarana terhadap kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual serta dampaknya terhadap kualitas laporan keuangan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan pengujian hipotesis yang telah dikembangkan. Analisis kuantitatif ini dilakukan dengan mengolah data primer hasil kuesioner didukung dengan teknik analisis Structural Equation Model (SEM).
1.
Model Penelitian Metode kuantitatif pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
persamaan struktural (Structural Equation Modeling/SEM). Analisis SEM dipilih karena metode ini dapat menjelaskan hubungan antar variabel teramati (observed variables) dengan
variabel-variabel
laten melalui indikator-indikatornya
67 http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
(variabel manifes).
Fonell (1987) menjelaskan bahwa SEM banyak digunakan
dalam penelitian ilmu sosial, SEM menyediakan alternatif analisis jalur (path) dengan variabel laten (Ghozali, 2014). Salah satu tahapan penting analisis SEM adalah membangun model penelitian berdasarkan landasan teori kerangka pikir yang telah dikembangkan, sebagai berikut: KO1 KO2 KO3 KO4
Komitmen Organisasi SDM
SDM1 SDM2 2SDM3
Kapasitas SDM
SDM4
3
KI1
SPI1
KI2
KI3
6
KLK1
KLK2
SPI2 SPI3
SPI
Kualitas Implementasi
Kualitas LK
SPI4 SPI5
KI4
KI5
TI1 TI2 TI3
Pemanfaatan TI
TI4 TI5 RD1 RD2
K1
Rekonsiliasi Data
Komunikasi
K2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
KLK3
KLK4
69
SP1
Sarana dan Prasarana
Keterangan Indikator: SP2 KO1 = Komitmen Pimpinan Gambar 3.1. Model Penelitian dengan Structural Equation Model KO2 = Remunerasi SP3 Model KO3 = Motivasi Pegawai KO4 = Perbaikan berkelanjutan SDM1 = Latar Belakang Pendidikan SDM2 = Pengetahuan SDM3 = Keahlian SDM4 = Integritas SPI1 = Lingkungan Pengendalian SPI2 = Penilaian Risiko SPI3 = Aktivitas Pengendalian SPI4 = Informasi SPI5 TI1 TI2 TI3 TI4 TI5 RD1 RD2 K1 K2 SP1 SP2 SP3 KIA1 KIA 2 KIA 3 KIA 4 KIA 5 KLK1 KLK 2 KLK 3 KLK 4
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Pemantauan (Monitoring) Software Aplikasi Akuntansi Terkomputerisasi Kesesuaian Software dengan Peraturan Laporan Akuntansi dan Manajerial Terintegrasi Pemeliharaan Database Rekonsiliasi Internal dan Ekternal Tindak Lanjut Hasil Rekonsiliasi Data Komunikasi internal Komunikasi eksternal Anggaran Perangkat Komputer dan Jaringan Internet Regulasi Pengakuan Pendapatan dan Beban Penyajian Akun Aset Berbasis Akrual Penyajian Akun Utang Berbasis Akrual Perlakuan Penyesuaian Akun Murni Akrual di Akhir Periode Penelaahan Laporan Keuangan Relevan Andal Dapat Dipahami Dapat Dibandingkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
B.
Definisi Operasionalisasi Variabel Model penelitian terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel laten dan
variabel manifes. Berdasarkan model penelitian, variabel komitmen organisasi, kapasitas SDM, SPI, pemanfaatan TI, rekonsiliasi data, komunikasi, ketersediaan sarana dan prasarana, kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual, dan
kualitas
LKKL
dikategorikan
sebagai
variabel
laten
(unobserved
variable/konstruk). Sementara itu, variabel KO1 – KULK3 (34 variabel) merupakan variabel
manifes
(observed
variable/measured
variable/indikator)
yang
merefleksikan variabel laten. Di dalam penelitian ini terdapat pula variabel laten yang menjadi variabel intervening, yaitu kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
Menurut Sugiyono (2014), variabel intervening
adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
1.
Komitmen Organisasi Komitmen
organisasi
merupakan
kemampuan
dan
kemauan
untuk
menyelaraskan perilaku anggota organisasi dengan kebutuhan, prioritas, dan tujuan organisasi. Pada penelitian ini komitmen organisasi dibatasi pada bidang akuntansi dan pelaporan keuangan, khususnya komitmen organisasi dalam peningkatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, komitmen organisasi dalam penelitian ini diukur dengan indikator-indikator: 1) komitmen pimpinan; 2)
remunerasi; 3) motivasi
pegawai dan 4) perbaikan berkelanjutan.
2.
Kapasitas SDM Kapasitas SDM pada dasarnya merupakan kemampuan dari staf/pejabat di
bidang akuntansi dan pelaporan yang didasarkan pada latar belakang pendidikan, pengetahuan dan keahlian, pemahaman dan tanggung jawab mengenai tugas. Indikator-indikator (variabel manifes) dari kapasitas SDM dalam penelitian ini mengadopsi penelitian Dwi Purwahartono (2014) yang dikembangkan dari konsep Wiley (2002), yaitu 1) Latar belakang pendidikan; 2) Pengetahuan; 3) Keahlian; dan 4) Integritas.
3.
Sistem Pengendalian Intern Dalam perpektif akuntansi pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 mendefinisikan pengendalian intern sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Wilkinson et al. (2000) mengemukakan lima komponen dalam menjelaskan SPI, yaitu: 1) Lingkungan Pengendalian; 2) Penilaian Risiko; 3) Aktivitas Pengendalian;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
4) Informasi dan Komunikasi; 5) Pemantauan (Monitoring). Kelima komponen di tersebut sekaligus digunakan sebagai indikator dalam mengukur SPI pada penelitian ini. 4.
Pemanfaatan Teknologi Informasi Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan pengembangan dan pemanfaatan TI diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan keuangan. Wilkinson et al. (2000) menyatakan bahwa pemanfaatan TI meliputi: (i) sistem manajemen data dan proses kerja secara terkomputerisasi dan (ii) implementasi teknologi informasi dalam menunjang pelayanan publik yang efektif dan efisien. Berdasarkan paparan Wilkinson tersebut dikembangkan indikator pemanfaatan teknologi informasi dalam penelitian ini,
meliputi:
1) Perangkat Lunak (Software)
Akuntansi Terkomputerisasi; 3) Keseuaian Software dengan
Aplikasi; Peraturan;
2) 4)
Laporan Akuntansi dan Manajerial yang Terintegrasi; dan 5) Pemeliharaan Database.
5.
Rekonsiliasi Data PMK Nomor 210/PMK.05/2013 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam
Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian pencocokan
Negara/Lembaga data
transaksi
mendifinisikan keuangan
yang
rekonsiliasi diproses
sebagai dengan
proses beberapa
sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama (pasal 1 angka 1). Rekonsiliasi terdiri dari rekonsiliasi internal (di dalam entitas) dan rekonsiliasi eksternal antara entitas lingkup K/L dengan BUN/kuasa BUN. Dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
penelitian ini, rekonsiliasi diukur dengan dua indikator yaitu: 1) Rekonsiliasi internal dan eksternal; dan 2) Tindak lanjut hasil rekonsiliasi data.
6.
Komunikasi Menurut Edward III (1980), komunikasi diartikan sebagai “proses penyampaian
informasi komunikator kepada komunikan”. Informasi mengenai kebijakan publik menurut Edward III (1980) perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapakan. Dalam penelitian ini, komunikasi
diukur
dengan dua indikator
yaitu: 1) Komunikasi internal; dan 2) Komunikasi eksternal.
7.
Ketersediaan Sarana dan Prasarana Menurut Moenir (1992), sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat
alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan definisi tersebut
dikembangkan indikator ketersediaan sarana dan prasarana dalam penelitian ini meliputi 1) Anggaran; 2) Perangkat komputer dan jaringan internet; dan 3) Regulasi.
8.
Kualitas Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Kualitas Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual didasarkan
atas basis akuntansi dan karakteristik yang ditetapkan oleh PP 71 Tahun 2010
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Berdasarkan hal tersebut, indikator yang digunakan dalam mengukur kualitas implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual dalam penelitian ini adalah 1) Pengakuan Pendapatan dan Beban; 2) Penyajian Akun Aset Berbasis Akrual; 3) Penyajian Akun Kewajiban Berbasis Akrual; 4) Perlakuan Penyesuaian Akun Murni Akrual di Akhir Periode; dan 5) Penelaahan Laporan Keuangan.
9.
Kualitas LKKL Karakteristik kualitatif laporan keuangan yang tercantum dalam Lampiran
I.01 PP 71/2010, meliputi relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Empat karakteristik tersebut selaras dengan pernyataan IASB (2003) dalam International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Lampiran A Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan. IASB menyatakan bahwa karakteristik kualitatif adalah kriteria yang membuat informasi yang tersedia dalam laporan keuangan bermanfaat untuk para pengguna. Dengan demikian, indikator yang digunakan dalam mengukur kualitas LKKL adalah 1) Relevan; 2) Andal; 3) Dapat Dipahami; dan 4) Dapat Dibandingkan. Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Variabel Laten Komitmen Organisasi (KO)
Variabel Manifes (Indikator) Komitmen Pimpinan (KO1)
Definisi Operasional
Skala
Pimpinan organisasi memotivasi bawahan dalam implementasi akuntansi berbasis akrual Pimpinan organisasi memberikan arahan
Likert (1 s.d. 6)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
Variabel Laten
Variabel Manifes (Indikator)
Definisi Operasional
Skala
yang jelas dalam kebijakan akuntansi
Tabel 3.1. dan(Sambungan) pelaporan keuangan berbasis akrual
Remunerasi (KO2)
Motivasi Pegawai (KO3)
Perbaikan Berkelanjutan (KO4)
Kapasitas SDM (SDM)
Latar Belakang Pendidikan (SDM1) Pengetahuan (SDM2)
Keahlian (SDM3)
Pimpinan memiliki inovasi terhadap diaplikasikannya akuntansi berbasis akrual Pimpinan organisasi memberikan perhatian terhadap temuan BPK Organisasi telah menerapkan remunerasi untuk meningkatkan kinerja pegawai Adanya remunerasi mendorong peningkatan kinerja di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual Motivasi pegawai (satuan kerja) dalam meningkatkan kualitas implementasi akuntansi berbasis akrual Keterlibatan aktif pegawai di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual Organisasi berfokus pada perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam implementasi akuntansi berbasis akrual SDM yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi (akuntansi/manajemen) SDM memahami konsep dasar penyusunan laporan keuangan berbasis akrual SDM memahami substansi SAP akrual SDM memahami peraturan pengelolaan keuangan SDM memiliki kemampuan analisis data akuntansi berbasis akrual SDM menguasai pengoperasian komputer sebagai kemampuan dasar petugas akuntansi SDM mampu mengoperasikan aplikasi (software) sistem akuntansi keuangan dengan baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Likert (1 s.d. 6)
76
Variabel Laten
Variabel Manifes (Indikator) Integritas (SDM4)
Definisi Operasional
Skala
Adanya kemauan untuk bekerja keras, disiplin, dan profesional dalam mendukung Tabel keberhasilan 3.1. (Sambungan) pelaksanaan akuntansi berbasis akrual
Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Lingkungan Pengendalian (SPI1)
Penilaian Risiko (SPI2)
Aktivitas Pengendaliaan (SPI3)
Informasi (SPI4)
Pemantauan (Monitoring) (SPI5)
Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI)
Software Aplikasi (TI1)
Proses Akuntansi Terkomputeris asi (TI2)
Penetapan aturan standar kompetensi untuk tugas dan fungsi di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan Tindakan yang tegas terhadap pelanggaran prosedur dan kebijakan di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan Telah dilakukan analisis risiko terhadap tupoksi di bidang pengelolaan keuangan Telah dilakukan mitigasi risiko terhadap tupoksi di bidang pengelolaan keuangan Kebijakan pengamanan fisik atas aset telah ditetapkan dan diimplementasikan dengan baik SPI (Inspektorat) selalu melakukan pendampingan dan review dalam penyusunan LK berbasis akrual Hasil reviu telah disampaikan tepat waktu Hasil reviu telah dikomunikasikan dengan baik Penyusun LK selalu menindaklanjuti setiap hasil reviu dan saran yang diberikan oleh Inspektorat Evaluasi berkala terhadap kualitas sistem pengendalian intern Manfaat software aplikasi (SAIBA dan SIMAK-BMN) Kemudahan pemahaman dan pengoperasian aplikasi Frekuensi dan ketertiban penginputan data transaksi Cakupan software aplikasi dalam proses
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Likert (1 s.d. 6)
Likert (1 s.d. 6)
77
Variabel Laten
Rekonsiliasi Data (RD)
Komunikasi (K)
Variabel Manifes (Indikator)
Skala
akuntansi. Software Kesesuaian software aplikasi dengan sesuai peraturan perundang-undangan Tabel 3.1. (Sambungan) Peraturan Kesesuaian output aplikasi (laporan) Perundangdengan peraturan perundang-undangan Undangan (TI3) Laporan Keterkaitan antar aplikasi Akuntansi dan Kelengkapan laporan keuangan yang Manajerial dihasilkan Terintegrasi (TI4) Pemeliharaan Pengamanan akses komputer Database (TI5) Prosedur Back-up database secara berkala Rekonsiliasi Rekonsiliasi internal dilakukan secara Likert Internal dan (1 s.d. 6) berkala sesuai ketentuan. Ekternal (RD1) Rekonsiliasi eksternal dilakukan secara berkala sesuai ketentuan. Tindak Lanjut Mekanisme tindak lanjut hasil Hasil rekonsiliasi Rekonsiliasi Penelusuran dokumen sumber dan (RD2) perbaikan pembukuan data transaksi Sosialiasi kepada pihak internal terkait Likert Komunikasi (1 s.d. 6) internal (K1) akuntansi berbasis akrual Komunikasi eksternal (K2)
Ketersediaan Sarana dan Prasarana (SP)
Definisi Operasional
Anggaran Perangkat Komputer dan Jaringan Internet Regulasi
Komunikasi dengan pihak eksternal (Kemenkeu, BPKP) terkait pelaksanaan akuntansi berbasis akrual Dukungan anggaran yang memadai terkait implementasi akuntansi berbasis akrual. Dukungan hardware berupa perangkat komputer dan jaringan yang up to date, untuk memperlancar penyelenggaraan akuntansi berbasis akrual. Adanya petunjuk teknis akuntansi dan pedoman penyusunan laporan keuangan berbasis akrual Adanya SOP penyusunan laporan keuangan berbasis akrual
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Likert (1 s.d. 6)
78
Variabel Laten Kualitas Implementasi Akuntansi Akrual (KIA)
Variabel Manifes (Indikator) Pengakuan Pendapatan dan Beban (KIA1)
Pendapatan – LO diakui pada saat
Penyajian Akun Kewajiban Berbasis Akrual (KIA3) Perlakuan Penyesuaian Akun Murni Akrual di Akhir Periode (KIA4) Penelaahan Laporan Keuangan (KIA5)
Skala
Likert (1 s.d. 6) pendapatan
timbulnya hak atas tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Tabel 3.1. (Sambungan) Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Penyajian Akun Aset Berbasis Akrual (KIA2)
Kualitas Implementasi Akuntansi Akrual (KIA)
Definisi Operasional
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value), dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Persediaan disajikan di neraca berdasarkan hasil inventarisasi fisik dikalikan harga. Aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar setelah dikurangi penyusutan. Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi. Utang disajikan sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
Penyesuaian Akun Pendapatan Diterima di Muka, Pendapatan yang Masih Harus Diterima, Beban Dibayar di Muka, serta Beban yang Masih Harus Dibayar di akhir periode.
Kesesuaian dengan persamaan dasar Akuntansi Pemerintah Kesesuaian migrasi saldo awal Telaah per komponen LK Telaah antar Laporan Keuangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
Variabel Laten Kualitas Laporan Keuangan (KLK)
Variabel Manifes (Indikator) Relevan (KLK 1) Andal (KLK 2) Dapat Dipahami (KLK 3) Dapat dibandingkan (KLK4)
Definisi Operasional
Skala
Manfaat umpan balik, Manfaat prediktif, Likert Ketepatwaktuan, Kelengkapan (1 s.d. 6) Penyajian jujur, dapat diverifikasi, netralitas Kesesuaian dengan kebutuhan stakeholder, penggunaan istilah yang mudah dipahami, intepretasi informasi Konsistensi kebijakan akuntansi, keterbandingan internal dan eksternal
(Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini)
C.
Pengukuran Variabel Pengukuran variabel melalui instrumen kuesioner menggunakan data ordinal
dan diukur dengan skala Likert. Responden diminta memilih salah satu jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan persepsinya diantara alternatif jawaban yang telah disediakan. Dari 34 (tiga puluh empat) indikator yang telah ditentukan dalam definisi dan operasionalisasi variabel, maka dapat dirancang kuesioner yang berupa pernyataan-pernyataan menggunakan skala likert untuk mendapatkan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan setuju, seperti yang tertera dalam tabel 3.2. Tabel 3.2 Skala Pengukuran Kuesioner Jawaban
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Agak Tidak Setuju
Agak Setuju Setuju Sangat Setuju
Kode STS TS
ATS AS S SS
(Sumber : Sugiyono, 2014)
D.
Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bobot 1 2 3 4 5 6
80
Menurut Lind et. al (2013), populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diamati atau ukuran yang diperoleh dari seluruh individu atau objek yang diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat/staf bidang akuntansi dan pelaporan keuangan di Kementerian Negara/Lembaga. Jumlah kementerian negara/lembaga pada periode pelaporan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2015 adalah 87 kementerian negara/lembaga. Setiap kementerian lembaga memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Jumlah minimal pejabat/staf bidang akuntansi dan pelaporan keuangan (aklap) di tingkat pusat adalah 3 (tiga) orang yang minimal terdiri dari pejabat, operator SAIBA, dan operator SIMAK-BMN. Dengan demikian, total populasi penelitian ini adalah 261.
2.
Sampel Merujuk pemaparan Lind et. al (2013), sampel adalah porsi atau bagian dari
populasi yang sejenis. Untuk menyimpulkan sesuatu mengenai populasi, kita biasanya mengambil sampel dari populasi. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Pejabat/Staf Pengelola Keuangan, khususnya yang terkait langsung dengan penyusunan LKKL; 2) Sudah terlibat aktif minimal satu tahun dalam penyusunan LKKL. Teknik pengambilan sampel terhadap responden dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling
dilakukan karena informasi yang dibutuhkan
diperoleh dari sumber yang dipilih berdasarkan pertimbangan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu sebagaimana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
diuraikan di atas, sehingga dapat mendukung penelitian ini. Sampel pada penelitian ini terdiri dari pejabat di bidang aklap, operator SAIBA dan operator SIMAK BMN.
E.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik survei (kuesioner). Yaitu
jenis teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai pendamping dalam pengumpulan data. Angket berisikan format daftar pertanyaan yang memberi pilihan jawaban pada responden dan berkaitan dengan permasalahan. Penyebaran kuesioner dilakukan melalui dua jalur, yaitu metode online dan metode langsung. Metode online dilakukan mulai tanggal 28 Agustus 2016 melalui kuesioner online dengan bantuan fasilitas google.doc, yang disebarkan melalui email masing-masing responden, dimana tanggal cut off yaitu 26 September 2016. Sementara itu, metode langsung dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden pada saat Rapat Kerja Nasional Akuntasi Tahun 2016 pada tanggal 20 September 2016. Disamping itu dilakukan juga studi kepustakaan yaitu pengumpulan data-data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti bukubuku, artikel, pendapat para ahli, dan makalah yang berguna secara teoritis dalam mendukung penelitian.
F.
Metode Analisis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
1.
Analisis Deskriptif Sugiyono (2014) memaparkan bahwa analisis statistik deskriptif dilakukan
untuk menganalisis data melalui pendeskripsian atau penggambaran data yang dihimpun sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Sementara itu, Hasyadi (2014) menjelaskan bahwa analisis deskriptif dilakukan dengan menampilkan hasil survei ke dalam grafik-grafik, baganbagan, atau tabel-tabel, baik dalam bentuk persentase atau nominal. Statistik deskriptif ini berkaitan dengan pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut.
2.
Analisis SEM Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model persamaan
struktural (Structural Equation Modeling/SEM). Analisis ini dilakukan untuk memperoleh kesimpulan melalui pengujian hipotesis. Ghozali (2014) memaparkan bahwa SEM sering disebut sebagai generasi kedua dari analisis multivariate. SEM memiliki manfaat utama jika dibandingkan dengan generasi pertama multivariate, yaitu SEM memiliki fleksibilitas dalam menghubungkan keterkaitan antara teori dan data. Menurut Gujarati (1995), penggunaan variabel-variabel laten pada regresi berganda menimbulkan kesalahan-kesalahan pengukuran (measurement errors) yang berpengaruh pada estimasi parameter dari sudut biased-unbiased dan besar kecilnya variance. Santoso (2015) menguraikan bahwa dalam sebuah model SEM, sebuah variabel laten dapat berfungsi sebagai variabel eksogen dan variabel endogen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
Dengan demikian, dalam model penelitian ini, pada tahapan analisis pertama variabel eksogen terdiri dari Komitmen Organisasi, Kapasitas SDM,
SPI,
Pemanfaatan TI, Rekonsiliasi Data, Komunikasi, Ketersediaan Sarana dan Prasarana sedangkan
variabel
endogennya
adalah
Kualitas
Implementasi
Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual. Pada tahapan analisis yang kedua, Kualitas Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual akan berfungsi sebagai variabel eksogen yang berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu Kualitas LKKL. Tahapan analisis SEM dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: a)
Uji Model Pengukuran (Measurement Model) Bahri dan Zamzam (2014) memaparkan bahwa Measurement Model
merupakan estimasi tahapan pertama dari SEM yang ditujukan untuk menguji model dengan data. Measurement Model dibentuk atas variabel laten dan beberapa indikator yang menjelaskannya. Santoso (2015) memaparkan bahwa tujuan uji measurement model adalah untuk mengetahui seberapa tepat indikator-indikator dapat menjelaskan variabel yang ada. Disebutkan pula bahwa alat analisis yang digunakan untuk menguji measurement model adalah Confirmatory Factor Analysis (CFA). CFA measurement model dilakukan dengan cara menggabungkan variabel eksogen dan variabel endogen secara terpisah atau dapat disebut sebagai konfirmatori variabel eksogen dan konfirmatori variabel endogen. Selanjutnya, Bahri dan Zamzam (2014) menguraikan bahwa pengujian dasar dalam CFA meliputi goodness of fit test/GoF test (uji keselarasan) dan uji signifikansi bobot faktor. Langkah pengujian model penelitian meliputi tahapan (i) menguji model dasar; (ii) melakukan spesifikasi atau modifikasi model dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
mengacu pada dukungan teori. Spesifikasi model dilakukan dengan cara menghapus variabel yang memiliki bobot kurang dari 0,50. Loading factor yang bernilai kurang dari 0,50 tersebut menunjukkan suatu indikator bukan merupakan pembentuk (reflektor) variabel laten yang baik.
b)
Uji Model Struktural (Structural Model) Santoso (2015) menjelaskan bahwa proses pengujian sebuah measurement
model pada prinsipnya menguji apakah model secara keseluruhan (overall) dapat dikatakan fit dengan sampel yang ada. Kemudian juga dilakukan pengujian apakah masing-masing indikator pada setiap konstruk memang dapat menjelaskan konstruk tersebut. Jika sebuah measurement model tidak dapat dikatakan fit, maka tahapan pengujian seharusnya tidak dilanjutkan ke pengujian structural model. Oleh karena itu beberapa tindakan perlu dilakukan, seperti peninjauan kembali model, penambahan data sampel, serta peninjauan ulang pertanyaan (kuesioner) atau bentuk pengukuran lain pada indikator. Pada aras lain, Santoso (2015) menambahkan bahwa jika suatu measurement model dinyatakan fit, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian structural model. Rangkaian pengujian inilah yang disebut dengan proses pengujian dua tahap (two steps SEM Process), yaitu menguji fit serta validitas sebuah measurement model, baru kemudian menguji structural model, yang meliputi dua bagian utama: 1)
Menguji keseluruhan model (overall model fit) dari structural model.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
Menguji structural parameter estimates, yaitu hubungan di antara konstruk
2)
atau variabel independen-dependen yang ada dalam structural model. Perlu diketahui bahwa bagian-bagian dari structural model sebenarnya berasal dari measurement model. Dengan demikian, pembuatan sebuah structural model hanyalah mengubah „susunan‟ dari komponen-komponen measurement model. Langkah-langkah pengujian structural model tidak berbeda dengan measurement model. c)
Goodness of Fit Test dan Estimasi Parameter Tahapan penting dalam measurement model dan structural model adalah
pengukuran GoF. Bahri dan Zamzam (2014) memaparkan bahwa GoF merupakan indikasi perbandingan model dengan observed variable. Terdapat tiga alat untuk mengukur GoF, yaitu: (i) absolute fit indeces, (ii) incremental fit indeces dan (iii) farsimony fit indeces, yang secara keseluruhan mencakup 33 indeks. Merujuk rekomendasi Latan (2012), indeks yang akan digunakan untuk mengukur GoF dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3. 2. Sementara itu, untuk memberikan kesimpulan terhadap model yang fit, sekurangnya 70% dari parameter telah memenuhi cut off value. Tabel 3.3 Goodness of Fit Index (GoFI) GoF Index Chi-square Sig. of chi square DF CMIN/DF GFI AGFI CFI TLI NFI
Uraian Degrees of Freedom Chi-square/Degrees of Freedom Goodness of Fit Index Adjusted Goodness of Fit Index Comparative Fit Index Tucker-Lewis Index Normed Fix Index
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Cut off Value Diharapkan kecil > 0,05 >0 < 2,00 > 0,90 > 0,90 > 0,90 > 0,90 > 0,90
86
IFI RMSEA RMR
Incremental Fit Index Root Mean Square Error Aproximation Root Mean Square Residual
> 0,90 < 0,08 < 0,05
Sumber: Bahri dan Zamzam, 2014 (telah diolah kembali)
Setelah diperoleh model yang fit, tahapan selanjutnya dilakukan estimasi parameter penerimaan hipotesis. Estimasi parameter penerimaan hipotesis bertujuan untuk mengukur signifikansi pengaruh variabel eksogen secara parsial terhadap variabel endogen. Merujuk Bahri dan Zamzam (2014), hipotesis akan diterima jika koefisien t-hitung >1,96. Kedua koefisien ini dapat dilihat dari output Lisrel pada hasil estimasi regression weight. Sementara itu, untuk mengukur signifikansi pengaruh variabel eksogen secara simultan terhadap variabel endogen dapat digunakan salah satu indeks GoF, yaitu Sig. of chi square.
Jika nilainya > 0,05
maka hipotesis diterima, artinya variabel eksogen secara simultan berpengaruh terhadap variabel endogen.
d)
Estimasi Asumsi SEM Menurut Santoso (2015) beberapa asumsi dan persyaratan mempunyai
kesamaan dengan statistik univariat dan multivariat. Berikut beberapa asumsi dan persyaratan penting yang perlu diperhatikan saat menggunakan metode SEM : 1)
Sample Size Ferdinand (2006) dalam Bahri dan Zamzam (2014) memberikan rekomendasi bahwa untuk ukuran sampel antara 100 – 200 teknik estimasi yang dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
digunakan adalah Maximum Likelihood (ML). SEM-Lisrel dengan teknik estimasi ML mensyaratkan data kontinus interval. Pengukuran data skala interval mempunyai karakteristik yang sama dengan skor skala likert. Data kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skala likert. Menurut Edward dan Kenny (dalam Ghozali, 2008) skor yang dihasilkan oleh skala likert ternyata berkorelasi sebesar 0,92 lebih tinggi dibandingkan skala Thurstone yang juga skala interval. Sehingga penggunaan skala likert merupakan data kontinus interval.
2)
Uji Normalitas Data Santoso (2015) menguraikan bahwa seperti dalam metode statistik lainnya, SEM juga mensyaratkan data berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal dan terdapat data outlier maka dikhawatirkan hasil analisis menjadi bias. Uji normalitas pada SEM mempunyai dua tahapan, yaitu uji normalitas untuk setiap variable (univariate normality) dan uji normalitas semua variabel secara bersama-sama (multivariate normality). Ada dua bagian utama dari output yang terkait dengan uji normalitas data yaitu tingkat cr dari kemencengan (skewness) dan menghitung cr dari tingkat keruncingan (kurtosis). Menurut Santoso (2015), sebaran data berdistribusi normal jika critical ratio (cr) skewness dan kurtosis terletak antara -2,58 sampai +2,58.
3)
Uji Validitas Konstruk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Cooper (1995) dalam Bahri dan Zamzam (2014) menguraikan bahwa uji validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan prinsip bahwa indikator-indikator dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor konfirmatori atau Confirmatory Factor Analysis (CFA). Teknik ini didesain untuk menguji multidimensional dari dimensi-dimensi pembentuk masingmasing variabel laten (Ghozali&Fuad, 2008:127). Iqbaria et. al (1997) menyatakan bahwa suatu variabel dapat dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya jika memenuhi asumsi-asumsi:
Nilai t-value (t-hitung) harus berada di atas nilai t-critical (t-tabel) yaitu 1,96 pada derajat kepercayaan 95%.
Standardized loading factors (muatan faktor standar) harus lebih besar dari 0,5.
4)
Uji Reliabilitas Konstruk Bahri dan Zamzam (2014) memaparkan bahwa konsep reliabilitas sejalan dengan validitas konstruk. Konstruk valid sudah pasti reliabel, sementara konstruk yang reliabel belum tentu valid. Oleh karena itu, pencapaian validitas lebih diutamakan dibanding reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Ghozali, 2011). Menurut Hair et. al (2010), satu konstruk atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Construct Reliability (CR) > 0,70.
http://digilib.mercubuana.ac.id/