BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM
III.1. Analisa Masalah PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Perusahaan ini telah banyak memberikan konstribusi yang besar dalam memasok kebutuhan listrik untuk masyarakat. Selaku perusahaan BUMN yang menangani masalah kepentingan listrik dan memberikan jumlah pasokan listrik kepada masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, tentunya PT. PLN (Persero) memberikan pelayanan sebagai upaya pasti dalam memberikan public service yang maksimal untuk kepentingan dan kemajuan bersama. Proses penentuan pemakaian tenaga listrik merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh PLN dalam medistribusikan listrik ke masyarakat khususnya tarif rumah tangga. Kebanyakan masyarakat sekarang belum mengerti dalam menentukan pemakaian tenaga listrik yang tepat sesuai dengan kebutuhan rumahnya. Dalam berbagai faktor penting pihak PLN memberikan beberapa kebijakan bagi pelanggan dalam menentukan pemakaian tenaga listriknya. Untuk itu maka akan dibangun sebuah sistem yang akan berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk menentukan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga pada PT. PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota dengan menggunakan metode AHP dan data hasil penghitungan AHP (Analytical Hierarchy Proccess).
39
40
III.2.
Penerapan Metode Analytical Hierarchy Proccess Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty
dari Wharton School Of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur kedalam kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut dalam suatu susunan hierarki, memasukan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dalam suatu sintesis ditentukan AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang komplek/ rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai numerik untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan mensistematis penilaian untuk variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang akan memppengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi dengan cara logis yang di pengaruhi imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika,
intuisi
dan
juga
pengalaman.
AHP
merupakan
suatu
proses
mengidentifikasi, dan memberikan perkiraaan interaksi sistem secara keseluruhan. (Tominanto ; 2012 :2).
41
Dalam metode Analytical Hierarchy Proccess dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini penulis berusaha menentukan masalah
yang akan
dipecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada penulis coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah dari satu. Solusi tersebut nantinya penulis kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. 2.
Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hierarki yang berada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang penulis berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3.
Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseuluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yang mendominasi dan
42
didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengabil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih subuah kriteria dari level yang paling atas, hiraki misalnya K, dan kemudian dari level bibawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1, E2, E3, E4, E5. 4.
Melakukan medefenisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen akan berupa angka dan 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan-perbandingan
berpasangan
dan
maknanya
yang
diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat dibawah Intensitas Kepentingan: a. 1 berarti kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar. b. 3 berarti elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemenyang lainnya. Pengalaman dan penilain sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya.
43
c. 5 berarti elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya. Pengalaman
dan
penilain
sedikit
menyokong
satu
elemen
dibandingkan elemen yang lainnya. d. 7 berarti satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. e. 9 berarti satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. f. 2, 4, 6, 8 berarti nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannnya sebanding dengan i. 5.
Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6.
Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7.
Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot dari setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Perhitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan
44
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8.
Memeriksa konsistensi hirarki. Adapun yang diukur dalam Analytical Hierarchy Proccess adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar sihasillkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.(Yusuf Anshori;2012:127)
III.3. Kriteria dan Metode Analytical Hierarchy Proccess Pada proses penentuan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga dengan metode AHP terdapat hirarki sistem yang telah disesuaikan dengan tujuan awal penelitian yaitu penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga. Hirarki proses ini sebelumnya telah dijelaskan pada bab Landasan teori hanya secara umum sesuai dengan konsep AHP. Hirarki sistem ini sebenarnya adalah dekomposisi dari masalah penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga. Menentukan tujuan (penentuan pemakaian listrik), mencari kriteria tepat yang digunakan untuk menyelesaikan tujuan serta dekomposisi dari kriteria yang telah ditentukan. Dekomposisi ini merupakan penjabaran dari kriteria yang telah ditentukan yang menghasilkan identifikasi-identifikasi item dekomposisi masalah dalam menentukan pemakaian tenaga listrik khusus rumaha tangga. Dalam matriks keputusan tujuan ini disebut goal. Sedangkan Jumlah Tanggungan Keluarga, Barang Elektronik, Penghasilan Per Bulan, Luas Bangunan dan Pemakaian Listrik merupakan atribut yang merupakan karakteristik
45
atau kriteria dari keputusan. Tiap kriteria ini memiliki item penilaian dimana setiap elemen item berhubungan erat dengan kriteria tersebut. Semua item penilaian itu dihubungkan secara langsung dengan kriterianya dan membentuk pohon hirarki yang dapat terlihat pada gambar III.3. Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Tujuan
Kriteria
Jlh Tanggungan Keluarga
Sub Kriteria
Alternatif
Barang Elektronik
Tinggi
Pelanggan 1
Pelanggan 2
Pengahasilan Per Bulan
Sedang
Pelanggan 3
Luas Bangunan
Pemakaian Listrik
Rendah
Pelanggan 4
Pelanggan 5
Gambar III.1. Bagan Hierarki Tujuan Proses Penentuan Pemakaian Listrik Khusus Rumah Tangga
Menurut Jurnal (Hilyah Magdalena;2010:193) menjelaskan bahwa Analytical Hierarchy Proccess (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi krieria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty, hirarki didefenisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
46
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya kebawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan kedalam kelompokkelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu beentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut; 1. Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Tabel III.1. Perbandingan Matriks Berpasangan Jumlah Tanggungan
Barang
Penghasilan
Luas
Pemakaian
Keluarga
Elektronik
Per Bulan
Bangunan
Listrik
1/1
1/1
1/5
1/3
1/5
1/1
1/1
1/5
3/1
1/3
5/1
5/1
1/1
5/1
1/3
3/1
1/3
1/5
1/1
1/3
Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga
Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan
47
Pemakaian
5/1
3/1
3/1
3/1
1/1
Listrik
Cara pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel III.1. 1. Elemen a[i,i] = 1 dimana i = 1, 2, . . . . . , n ( Untuk penelitian ini n = 5). 1/1 = 1 | 1/1 = 1 | 1/5 = 0,2 | 1/3 = 0,3333 | 1/5 = 0,2 1/1 = 1 | 1/1 = 1 | 1/5 = 0,2 | 3/1 = 3 | 1/3 = 0,3333 5/1 = 5 | 5/1 = 5 | 1/1 = 1 | 5/1 = 5 | 1/3 = 0,3333 3/1 = 3 | 1/3 = 0,3333 | 1/5 = 0,2 | 1/1 = 1 | 1/3 =0,3333 5/1 = 5 | 3/1 = 3 | 3/1 = 3 | 3/1 = 1 | 1/1 = 1
Tabel III.2. Hasil Perhitungan Kriteria
Jumlah Tanggungan
Barang
Penghasilan
Luas
Pemakaian
Keluarga
Elektronik
Per Bulan
Bangunan
Listrik
1
1
0,2
0,3333
0,2
1
1
0,2
3
0,3333
5
5
1
5
0,3333
3
0,3333
0,2
1
0,3333
5
3
3
3
1
Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga
Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik
48
Setelah memasukkan hasil perhitungan kriteria, langkah selanjutnya menentukan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus : tiap-tiap sel pada Tabel III.2. dibagi dengan masing-masing jumlah kolom. Tabel III.3. Hasil Perhitungan Kriteria
Jumlah Tanggungan
Barang
Penghasilan
Luas
Pemakaian
Keluarga
Elektronik
Per Bulan
Bangunan
Listrik
1
1
0,2
0,3333
0,2
1
1
0,2
3
0,3333
5
5
1
5
0,3333
3
0,3333
0,2
1
0,3333
5
3
3
3
1
15
10,33
4,60
12,33
2,20
Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga
Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah
(∑)
Diketahui : 1 + 1 + 5 + 3 + 5 = 15 1 + 1 + 5 + 0,3333 + 3 = 10,33 0,2 + 0,2 + 1 + 0,2 + 3 = 4,60 0,3333 + 3 + 5 + 1 + 1 = 12,33 0,2 + 0,3333 + 0,3333 + 0,3333 + 1 = 2,20
49
Setelah memasukkan hasill perbandingan matriks, dihasilkan nilai pembagian jumlah kolom yang rumusnya adalah masing-masing sel pada Tabel III.3. dibagi dengan jumlah kolom masing-masing. Hasilnya ditampilkan seperti pada Tabel III.4.
Tabel III.4. Perhitungan Pembagian Jumlah Kolom Jumlah Tanggungan
Barang
Penghasilan
Luas Bangunan
Pemakaian
Keluarga
Elektronik
Per Bulan
1/15
1/10,33
0,2/4,60
0,3333/12,33
0,2/2,20
1/15
1/10,33
0,2/4,60
3/12,33
0,3333/2,20
5/15
5/10,33
1/4,60
5/12,33
0,3333/2,20
3/15
0,3333/10,33
0,2/4,60
1/12,33
0,3333/2,20
5/15
3/10,33
3/4,60
1/12,33
1/2,20
Listrik
Tabel III.5. Hasil Nilai Pembagian Jumlah Kolom Jumlah Tanggungan
Barang
Penghasilan
Luas
Pemakaian
Keluarga
Elektronik
Per Bulan
Bangunan
Listrik
0.0968
0.0435
0.0270
0.0909
0.0968
0.0435
0.2432
0.1515
0.4839
0.2174
0.4054
0.1515
0.0323
0.0435
0.0811
0.1515
0.2903
0.6522
0.2432
0.4545
0.0667 0.0667 0.3333 0.2000 0.3333
50
Diketahui : 0.0667 + 0,0968 + 0,0435 + 0,0270 + 0,0909 = 0,3249 0.0667 + 0,0969 + 0,0435 + 0,2432 + 0,1515 = 0,6017 0.3333 + 0,4839 + 0,2174 + 0,4054 + 0,1515 = 1,5919 0.2000 + 0,0323 + 0,0435 + 0,0811 + 0,1515 = 0,5083 0.3333 + 0,2903 + 0,6522 + 0,2432 + 0,4545 = 1,9736
Tabel III.6. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris
Jumlah Tanggungan
Barang
Penghasilan
Luas
Pemakaian
Jumlah
Keluarga
Elektronik
Per Bulan
Bangunan
Listrik
Baris
0.0667
0.0968
0.0435
0.0270
0.0909
0.0667
0.0968
0.0435
0.2432
0.1515
0.3333
0.4839
0.2174
0.4054
0.1515
0.2000
0.0323
0.0435
0.0811
0.1515
0.3333
0.2903
0.6522
0.2432
0.4545
0,3249 0,6017 1,1519 0,5083 1,9736
Sedangkan untuk menghitung prioritas kriteria digunakan rumus jumlah baris pada Tabel III.6. dibagi dengan banyaknya kriteria (5), Hasilnya ditampilkan pada Tabel III.7.
51
Tabel III.7. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris Kriteria
∑ Jumlah Baris
Jumlah Tanggungan Keluarga
0,3249/5
Barang Elektronik
0,6017/5
Penghasilan Per Bulan
1,5919/5
Luas Bangunan
0,5083/5
Pemakaian Listrik
1,9736/5
Setelah melakukan perhitungan prioritas kriteria, maka hasil penilaian prioritas kriteria sebagai berikut.
Tabel III.8. Nilai Prioritas Kriteria Kriteria
Prioritas Kriteria
Jumlah Tanggungan Keluarga
0,0650
Barang Elektronik
0,1203
Penghasilan Per Bulan
0,3183
Luas Bangunan
0,1017
Pemakaian Listrik
0,3947
Tabel III.9. Tabel Matriks Penjumlahan Setiap Baris Jumlah Tanggungan
Barang
Penghasilan
Luas
Pemakaian
Jumlah
Keluarga
Elektronik
Per Bulan
Bangunan
Listrik
Baris
0.0650
0.0650
0.0130
0.0217
0.0130
0,1776
52
0.1203
0.1203
0.1203
0.3610
0.0401
0,6659
1.5915
1.5915
0.3183
1.5915
0.1061
5,1990
0.3050
0.0339
0.0203
0.1017
0.0339
0,4948
1.9736
1.1842
1.1842
1.1842
0.3947
5,9209
Nilai 0.0650 pada baris Jumlah Tanggungan Keluarga kolom Jumlah Tanggungan Keluarga diperoleh dari prioritas nilai tertinggi dikalikan dengan nilai baris Jumlah Tanggungan Keluarga kolom Jumlah Tanggungan Keluarga. Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 1 = 0.0650 x 1 = 0.0650 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 2 = 0.1203 x 1 = 0.1203 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 3 = 0,3183 x 5 = 1.5915 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 4 = 0,1017 x 3 = 0.3050 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 5 = 0,3947 x 5 = 1.9736 Selanjutnya dihitung dengan cara yang sama. Kolom jumlah diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing baris pada tabel tersebut. Tanggungan Keluarga= 0.0650+0.0650+0.0130+0.0217+0.0130= 0.1776 Barang Elektronik = 0.1203+0.1203+0.1203+0.3610+0.0401= 0,6659 Penghsilan Per Bulan = 1.5915+1.5915+0.3183+1.5915+0.1061= 5,1990 Luas Bangunan = 0.3050+0.0339+0.0203+0.1017+0.0339= 0,4948 Pemakaian Listrik =1.9736+1.1842+1.1842+1.1842+0.3947=5,9209
53
Menghitung Rasio Konsistensi Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) < = 0,1. Jika nilai CR > 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan harus dihitung ulang. Diketahui : 0.1776 + 0,0650= 0,2426 0,6659 + 0,1203= 0,6659 5,1990 + 0,3183= 5,1990 0,4948 + 0,1017= 0,4948 5,9209 + 0,3947= 5,9249 Tabel III.10. Tabel Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria
Jumlah/Baris
Prioritas
Hasil
0.1776
0.0650
0.2426
0.6659
0.1203
0.7862
5.1990
0.3183
5.5173
0.4948
0.1017
0.5964
5.9209
0.3947
6.3156
Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik
Jumlah
13,4580
Tabel III.11. Tabel Index Random (IR) n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
R1
0
0
0,58
0,9
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
10 1,49
54
Kolom jumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah kolom, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas. Dari Tabel III.10. diperoleh nilainilai Jumlah (jumlah dari nilai-nilai hasil): 13,4580 n (jumlah kriteria) = 5 ∆Maks(jumlah/n) = 13,4580 / 5 = 2,692 Ci(Max-n)/n = (2,692 – 5)/5 = -0,46 CR(Ci/IR) = -0,46/1,12 = -0,41 Dari perhitungan diatas dihasilkan nilai CR < 0,1 , sehingga perhitungan rasio konsistensi tersebut bisa diterima atau konsisten. Untuk menentukan Prioritas SubKriteria dilakukan dengan cara yang sama seperti menentukan Prioritas Kriteria perbedaannya untuk menentukan Prioritas SubKriteria dimana nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. Adapun langkah – langkah untuk mengetahui nilai Prioritas SubKriteria di jelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel III.12. Perbandingan SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Jlh Tanggug Klg Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tinggi 1 0.333333333 0.2 1.533333333
Sedang 3 1 0.2 4.2
Rendah 5 5 1 11
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga, maka hasil penilaian SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga adalah sebagai berikut :
55
Tabel III.13. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Jlh Tanggug Tinggi Klg Tinggi 0.652173913 Sedang 0.217391304 Rendah 0.130434783
Sedang
Rendah
0.7142857 0.2380952 0.047619
Jumlah
Prioritas
Prioritas Sub Kriteria
0.454545 1.821005082 0.364201016 1 0.454545 0.910031997 0.182006399 0.499741602 0.090909 0.268962921 0.053792584 0.147700258
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Barang Elektronik seperti pada Tabel III.14 Tabel III.14. Perbandingan SubKriteria Barang Elektronik Barang Elektronik Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tinggi
Sedang
Rendah
1 0.5 0.2 1.7
2 1 0.3333333 3.3333333
5 3 1 9
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Barang Elektronik, maka hasil penilaian SubKriteria Barang Elektronik adalah sebagai berikut : Tabel III.15. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Barang Elektronik Barang Elektronik
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah
Prioritas
Prioritas Sub Kriteria
Tinggi
0.588235294
0.60000
0.555556
1.74379085
0.34875817
1
Sedang
0.294117647
0.30000
0.333333
0.92745098
0.185490196
0.53185907
Rendah
0.117647059
0.10000
0.111111
0.32875817
0.065751634 0.188530735
56
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Barang Elektronik, maka
langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria
Penghasilan Perbulan seperti pada Tabel III.15. Tabel III.16. Perbandingan SubKriteria Penghasilan Perbulan Penghasilan Perbulan Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tinggi
Sedang
Rendah
1 0.2 0.333333333 1.533333333
5 1 0.2 6.2
3 5 1 9
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Suhu Penghasilan Perbulan , maka hasil penilaian SubKriteria Penghasilan Perbulan adalah sebagai berikut: Tabel III.17. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Penghasilan Perbulan Penghasilan Perbulan Tinggi Sedang Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
0.652173913 0.130434783 0.217391304
0.8064516 0.1612903 0.0322581
0.333333 0.555556 0.111111
Jumlah
Prioritas
1.791958859 0.358391772 0.847280661 0.169456132 0.36076048 0.072152096
Prioritas Sub Kriteria 1 0.472823724 0.201321854
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Penghasilan Perbulan, maka
langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Luas
Bangunan seperti pada Tabel III.18. Tabel III.18. Perbandingan SubKriteria Luas Bangunan Luas Bangunan Lebar Sedang Sempit Jumlah
Lebar 1 0.333333333 0.2 1.533333333
Sedang 3 1 0.3333333 4.3333333
Sempit 5 3 1 9
57
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Luas Bangunan, maka hasil penilaian SubKriteria Luas Bangunan adalah sebagai berikut : Tabel III.19. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Luas Bangunan Luas Lebar Bangunan Lebar 0.652173913 Sedang 0.217391304 Sempit 0.130434783
Sedang 0.6923077 0.2307692 0.0769231
Prioritas Sub Kriteria 0.555556 1.900037161 0.380007432 1 0.333333 0.781493868 0.156298774 0.411304518 0.111111 0.318468971 0.063693794 0.167611969 Sempit
Jumlah
Prioritas
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Luas Bangunan, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik seperti pada Tabel III.20. Tabel III.20. Perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik Pemakaian Listrik Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tinggi 1 0.2 0.333333333 1.533333333
Sedang 5 1 0.3333333 6.3333333
Rendah 3 3 1 7
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik, maka hasil penilaian SubKriteria Pemakaian Listrik adalah sebagai berikut :
Tabel III.21. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Pemakaian Listrik Pemakaian Tinggi Listrik Tinggi 0.652173913 Sedang 0.130434783 Rendah 0.217391304
Sedang 0.7894737 0.1578947 0.0526316
Prioritas Sub Kriteria 0.428571 1.870219026 0.374043805 1 0.428571 0.716900948 0.14338019 0.383324594 0.142857 0.412880026 0.082576005 0.2207656 Rendah
Jumlah
Prioritas
58
Setelah mendapatkan kriteria penilaian dari masing-masing kriteria, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai kualitas. Hasilnya dapat dilihat pada table III.22. Tabel III.22. Penentuan Pemakaian Listrik Nilai
Keterangan
1 - 0.92
Tertinggi
0.91 - 0.77
Tertinggi
0.76 - 0.30
Tertinggi
0.29 - 0.01
Terendah
Setelah menentukan nilai kualitas, langkah selanjutnya adalah menentukan hasil akhir penilaian. Hasilnya dapat dilihat pada table III.23.
Tabel III.23. Hasil Akhir Penilaian Id Pel
Nama Pelangga n
Tari f
P1000 1
Giatno
R1
P1000 2
Tan Book Hoo
R1
P1000 3
Sugeng
R1
P1000 4
Dadang
R1
Daya
900
900
450
1300
Alamat
Jl.Kesawan
Jl.Asia
Jl.Palmerah
Jl.Aksara
Jlh Tanggungan
Brg Elektro
Penghasiln
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Luas Bgn
Pmkian Total
Keteranga n
Rendah
Sedang
0.26715 664
Terendah
Tinggi
Rendah
0.28715 664
Terendah
Tinggi
Tinggi
0.35600 0
Tertinggi
Sedang
Tinggi
0.31924 656
Tertinggi
Angka pada kolom Nilai baris P10001 (0.26715664) di peroleh dari Nilai Prioritas Kriteria dikali dengan Prioritas SubKriteria per baris setelah hasil
59
Prioritas kriteria dan Prioritas SubKriteria didapat kemudian dijumlahkan hasil Prioritas Kriteria dan Prioritas SubKriteria tersebut. Untuk mendapatkan Total dan Keterangan, Nilai yang didapat dari penjumlahan tersebut disesuaikan dengan nilai standart pada Tabel III.22.
III.3.1. Pembahasan Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode pencarian keputusan yang akan menghasilkan hasil keputusan yang rasional. Keputusan yang rasional didefenisikan sebagai keputusan terbaik. Kunci utama keputusan yang rasional tersebut meliputi alternatif dan kriteria yang menuju ke tujuan yang diinginkan dan berdasarkan pada sumber-sumber yang ada. Rumus untuk menentukan Rasio Konsistensi (CR) Indeks Konsistensi dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus : maksimum - n CI = n-1
Keterangan : CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index) maksimum = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n maksimum didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vektor utama. Apabila CI = 0, berarti matriks konsisten. Batas ketidak konsistenan yang ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni
60
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai RI bergantung pada ordo matriks n. III.4. Desain Sistem Perancangan desain sistem akan di bangun menggunakan pemodelan Unified Modelling System (UML). Diagram-diagram yang digunakan use case diagram, class diagram, activity diagram dan sequence diagram. III.4.1. Usecase Diagram Secara garis besar, bisnis proses sistem yang akan dirancang digambarkan dengan usecase diagram dari “Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga pada PT.PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota” yang terdapat pada Gambar III.1.
Gambar III.1. Use Case Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Metode AHP
61
III.4.2. Class Diagram Class diagram pada aplikasi yang akan dibangun untuk Admin. Untuk masuk ke aplikasi seorang admin harus melakukan proses yaitu mulai dari login admin untuk proses selanjutnya yaitu mengelola data pelanggan, mengelola nilai kriteria dan sinkronisasi hasil keputusan. Class diagram akan menampilkan manipulasi pada sistem yang akan dibangun ditunjukkan pada gambar III.2.
Gambar III.2. Class Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Metode AHP
62
III.4.3. Activity Diagram Setiap aktifitas suatu aktor dieksentasikan ke aktifitas aktor lain dapat disatukan dengan swimline. Aktifitas yang terjadi pada sistem yang akan dibangun memiliki gabungan aktifitas antar Admin. 1.
Activity Diagram Login User
Sistem
Login
Input Username dan Password
Otentikasi
Tidak Sesuai
Ya
Beranda
Gambar III.3. Activity Diagram Login
63
2.
Activity Diagram Data Pelanggan
Gambar III.4. Activity Diagram Data Pelanggan
64
3.
Activity Diagram Prioritas Kriteria
Gambar III.5. Activity Diagram Prioritas Kriteria
65
4.
Activity Diagram Penilaian
Gambar III.6. Activity Diagram Hasil Keputusan
66
III.4.4. Sequence Diagram Penggambaran kolaborasi antar objek dari kelas-kelas yang ada serta peran dari jawaban yang diterima atau dikirim oleh objek. Sequence diagram pada aplikasi yang akan dibuat yaitu adalah sebagai berikut. 1.
Sequence Diagram Login Adapun bentuk rancangan tentang login yang dirancang penulis adalah
sebagai berikut :
III.7. Sequence Diagram Login
67
2.
Sequence Diagram Data Pelanggan Adapun bentuk rancangan tentang data pelanggan yang dirancang penulis
adalah sebagai berikut :
III.8. Sequence Diagram Data Pelanggan
3.
Sequence Diagram Prioritas Kriteria Adapun bentuk rancangan tentang halaman beranda yang dirancang
penulis adalah sebagai berikut :
Gambar III.9. Sequence Diagram Prioritas Kriteria
68
4.
Sequence Diagram pada halaman Penilaian Adapun bentuk rancangan tentang halaman beranda yang dirancang
penulis adalah sebagai berikut :
Gambar III.10. Sequence Diagram pada halaman Penilaian
69
III.5. Desain User Interface III.5.1. Desain Input Desain input merupakan masukan yang penulis rancang guna lebih memudahkan dalam entry data. Entry data yang dirancang akan lebih mudah dan cepat dan meminimalisir kesalahan penulisan dan memudahkan perubahan. 1. Desain Tampilan Halaman Login Admin Berikut ini desain tampilan halaman login admin : SIGN IN
Gambar
Username Password
Login
Reset
Keluar
Gambar III.12. Desain Tampilan Login
2. Desain Tampilan Halaman Home Desain sistem ini berisikan tampilan hasil yang akan diperoleh dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota oleh Pengguna yaitu berupa halaman beranda, seperti pada gambar III.11. berikut ini:
70
Form Utama Gambar File Database
Form Perhitungan
Tentang Saya
Form Perhitungan & Perbandgan
Log Out
Laporan
Exit
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP
Footer
Gambar III.13. Desain Form Perancangan Halaman Home
3. Desain Form Halaman Profil Halaman Profil merupakan halaman yang menampilkan profil Instansi PT. PLN (Persero) yang berisi Visi dan Misi PT.PLN (Persero) seperti pada gambar III.12. berikut :
71
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP
Home Profil
Gambar III.14. Desain Form Perancangan Halaman Profil PT.PLN (Persero)
4. Desain Form Tampilan Halaman Akhir Penilaian Halaman hasil penilaian merupakan halaman yang menampilkan hasil dari data perhitungan nilai kriteria pelanggan pada PT. PLN (Persero) seperti pada gambar III.13. berikut:
72
CSistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP
Hasil Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Id_Pel
Nama
Tarif
Daya
Almt
Jumlah Tanggun gan Kluarga
Brg Elektroni k
Pengha silan Perbula n
Luas Bang unan
Pemak aian Listrik
Nilai Hasil
Total
cetak
Gambar III.15. Desain Form Perancangan Halaman Hasil Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP
III.6.1. Desain Database Desain database terdiri dari tahap merancang kamus data, melakukan normalisasi tabel, merancangan struktur tabel dan membangun Entity Relationship Diagram (ERD). III.6.1.1. Kamus Data Kamus data merupakan sebuah daftar yang terorganisasi dari elemen data yang berhubungan dengan sistem, dengan definisi yang tepat dan teliti sehingga
Ket
73
pemakai dan analis sistem akan memiliki pemahaman yang umum mengenai input, ouput, dan komponen penyimpanan. Berikut kamus data dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP : Admin
= ({username} + password)
Nama Pelanggan
= ({id_pel} + nama_pel + tarif + daya + alamat)
Hasil
= ({id_pel} + nilai)
Penilaian
=({id_pel } + jlh_tanggungan_keluarga + barang_elektronik +penghasilan_perbulan+luas_bangunan+pemakaian_listr ik).
III.6.1.2. Normalisasi Tabel Normalisasi yang digunakan dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP adalah normalisasi tabel dari sistem hanya INF, berikut ini tabel III.12. data penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga yang belum dinormalisasi :
1.
Bentuk tidak Normal dan Normal 1 (1NF) Tabel III.14. Normalisasi Bentuk Tidak Normal dan Normal 1 (1NF)
id_pel 101 102 101 103
nama_pel Tan Book Hoo Giatno Tan Book Hoo Susi
kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan
total 0.309992 0.229756 0.276634 0.310728
keterangan Tertinggi Terendah Terendah Tertinggi
74
id_pel 101 101 102 103
nama_pel Tan Book Hoo Tan Book Hoo Giatno Susi 2.
kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Perbulan
total 0.309992 0.276634 0.229756 0.310728
keterangan Tertinggi Terendah Terendah Tertinggi
Bentuk Normal Tahap 2 (2NF) Tabel III.15. Normalisasi Bentuk Normal 2 (2NF)
id_pel 101 102 101 103
nama_pel Tan Book Hoo Giatno Tan Book Hoo Susi
id_pel 101 102 101 103
kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan
kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan
total 0.309992 0.229756 0.276634 0.310728
keterangan Tertinggi Terendah Terendah Tertinggi
total
keterangan id_kriteria
0.309992 0.229756
Tertinggi Terendah
001 001
0.276634 0.310728
Terendah Tertinggi
002 002
kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan
id_pel 101 101 102 103
id_kriteria 001 001 002 002
id_kriteria 001 001 002 002
75
3.
Bentuk Normal Tahap 3 (3NF) Tabel III.16.Normalisasi Bentuk Normal 3 (3NF)
id_pel 101 102 101 103
kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan
id_kriteria 001 002 002 001
Jumlah Tanggungan id_pel id_kriteria Keluarga 101 001 Barang Elektronik Jumlah Tanggungan 101 001 Keluarga Penghasilan 102 002 Perbulan Jumlah Tanggungan 103 002 Keluarga
III.6.1.3. Struktur Tabel Setelah melakukan tahap normalisasi, maka selanjutnya yang dikerjakan yaitu merancang struktur table pada basis data yang dibuat dengan SQLServer . Berikut merupakan rancangan struktur table Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP. 1.
Struktur Tabel Admin Tabel Admin digunakan untuk menyimpan data Username, Password,
selengkapnya mengenai struktur table ini dapat dilihat pada table III.15. berikut:
76
Tabel III.17. Rancangan Tabel Admin
Nama Database
Spk_ahp
Nama Tabel
Admin
No
Field Name
Type
Width
Keyword
1
Id_admin
Int
5
Primary Key
2
Nama
Varchar
30
-
3
Username
Varchar
20
-
4
Password
Varchar
20
-
2.
Struktur Tabel Pemakaian Tertinggi Tabel Hasil digunakan untuk melihat hasil, selengkapnya mengenai struktur
tabel ini dapat dilihat pada tabel III.16. berikut:
Tabel III.18. Rancangan Tabel Pemakaian Tertinggi Nama Database
Spk_ahp
Nama Tabel
Pemakaian Tertinggi
No
Field Name
Type
Width
Keyword
1
Id_Pel
Int
11
Primary Key
2
Nama_Pel
Varchar
20
-
3
Tarif
Varchar
20
-
4
Daya
Varchar
20
-
5
Alamat
Varchar
20
-
77
6
Jumlah Tnggan Klg
Varchar
20
-
7
Barang Elektronik
Varchar
20
-
8
Penghasilan Perbulan
Varchar
20
-
9
Luas Bangunan
Varchar
20
-
10
Pemakaian Listrik
Varchar
20
-
11
Total
Varchar
20
-
12
Keterangan
Varchar
20
-
3.
Struktur Tabel Data Pelanggan Tabel
Data Pelanggan digunakan untuk menyimpan data Pelanggan,
Nama_Pelanggan, Tarif, Daya, Alamat . Selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.17 berikut: Tabel III.19. Rancangan Tabel Data Pelanggan Nama Database
Spk_Listrik
Nama Tabel
Pelanggan
No
Field Name
Type
Width
Keyword
1
Id_Pel
Int
11
Primary Key
2
Nama_Pel
Int
20
-
3
Tarif
Int
20
-
4
Daya
Int
20
-
5
Alamat
Text
-
78
4.
Struktur Tabel Penilaian Tabel
penilaian
mahasiswa
digunakan
untuk
menyimpan
data
Id_Pelanggan,Nama_Pelanggan,Jlh_Tanggungan_Orangtua,Barang_Elektronik,Pe nghasilan_Perbulan,Luas_Bangunan,Pemakaian_Listrik. Selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat Pada tabel III.18 berikut: Tabel III.20. Rancangan Tabel Prioritas Nama Database
Spk_ahp
Nama Tabel
Prioritas
No
Field Name
Type
Width
Keyword
1
Id_Prioritas
Int
15
Primary Key
2
Jumlah Tnggan Klg
Varchar
20
-
3
Barang Elektronik
Varchar
20
-
4
Penghasilan Perbulan
Varchar
20
-
5
Luas Bangunan
Varchar
20
-
6
Pemakaian Listrik
Varchar
20
-
7
Jumlah Perbaris
Varchar
20
-
III.6.1.4. ERD (Entity Relationship Diagram) Tahap selanjutnya pada penelitian ini yaitu merancang ERD untuk mengetahui hubungan antar tabel yang telah didesain sebelumnya, ERD tersebut dapat dilihat pada gambar III.19. Berikut :
79
Id_Pel
Nama_Pel
Username Pelanggan
Olah Data
Admin Password
Tarif Id_Pel Daya
Hitung
Nama_Pel
Alamat
Jlh_Tanggungan Brg_Elektronik Menghasilkan
Penghasilan_Perbulan Luas_Bangunan Penilaian Pemakaian
Hasil Penilaian
Pemakaian_Listrik Total
Kriteria
Nilai
Keterangan
Nama_Pel
Hasil Penilaian
xxxxx
Pemakaian Tertinggi
xxxxxxxx
Gambar III.16. Diagram ERD
xxxxxxx
xxxxx