BAB III DATA Data - data yang diperoleh melalui : • Wawancara dengan Guru Sekolah • Survei Lapangan • Data data dari internet Populasi dan sample merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan penelitian dikarenakan populasi sample dapat membantu seorang penulis untuk mengetahui samai batas mana penelitian dilakukan. Teori dan metode dibutuhkan keseimbangan yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif. Kedua aktifitas dapat berperan signifikan dalam mengungkapkan masalah dan koneksi dalam penciptaan, evaluasi dan pemahaman bentuk serta pesan-pesannya. 3.1 DATA KUANTITATIF Data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung dan merupakan sumber informasi dari suatu penelitian. Penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyelidikan, yang mirip dengan pekerjaan detektif (Miles, 1992). Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun data-data utama dan sekaligus data tambahannya. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan. Penelitian mengenai perancangan buku cerita bergambar untuk anak-anak sekolah dasar mulai dari kelas 1 sekolah dasar hingga kelas 5 ini untuk lebih
14
memahami tentang pentingnya mengatur pola makanan terhadap makanan sehat. Metode untuk menyeleksi individu-individu yang masuk ke dalam sample tersebut kita namakan sampling. Untuk pengambilan sample dilakukan secara bertahap dimana dengan pengambilan sample , pengumpul data terlebih dahulu melakukan penelitian sample : Setiap orang tua yang memiliki anak-anak sekolah dasar dimana usia antara 6 – 11 tahun, karna buku tersebut dibuat untuk ditujukan anaka-anak sekolah dasar,
Kawasan
tempat
tinggal
di
daerah
Jelambar
Dalam
agar
mempermudah penelitian. Data yang diperlukan untuk bahan penelitian penulis peroleh dengan secara langsung dari :
Pengamatan Dimana proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain. Pengamatan penulis disini anak-anak banyak sekali yang terkelabuhi akan makanan murah dan enak-enak dimana sebenarnya bahan makanan yang sudah di campurkan kedalam makanan mereka banyak mengandung bahan-bahan yang sangat berbahaya.
Pertanyaan Pertanyaan yang cocok digunakan dalam pendekatan disini adalah survei. Pertanyaan yang efektif akan membantu pengumpulan data yang akurat, karenanya Fox (dalam Sevilla, 1993) memberikan kriteria karakteristik karakteristik pertanyaan yang efektif.
15
Hasil Kuisioner Dengan kuisioner yang telah dibagikan kepada 25
responden,
sebanyak 4 orang responden yang berusia 7 tahun,5 orang responden yang berusia 8 tahun,5 orang responden yang berusia 9 tahun, 3 orang responden yang berusia 10 tahun, 3 orang responden yang berusia 11 tahun,5 orang responden yang berusia 12 tahun. Setelah mengajukan 7 pertanyaan dalam kuisioner, maka diperoleh data serta informasi yang kemudian dapat di analisis sebagai berikut : 1.Buku Apa yang kamu sukai gambar berwarna atau yang tidak berwarna? Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 24 anak menyukai gambar berwarna dan 1 anak menyukai gambar tidak berwarna. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai gambar berwarna dibandingkan gambar tidak berwarna. 2.
Warna apa yang paling kamu sukai?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 16 anak menyukai warna blok dan 9 anak menyukai warna soft. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai warna blok dibandingkan warna soft. 3.
Dalam pewarnaan mana yang kamu sukai ?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 18 anak
16
menyukai pewarnaan memakai komputer dan 7 anak menyukai pewarnaan memakai pinsil. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai pewarnaan memakai komputer dibandingkan pewarnaan memakai pencil. 4.
Buku cerita tentang apa yang kamu sukai?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 10 anak menyukai dongeng dan 15 anak menyukai cerita fiksi / cerpen. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai cerita fiksi / dibandingkan cerpen cerita dongeng 5.
Jenis huruf apa yang menurut kamu lebih menarik
? Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 6 anak lebih tertarik dengan huruf Times new roman, 8 anak tertarik dengan huruf Arial, 9 anak tertarik dengan huruf Comic sans ms, 1 anak tertarik dengan huruf Britannic bold dan 1 anak tertarik dengan huruf Manggal. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih tertarik dengan huruf Comic sans ms. 6.
Menurut kamu mana yang lebih menarik buku biasa
atau buku yg ada jendelanya ? Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 25 anak lebih tertarik dengan buku cerita yang bisa dibuka seperti jendelanya.
17
Studi documenter (Documentary Study) Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumen tertulis,gambar maupun elektronik Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Metode yang digunakan disini adalah metode kepustakaan dengan mencari informasi melalui buku, majalah, internet, bahan-bahan kuliah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan yang berkaitan dengan materi ini.
Untuk mngembangkan cara anak-anak melihat karya seni dengan membantu mereka : -
Membentuk pendapat metode seni sebagai alat komunikasi dengan mempertanyakan penampilan dan fungsinya.
-
Mempertimbangkan seniman, metode dengan digunakan untuk berkomunikasi melalui pekerjaan.
Maka dengan adanya buku cerita bergaya flap book ini nantinya dapat membantu anak-anak dalam berpikir dengan kreatif akan kesukaan dan bagaimana cara mereka untuk mengembangkan imajinasi yang mereka miliki. 3.2 DATA KUALITATIF Penggambaran atau pendeskripsian cara-cara hidup , cara pandang ataupun ungkapan- ungkapan emosi dari warga masyarkat yang diteliti terkait dengan suatui gejala yang ada dalam kehidupan mereka. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan wawancara secara langsung kepada orang tua dan guru-guru setempat :
18
WAWANCARA
Ibu Nova Elfrida :Menurut ibu Nova sebagai seorang guru yang mengajar di sekolah dasar tersebut menuturkan bahwa minat baca anak-anak terhadap buku biasa sangat lah kecil dibandingkan dengan minat baca anak-anak terhadap buku dongeng bergambar, ia juga menuturkan ada baiknya buku pelajaran di sekolah ada yang bisa di buat illuatrasi dengan mengandung pesan moral didalamnya maka anak-anak akan lebih berpikir kreatif untuk mengembangkan kreatifitas anak itu sendiri, selain buku bergambar menarik ada pesan juga yang dapat mereka terima nantinya. Ibu nini Seorang ibu guru sekaligus ibu yang saat itu memiliki anak yang sedang menggilai makanan pedagang kaki lima yang lagi marak di beritakan akan bahaya saos. Menyatakan anaka-anak akan susah sekali jika hanya dinasehati hanya denagn ungkapan tetapi dengan adanya buku bergambar dia sekalian dapat memberikan contoh kepada anak murid sekaligus anaknya sendiri bahwa sangat lah memperihatinkan melihat jajanan yang ada di sekitar mereka.Kalau pun anak-anak belum bisa membaca mereka dapat melihat gambar dan berinteraksi dengan adanya teknik kolase dibaliknya.
DATA INTERNET
FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINTA BACA Mengapa minat baca masyarakat di Indonesia dikatakan rendah? Ada banyak alasan yang dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut ini. Pertama, masih
rendahnya
kemahiran
membaca
siswa
di
sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan Tim Program of International Student Assessment (PISA) Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas menunjukkan kemahiran membaca anak usia 15 tahun di
19
Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6 persen hanya bisa membaca tanpa bisa menangkap maknanya dan 24,8 persen hanya bisa mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan (Kompas 2 Juli 2003). Kedua, sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anakanak/siswa/mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dsb. Menurut Sulistyo-Basuki sistem pendidikan mulai dari SD s.d. SMU mengarah ke ujian akhir. Semua pelajaran ditujukan untuk menyiapkan siswa menghadapi ujian akhir. Alhasil sedikit sekali rangsangan untuk membaca buku tambahan. Sebagai contoh siswa hafal salah satu panglima perang Pangeran Diponegoro adalah Sentot Alibasyah Prawirodirjo. Siswa tidak terdorong lebih lanjut untuk mengetahui bahwa Sentot masih berusia 18 tahun tatkala ketika memimpin pasukan berkuda . Dia berhasil menyergap kavaleri Belanda di sungai Bogowonto karena hidung kudanya diberi garam. Hal tersebut tidak akan ditanyakan di ujian, jadi tidak ada gunanya membaca lebih lanjut. Hal tersebut masih diperparah dengan buruknya perpustakaan sekolah, tiadanya jam kunjung ke perpustakaan serta buruknya perpustakaan umum yang seharusnya menunjang perpustakaan sekolah. Ketiga, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku. Berdasarkan temuan suatu penelitian, menunjukkan bahwa waktu bermain anak-anak Indonesia banyak dihabiskan untuk melihat acaraacara di TV. Bandingkan dengan di AS, jumlah jam bermain anakanak antara 3-4 jam per hari. Bahkan di Korea dan Vietnam, jam bermain anak-anak sehari hanya satu jam. Selebihnya anak-anak
20
menghabiskan waktu untuk belajar atau membaca buku, sehingga tidak heran budaya baca sudah demikian tinggi. Surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Hanya saja apa yang dapat dilihat di internet bukan hanya tulisan tetapi hal-hal visual lainnya yang kadangkala kurang tepat bagi konsumsi anak-anak. Ramainya pengunjung di warnet sampai larut malam bahkan sampai pagi hari, tidak dapat dijadikan tolok ukur bahwa mereka hunting untuk mencari bahan rujukan untuk tugas sekolah atau mencari literatur, tetapi sebagian besar hanya bermain dengan games-games yang membuat mereka menjadi asyik dan kecanduan bermain di internet sampai berjam-jam. Keempat, banyaknya tempat hiburan yang menghabiskan waktu seperti
taman
rekreasi,
tempat
karaoke,night
club,
mall,
supermarket, play station. Di negeri kita, yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menonton sinetron, membaca masih merupakan sesuatu yang eksklusif. Oleh karena itu, tidak perlu heran jika pemandangan di mall lebih rame ketimbang di perpustakaan. Acara musik lebih digandrungi dari pada acara diskusi, bedah buku atau seminar. Jangan kaget, jika kawula muda di negeri kita lebih banyak bercita-cita menjadi selebritis ketimbang bintang olimpiade sains. Kenyataan di atas sungguh paradoks. Negeri yang tahun ini menginjak usia 62 tahun, masih belum menampakkan kemajuan yang berarti. Peradaban yang ada, hanyalah peradaban hedonis yang tercipta dari budaya massa. (mass culture) dan budaya populer (pop culture) yang lebih bersifat melayani dan mengambil keuntungan berupa materi dari publik. Kelima, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita terbiasa mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh
21
masyarakat, penguasa pada zaman dulu. Anak-anak didongengi secara lisan, diajar membuat banten dengan melihat cara memotong janur,
menata
buah-buahan
dan
lain-lain
sajian.
Tidak
ada
pembelajaran (sosialisasi) secara tertulis. Jadi tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan. Keenam, para
ibu,
saudari-saudari
kita
senantiasa
disibukkan
berbagai kegiatan upacara-upacara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, belum lagi harus memberi makan hewan peliharaan seperti burung, bebek, ayam (lebih-lebih kaum wanita di desa) sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku. Ketujuh, sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka. Kedelapan, harga buku yang relatif masih mahal yang tidak sebanding dengan daya beli masyarakat. Oleh karena dengan mahalnya harga buku yang tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat, maka sedikit sekali masyarakat yang memiliki koleksi buku di rumahnya. Kesembilan, belum adanya lembaga atau institusi yang secara formal khusus menangani minat baca. Sehingga program menumbuhkan minat baca hanya dilakukan secara sporadis, oleh LSM, organisasi pencinta buku, organisasi penerbit, dsbnya, yang tidak terkoordinasi walaupun potensi sumber daya manusia ada tetapi belum merupakan kekuatan dapat secara sinergis menjadi instrumen yang efektif untuk menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia. Kesepuluh, minimnya koleksi buku diperpustakaan serta kondisi perpustakaan yang tidak memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuhnya
minat
baca
pengunjung
yang
memanfaatkan
jasa
perpustakaan. Tantowi Yahya, Duta Baca Nasional 2006 mengatakan, "masyarakat tidak bisa disalahkan karena rendahnya minat baca.
22
Kondisi perpustakaan tidak mendukung dan jumlah koleksi buku juga terbatas," (Indriani Dyah, Tempointeraktif, Jum'at, 28 Juli 2006). Jika kita tengok perpustakaan yang konon, merupakan lumbungnya ilmu, keadaannya tak jauh beda. Kondisi perpustakaan sekolah bahkan perguruan tinggi di Indonesia secara umum amatlah memprihatinkan. Selain kondisi ruangan yang sempit, sumpek dan banyak debu menempel dimana-mana, juga tempatnya yang kurang strategis. Belum lagi isi perpustakaan yang tidak melayani ketersediaan bacaaan yang bervariasi, membuat siapapun malas melangkahkan kakinya ke perpustakaan. Pengalaman penulis yang lebih senang pergi membaca ke toko buku dari pada ke perpustakaan menjadi bukti akan hal ini. Sekolah Dasar yang merupakan gerbang awal pendidikan formal, perpustakaannya masih belum menunjukkan peningkatan. Dari sekitar 180.000 MI/SD hanya sekitar 5000 sekolah inti yang mempunyai perpustakaan layak. Itupun masih belum terpenuhi dengan fasilitas memadai. Yang disebut perpustakaan sering hanya tumpukan buku di lemari bahkan yang terdapat di ruang kepala sekolah. (Kompas, 20 Juni 2006) Kesebelas, minimnya pengunjung ke perpustakaan. Sebagai contoh pengunjung perpustakaan umum daerah DKI Jakarta sekitar 200 orang per hari kata Bose Devi, Kepala Kantor Perpustakaan Umum Daerah DKI. Sebagai perbandingan, kata Bosea, Perpustakaan di Beijing menerima kunjungan hingga 10 ribu orang setiap harinya. Sebagian
besar
masyarakat
membaca
untuk
kepentingan
pendidikannya. UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA SEJAK DINI Berbagai rujukan di atas memberikan suatu hipotesis bahwa minat baca masyarakat Indonesia rendah. Sementara itu, infrastruktur
23
yang mengkondisikan agar minat baca tumbuh dan berkembang di masyarakat masih rendah. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya yang dilakukan agar minat baca dapat tumbuh sejak anak usia sekolah atau bahkan sejak dini. Sejak anak-anak dapat membaca buku secara lancer. Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat baca anak sejak usia ini antara lain dilakukan dengan cara : Proses pembelajaran di sekolah harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya. Disinilah peran guru sebagai pendidik dan pengajar memberikan motivasi melalui pembelajaran mata pelajaran yang relevan memberi tugas kepada peserta didik sebagaimana contoh berikut ini. DUA minggu lamanya siswa-siswa kelas I di salah satu SMA di Bandung diberi waktu untuk mengerjakan tugas membuat karya tulis berupa autobiografi oleh guru mata pelajaran sejarah. Kurun waktu penulisan autobiografi dibatasi mulai SD kelas enam (VI) sampai SMA kelas satu (X). Siswa diminta menulis riwayat hidupnya dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Tulisannya mencakup kesenangan, kenangan, prestasi, dan aktivitas lainnya yang dirasakan sangat penting dalam perjalanan hidupnya. Pada kesempatan lain, siswa-siswa tersebut yang saat ini duduk di kelas dua (XI) mendapat tugas untuk mengunjungi pameran "Makna di Balik Peristiwa Sejarah Perjuangan Bangsa" di Museum Sri Baduga. Setelah itu siswa ditugaskan membuat
laporan(analisis).
Kedua macam tugas di atas adalah contoh model pembelajaran dari mata pelajaran sejarah versi Kurikulum 2004, yang disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bentuk tugas pertama
24
merupakan penerapan dari materi pokok "Dasar-dasar penelitian sejarah".Siswa diharapkan mendapat pengalaman belajar menerapkan langkah-langkah verifikasi/kritik,
penelitian interpretasi,
sejarah dan
sederhana
historiografi),
dan
(heuristik, kecakapan
akademik berupa kecakapan mengumpulkan/menggali informasi, mengkaji/mengolah informasi, dan menghubungkan variabel-variabel komunikasi tertulis. Tugas kedua merupakan penerapan dari materi pokok "Proses muncul dan berkembangnya pergerakan nasional Indonesia" dan "Keragaman ideologi serta dampaknya terhadap pergerakan menganalisis
kebangsaan
Indonesia". Siswa
ideologi-ideologi
yang
diharapkan
berkembang
pada
dapat masa
pergerakan nasional dan pengaruhnya terhadap strategi organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia. Sedangkan kecapakan hidup yang diharapkan dari siswa adalah muncul kesadaran akan eksistensi diri, potensi diri, kecakapan menghubungkan variabel dan merumuskan hipotesis. Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli masyarakat. Minat membeli buku masyarakat rendah, karena harga buku-buku saat ini relatif cukup mahal. Dengan demikian apabila harga buku dapat terjangkau, maka minat membeli buku bacaan oleh masyarakat akan menjadi tinggi. Dengan banyak memiliki buku, maka minat membaca buku akan menjadi meningkatkan secara bertahap. Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik. Bahkan seorang penulis Henny Supolo Sitepu mengemukakan bahwa komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu “pintu masuk” untuk kesenangan anak membaca. Pesan yang disampaikan mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dari gambar tokohnya
25
sudah bisa “berbicara” dan bikin tertawa. Bahkan anak yang belum bisa baca-tulis pun akan menangkap ceriteranya. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca anak-anak. Baik di rumah maupun di sekolah. Di sekolah, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menceriterakan kembali buku yang telah dibaca, mengadakan lomba meresensi buku, bedah buku, pameran buku bekerjasama dengan penerbit dan masyarakat pecinta buku. Di rumah oranglah yang harus dapat menciptakan kondisi lingkungan agar anak gemar membaca. Para orang tua hendaknya menyediakan bacaan di rumah, seperti majalah, koran, kamus, buku ilmu pengetahuan, dsbnya. Menumbuhkan minat baca sejak dini. Bahkan sejak anak mengenal huruf. Glenn Doman dalam bukunya “Mengajar Bayi Anda Membaca” menyebutkan bahwa anak usia 18 bulan hingga empat tahun memiliki “rasa ingin tahu” yang amat besar. Keingintahuan tersebut tidak hanya muncul ketika melihat simbol yang tertera dalam buku. Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/kabupaten dengan meli-batkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan siswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut. Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anakanaknya. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua agar orang tua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagaimana diuraikan berikut ini. Bagi
orang
tua,
ada tips yang
dapat
dilakukan
untuk
menumbuhkan minat baca anak. Tidak ada yang lebih penting untuk kesuksesan akademik seseorang, selain menjadi pembaca yang baik. Orang tua mengenal anak-anak mereka dengan baik dan dapat
26
menyediakan waktu dan perhatian yang akan membimbing mereka berhasil dalam membaca. Berikut ini daftar cara-cara untuk membantu anak anda menjadi pembaca yang lebih efektif. 1. anda
Sediakan waktu luang untuk membacakan buku untuk anak setiap
hari.
Penelitian
mengungkapkan
bahwa
dengan
membacakan dengan suara lantang secara rutin kepada anak-anak akan menghasilkan perkembangan yang signi-fikan pada pemahaman membaca, kosa kata, dan pemenggalan kata. Baik anak anda dalam usia belum sekolah maupun yang sudah, hal itu akan membuat mereka berkeinginan untuk membaca dengan sendirinya. 2.
Kelilingi anak-anak anda dengan berbagai buku bacaan. Anak-
anak yang memiliki berbagai macam jenis bacaan di rumahnya mendapatkan nilai le-bih tinggi pada standarisasi tes. Bujuklah anak anda untuk membaca dengan mengoleksi buku-buku bacaan yang menarik dan majalah yang se-suai dengan umur mereka. Letakkan buku bacaan di mobil, kamar mandi, tempat tidur, ruang keluarga, dan bahkan di ruang TV. 3.
Buatlah waktu membaca bersama keluarga. Sediakan waktu
setiap hari 15 sampai 30 menit untuk seluruh anggota keluarga membaca bersama-sama dengan tenang. Dengan melihat anda membaca akan membuat anak anda ikut membaca. Hanya dengan berlatih 15 menit setiap hari cukup untuk meningkatkan minat baca mereka. 4.
Berikan dukungan pada berbagai aktivitas membaca mereka.
Jadikan membaca sebagai bagian dari kehidupan anak anda. Biarkan mereka membaca menu, rambu jalanan, petunjuk pada mainan, ramalan cuaca, acara TV, dan semua informasi praktis harian. Dan
27
juga, pastikan mereka selalu memiliki bacaan untuk waktu luang mereka ketika sedang menunggu giliran saat pergi ke dokter, atau saat sedang di dalam mobil. 5.
Biasakan pergi ke perpustakaan. Ajak anak anda agar lebih
banyak membaca dengan membawa mereka pergi ke perpustakaan setiap beberapa minggu untuk mendapatkan buku bacaan yang baru. Perpustakaan biasanya menyediakan program membaca untuk anakanak segala usia dan mengembangkan minat membaca mereka. 6.
Ikuti terus perkembangan membaca anak anda. Cari tahu
kemampuan membaca yang bagaimana untuk setiap level kelas. Kurikulum sekolah akan memberikan informasi tentang ini. Ikuti terus perkembangan mereka mendapatkan kemampuan dasar membaca melalui raport mereka. 7.
Perlu diperhatikan oleh orang tua, apakah mereka ada kesulitan
dalam membaca buku bacaannya. Para guru di sekolah tidak selalu mengetahui kesulitan atau masalah membaca pada anak-anak sampai mereka serius bermasalah. Cari tahu apakah anak anda dapat melafalkan
kata-kata,
mengetahui
kata-kata
yang
dilihatnya,
menggunakan susunan kalimat untuk mengidentifikasi kata-kata yang tidak diketahui, dan mengetahui se-penuhnya apa yang mereka baca. 8.
Mencari pertolongan secepatnya jika ada masalah dalam
membaca. Masa-lah dalam membaca tidak dapat hilang begitu saja seiring berlalunya wak-tu. Semakin cepat anak-anak mendapat bantuan, semakin cepat mereka menjadi pembaca yang baik. Pastikan anak anda mendapatkan bantuan dari guru-guru mereka, pembimbing, atau pusat pembelajaran secepatnya jika anda tahu anak anda mengalami masalah dalam membaca.
28
9.
Pakailah cara yang bervariasi untuk membantu anak anda.
Untuk
membantu
anak
dalam
mengembangkan
kemampuan
membaca mereka, gunakan berbagai buku pedoman, program komputer, tape,
dan
materi-materi
lain
yang
tersedia
di
toko. Permainan merupakan pilihan yang baik, karena cara ini akan dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan mereka sambil bergembira. 10.
Perlihatkan antusias anda saat anak membaca buku bacaannya.
Reaksi anda memiliki pengaruh yang besar pada seberapa tinggi motivasi mereka untuk berusaha menjadi pembaca yang baik. Pastikan anda memberikan pujian yang tulus atas usaha keras mereka. Apabila perlu beri incentivekepada mereka sebagai hadiah dan pendorong atas aktivitas mereka dalam membaca. Sehingga upaya ini akan memberikan dorongan bagi anak untuk lebih gemar membaca dan mencintai buku-buku. 3.3 LANDASAN TEORY 3.3.1 Pengertian Perancangan Perancangan adalah proses pemecahan masalah yang disertai dengan pemikiran yang kreatif untuk mencapai hasil optimal. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnnya, yang biasanya datanya didapat dari riset, pemikiran , brainstorming maupun dari desaign yang sudah ada sebelumnya. Menurut kamus bahasa Indonesia perancangan adalah hal tentang merancang,buku adalah lembaran kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong, kitab. Proses desaign pada umumnya memperthitungkan
aspek
fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya , yang biasanya datanya
29
didapat dari riset , pemikiran , brainstorming maupun dari desaign yang sudah ada sebelumnya, Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga dianggap sebagai produk dari desaign sehingga muncul istilah “perancangan proses” 3.3.2 Tinjauan Cerita Bergambar 3.3.2.1 Pengertian Buku Cerita bergambar Buku cerita bergambar menurut poidon dalam buku The Art Book, dan menurut Watson dalam buku How to Draw bahwa Pengertian Buku bergambar adalah penyampaian cerita dengan memvisualisasikan dalam bentuk yang berkesan sehingga orang lain dapat menangkap maksud dari cerita tersebut dengan melihat tampilan visual beserta teks yang mendukung. Dimana
cerita
bergambar
biasanya
di
konsumsi
oleh
anak-anak.
3.3.2.2 Sejarah Buku Cerita bergambar
Buku Bergambar Awal Illsutrasi pertama berasal daeri cina, yaitu Diamond Sutra dengan
sampul Woodcut, kini berada di British Museum. Pada abad kesembilan , yaitu enam abad sebelum bangsa eropa, bangsa cina telah memahat setiap halaman teks secara lengkap pada sebuah papan kayu dan membuat salinan dari situ. Dikemudian hari, mereka mengukir semua huruf cina pada balok balok terpisah yang dapat dipakai berulang-ulang. Awal buku bergambar Di Indonesia Buku cerita bergambar sendiri sangat bermanfaat, selain dapat menanamkan rasa cinta anak pada buku juga dapat menjalin keakraban anak dan orangtuanya. Di Indonesia, sejarah perkembangan buku cerita bergambar dimulai dari Balai Pustaka sebagai penerbit tertua dan juga pertama yang menerbitkan bacaan anak-anak. Sesudah tahun lima puluhan,
30
barulah muncul buku cerita bergambar karya ilustrator dalam negeri. Walaupun penampilannya masih amat sederhana, namun buku-buku tersebut telah memenuhi syarat sebagai buku cerita bergambar. Selanjutnya sekitar tahun tujuh puluhan dengan munculnya penerbitpenerbit swasta yang menerbitkan bacaan anak, semakin bertambah pula buku cerita bergambar yang diterbitkan. Pada tahun tujuh puluhan ini ada beberapa buku cerita bergambar yang memiliki corak khas dari ilustrasinya, meskipun berwarna hitam-putih tetapi cukup dapat menumbuhkan imajinasi anak. Tahun delapan puluhan, adalah masa buku-buku terjemahan membanjiri bacaan anak terutama buku-buku yang memiliki ilustrasi sebagai porsi terbesar. Salah satu alasan mengapa penerbit-penerbit tersebut banyak menerbitkan buku cerita terjemahan, ialah karena masalah ongkos produksi yang tinggi unruk menerbitkan buku cerita bergambar dalam negeri. Keadaaan seperti ini tanpa disadari dapat membuat peranan ilustrator Indonesia semakin terpojok. Dalam waktu sepuluh tahun terakhir hingga pertengahan tahun 1988, tercatat jumlah buku cerita bergambar dalam negeri sebanyak 52,86% dan jumlah buku cerita bergambar luar negeri sebanyak 47,14%. Walaupun buku cerita bergambar yang diterbitkan atau yang beredar kini sudah lebih banyak dibandingkan sepuluh tahun yang lampau tetapi masih kurang baik dari segi variasi dan mutu. Beberapa masih berwarna
hitam-putih.
Tata
letak
dan
ilustrasi
kurang
seimbang.
Penggambaran karakter tokoh cerita masih lemah. Jumlah kalimat terlalu banyak. Dan penampilan ilustrasinya menunjukkan penguasaan teknik menggambar dari para ilustrator cukup baik.
Beberapa genre buku cerita bergambar
31
1. Baby books.
Untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes), permainan dengan jari, atau sekadar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi). Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dan lain-lain. Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-ups (buku yang halamannya berbentuk tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu). Sepengetahuan saya, belum ada penerbit Indonesia yang menggarap serius buku anak genre ini, tapi Anda dapat melihat contohnya pada produk-produk yang didistribusikan oleh PT Tiga Raksa.
32
2. Picture books.
Pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 4–8 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menja di alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spektrum usianya. Buku genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman, dan berisi hingga 2.000 kata dalam teksnya. 3. Early picture books.
33
Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya. The Very Hungry Caterpillar (Philomel Publishing) karya Eric Carle salah satu contohnya. Easy readers. Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 6–8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang sedikit lebih “dewasa”: ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab- bab pendek. Tebal buku biasanya 32–64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200–1.500 kata, atau paling banyak 2.000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2– 5 kalimat di tiap halaman. Seri I Can Read yang diterbitkan Harper Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini. 4. Transition books.
Kadang disebut juga sebagai “chapter books tahap awal”, untuk anak usia 6–9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers
34
dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2–3 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam- putih di beberapa halaman. Serial The Kids of the Polk Street School karya Patricia Reilly Giff (Dell Young
Yearling
Publishing)
dan
seriStepping
Stone
Books yang
diterbitkan Random House masuk dalam kelompok genre ini. 5. Chapter books.
Untuk usia 7–10 tahun, terdiri dari naskah setebal 45– 60 halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2–4 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie Joneskarangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini.
35
6. Middle grade. Untuk usia 8–12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100–150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga sciencefiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topik-topik multibudaya. 7. Young adult.
Naskahnya antara 130–200 halaman, genre ini untuk anak usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat “ruwet” dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saat ini. BukuThe Outsiders karya S.E. Hinton menjadi tonggak sejarah buku cerita anak di genre ini yang menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama
36
kali diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-age (usia 10–14 tahun) perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja. Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade, tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di kelas sekolah menengah. Bagi kru CORNERSTONE yang ingin berkreasi untuk membuat buku anak, untuk sementara hindari genre ini, sebab saat ini belum banyak penerbit anak yang bermain di wilayah ini. Terlebih, sepintas, seorang redaksi anak akan segera mengkategorikan naskah genre ini sebagai genre remaja. Demikian pembagian genre buku cerita anak menurut usia, jumlah kata, serta kompleksitas cerita dan topik yang dikembangkan. Semoga menjadi acuan berguna dalam mengkreasi buku ataupun memberi bacaan yang tepat untuk putra-putri Anda. (Sumber: milis PBA, karya Ciptanti Putri) 3.3.3 Tinjauan Tentang Buku Cerita Bergambar 3.3.3.1 Berdasarkan Fungsinya 1. Bertujuan menjelaskan keadaan yang dilihat secara fakta 2. Menvisualisasikan apa yang diimajinasikan 3. Memvisualisasikan apa yang diimajinasikan 4. Berfungsi menghias( Dekoratif) untuk memperindah dan menambah nilai estetis karya sehingga memiliki daya tarik besae dan memenuhi kepuasan estetis bagi pengamatnya 5. Menjadi jembatan untuk memahami bahasa verbal. 3.3.3.2 Berdasarkan Gaya Illsutrasi
37
o Realistis Gaya ilustrasi Indonesia beberapa macam diantara yang bergaya realis, yaitu gaya ilustrasi yang menggambarkan bentuk manusia maupun
background
dan
objek-objek
lainya
semirip
mungkin
menyerupai bentuk aslinya.
Kartunal Gaya ilustrasi menggambarkan bentuk manusia, background dan objek lainnya secara kartun.dimana gambar garis yang menyampaikan pesan lucu. 3.3.3.3 Berdasarkan Goresan Arsiran “ Merupakan teknik mengisi bayangan objek, sehingga tampak bervolume , macam-macam anatara lain : a. Arsiran garis lurus, menggunakan garis baik secara berdampingan , berpotongan, acak, atau sebaliknya b. Arsiran lengkungan. Mengikuti bentuk lengkungan objek c. Dry Brus, sapuan cat untuk menghasilkan efek pecah-pecah d. Blocking, pengecatan plakat atau cat poster e. Poitilissm, kualitas permukaan suatu bidang, baik kasar maupun halus, keras, lembut dsb. 3.3.3.4 Berdasarkan Gaya Layout a. Layout pada satu halaman terdapat gambar yg besar b. Layout yang membagi rata poris ganmbar c. Layout yang kotak-kotak d. Layout yang terdiri Dari 2 grid e. Layout yang menggunakan gambar sebagai border mengelilingi sudut-sudut halaman. f. Layout yang menggunkaan gaya white space dengan border disekeliling sebagai elemen pendukung,
38
3.3.3.5 Berdasarkan teknik a. Fotografi Piktorial : cerita bergambar dengan teknik fotografi dengan penekanan aspek estetis. b. Manual : teknik keterampilan tangan c. Komputer : semuanya serba terkontrol dan otomatis menggunakan komputerisasi. d. kubisme/Kolase : teknik menggunkana kertas , kain, gambar atau media lain yg ditempel membentuk kesatuan e.
Photomontage
:
sama
seperti
kubisme
hanya
teknik
ini
menggunakan foto. 3.3.3.6 Berdasarkan pewarnaan Buku cerita bergambar di Indonesia memiliki teknik –teknik yang sering digunakan antara lain : A. Pewarnaan menggunakan cat air B. Pewarnaan mengunaakan pensil warna C. Pewarnaan menngunakan teknik cat poster D. Pewarnaan menggunakan teknik digital computer. 3.4
TINJAUAN BUKU FLIP THE FLAP BOOK
3.4.1 Sejarah Lahir Buku Buku pada awalnya hanya berupa tanah liat yang dibakar, mirip dengan proses pembuatan batu bata di masa kini. Buku tersebut digunakan oleh penduduk yang mendiami pinggir Sungai Euphrates di Asia Kecil sekitar tahun 2000 SM. Penduduk sungai Nil, memanfaatkan batang papirus yang
39
banyak tumbuh di pesisir Laut Tengah dan di sisi sungai Nil untuk membuat buku.Gulungan batang papirus inilah yang melatarbelakangi adanya gagasan kertas gulungan seperti yang kita kenal sekarang ini. Orang Romawi juga menggunakan model gulungan dengan kulit domba. Model dengan kulit domba ini disebut parchment(perkamen). Bentuk buku berupa gulungan ini masih dipakai hingga sekitar tahun 300 Masehi. Kemudian bentuk buku berubah menjadi lenbar-lembar yang disatukan dengan sistem jahit. Model ini disebut codex, yang merupakan cikal bakal lahirnya buku modern seperti sekarang ini. Pada tahun 105 Masehi, Ts’ai Lun, seorang Cina di Tiongkok telah menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk, kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Setelah dimasukkan ke dalam cetakan, buku di jemur hingga mengering. Setelah mengering, bubur berubah menjadi kertas. Pada tahun 751, pembuatan kertas telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia tenganh, dimana beberapa pembuat kertas bangsa Cina diambil sebagai tawanan oleh bangsa Arab. Bangsa Arab, setelah kembali ke negrinya, memperkenalkan kerajinan pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol. Tahun 1150, dari Spanyol, kerajinan ini menyebar ke Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di Fabriano, Italia tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391. Berkat ditemukannya pembuatan kertas inilah maka pembuatan buku di beberapa belahan dunia semakin berkembang. 3.4.2 Informasi Produk 3.4.2.1 Pengertian Flap book Flap book atau yang biasa disebut buku berjendela adalah jenis buku yang isisnya berupa gambar dengan jendela, dan kalau jendela itu dibuka
40
bisa keatas, kebawah ke kanan dan kesamping maka kita akan menemukan keterangan di sebaliknya. Flap book diindonesia masuk sudah sejak lama Pada buku Flap ini anak anak tahap ini, jalan cerita belum terlalu diperhatikan yang pertama mengenali tokoh-tokoh cerita (biasanya binatang) dan bersemangat membuka-buka gambarnya. Tapi lama kelamaan buku flap book semakin menarik perhatian anak-anak Indonesia. Sama halnya dengan dengan buku POP UP Buku berjendela/ Lift the flap book Beberapa gambar dalam buku ini dibuat double. Satu gambar dibuat diatas sebuah kertas yang menutup gambar di bawahnya. Dan lipatan kertas ini bisa dibuka tutup. Buku ini menuntun si kecil menemukan berbagai kejutan dalam rangkaian cerita yang mama bacakan. mama pun bisa mengajak si kecil untuk lebih terlibat aktif dalam aktivitas ini yaitu dengan cara meminta si kecil menebak gambar yang ada di bawahnya sebelum ia membukanya. 3.5
Psikologis Anak 3.5.1 Psikologi Perkembangan dan Minat Baca Anak Membaca bermanfaat
bagi
merupaka
suatu
kecerdasan
kegiatan
anak,
karena
yang
penting
dengan
dan
membaca
seseorang akan mendapatkan banyak pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain dan sebaiknya dimulai sejak dini. Seperti yang diungkapkan di atas bahwa pengajaran membaca sebaiknya dimulai sejak dini. Ada sebagian pakar yang percaya bahwa periode bayi merupakan periode ideal untuk mulai belajar membaca. Seorang bayi mendengar percakapan dan bahasa sejak dia dilahirkan. Kita pasti tersenyum ketika mendengar celotehan si bayi seperti ’Awwa, waa,” yang kita terjemahkan sebagai ”Ayah” dan ”Buh, buh,”
41
adalah ”Ibu”. Padahal belum tentu itu yang dimaksud, tetapi kita tetap meyakininya seperti itu. Rabanan (babbling) tersebut selalu kita hargai dengan pelukan,
tawa,
dan
pujian.
Secara
naluriah rabanan
merupakan tahap awal dari berbicara. Jadi, sepenuhnya kita harus terus melibatkan anak-anak dalam percakapan. Percakapan tersebut bisa kita lakukan pada mereka saat berbicara di mobil ataupun saat kita sedang memandikan mereka. Kita bisa sambil menunjuk bendabenda dan memberikan penjelasan. Kita harus tahu bahwa setelah anak
sering
mendengar
dan
terlibat
dalam
percakapan,
kemampuannya dalam menerapkan kaidah bahasa juga pasti meningkat. Betapa menakjubkannya cara anak-anak dalam menyerap setiap kaidah-kaidah tersebut. Kesalahan mereka justru merupakan indikasi kemampuan mereka dalam menyerap tata bahasa. Selanjutnya,
kita
bisa
mengajarkan
membaca
dengan
membiasakan anak-anak melihat kata-kata tertulis. Dengan bahagia, kita
akan
mendengar
celotehan-celotehan
anak yang
sedang
membolak-balik halaman. Celotehan tersebut merupakan tahap awal membaca. Menurut Kathy Hirsh, PhD, direktur Infant Laboratory Temple University di Ambler, Pennsylvania, ”Jika orang tua rajin membacakan buku kepada anak dan kerap melibatkan anak dalam pembicaraan, hal itu bisa membangun perbendaharaan kata dan menumbuhkan kemampuan dasar membaca.” Kebiasaan membacakan buku bagi anak-anak anda adalah salah satu hal yang paling berharga yang dapat kita lakukan untuk mereka. Karena memiliki manfaat yang sangat besar. Sebagian orang sudah membacakan buku pada bayi yang masih dalam kandungan. Mungkin anda menganggap ini berlebihan, tetapi pastikan untuk memulai sebelum anak bisa berbicara. Cobalah anda membeli buku kain yang dikemas bersama mainan lunak untuk bayi dari lahir hingga usia
42
sembilan bulan. Atau masih banyak jenis-jenis buku lain yang juga berfungsi sebagai mainan. Tampaknya ini memang seperti hanya mainan,
tapi
benda-benda
tersebut
sangat
berguna
untuk
membangkitkan kecintaan anak terhadap membaca. Hasilnya, dengan kemampuan membaca seseorang dapat melakukan
akses
pengetahuan
yang
dapat
digunakan
untuk
mengendalikan diri dansituasi yang dihadapi. Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu: 1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb) 2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.) 3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku 4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda Perlu menyatakan
diketahui
juga,
keberhasilan
awalnya
anak
dan
banyak
pendapat
pendidikan
anak
yang sangat
tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang juga perlu diperhatikan. Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana hati. Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali
43
tugas kita sebagai orangtua dalam mendidik anak kita baik mulai dari masa kecil mereka maupun hingga besar nantinya. Semua adalah tanggung jawab yang mulia, sebagaimana anak adalah karunia dan titipan tuhan kepada kita. Maka dari itu kita lah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan mereka, dan akhirnya kita pula yang akan tersenyum bahagia melihat perkembangan mereka. Marilah kita memulai belajar mengenali dan mendidik anak mulai dari sekarang 3.6
Tinjauan Material 3.6.1 Ukuran Kertas Ukuran kertas secara Internasional terdapat seri A, B, dan C. Ukuran R dan F muncul sesuai permintaan pasar. Berikut ukuran-ukuran dari setiap seri dalam Milimeter a. Seri A Seri A, biasa digunakan untuk cetakan umum dan perkantoran serta penerbitan. Dasar ukuran adalah A0 yang luasnya setara dengan satu meter persegi. Setiap angka setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya.Jadi A1 adalah setengah dari A0 dan demikian seterusnya. ukuran yang paling banyak digunakan adalah A4
A0
841x1189
A1
594x841
A2
420x594
A3
297x420
A4
29,7x21
A5
148x210
44
A6
105x148
A7
74x105
A8
52x74
A9
37x52
A10
26x37
b. Seri B Seri B besarnya kira-kira di tengah antara 2 ukuran seri A, biasa digunakan untuk poster dan lukisan dinding. B0
1000X1414
B1
707X1000
B2
500X707
B3
353X500
B4
250X353
B5
176X250
B6
125X176
B7
88X125
B8
62X88
B9
44X62
45
B10
31X44
c. Seri C Seri C biasa digunakan untuk map, kartu post dan amplop C0
917X1297
C1
648X917
C2
458X648
C3
324X458
C4
229X324
C5
162X229
C6
114X162
C7
81X114
C8
57X81
D. Seri R Seri R biasa digunakan untuk kertas jenis Foto untuk mencetak foto 2R
60 x 90
3R
89 x 127
4R
102 x 152
5R
127 x 178
46
6R
152 x 203
8R
203 x 254
8R Plus
203 x 305
10R
254 x 305
10R Plus
254 x 381
11R
279 x 356
11R Plus
279 x 432
12R
305 x 381
12R Plus
465
e. Seri F Seri F biasa digunakan untuk perkantoran dan fotocopy, biasa disebut kertas Folio. F4 = 210x330 (Refrensi Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas) f. HVS Bahan kertasnya agak kasar ,umumnya dipake untuk Fotocopy / Printer Deskjet. kertas jenis ini banyak dijual di toko-toko buku (cthnya : kertas paperone,Gold,dsb) gramasi yang umum dipakai 70gr ,80gr , 100gr. g. Art/Matt Paper Bahan kertas untuk brosur, karena permukaannya yang licin(art), atau yang semi doff(matt). selain karena licin, hasil yang dihasilkan juga
47
bagus, karena raster kertasnya halus gramasi yang umum dipakai 100g, 120gr , 150gr. 3.6.2 Jenis Kertas 1.
Art Paper
Jenis kertas ini mempunyai tekstur permukaan yang licin dan halus. Biasa digunakan untuk mencetak brosur, majalah atau catalog. Gramaturnya mulai dari 85 gr, 100 gr, 115 gr, 120 gr dan 150 gr. 2.
Art Cartoon
Kertas jenis ini krakteristiknya sama dengan art paper, hanya lebih tebal. Biasa dipakai untuk mencetak kartu nama, cover buku, brosur, paperbag , map dan lain sebagainya. Gramaturnya mulai 190 gr, 210gr, 230 gr, 260 gr, 310 gr, 350 gr, 400 gr. 3.
Ivory
Ivory hamper sama dengan art carton, tetapi ivory hanya mempunyai satu sisi licin, sisi yang lain tanpa coating. Ivory banyak digunakan untuk paperbag, dos-dos kosmetik. Karkteristiknya cukup tebal. Gramaturnya 210 gr, 230 gr, 250 gr, 310 gr, 400 gr. 4.
Dupleks
Jenis kertas ini memiliki satu sisi putih dan sisi yang lain berwarna abu-abu. Sisi putih ada yang coated dan ada juga yang non coated. Kertas ini umum dipakai untuk pembuatan dos packaging makanan maupun obat-obatan. Gramaturnya mulai 250 gr, 270 gr, 310 gr, 350 gr, 400 gr, 450 gr, dan 500 gr.
48
5.
HVS
Jenis bahan kertas yang memiliki permukaan kasar. Biasa digunakan untuk fotocopy atau printer. Biasanya untuk mencetak buku. Gramaturnya mulai dari 60 gr, 70 gr, 80 gr, 100 gr. 6.
Samson Kraft
Bahan kertas yang berasal dari proses daur ulang, memiliki warna coklat. Biasa dipergunakan untuk membuat paperbag dan bungkus. Gramaturnya yang sering dipakai 70gr dan 80 gr. 7.
BC
Jenis kertas ini memiliki tekstur yang halus namun tidak coated. Tersedia dalam beragam warna. Bisa digunakan untuk mencetak kartu nama, sertifikat dan lain-lain. Gramaturnya yang biasa dipakai 160 gr, 220 gr, 250 gr. 8.
Yellow Board
Jenis kertas ini cukup tebal, biasa digunakan untuk rangka dalam suatu undangan hard cover. Kertas ini tidak bisa dicetak offset, biasanya dilapis dengan art paper atau dupleks. Kertas ini dibedakan berdasarkan ketebalannya, biasanya disebut YB 30 dan YB 40. 9.
Fancy Paper
Jenis kertas dengan beragam warna dan karakteristik. Umum digunakan untuk membuat undangan. Ada banyak jenisnya seperti millennium, jasmine, java emboss, Hawaii dan lain-lain.
49
Gramaturnya juga cukup beragam mulai dari 80 gr, 100 gr, 220 gr, 300 gr. 10. Corugoated Jenis kertas bergelombang untuk dos packing seperti dos indomie, dos computer dan lain sebagainya. Sama halnya dengan yellow board, kertas ini biasanya ditempel dengan kertas lain. 3.7
Teori Warna
3.7.1 Pengertian Warna Warna dalam kamus bahasa Indonesia adalah kesan yg diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Warna dalam buku cerita juga tidak kalah penting karna warna buku sangat pengaruh dalam menarik perhatian anak – anak. warna – warna yang banyak disukai anak – anak adalah warna - warna primer berikut arti warna dilihat dalam desain grafis : 1. Kuning melambangkan optiminme, harapan, tidak jujur, berubah – ubah, gembira, santai.
Dibarat
warna
kuning
diartikan
pengecut,
kuning
terang
melambangkat sifat spontan yang eksentrik, toleran, intvestigatif, menunjol, berubah – ubah sikap, tidak percaya. Kuning adalah warna keramat dalam agama hindu. 2. Oranye Melambangkan enegi, semangat, segar, keseimbangan, ceria, hangat. Menekankan sebuah produk yang tidak mahal,biasanya dipakai pada produk minuman rasa jeruk. 3. Merah Melambangkan perjuangan, nafsu, aktif, agresif, dominan, kemauan keras, persaingan, keberanian, energy,kehangatan, cinta, bahaya. Merah dengan hijau, akan menjadi symbol Natal. Merah dengan putih akan mempunyai arti “
50
bahagia” di budaya oriental. Merah terang melambangkan kemauan atau cita –
cita.
Merah
jambu
melambangkan
romantisme,
feminin,
pasrah,
menggemaskan dan jenaka. 4. Biru Melambangkan
ketenangan,
kepercayaan,
keamanan,
teknologo,
kebersihan, keteraturan. Logo bank – bank di amerika berwarna biru memberikan kesan “ kepercayaan “. Biru tua melambangkan perasaan yang mendalam. Biru muda melambangkan bertahan, keras kepala, bangga diri, berpendirian tetap. 5. Hijau Melambangkan alami, sehat, keinginan, keberuntungan, kebanggaan, kekerasan hati dan berkuasa. Ditimur tengah warna hijau sangat disukai. Oleh karena itu di Indonesia, Islam sering disimbolkan dengan warna hijau. 6. Ungu atau Jingga Melambangkan
spiritual,
misteri,
kebangsawanan,
sombong,
kasar,
keangkuhan. Warna ungu sangat jarang ditemui dialam. Warna ini adalah campuran warna merah dan biru, perpaduannya menjurus pengertian yang mendalam dan peka. Sifatnya sedikit kurang teliti tetapi selalu penuh harapan. 7. Coklat Tanah / bumi, kenyamanan daya tahan, suka merebut, tidak suka member hati, kurang toleran, pesimis terhadap kesejahteraan dan kebahagian masa depan. 8.Hitam Power, jahat, canggih, kematian, misteri, ketakutan, sedih, anggun. Melambangkan kematian dan kesedihan di budaya barat. Sebagai warna keemasan,
hitam
melambangkan
keanggunan,
kemakmuran,
dan
kecanggihan.
51
9.Putih Suci, bersih, tepat, tidak bersalah. Putih melambangkan perkawinan, di india dan china warna putih melambangkan kematian. 10. Abu – abu Intelek, futuristic, millennium , kesederhanaan dan sedih. Abu – abu paling gampang dilihat mata. Warna ini tidak memiliki arti yang jelas. Netral dan sama sekali bebas dari kecendrungan spikologi. 3.8 Tipografi Tipografi
merupakan
representasi
visual
dari
sebuah
bentuk
komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terpan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. Dalam kamus bahasa Indonesia Tipografi adalah ilmu cetak atau seni percetakan. Langkah awal untuk memahami dan mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf. Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf. Anatomi Huruf Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gamabar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar
52
diperluakan adanya kontras atara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatis yang disbut dengan ground. Dalam pemilihan jenis huruf, yang senantiasa harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya 3.9
Laminating Laminating atau laminasi adalah proses pelapisan hasil cetakan, bisa
berupa dokumen, poster, photo,cover buku dan lain sebagainya, biasanya untuk melindungi bahan cetakan atau bahkan menimbulkan efek-efek tertentu. Saat ini terdapat 4 jenis laminating yang berkembang yaitu, laminasi dinging (cold laminating), laminasi panas (hot laminating), laminasi press (hot press laminating) dan yang terakhir laminasi cair (liquid furnish). Tentu saja dari ke 4 jenis laminasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Andalah yang menentukan untuk memilih laminasi mana yang cocok dengan kebutuhan Adapun fungsi dari pembuatan laminating kertas ini adalah untuk tingkat keamanan terutama terhadap anak-anak yg terkadang suka teledor menggit ujung-ujung kertas agar warna percetakan yg berbahaya bisa terhindar dari anak-anak. 4.0
Font Font pada buku cerita akan menjadi beragam dari isi dari narasi
hingga efek sound yang mendukung untuk dramatisasi keadaan dan kejadian yang berlangsung pada setiap page halaman buku adukasi ini. Beberapa font anak-anak dan tingkat keterbacaan yang biasa digunakan pada beberapa buku bacaan antara lain : Font Casual (Font khusus untuk abjad huruf kecil) ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Font Comic san Ms
53
Font Hobo std
Font Junebug
Font Maiandra Td (Lebih jelas tingkat keterbacaanya)
4.1 Teori Makanan Sehat 4.1.1 Pengertian Makanan Sehat Pengertian
Makanan
sehat
adalah
makanan
yang
memiliki mengandung gizi yang seimbang, mengandung serat dan zat-zat yang diperlukan tubuh untuk proses tumbuh kembang. Menu makanan sehat harusnya kayak akan unsur zat gizi seperti karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan sedikit lemak tak jenuh, atau lebih tepatnya disingkat dengan nama menu 4 sehat 5 sempurna. Banyaknya zat-zat kimia dan hanya memiliki 1 atau 2 kandungan saja, sehingga tubuh masih kekurangan akan beberapa zat yang sangat penting, berikut label beberapa bahan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna :
karbohidrat : terdapat pada nasi, gandum, singkong, dan lain-lain
protein : banyak terdapat pada tahu, tempe, telur daging, dll
mineral : banyak terdapat pada sayur-sayuran
vitamin : banyak terdapat pada buah-buahan
susu
54
Tujuan memakan makanan sehat bagi tubuh kita adalah untuk menjaga agar badan kita tetap sehat, tumbuh, dan berkembang secara baik. Makanan sehat dan bergizi seimbang bukan berarti makanan yang mahal dan enak. Makanan sehat menurut ahli gizi mengandung empat macam makanan, yaitu: makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah 4.1.2 Macam – macam makanan Sehat 1. Makanan Pokok
Makanan pokok banyak mengandung karbohidrat (zat tepung). Misalnyal nasi, jagung, roti, singkong, dan sagu. Karbohidrat sangat diperlukan oleh tubuh sebagai sumber tenaga. Dari sumber tenaga ini, kita bisa melakukan segala aktivitas atau kegiatan. Jadi, agar tubuh bertenaga maka setiap hari kita harus makan karbohidrat yang cukup yang bisa diambil dari nasi, roti, jagung, singkong, maupun sagu.
2. Lauk Pauk
Lauk pauk banyak mengandung protein dan lemak yang digunakan untuk membangun tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak. Contoh yang termasuk dalam lauk pauk adalah daging, ikan, ayam, telur, tempe, tahu, dan lain-lain.
3. Sayur dan Buah
Sayur dan buah banyak mengandung vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral ini dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga tubuh dan tidak mudah terserang penyakit. Contoh sayur adalah bayam, kangkung, wortel, dan lain-lain.
4. Buah-buahan
misalnya: mangga, heruk, pepaya, dan pisang. Untuk itu, setiap hari kita perlu makan sayur dan buah yang cukup.
55
Dengan
demikian,
agar
tubuh
kita
tetap
sehat
kita
perlu
mengkonsumsi keempat jenis makanan tersebut setiap hari. Jangan lupa menambahkan susu pada makanan sehat Anda. Empat jenis makanan dan ditambah susu inilah yang disebut dengan makanan sehat atau biasa dikenal dengan “empat sehat lima sempurna”.
56