BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS
A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa binatang ini memiliki sifat agresif, buas dan rakus. Sisi negatif babi hutan yang pada umumnya terkenal rakus, banyak dijadikan objek dalam karya seni. Semenjak jaman orde baru terdapat banyak karya seni yang kritis terhadap situasi politik pada waktu itu. Namun, dalam sejarah ajaran agama hindu pada masa satya yuga, babi hutan dianggap sebagai wrahara awatara, yakni awatara (perwujudan) ketiga dari dewa Wisnu. Dewa Wisnu sedang mengalami pertempuran sengit dengan raksasa Hiranyaksha yang akan menenggelamkan planet bumi dalam lautan kosmik. Saat itu pula dewa wisnu menjelma menjadi babi hutan dengan taring panjangnya mencuat mengangkat dan menyelamatkan planet bumi. Celeng selain merupakan babi liar dengan karakteristiknya yang negatif, seperti halnya memiliki sifat rakus, menjadi hama yang merusak, celeng juga mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan tersebut adalah celeng ataupun jenis bangsa babi lainnya merupakan shio menurut keyakinan masyarakat Tionghoa, menjadi wrahara awatara (perwujudan) ketiga dari dewa wisnu menurut sejarah ajaran agama hindu, menjadi simbol tabungan (istilah kata celengan yang muncul sejak zaman kerajaan Majapahit), taringnya yang dijadikan sebagai perhiasan
24
25
kalung terhadap suku dayak, dan lain sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa celeng ataupun jenis bangsa babi lainnya tersebut tidak sepenuhnya negatif, namun terdapat juga sisi keindahan lain yang dimiliki celeng atau jenis babi apapun. Menurut penulis berkeinginan untuk menjadikan celeng sebagai objek dalam karya seni lukis agar memperkenalkan celeng juga bisa menjadi karya seni yang bernilai indah. Ketertarikan penulis untuk menjadikan celeng sebagai tema dalam karya seni lukis dikarenakan celeng memiliki karakter yang rakusnya tak tertandingi hewan apapun dari sisi pola hidupnya serta memiliki bentuk tubuh unik yang terdapat pada moncong hidung dan gigi taring celeng jantan. Dengan demikian, penulis tertarik untuk memvisualisasikan keunikan tersebut menggunakan teknik deformasi dengan tujuan merubah karakter bentuk celeng terlihat lucu untuk dituangkan pada karya seni lukis.
B. Implementasi Visual Dalam memvisualisasikan dari konsep ke sebuah karya, penulis menerapkan sebagai berikut. 1.
Bentuk a) Garis Penulis menggunakan dua jenis garis (garis nyata dan garis semu) dalam karyanya. Garis nyata muncul karena outline (berwarna), sedangkan garis semu terlihat pada pertemuan antara obyek dengan obyek lain dan pada background. b) Warna Penulis menggunakan warna primer seperti merah, biru, dan kuning, warna sekunder, seperti hijau, maupun warna tersier, seperti ungu.
26
c) Bidang Penulis hanya menggunakan satu jenis bidang bidang organik. Bidang organik terbentuk dari garis lengkung yang menyusun obyek binatang babi itu sendiri. d) Komposisi Karya penulis menggunakan komposisi terbuka, karena unsur seni rupa yang terdapat di dalam karya memiliki kesan menerus. e) Tekstur Penulis menggunakan tekstur semu, yang tidak memiliki tekstur apapun apabila diraba. 2.
Media dan Teknik a) Media Istilah media dalam seni rupa sering diartikan sebagai bahan atau materi yang digunakan seniman dalam berkarya. Misalnya, seseorang pematung memilih bahan batu, kayu, atau logam sebagai media mengekspresikan diri dengan cara mengolah bahan tersebut dari wujud bahan mentah yang belum diolah, sampai menjadi barang jadi yang berwujud sebuah karya seni patung sesuai ide atau gagasannya (Nooryan Bahari, 2008:77). Mengenai media yang dipakai penulis dalam berkarya adalah sebagai berikut. 1) Kanvas Kanvas merupakan kain untuk landasan melukis (Mikke Susanto, 2011:213).
27
2) Kuas Kuas adalah alat untuk “memasang” cat pada suatu permukaan landasan atau pada kanvas (Mikke Susanto, 2011:231). 3) Cat Aklirik Cat aklirik merupakan salah satu bahan melukis yang mengandung Polimer Ester Poliklirat, sehingga memiliki daya rekat yang sangat kuat terhadap medium lain dan standar pengecer yang digunakan adalah air. b) Teknik Teknik dalam buku Art fundamentals merupakan kemampuan praktek untuk menggunakan media secara memadai untuk arsip efek ekspresif yang telah ditentukan. Penulis menggunakan teknik basah dalam karyanya, karena karya dihasilkan menggunakan medium basah (air). Teknik block digunakan karena penulis dalam karyanya memiliki warna yang dibuat secara bertingkat (bukan bersifat gradasi). 3.
Proses Pembuatan Karya a) Langkah pertama, penulis membuat sketsa dikertas menggunakan pena. Objek pertama digambar lebih dulu, setelah itu membuat objek lainnya untuk dijadikan Background secara repetisi. b) Langkah kedua, mempersiapkan kanvas dengan memasang spanram ukuran 120 cm x 90 cm, dengan tebal sisi spanram 4 cm. c) Langkah ketiga, setelah spanram jadi dan siap digunakan, penulis mengecat serta membuat blok pada kanvas dengan warna dasar putih.
28
d) Langkah keempat, setelah cat warna dasar putih sudah kering, penulis langsung melakukan sketsa untuk Contour objek yang akan dibuat guna untuk menentukan arah bentuk dan bidang warna. e) Langkah kelima, Setelah dirasa sketsa untuk Contour objek sudah cukup untuk mewakili dan membantu proses pembuatan bentuk pada objek dan Background, penulis mulai mentorehkan warna pada bagian bagian yang penulis kehendaki. f) Langkah keenam, Setelah warna dasar untuk objek dan Background semua telah tercapai barulah penulis memberikan gradasi dari warna muda kewarna tua. Karena sifat cat akrilik yang mudah kering maka penulis melakukan gradasi perbagian bentuk sampai tahap tertentu. g) Tahap terakhir adalah finishing yaitu pemberian warna hitam pada garis outline pada bidang objek yang telah ditentukan penulis.
4.
Penyajian Penyajian karya menggunakan desain pigura minimalis yang sederhana berwarna hitam. Pemilihan warna hitam karena warna hitam pada pigura berfungsi untuk karya agar tampak menonjol atau agar terlihat sangat jelas pada sisi karya yang menggunakan warna-warna terang.
29
5.
Visualisasi Karya
a) Karya ke 1 berjudul “ Celeng 1 ”
Gambar 3.1 “Celeng 1” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
30
Karya pertama memiliki judul “ Celeng 1 ” ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 90 cm x 120 cm yang menggambarkan tentang figur potret celeng yang terdiri satu figur yang dominan berwarna ungu yang mengalami perubahan susunan bentuk (Deformasi) pada taring celeng dan tiga figur lainnya. Pada karya tersebut hanya menampilkan empat figur celeng yang diantaranya hanya satu yang dominan detailnya yang berwarna ungu untuk objek celeng yang disajikan. Karya pertama terdapat garis nyata dan garis semu. Penggunaan garis nyata sangat terlihat pada objek celeng yang berwarna ungu pada taring serta bentuk objek celeng tersebut, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna pada objek celeng yang berwarna biru, merah, dan hijau. Warna yang digunakan pada karya celeng pertama ini meliputi warna kuning pada background, biru, merah, ungu, dan hijau pada objek-objek celeng tersebut. Warna ungu pada objek celeng yang dominasi warnanya dibuat detail agar terlihat objek utama tersebut tampak mencolok, sehingga tidak mengganggu objek lainnya yang hanya menggunakan satu warna. Bila dai segi keseimbangan menampilkan keseimbangan yang asimetris. Bidang organik sebagai bidang yang diterapkan dalam pembuatan karya pertama ini karena bidang organik dalam karya ini terbentuk dari gabungan garis lengkung objek celeng tersebut. Tekstur yang digunakan pada karya ini adalah tekstur semu, penggunaan tekstur semu ini diterapkan dalam karya pertama ini agar permukaan karya tampak terasa halus. Komposisi yang ditampilkan disusun secara terbuka, sangat terlihat sekali pada objek-objek celeng tersebut muncul diluar frame dan disajikan penulis secara vertikal (Tegak).
31
b) Karya ke 2 berjudul “ Celeng 2 ”
Gambar 3.2 “Celeng 2” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
32
Karya kedua yang berjudul “ Celeng 2 ” ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 90 cm x 120 cm menggambarkan figur celeng yang sedang mencari makan. Figur celeng yang ditampilkan terdapat tiga figur celeng, yang salah satunya terdiri dari satu figur celeng yang dominan berwarna abuabu dan dua figur celeng yang berwarna merah dan biru. Dalam penggunaan garis terdapat dua macam garis, yaitu garis nyata dan garis semu. Garis nyata sangat terlihat pada objek celeng yang berwarna abu-abu dengan outline hitam, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna merah dan biru pada objek celeng dibelakang objek celeng utama serta pada backgroundnya. Dari segi pewarnaan yang digunakan pada karya kali ini meliputi warna kuning pada background dasar, merah serta biru sebagai objek kedua dan ketiga dan warna abu-abu pada objek utama. Karya kedua ini menggunakan bidang organik sebagai bidang yang diterapkan dalam pengerjaan karya kedua karena bidang organik dalam karya ini terbentuk dari gabungan garis lengkung objek celeng tersebut. Karya celeng kedua ini juga menampilkan keseimbangan yang asimetris. Tekstur yang digunakan adalah tekstur semu. Penggunaan tekstur semu ini diterapkan agar permukaan karya tersebut tampak terasa halus. Komposisi yang ditampilkan pada karya kedua ini disusun secara terbuka, tampak terlihat sekali objek-objek celeng tersebut muncul diluar frame dan disajikan secara vertikal (Tegak).
33
c) Karya ke 3 berjudul “ Celeng 3 ”
Gambar 3.3 “Celeng 3” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
34
Karya ketiga yang berjudul “ Celeng 3 ” berbentuk persegi panjang dengan ukuran 90 cm x 120 cm menggambarkan sosok satu tubuh celeng berkepala dua , satu menghadap kedepan yang satu lainnya menghadap kebelakang sebagai objek utamanya dan objek kedua serta objek ketiga berwarna abu-abu dan merah dengan posisi dibelakang objek utama. Pada karya tersebut menceritakan tentang dua ekor celeng yang sedang melakukan proses perkawinan. Selain tidak hanya rakus dalam pola hidupnya, betina celengpun sepanjang tahun beranak dengan berganti-ganti pasangan, sehingga tidak dapat dipungkiri perkembangan populasi celeng sangat cepat. Karya kali ini penulis menggunakan cara penyederhanaan bentuk (Simplifikasi) dari salah satu ciri perubahan susunan bentuk (Deformasi) dari sepasang celeng jantan dan celeng betina yang sedang melakukan proses perkawinan Karya celeng ketiga ini terdapat dua macam garis, yaitu garis nyata dan garis semu. Garis nyata terdapat pada celeng sebagai objek utama dengan outline hitam, sedangkan garis semu terlihat pada objek kedua yang berwarna abu-abu dan objek ketiga yang berwarna merah. Bidang yang diterapkan pada karya ini adalah bidang organik. Bidang organik tersebut terdapat pada semua objek celeng yang terbentuk dari gabungan garis lengkung maupun background. Sedangkan dari segi pewarnaan meliputi warna dasar biru muda dengan efek corak goresan vertikal (Tegak) berwarna biru tua pada background, warna abu-abu pada objek kedua, warna merah pada objek ketiga, dan warna hijau pada objek utama serta warna kuning pada taring.
35
Karya “ Celeng 3 ” ini menampilkan keseimbangan asimetris. Tekstur yang digunakan adalah tekstur semu. Penggunaan tekstur semu pada karya ketiga ini bertujuan untuk permukaan pada karya agar tampak terasa halus. Komposisi yang digunakan dalam karya ini terdapat dua macam komposisi, yaitu komposisi terbuka dan tertutup. Bagian dari komposisi terbuka meliputi objek celeng kedua yang berwarna abu-abu dan objek celeng ketiga yang berwarna merah, sedangkan komposisi tertutup terdapat pada satu objek celeng utama berwarna hijau bertaring kuning yang berada diantara objek celeng kedua dan objek celeng ketiga. Dalam karya ini juga terdapat repetisi pada pengulangan objek, objek tersebut meliputi objek kedua yang berwarna abu-abu dan objek ketiga yang berwarna merah.
36
d) Karya ke 4 berjudul “ Celeng 4 ”
Gambar 3.4 “Celeng 4” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
Karya yang berjudul “ Celeng 4 ” berbentuk persegi panjang mendatar ini memiliki ukuran 90 cm x 120 cm. Dalam karya kali ini menceritakan
37
celeng yang sedang bergerombol dari kelompoknya. Hewan jenis ini hidupnya berkelompok yang dipimpin oleh pejantan sebagai pemimpinnya, entah mereka akan mencari makan ataupun sedang berpindah tempat. Penulis memvisualisasikan tiga ekor celeng dalam satu tubuh tersebut sebenarnya disederhanakan bentuknya (simplifikasi) atau mengalami perubahan susunan bentuk (Deformasi) dari segerombolan celeng yang sedang berkumpul untuk makan. Garis yang diterapkan dalam karya keempat ini terdapat dua macam garis, yaitu garis nyata dan garis semu. Garis nyata sangat terlihat pada tiga kepala celeng, dua kaki depan, dan bentuk bagian tubuh dengan outline hitam, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background maupun objeknya. Komposisi yang digunakan pada karya celeng keempat ini adalah komposisi terbuka, dengan hanya menampilkan bentuk tubuh celeng hanya setengahnya. Dari segi pewarnaan penulis menampilkan warna-warna yang beragam, baik dari tiga bagian kepala celeng serta pada tubuh bagian perut agar terlihat lebih menarik dan unik. Warna-warna tersebut meliputi warna ungu, hijau, biru muda pada bagian kepala celeng, warna orange pada taring, dan warna kuning pada bagian tubuh celeng. Keseimbangan yang digunakan pada karya ini menerapkan keseimbangan asimetris. Dari segi bidang menggunakan bidang organik, bidang organik tersebut dapat dilihat dari bentuk raut tiga kepala celeng, pada bentuk serta corak bagian tubuh dan background. Tekstur yang digunakan penulis dalam pembuatan karya ini adalah tekstur semu. Penerapan tekstur semu pada karya ini supaya permukaan pada karya tampak halus.
38
e) Karya ke 5 berjudul “ Celeng 5 ”
Gambar 3.5 “Celeng 5” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2015 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
39
Karya yang berjudul “ Celeng 4 ” berbentuk persegi panjang mendatar ini memiliki ukuran 90 cm x 120 cm ini hanya menampilkan kepala, perut, dan pantat sosok hewan celeng yang menceritakan tentang kerakusan dari pola makan pada hewan celeng dengan merubah susunan bentuk (Deformasi) dan dilebih-lebihkan karakter rakusnya mendistorsi pada bagian kepala memanjang serta perut yang sangat besar meliuk-liuk. Karya kelima ini berbicara segi pewarnaan penulis menggunakan warna biru, merah, dan kuning pada objek celeng serta sedikit warna biru tua untuk background. Penulis sengaja memilih warna-warna primer pada objek celeng tersebut supaya terlihat menarik dengan dihiasi corak-corak seperti ornamen melingkar berwarna gelap. Garis yang digunakan meliputi garis nyata dan garis semu. Garis nyata terlihat pada celeng yang berwarna biru dengan outline hitam, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background maupun objeknya. Bidang organik sebagai bidang yang diterapkan dalam pengerjaan karya kelima ini. Bidang organik terbentuk dari gabungan garis lengkung dari objek celeng tersebut. Dari sisi tekstur dalam karya kelima ini menggunakan tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata terdapat pada bagian pantat celeng berwarna kuning dan celeng berwarna merah, hal ini terjadi karena adanya tumpukan perubahan warna dasar putih ke biru muda lalu ditutup dengan warna kuning pada pantat celeng dan warna merah pada objek celeng yang berwarna merah, sehingga menimbulkan efek kasar pada tekstur nyata bila diraba. Sedangkan tekstur semu terdapat pada objek utama dan
background.
Keseimbangan
dalam
pengerjaan
karya
kelima
40
menggunakan keseimbangan asimetris. Komposisi yang ditampilkan pada karya ini adalah komposisi terbuka.
41
f)
Karya ke 6 berjudul “ Celeng 6 ”
Gambar 3.6 “Celeng 6” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2016 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
42
Karya keenam ini berbentuk persegi panjang mendatar dan disajikan secara vertikal (Tegak) memiliki ukuran 90 cm x 120 cm. Karya yang berjudul “ Celeng 6 ” penulis memvisualisasikan tiga ekor celeng yang salah satunya objek utama dari tiga ekor celeng tersebut mengalami perubahan susunan bentuk (Deformasi) pada bagian tubuh celeng sengaja dibuat putusputus tetapi masih tidak keluar dari proporsi celeng yang aslinya. Dalam segi pewarnaan penulis menggunakan warna merah tua, biru, abu abu sebagai objek celeng dan warna kuning sebagai taring dan juga sebagai background. Dalam karya kali ini, Garis yang digunakan pada karya keenam ini adalah garis nyata dan garis semu. Penggunaan garis nyata terlihat pada setiap objek celeng tersebut dengan outline hitam pada tiap-tiap objek. Sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background maupun objeknya. Bidang yang diterapkan dalam karya keenam ini adalah bidang organik, bidang organik tersebut terbentuk dari gabungan garis lengkung objek celeng tersebut. Komposisi yang ditampilkan pada karya ini terdapat dua macam komposisi, yaitu komposisi terbuka dan komposisi tertutup. Komposisi terbuka meliputi objek celeng yang berwarna abu-abu dan objek celeng yang berwarna biru. Tampak terlihat sekali komposisi terbuka pada kedua objek celeng tersebut karena tampak muncul diluar frame. Keseimbangan yang digunakan adalah keseimbangan asimetris. Dari segi tekstur dalam karya keenam ini menggunakan tekstur semu. Penggunaan tekstur semu dalam karya ini supaya permukaan pada karya tampak halus.
43
g) Karya ke 7 berjudul “ Celeng 7 ”
Gambar 3.7 “Celeng 7” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2016 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
44
Karya ketujuh dengan judul “ Celeng 7 “ berbentuk persegi panjang dengan ukuran 90 cm x 120 cm yang disajikan secara vertikal (Tegak). Dalam karya ini penulis memvisualisasikan lima figur celeng yang sengaja dibuat setiap objeknya memiliki warna dan motif corak yang berbeda agar tampak menarik dan unik. Peletakan objek celeng tersebut dari lima objek celeng yang ditampilkan penulis, sengaja dibuat berbeda dan tidak sejajar supaya terlihat lebih menarik dan enak untuk dipandang. Mengenai tema celeng dari delapan karya yang dibuat penulis, karya ketujuh ini berbeda dari karya yang lain, yang membedakan karya ini dengan karya-karya yang lain adalah dari segi corak, detailnya pewarnaan pada objek utama, dan memiliki warna serta karakter corak yang beragam dari setiap objek yang ditampilkan, dengan tujuan untuk menjadikan ikon kartun celeng yang lucu dari tema celeng yang diusung penulis. Karya yang ketujuh ini dalam pewarnaan menggunakan beragam warna, mulai dari warna primer sampai warna sekunder. Warna tersebut meliputi warna biru, hijau, kuning, merah, dan orange pada objek-objek celeng, serta warna ungu pada bagian background. Garis yang digunakan pada karya berjudul “ Celeng 7 “ ini adalah garis nyata dan garis semu. Penggunaan garis nyata terlihat pada objek celeng yang memiliki warna orange dengan outline hitam, sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background maupun objeknya. Dari segi bidang dalam pengerjaan karya ini terdapat dua macam bidang, yaitu bidang geometri dan bidang organik. Bidang geometri terdapat pada bagian motif corak yang letaknya tersebut berada pada sebagian background,
45
sedangkan bidang organik terbentuk dari gabungan garis lengkung objek celeng tersebut. Komposisi yang ditampilkan dalam karya ketujuh ini adalah komposisi terbuka. Melihat peletakkan posisi objek-objek celeng tersebut sangat tidak beratur dan tidak sejajar, maka penulis dalam penerapan keseimbangan pada karya ini menggunakan keseimbangan asimetris supaya tampak terlihat menarik. Dalam karya ini juga terdapat tekstur semu. Penggunaan tekstur semu pada karya ini agar permukaan karya yang disajikan tampak terlihat halus.
46
h) Karya ke 8 berjudul “ Celeng 8 ”
Gambar 3.8 “Celeng 8” 90x120 cm, Cat Akrilik di atas Kanvas, 2016 (Sumber: Dokumentasi Rifky)
47
Karya kedelapan berbentuk persegi panjang mendatar yang disajikan secara vertikal (Tegak) ini memiliki ukuran 90 cm x 120 cm. Karya yang berjudul “ Celeng 8 “ ini menggambarkan salah satu karakter yakni sifat rakus pada hewan celeng. Dalam karya ini menceritakan tentang karakter sifat hewan celeng yang kerakusannya tak tertandingi hewan apapun dan divisualisasikan kedalam sebuah karya yang menampilkan bentuk figur celeng memakan sesama hewan celeng. Karya kedelapan ini terdapat tiga figur celeng, figur celeng tersebut berwarna merah, biru, dan abu-abu. Salah satu figur celeng dari ketiga figur celeng yang ditampilkan mengalami perubahan susunan bentuk (Deformasi), tepatnya figur celeng yang berwarna merah dengan proporsi bentuk mulut yang sengaja dibuat lebih besar dan dilebih-lebihkan (distorsi) yang menjulur memanjang sampai kaki. Dari segi pewarnaan, karya terakhir ini menggunakan warna-warna cerah. Warna-warna tersebut meliputi warna merah, biru dan abu-abu pada objek celeng tersebut, warna kuning, putih, ungu, biru muda, serta biru tua terdapat pada bagian background. Setiap objek celeng dalam pemberian warna juga sangat beragam, keunikan pemberian warna-warna tersebut meliputi warna pada taring yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keindahan serta keunikan dalam mengolah warna dalam berkarya. Garis yang digunakan adalah garis nyata dan garis semu. Garis nyata terdapat pada tiga objek celeng dengan outline hitam. Sedangkan garis semu terlihat pada perbedaan warna baik pada background maupun objeknya. Dalam hal bidang, pada karya ini menampilkan bidang organik. Bidang
48
organik dalam karya ini terbentuk dari gabungan garis lengkung objek celeng tersebut. Komposisi yang ditampilkan disusun secara terbuka, sangat terlihat jelas objek-objek celeng tersebut muncul diluar frame. Dari segi tekstur yang digunakan dalam pengerjaan karya ini adalah tekstur semu. Penggunaan tekstur semu ini dalam berkarya supaya permukaan tampak terasa halus.