83
BAB III BIMBINGAN DAN KONSELING AGAMA DALAM PENGELOLAAN STRES PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BISMA UPAKARA PEMALANG
A. Gambaran Umum Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang merupakan balai yang memberikan pelayanan kepada para lansia yang kurang mampu, terlantar, atau sudah tidak punya keluarga lagi yang telah berumur 60 tahun. Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang berada dibawah naungan Dinas Sosial Jawa Tengah. Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang terletak di Dusun Slarang Rt. 01/06 Desa Surajaya Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. 1 1. Visi dan Misi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Visi : Menjadikan Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang potensial dan berkelanjutan dalam mewujudkan Lanjut Usia yang mandiri dan sejahtera. 1
Arsip Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Oktober 2015.
83
Pemalang, 28
84
Misi : a) Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup Lanjut Usia terlantar. b) Meningkatkan kualitas, efektifitas, dan profesionalisme dalam penyelenggaraan pelayanan sosial terhadap Lanjut Usia terlantar. c) Mengembangkan,
memperkuat
sistem
yang
mendukung
pelaksanaan pelayanan sosial Lanjut Usia terlantar. d) Memperkuat kerja sama lintas sektoral dalam penyelenggaraan pelayanan sosial Lanjut Usia terlantar. e) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pelaksanaan unit dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. f) Peningkatan sarana dan prasarana pendukung pelayanana sosial terhadap Lanjut Usia terlantar.2
2. Sejarah Berdirinya Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma UpakaraPemalang berdiri pada tanggal 5 Mei 1984 dengan nama Tresna Wredha “Bisma Upakara” Pemalang. Tahun 1991 berubah nam menjadi Panti Sosial Tresna Wredha “Bisma Upakara” pemalang dibawah Kanwil Depsos Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 1 tahun 2002 berubah nama lagi menjadi Panti Wredha 2
Data Dokumentasi Visi dan MisiBalai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Pemalang, 28 Oktober 2015.
85
“Bhisma Upakara” Pemalang dibawah Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa tengah No. 50 Tahun 2005 tanggal 20 Juni 2008, tentang Tata Kerja UPT pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Panti Wredha “Bhisma Upakara” menjadi UPT Panti Wredha “Bisma Upakara” Pemalang yang membawahi satu satker, yaitu Panti Wredha “Purbo Yowono Brebes. Dan dengan peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 111 tahun 2010 tanggal 1 Nopember 2010, tentang Organisasi dan tata kerja UPT pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah UPT Panti Wredha “Bisma Upakara” Pemalang berubah lagi menjadi Unit Rehabilitasi Sosial “Bisma Upakara” Pemalang. Pergub No. 53 tahun 2013 :Dari Unit menjadi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang dengan membawahi satu Unit Pelayanan Sosial Asuhan Karya Mandiri Pemalang diberlakukan sejak Januari 2015. 3
3. Motto, Tugas Pokok, Fungsi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang a. Motto 1) Bekerja Ikhlas 2) Bekerja Keras 3) Bekerja Cerdas 3
Arsip Sejarah Berdirinya Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Pemalang, 28 Oktober 2015.
86
4) Pelayanan Tuntas b. Tugas Pokok Melaksanakan sebagian kegiatan teknisi operasional dan atau kegiatan teknis penunjang penunjang Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah di Bidang Pelayanan Sosial Lanjut Usia dengan pendekatan Multi Pelayanan. c. Fungsi 1) Penyusun rencana teknis operasional pelayanan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. 2) Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pelayanan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. 3) Pemantau monitoring, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. 4) Pengelola ke Tata-Usahaan. 5) Melaksanakan tugas kedinasan lain dari Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah sesuai urgensinya. 4
4. Maklumat Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang a. Melaksanakan penanganan terhadap penerima manfaat dengan sepenuh hati dan santun. 4
Data Dokumentasi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Pemalang, 28 Oktober 2015.
87
b. Mewujudkan pelayanan terhadap penerima manfaat secara cermat dan tepat. c. Memberikan kemudahan dalam pelayanan sosial terhadap penerima manfaat secara berkesinambungan. d. Merespon
dengan
cepat
permasalahan
PMKS
dengan
mengoptimalkan sumber daya manusia yang tersedia. e. Menyediakan dan memberikan informasi publik yang akurat dan benar. 5
5. Struktur Organisasi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Untuk melaksanakan semua program kegiatan pelayanan secara fungsional, maka perlu memiliki struktur organisasi balai agar tujuan yang telah diprogramkan dapat tercapai dengan maksimal. Adapun struktur organisasi Balai Pelayanan Lanjut Usia Bisma Uapakara adalah sebagai berikut :
5
Ibid.
88
Tabel I.
89
6. Kode Etik Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Perilaku dan sifat-sifat utama sebagai petugas Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara PEMALANG. a. Memelihara
dan
mengembangkan
kualifikasi
pribadi
yang
bermartabat dan bertanggung jawab terhadap tugas pokok dan fungsi lembaga serta Penerima Manfaat. b. Mengembangkan kompetensi dan kemampuan dalam bidang Palayanan Sosial khususnya Lanjut Usia terlantar. c. Melaksanakan tugas melayani Penerima Manfaat sebagai kewajiban utama. d. Memandang penerima manfaat sebagai insan yang bermartabat, berhak menentukan dirinya sendiri, memiliki tanggung jawab sosial dan mempunyai keunikan, dan kekhasan yang menjadi identitas Penerima Manfaat. Petugas Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Bertanggung Jawab dengan Penerima Manfaat a. Mengutamakan kepentingan Penerima Manfaat dalam rangka mewujudkan kemandirian. b. Memelihara kebebasan dan kemerdekaan Penerima Manfaat dalam memilih dan mengambil keputusan sendiri. c. Memegang teguh kerahasiaan Penerima Manfaat
90
d. Bersikap bijaksana tidak memandang Ras, Suku, Agama, dan Status Sosial. Sikap Petugas Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara PEMALANG a. Menjaga nama baik lembaga. b. Menjunjung
tinggi
dan
memegang
teguh
komitmen
terhadaplembaga. c. Mematuhi aturan-aturan dan kententuan yang ditetapkan lembaga. d. Mendukung program multi pelayanan.6
7. Sarana dan Prasarana Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan penyelenggaraan layanan. Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan sarana dan prasarana di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang sudah memadai. Ruangan sudah tertata rapi, klien di tempatkan di wisma masing-masing, aula cukup luas, halaman juga terlihat asri yang di tanami bunga-bunga dan di tengah halamn tersebut ada sebuah patung kakek dan nenek yang merupakan icon di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang.
6
Data Dokumentasi Kode Etik Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Pemalang, 28 Oktober 2015.
91
Dalam pemenuhan dan peningkatan mutu sarana dan prasarana, Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang telah melakukan pembenahan dan pembangunan gedung, seperti : masih di bangunnya
musholah
untuk
kegiatan
ibadah,
selama
proses
pembenahan musholah maka kegiatan ibadah di lakukan di aula. 7 Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Uapakar Pemalang adalah sebagai berikut: a. Data Tanah Luas tanah seluruhnya
: 10,015
b. Data Bangunan: 1) Kantor
: 1 Buah
2) Aula
: 1 Buah
3) Poliklinik
: 1 Buah
4) Ruang Keterampilan : 1 Buah
7
5) Mushola
: 1 Buah
6) Rumah Dinas
: 4 Buah
7) Dapur
: 1 Buah
8) Gudang
: 1 Buah
9) Wisma
: 8 Buah
10) Pos Satpam
: 1 Buah
11) Garasi
: 1 Buah
12) Gapura
: 2 Buah
Observasi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Pemalang, 29 Oktober 2015.
92
13) Jalan. 8
8. Syarat Penerimaan Penerima Manfaat (PM) a. Usia 60th keatas (pria / wanita dari sekitar Kab. Pemalang. b. Terlantar c. Surat Keterangan dari desa/kelurahan d. Rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota e. Sehat jasmani dan rohani (mampu merawat diri) f. Surat keterangan dokter g. Identitas (KTP, KK) apabila memiliki h. Bersedia mengikuti program pelayanan unit reshabilitasi sosial i. Masa Pelayanan 1) Bagi PM (Penerima Manfaat ) yang terlantar seumur hidup 2) Bagi
Penerima
Manfaat
PM
(Penerima
Manfaat)
yang
Dinas
Sosial
mempunyai keluarga sampai dengan 2 tahun. j. Kesanggupan keluarga menerima kembali k. Mengisi
form permohonan diketahui
kepala
Kabupaten/Kota Setempat. 9
8
Data Dokumentasi Denah Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Pemalang,29 Oktober 2015. 9 Data Dokumentasi Syarat Penerimaan PM Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, Pemalang,28Oktober 2015.
93
9.
Jenis Bimbingan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang a. Bimbingan Sosial Kemasyarakatan Bimbingan sosial kemasyarakatan biasanya diisi oleh pegawai balai, bimbingan sosial kemasyarakatan berisi bimbingan kesehatan dan kebersihan. Bimbingan sosial kemasyarakatan dilaksanakan setiap hari Rabu jam 08.00 – 09.30 WIB. b. Bimbingan Kerohanian Bimbingan kerohanian diisi oleh pegawai dari Kementrian Agama Kab.Pemalang dan Tokoh Masyarakat.Kementrian Agama Kab. Pemalang ada 2 orang yaitu Pak Drs. Maskuri dan Pak Sofyan setiap Hari Senin jam 08.00 – 09.30 WIB. Sedangkan Tokoh masyarakat bernama Pak Nasuha setiap Kamis minggu kedua setiap bulannya. Dalam bimbingan kerohanian berisi bimbingan tentang agama (Sholat, Puasa, Mualamah). c. Bimbingan Sosial Rekreatif Bimbingan sosial rekreatif biasanya diisi oleh pegawai balai, bimbingan ini dilaksanakan agar PM (lansia) tidak mengalami stres ada rekresianya seperti menyanyi dan game. Bimbingan sosial rekreatifdilaksanakan setiap sebulan sekali, Hari Rabu ke-4, waktunya jam 08.00 – 09.30 WIB.
94
d. Bimbingan Keterampilan Bimbingan keterampilan biasanya diisi oleh pegawai balai, bimbingan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang PM (lansia) yaitu membuat kerajinan seperti keset, sulak, membuat terlur asin. Bimbingan keerampilan dilaksanakan setiap Hari Selasa dan Kamis, jam 08.00 – 09.30 WIB. e. Konseling Individu Bimbingan individu biasanya dilaksanakan oleh pegawai balai.Bimbingan ini dilaksanakan manakala ada PM yang mengalami masalah, sehingga PM ini dipanggil dan diberi layanan Bimbingan dan Koseling individu. f. Konseling Kelompok Tergantung Kasus yang dialami PM (Penerima Manfaat), langkah-langkah yang dilakukan dalam bimbingan kelompok : 1) Diperingatkan 2) CC (Case Conference) Dalam hal ini membahas tentang sidang kasus (mempertemukan orang-orang yang terkait dengan masalah PM) seperti : pengasuh, keluarga. 3) Membahas apa yang perlu di lakukan untuk perbaikan. 4) Evaluasi. 10
10
Hasil Wawancara I1 W1, No. 2, Baris ke 11-59.
95
g. Konseling Kerohanian Konseling kerohanian ini dilakukan setelah bimbingan kerohanian berlangsung, biasanya ada lansia yang mempunyai masalah pribadi tentang keagamannya, misalnya kurang paham tentang cara ibadah, merasa cemas karena masalah yang telah dihadapinya. Dalam Konseling kerohanian ini klien menceritakan masalahnya, ada juga yang meminta air putih berkah dari pembimbing (Pak Kyai), hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa cemas terhadap masalah yang sedang dialami dan dapat memberikan rasa nyaman. 11
10. Sumber Dana untuk Pelayanan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Dalam memberikan pelayanan kepada klien di balai, pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit, berdasarkan hasil wawancara dengan bu Basariah selaku pengadministrasiteknis bimbingan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang di peroleh data bahwa dana tersebut berasal dari : “Dana dari pemerintah APBD (Anggran Pendapatan Belanja Daerah), meliputi : makan 3 kali sehari, makanan ringan, buah, pakaian, layanan kesehatan, layanan kebesihan, perlengkapan mandi. Tetapi untuk pakaian terkadang ada juga orang yang menyumbangkan pakaian yang masih layak pakai, ketika ada orang
11
Hasil Wawancara, I12 W1, No.3, Baris ke 4-14.
96
menyumbangkan pakaian dipilih yang masih layak pakai, dan yang sudah tidak layak pakai tidak diterima”.12
11. Jumlah Klien di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Ada 100 klien yang ada di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, yang terdiri dari 36 laki-laki, 62 perempuan, dan yang 2 masih ijin. Klien di tempatkan di wisma masing-masing.
Ada 10 wisma yaitu : Wisma Madrim, Kunti,
Pandu, Arjuna, Yudhistira, Nakula, Wiyasa, Sadewa, Ruang Perawatan Khusus (RPK) I , dan Ruang Perawatan Khusus (PRK) II. Ruang Perawatan Khusus (RPK) di tempati oleh klien yang sakit. Penempatan wisma tersebut disesuaikan dengan kondisi fisik dan kebutuhan para lansia.
12. Tata cara penerimaan klien
yang ada di Balai Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia Bisma a. Menyerahkan diri b. Diserahkan oleh aparat c. Rujukan dari balai lain d. Dari keluarga yang tidak mampu, ada ketentuan-ketentuan : 1) Pihak balai memberikan pelayanan selama 2 tahun. 2) Ada kontrak layanan pihak balai dengan keluarga
12
Hasil Wawancara I8 W1, No.2, Baris ke 4 -14.
97
3) Ada surat pernyataan menerima kembali PM (Penerima Manfaat) 4) Kalau misalkan masuk ke balai lagi maka pihak keluarga melakukan prosedur baru lagi.
13. Assesment penerimaan klien di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Sebelum PM (Penerima Manfaat) maka petugas melakukan asesment (latar belakang PM yang akan di titipkan di Balai), antara lain : a. Asessment Fisik Bagaimana keadaan fisik PM (Penerima Manfaat), apakah masih sehat atau ada bagian fisik yang kurang sehat. Kalaupun PM (Penerima Manfaat) bagian fisiknya kurang sehat maka pihak balai memberikan alat bantu mobiltas hal ini dilakukan agar lansia bisa mandiri, dan kalaupun butuh bantuan tidak sepenuhnya. b. Asessment Mental Bagaimana keadaan mental PM (Penerima Manfaat), apakah mengalami tegangan atau normal. c. Asessment Keterampilan Keterampilan apa yang dimiliki oleh PM (Penerima Manfaat).
98
d. Asessment Mental Bagaimana PM (Penerima Manfaat) dalam melakukan hubungan sosial dilingkungan sekitar. Asessment ini di lakukan agar pihak balai dapat menentukan program apayang dibutuhkan PM (Penerima Manfaat). 13
14. Relasi dengan Keluarga Klien yang ada di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Relasi antara klien dengan keluarga sebaiknya harus terjalin dengan baik walaupun klien sudah dititipkan di balai. Hala ini untuk mengurangi perasaan cemas yang dirasakan oleh klien, tetapi tidak demikian dengan klien yang ada di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bima Upakar Pemalang, berdasarkan hasil wawancara dengan pak M. Sudiyono selaku kepala seksi bimbingan sosial di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang,diperoleh data bahwa : “Hubungan klien dengan keluarga jarang atau bahkan tidak pernah ada hubungan. Kalaupun ada itu sangat jarang, karena salah satu persyaratan masuk ke balai itu lansia yang terlantar, terlantar disini berarti sudah tidak ada keluarga. Kalaupun ada yang menjenguk itu bukan keluarga tetapi mungkin tetangga, aparat yang mengantarkan klien ke balai, atau kepala desa yang merujuk klien ke balai”. 14
13 14
Hasil Wawancara I1 W1, No.5, Baris ke 13-36. Hasil Wawancara I10 W1, No.4, Baris ke 4 – 15.
99
B. Pengelolaan Stres pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Setiap orang pasti mempunyai masalah, dan masalah itu akan menyebabkan stres bagi sebagian individu yang kurang memahami sumber stres. Tetapi stres itu bisa di kelola dengan baik apabila individu itu memahami sumber stres tersebut. Pengelolaan stres setiap individu itu berbeda-beda tergantung bagaimana individu menyikapinya. Tidak semua stress dapat dihindari, dan tidak sehat juga kalau kita harus menghindari hal-hal yang memang harus kita tanggapi. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan stres pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, peneliti melakukan wawancara dengan klien lansia yang bernama ibu Kusmirah, ibu Sopiyah, dan Ibu mariya, klien menjelaskan bahwa lansia mengalami stres disebabkan : “Kita terlantar tidak ada yang mengurusi, jauhnya jarak dengan anak, dengan sanak keluarga atau kita yang ditinggalkan oleh keluarganya dan ada dari kita yang tidak mempunyai anak, hal itu menjadikan kita tinggal di balai. Ketika pertama tinggal di balai kita merasa kurang nyaman, karena belum terbiasa, kita belum bisa beradaptasi dengan lingkungan dan belum bisa mengelola stres dengan baik dari masalah yang kita alami. Tetapi setelah kami tinggal di balai kita bisa belajar menerima takdir yang Allah berikan, kita ikhlas menerima apa yang telah terjadi. Hal ini karena di balai mempunyai banyak teman, kita menyadari bahwa tidak hanya kita yang mengalami masalah tetapi orang lain juga mempunyai masalah, dan bahkan masalahnya lebih berat. Selain itu di balai kehidupannya sudah terjamin, semua kebutuhan terpenuhi, dibalai juga ada berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luang, dan di balai juga ada layanan bimbingan dan konseling agama hal ini bisa memberikan pemahaman bahwa apa yang telah terjadi itu merupakan takdir yang Allah berikan
100
kepada hambanya, menjalaninya”. 15
dan
kita
harus
ikhlas
C. Implementasi Bimbingan Agama dalam Pengelolaan Stres pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang Di dalam sebuah lembaga sosial dalam hal ini yaitu Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, segala kegiatan itu sebelumnya pasti ada perencanaanya, hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk mengetahui perencanaan
yang
dilakukan
sebelumlayanan
konselingberlangsung, peneliti melakukan
bimbingan
dan
wawancara dengan pak M.
Sudiyono selaku kepala seksi bimbingan sosial di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang,ada beberapa hal yang perlu di perhatikan sebelum melakukan layanan bimbingan dan konseling agama : 1.
Pelaksanaan bimbingan agama Di dalam pelaksanaan bimbingan agama di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, ada langkah-langkah yang harus dilalui oleh klien yang mengikuti bimbingan agama tersebut. Berkaitan dengan itu peneliti juga melakukan wawancara dengan pembimbing (konselor) agama. Pelaksanaan bimbingan agama dilaksanakan oleh 3 pembimbing yaitu Pak Maskuri dari Kementrian Agama Kab.Pemalang, Pak Sofyan Hadi dari Kementrian Agama Kab.Pemalang, dan Pak Nasuha tokoh
15
Hasil Wawancara I2 W1, No.2, Baris ke 14-30.
101
masyarakat Pemalang. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari para pembimbing
bahwa dalam
layanan bimbingan agama ada
perencanaan dan pelaksanaan. Pelaksanaan bimbingan agama oleh pembimbing pertama yaitu : Bapak Maskuri dari Kementrian Agama Kab.Pemalang menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan agama ada tiga tahap yaitu : pembukaan, inti dan penutup. a. Pembukaan Kegiatan Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Maskuri, beliau menjelaskan bahwa : “Dalam tahap pembukan pembimbing mengawali bimbingan agama dengan mengucapkan salam, pembimbing bersama para klien menyanyikan sholawat nabi, sebagai permulaan bimbingan agar para klien semangat dalam mengikuti bimbingan agama, pembimbing menanyakan kabar para klien, hal ini dilakukan untuk menjalin hubungan baik antara pembimbing dan klien”.16
b. Inti Kegiatan Setelah selesai pada tahap pembukaan maka tahap selanjutnya yaitu tahap inti kegiatan, pada tahap inti ini pak Maskuri menjelaskan bahwa : “Pada tahap inti kegiatan ini pembimbing menyampaikan materi, materi disesuaikan dengan kebutuhan klien lansia. Dalam penyampaian materi lebih ditekankan pada hal ibadah, karena masih banyak dari klien yang masih malas dalam mengerjakan sholat. Menjelaskan tentang pentingnya 16
Hasil Wawancara I7 W1, No. 3, Baris ke 1-5.
102
ibadah sholat. Penyampaian materi ini terkadang diiringi dengan syair-syair islami, agar klien tidak merasa jenuh.Media yang digunakan dalam penyampkaian materi bimbingan agama adalah sound system dengan media ini materi bisa tersampaikan secara jelas. Pendekatan konseling yang digunakan dalam bimbingan agama adalah pendekatan direktif dimana pembimbing yang lebih aktif dalam kegiatan bimbingan agam tersebut. Tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan oleh pembimbing. Pembimbing memberikan kesempatan kepada para klien untuk menanyakan hal yang belum dipahami”.17
c. Penutup Kegiatan Setelah tahap inti maka tahap selanjutnya yaitu penutup, adapun pada tahap penutup ini pak Maskuri menjelaskan bahwa : “Sebagai penutup kegiatan bimbingan agama, pembimbing menyimpulkan materi yang telah dibahaskemudian diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh pembimbing”.18
Pelaksanaan bimbingan agam oleh pembimbing kedua yaitu : Bapak
Sofyan
Hadi
dari
Kementrian
Agama
Kab.Pemalang
menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan agama ada tiga tahap yaitu : pembukaan, inti dan penutup. a. Pembukaan Kegiatan Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Sofyan Hadiselaku pembimbing
(konselor),
pada
menjelaskan bawah :
17 18
Hasil Wawancara I7, W1, No. 2, Baris ke 8-11. Hasil Wawancara I7, W1, No. 3, Baris ke 3-9.
tahap
pembukaan
ini
beliau
103
“Dalam tahap pembukan pembimbing mengawali bimbingan agama dengan mengucapkan salam, pembimbing memimpin untuk wasilah Asmaul Husna, pembimbing bersama para klien menyanyikan sholawat nabi, sebagai permulaan bimbingan agar para klien semangat dalam mengikuti bimbingan agama, pembimbing menanyakan kabar para klien, hal ini dilakukan untuk menjali hubungan baik antara pembimbing dan klien”.19
b. Inti Kegiatan Setelah selesai pada tahap pembukaan maka tahap selanjutnya yaitu tahap inti kegiatan, pada tahap inti kegiatan ini pak Sofyan Hadi menjelaskan bahwa : “Pada tahap inti kegiatan pembimbing menyampaikan materi, materi disesuikan dengan kebutuhan klien lansia. Dalam penyampaian materi lebih ditekankan pada hal ibadah dan bermuamalah. Dalam hal ibadah menjelaskan tentang tata cara berwudhu yang benar sesuai syariat, tata cara sholat yang benar sesuai syariat, dan berdzikir agar selalu mengingat Allah. Dalam hal ini diharapkan agar para klien lansia lebih taat beribadah, selalu menjalankan sholat tanpa harus di suruh oleh petugas balai. Sedangkan dalam hal muamalah menjelaskan tentang bagaimana berhubungan dengan sesama manusia, bagaimana menjaga perasaan manusia lain agar tidak sampai menyakiti perasaannya.Penyampaian materi ini terkadang diiringi dengan syair-syair islami, agar klien tidak merasa jenuh. Media yang digunakan dalam penyampkaian materi bimbingan dan konseling agama adalah sound system dengan media ini materi bisa tersampaikan secara jelas. Pendekatan konseling yang digunakan dalam bimbingan agama adalah pendekatan direktif dimana pembimbing yang lebih aktif dalam kegiatan bimbingan agam tersebut. Tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan oleh pembimbing. Pembimbing memberikan kesempatan 19
Hasil Wawancara, I9 W1, No.3, Baris ke 3-8.
104
kepada para klien untuk menanyakan hal yang belum dipahami”. 20
c. Penutup Kegiatan Setelah tahap inti maka tahap selanjutnya yaitu penutup, adapun pada tahap penutup ini pak Sofyan Hadi menjelaskan bahwa : “Sebagai penutup kegiatan bimbingan agama, pembimbing dan para klien menyanyikan sholawat bersama-sama, kemudian pembimbing menekankan kembali apa yang menjadi pokok bahasan dalam bimbingan agama tersebut, kemudian diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh pembimbing”.21 Pelaksanaan bimbingan agam oleh pembimbing ketiga yaitu : Bapak Nasuha (Tokoh Masyarakat di Pemalang), menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan agama ada tiga tahap yaitu : pembukaan, inti dan penutup. a. Pembukaan Kegiatan Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Nasuha selaku pembimbing
(konselor),
pada
tahap
pembukaan
ini
beliau
menjelaskan bawah : “Dalam tahap pembukan pembimbing mengawali bimbingan agama dengan mengucapkan salam, pembimbing bersama para klien menyanyikan sholawat nabi, sebagai permulaan bimbingan agar para klien semangat dalam mengikuti bimbingan agama, pembimbing menanyakan kabar para klien, hal ini
20 21
Hasil Wawancara, I9 W1, No.3, Baris ke 12-16. Hasil Wawancara, I9 W1, No.4, Baris ke 18-22.
105
dilakukan untuk menjali pembimbing dan klien”. 22
hubungan
baik
antara
b. Inti Kegiatan Setelah selesai pada tahap pembukaan maka tahap selanjutnya yaitu tahap inti kegiatan, pada tahap inti kegiatan ini pak Nasuha menjelaskan bahwa : “Pada tahap inti kegiatan ini pembimbing menyampaikan materi, materi disesuikan dengan kebutuhan klien lansia. Dalam penyampaian materi lebih ditekankan pada hal ibadah, karena baground dari klien kurang mengetahui dalam hal keagamaan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas ibadah para klien.Penyampaian materi ini terkadang diiringi dengan syair-syair islami, agar klien tidak merasa jenuh.Media yang digunakan dalam penyampkaian materi bimbingan dan konseling agama adalah sound system dengan media ini materi bisa tersampaikan secara jelas. Pendekatan konseling yang digunakan dalam bimbingan agama adalah pendekatan direktif dimana pembimbing yang lebih aktif dalam kegiatan bimbingan agam tersebut. Tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan oleh pembimbing. Pembimbing memberikan kesempatan kepada para klien untuk menanyakan hal yang belum dipahami”. 23
c. Penutup Kegiatan Setelah tahap inti maka tahap selanjutnya yaitu penutup, adapun pada tahap penutup ini pak Nasuha menjelaskan bahwa : “Sebagai penutup kegiatan bimbingan agama, pembimbing menyimpulkan materi yang telah dibahas kemudian diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh pembimbing”.24 22
Hasil Wawancara I11 W1, No.3, Baris ke 1-3 Hasil Wawancara I11 W1, No.3, Baris ke 4-8. 24 Hasil Wawancara I11 W1, No.3, Baris ke 9-12. 23
106
2.
Keterlibatan klien dalam mengikuti bimbingan agama Keterlibatan klien dalam mengikuti bimbingan agama merupakan faktor yang penting,ketika klien benar-benar mengikuti kegiatan bimbingan dengan serius dan dapat memahami tentang materi yang disampaikan oleh pebimbing, serta dapat memberikan respon melalui tanya jawab tentang materi bimbingan maka klien akan mempunyai keterlibatan dalam bimbingan. Untuk mengetahui keterlibatan klien dalam kegiatan bimbingan agama, maka peneliti melakukan wawancara dengan pembimbing (konselor) dan hasil wawancaranya adalah sebagai berikut : “Ketika proses bimbingan dan konseling agama berlangsung ada respon / tanggapan dari klien misalnya ketika pembimbing menyanyikan sholawatan klien memberikan apresiasianya dengan ikut serta menyanyikan sholawatan, tetapi terkadang ada yang mengantuk.Kondisi fisik klien yang kurang sehat terkadang tidak semua klien mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling agama karena ada klien yang berhalangan mengikuti.dalam proses merubah perilaku klien untuk menjadi lebih baik itu prosesnya panjang tidak instan langsung berubah menjadi baik”.25
Selain itu ada pula pengaruh setelah diadakannya kegiatan bimbingan agama tersebut yaitu : “Dengan adanya bimbingan dan konseling agama tersebut hati mereka merasa tentram, sejuk, damai, sehingga klien lebih bisa mengelola stres dengan baik.Selain itu kualitas ibadah klien meningkat,yang tadinya tidak sholat menjadi sholat, yang tadinya tidak ikut berjama’ah menjadi rutin berjama’ah”. 26
25 26
Hasil Wawancara I7 W1, No.5, Baris ke 3-11. Hasil Wawancara I9 W1, No.7, Baris ke 6-9.
107
D. Implementasi Konseling Agama dalam Pengelolaan Stres pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang 1. Pelaksanaan Konseling Agama a. Pembukaan Kegiatan Pada tahap awal kegiatan ini pak M. Sudiyono menjelaskan bahwa: “Pada awal proses konseling agama berlangsung konselor menciptakan suasana yang nyaman. Dalam hal ini konselor menjalin hubungan baik dengan klien, konselor menyambut klien dengan senyuman, mempersilahkan klien duduk, memberikan perhatian penuh kepada klien, menanyakan kabar klien. Setelah dapat menjalin keakraban dengan klienbarulah secara perlahan konselor menanyakan masalah yang dialami klien”. 27 b. Inti Kegiatan Selanjutnya pada tahap inti kegiatan pak M. Sudiyono menjelaskan bahwa: “Pada tahap ini selanjutnya konselor menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Konselor menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien dengan penuh keakraban. Hal ini dilakukan agar konselor mengetahui masalah yang sedang dialami klien. Setelah konselor mengetahui masalah yang dialami klien maka konselor bersama klien merumuskan tujuan yang harus dilakukan klien untuk kedepannya agar kebih baik”. 28 Mengenai media yang digunakan dalam konseling agama pak M. Sudiyono menjelaskan bahwa : “Dalam konseling agama tidak menggunakan media sebagai perantara dalam menyampaikan pesan antara konselor dan klien, karena antara 27 28
Hasil Wawancara I13W2, No. 3, Baris ke 3-15. Hasil Wawancara I13W2, No. 4, Baris ke 3-15.
108
konselor dan klienface to face (berkomunikasi secara langsung). Namun tetap ada sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan konseling agama ini seperti adanya buku dan bolpoin sevagai pengadministrasian kegiatan konseling agama”. Sedangkan untuk metode yang digunakan konselor dalam konseling agama ini pak M. Sudiyono menjelaskan bahwa : “Metode yang digunakan konselor yaitu konselor membantu klien dalam mengatasi masalahnya dengan menggali daya berpikir mereka, konselor mengarahkan arus pikiran klien”.29
Terkait masalah yang dibahas dalam konseling agama adalah sesuai dengan topik permasalahan yang sedang dialami klien Berdasarkan hasil wawancara dengan bu Ratna Utami selaku petugas pengadministrasi rehab dan penyantunan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, menjelaskan bahwa masalah yang dialami oleh klien bermacam-macam diantaranya : “ a) Klien pertama, masalah klien terkait kurang paham dalam hal ibadah sholat. Dalam hal ini konselor memberikan penjelasana kepada klien tentang cara beribadah yang benar sesuai dengan syari’at islam, b) Klien kedua,merasa cemas dengan permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga klien meminta meminta air putih berkah dari pembimbing (Pak Kyai), hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa cemas terhadap masalah yang sedang dialami dan dapat memberikan rasa nyaman, c) Klien ketiga, klienmerasakan keresahan hati karena su’udhon kepada orang lain dan mengakibatkan sakit tidak sembuh-sembuh. Dalam hal ini konselor memberikan pemahaman agar tidak bersu’udhan
29
Hasil Wawancara I13W2, No. 4, Baris ke 16-27.
109
kepada orang lain, karena hal ini termasuk penyakit hati, dan akan menyebabkan penyakit fisik. 30
Berkaitan dengan hal ini bu Paulina Sri Lestari selaku pekerja sosial muda di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang juga memberikan penjelaskan bahwa : “ Ada juga klien yang sakit tunanetra klien ini sakit pinggang tidak sembuh-sembuh, tetapi dia malah menyalahkan doktern yang memberikan obat, katanya “obatnya sudah habis tetapi penyakitnya tidak sembuh-sembuh, kalau berobat di pak dokter yang di rumah itu bisa sembuh, kalau tidak sembuh-sembuh saya mau minta di operasi”. Selain itu seolah-olah klien ini tidak percaya adanya sang pencipta, klien tidak percaya kalau yang memberikan dan menyembuhkan penyakit itu adalah Allah SWT. Hal ini karena klien mengatakan saya sudah berdo’a terus tapi penyakit saya tidak sembuh-sembuh. Dalam hal ini kita memberikan pemahaman kepada klien bahwa yang memberikan sakit itu Allah SWT dan yang menyembuhkan juga Allah SWT, maka klien harus terus berdo’a kepada Allah SWT jangan mengeluh, karena kalau mengeluh nanti Allah penyakit klien bisa bertambah dan walaupun sakit harus tetap bersyukur karena masih bisa makan, bisa berjalan. ”.31
c. Penutup Kegiatan Adapun pada
tahap penutup kegiatan pak M. Sudiyono
menjelaskan bahwa : “Konselor menyampaikan bahwa proses konseling agama akan berakhir. Jika proses konseling masih perlu diadakan maka antara konselor dan klien
30 31
Hasil Wawancara I12 W1, No.3, Baris ke 4-14. Hasil Wawancara, I14 W2, No.2, Baris ke 27-46.
110
menyepakati waktu, kapan proses konseling agama akan di lanjutkan”. 32
2. Keterlibatan klien dalam mengikuti kegiatan konseling agama Keterlibatan klien dalam layanan konseling agama merupakan faktor penting, karena berhasil tidaknya proses konseling agama ini tergantung bagaimana keterlibatan klien di dalam layanan konseling agama ini, ketika klien tidak begitu terlibat dalam layanan konseling agama ini maka konselor sulit untuk memberikan alternatif pemecahan masalah yang sedang dialami klien. Berdasarkan hasil wawancara dengan bu Ratna Utami selaku pengadministrasi rehab dan penyantunan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang, beliau menjelaskan bahwa : “Ketika proses konseling agama berlangsung klien aktif menyampaikan permasalahan yang sedang dihadapi, tetapi terkadang ada juga yang tertutup / malu dalam menceritakan masalahnya”. 33
Berkaitan dengan hal ini pak M Sudiyonoselaku kepala seksi bimbingan sosial di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang juga memberikan penjelaskan bahwa : “Ketika pada waktu ini klien tidak mau menceritakan masalahnya kita coba di lain waktu kita menanyakan kembali permasalahan apa yang sedang dialami oleh klien”. 34
32
Hasil Wawancara I13W2, No. 6, Baris ke 4-9. Hasil Wawancara I12,W1, No. 6, Baris ke 4-9. 34 Hasil Wawancara I13W2, No. 5, Baris ke 8-12. 33
111
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan dan Konseling Agama dalam Pengelolaan Stres pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang. 1. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan Agama a. Faktor Pendukung Berhubungan dengan faktor pendukung dalam proses bimbingan agama peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan pak Nasuha selaku pembimbing (konselor) agama, hasil wawancaranya yaitu sebagai berikut : “Faktor pendukung terseenggarannya bimbingan agama diantaranya: 1) Persiapan dari petugas, petugas mempersiapkan ruangan, mempersiapkan sound system yang digunakan sebagai media menyampaian pesan dalam bimbingan agama, mengajak para klien untuk berkumpul ke aula.Selain itu petugas juga mempersiapkan kursi untuk para klien dan pembimbing, 2) Ada kemauan dari klien untuk mengikuti kegiatan bimbingan agama, adanya kemauan dari klien merupakan faktor yang penting dalam bimbingan agama, karena jika tidak ada kemauan dari klien maka pelaksanaan bimbingan gama tidak berjalan efektif. Hal ini mungkin karena klien hanya ikut-ikutan atau terpaksa mengikuti layanan bimbingan agama, sehingga dalam pelaksanaan bimbingan agama klien mengantuk atau bahkan mengobrol sendiri, 3) Adanya motivasi yang kuat dari pembimbing untuk mengamalkanilmunya, motivasi merupakan suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.Motivasi yang kuat dari pembimbing merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan agama, hal ini karena jika pembimbing tidak ada motivasi maka pelaksanaan bimbingan agama tidak berjalan secara efektif. Dalam pelaksanaan bimbingan agama, pembimbing sebagai motor penggerak untuk dapat mengubah prilaku klien ke arah yang lebih baik, seperti : memberikan dorongan kepada klien untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupannya, serta memberikan nasehat-nasehat tertentu, 4) Sarana dan prasarana yang memadai, sarana dan prasarana
112
sangat mendukung terlaksananya bimbingan agama, seperti tersedianya kursi dan meja, adanya kipas angin di dalam ruangan, adanya buku catatan dan bolpoin untuk mengadministrasi kegiatan agama”. 35
b. Faktor Penghambat Selain faktor pendukung di atas, juga terdapat faktor penghambat. Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di apangan menunjukkan
bawah
yang
menjadi
faktor
penghambat
dalam
pelaksanaan layanan bimbingan agama adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh pak M. Sudiyono, beliau menjelaskan bawah : “ 1) Ketika listrik mati maka proses bimbingan agama mengalami kendala, karena dalam kegiatan ini menggunakan sound systemsebagai media untuk mempermudah dalam penyampaian pesan dalam bimbingan agama, maka ketika listrik mati kegiatan bimbingan agama akan mengalami hambatan dan kegiatan menjadi tidak kondusif, 2) Ketika musim hujan banyak klien yang tidak hadir, hal ini karena para lansia susah untuk menuju aula balai karena di balai belum ada atap yang menghubungkan antara gedung yang satu dengan gedung yang lain, 3) Tidak semua klien mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling agama karena terhalang oleh faktor kesehatan yaitu mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan. Hal ini menjadikan tidak semua klien lansia dapat mengikuti kegiaatan bimbingan agama”. 36
Terkait dengan hal itu peneliti juga melakukan wawancara dengan pembimbing (konselor) bimbingan agama, Pak Sofyan Hadi menjelaskan bahwa :
35 36
Hasil Wawancara I11W, No.4, Baris ke 4-15. Hasil Wawancara I10 W1, No3, Baris ke 14 – 28.
113
“Faktor yang menghambat terlaksananya bimbingan agama yaitu : 1) Faktor usia para klienalam hal ini ketika pembimbing memberikan bimbingan kepada klien lansia berbeda dengan klien yang remaja atau dewasa,dalam memberikan bimbingan harus lebih sabar, 2) Latar belakang klien yang berbeda, lansia yang ada di balai mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ada yang sudah taat beribadah, ada yang kurang dalam beribadah, ada yang kurang dalam pengetahuan agamanya, dan ada pula yang sama sekali tidak mengenal sholat atau mengaji. Hal ini menjadi faktor penghambat dalam memberikan bimbingan agama karena pembimbing perlu memberikan perhatian khusus untuk bisa memahami kebutuhan klien”. 37
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Konseling Agama a. Faktor pendukung Sama halnya dengan layanan bimbingan agama, dalam konseling agama juga ada faktor pendukungnya, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan pak M. Sudiyono selaku kepala kepala seksi bimbingan sosial di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bisma Upakara Pemalang sekaligus pembimbing (konselor) dalam konseling agama, berikut ini penjelasan dari beliau : “1) Petugas mempersiapkan ruangan, ruangan yang sekiranya tidak banyak khalayak ramai sehingga klien bisa leluasa mengutarakan masalah yang dialami,mempersiapkan klien yang akan mengikuti konseling agama, selain juga mempersiapkan kursi untuk klien dan pembimbing, 2) Tersedianya sarana dan prasarana sangat mendukung terlaksananya bimbingan agama, seperti tersedianya kuris dan meja, adanya kipas angin di dalam ruangan, adanya buku catatan dan bolpoin untuk mengadministrasi kegiatan agama, 3) Kesediaan klien untuk melakukan konseling agama, adanya kemauan dari klien merupakan faktor yang penting dalam konseling agama, karena jika tidak ada kemauan dari klien maka pelaksanaan bimbingan gama tidak berjalan 37
Hasil Wawancara I9 W1, No.4, Baris ke 6-19.
114
efektif, klienmerasa terpaksa mengikuti layanan konseling agama. 38
b. Faktor Penghambat Selain faktor pendukung di atas, juga terdapat faktor penghambat. Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di lapangan menunjukkan
bawah
yang
menjadi
faktor
penghambat
dalam
pelaksanaan layanan bimbingan agama adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh bu Ratna Utami, beliau menjelaskan bawah : “Yang menjadi faktor penghambat dalam layanan konseling agama adalah : 1)Fisik yang kurang sehat dari para klien lansiakarena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan, 2) Berasal dari latar belakang yang berbeda-beda ada yang sudah taat beribadah, ada yang kurang dalam beribadah, ada yang kurang dalam pengetahuan agamanya, dan ada pula yang sama sekali tidak mengenal sholat ataupun mengaji, sehinnga hal ini membutuhkan perhatian yang khusus dari pembimbing untuk bisa memahami kebutuhan klien”. 39
38 39
Hasil Wawancara I10 W1 No3, Baris ke 4 - 11 Hasil Wawancara I12W1 No.7, Baris ke 14-19.