BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Danica (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Assets (ROA). Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel, yaitu Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel Cash Position dan Return on Assets (ROA) yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sudarsi (2002) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Pada penelitian tersebut, variabel yang digunakan antara lain Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Profitability, Firm Size, dan Growth. Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa Cash Position, Debt to Equity Ratio (DER), Profitability, Firm Size, dan Growth tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Uji
Universitas Sumatera Utara
Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa Cash Position, Growth, dan Profitability tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size tidak diikutsertakan dalam regresi karena tidak memenuhi syarat uji asumsi klasik.
B. Rasio Keuangan dan Analisis Fundamental Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) (Harahap, 2008:297). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Pada
umumnya
ada
dua
cara
yang
dapat
dilakukan
didalam
membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu cross-sectional approach dan time series analysis (Syamsuddin, 2000:39). Yang dimaksud dengan cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Jadi dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruk suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Pembandingan dengan cara cross sectional approach ini juga dapat dilakukan dengan jalan membandingkan rasio finansial perusahaan dengan rasio rata-rata industri (the firm’s ratio to industry average).
Universitas Sumatera Utara
Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan akan dapat dilihat pada trend dari tahun ke tahun, sehingga dengan melihat perkembangan ini perusahaan dapat membantu rencana-rencana untuk masa depannya. Rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan atau kekuatan antara lain (Harahap, 2008:297): 1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui posisi keuangan ditengah industri lain.
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
5.
Menstandarisir size perusahaan.
6.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”.
7.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya.
Universitas Sumatera Utara
Adapun kelemahan atau keterbatasan analisis rasio antara lain adalah (Syahyunan, 2004:82): 1.
Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak dibeberapa bidang usaha.
2.
Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.
3.
Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
4.
Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan. Analisis fundamental (fundamental analysis) menggunakan prospek laba
dan dividen perusahaan, harapan tingkat bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk menentukan harga saham yang tepat. Pada akhirnya, ini menunjukkan sebuah cara untuk menentukan nilai sekarang yang mendiskontokan seluruh pembayaran yang akan diterima pemegang saham dari setiap saham yang dimilikinya. Jika nilai tersebut melebihi harga saham, analisisi fundamental akan merekomendasikan untuk membeli saham (Bodie et al., 2006:485). Analisis fundamental biasanya memulai dengan sebuah studi tentang laba masa lalu dan menguji neraca perusahaan. Analisis ini dilengkapi dengan analisis ekonomi yang lebih terperinci, yang dimulai antara lain dengan mengevaluasi kualitas manajemen perusahaan, posisi perusahaan dalam industri, serta prospek
Universitas Sumatera Utara
industri secara keseluruhan. Harapannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja perusahaan di masa depan yang belum diakui oleh pasar. Analisis fundamental dapat dilakukan dengan melakukan analisis rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain: 1.
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancarnya. Rasio ini antara lain yaitu Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio), dan Net-Working Capital.
2.
Rasio Leverage Rasio leverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini antara lain yaitu Rasio Hutang (Debt Ratio), Rasio Hutang atas Modal (Debt to Equity Ratio), Long-Term Debt to Equity Ratio, Long-Term Debt to Capitalization Ratio, Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (Times Interest Earned), Cash Flow Coverage, dan Fixed Charge Coverage.
3.
Rasio Profitabilitas Rasio
profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Rasio profitabilitas antara lain yaitu Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) dan Return on Net Worth.
Universitas Sumatera Utara
4.
Rasio Pasar Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio pasar antara lain yaitu Dividend Yield, Earning per Share (EPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Price Earning Ratio (PER), Book Value per Share, dan Price to Book Value.
C. Cash Position Cash Position atau posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dibandingkan dengan earning after tax. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen. Dividen merupakan cash outflow dengan demikian
makin
kuatnya
posisi
kas
perusahaan
akan
semakin
besar
kemampuannya untuk membayar dividen. Cash Position dihitung berdasarkan perbandingan saldo kas akhir tahun dengan Earning After Tax (EAT) (Sudarsi, 2002:4). D. Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan, 2004:84). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menujukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsi, 2002:4). E. Return on Assets Profitability yaitu ukuran return on assets (ROA) yang merupakan perbandingan antara earning after tax (EAT) dengan total aset. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Return on Assets (ROA) adalah ukuran profitabilitas yang lebih baik daripada laba bruto, rasio operasi, perolehan atas penjualan karena hal ini mengukur efisiensi operasi. Rasio ini menunjukkan efektifitas perusahaan dalam memakai aset sesuai dengan kontrolnya untuk menciptakan pendapatan (Tangkilisan, 2003:251). Dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak. Return on Assets (ROA) memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Dividen adalah sebagian laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Sebelum membagikan hasil keuntungan berupa dividen kepada para pemegang saham, terlebih dahulu perusahaan harus membayar kewajibankewajibannya seperti bunga dan pajak. Oleh karena pembagian dividen diambil dari laba bersih perusahaan setelah membayar bunga dan pajak, ini menjadikan dividen yang diambil dari laba bersih tersebut sangat berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar laba bersihnya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Dengan kata
Universitas Sumatera Utara
lain semakin besar keuntungan bersihnya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar dividen. F. Growth Potential Keputusan manajemen suatu perusahaan dalam pembagian dividen merupakan suatu masalah yang sering dihadapi. Manajemen sering kesulitan dalam menetapkan apakah akan membagi laba bersihnya sebagai dividen kepada para pemegang saham atau akan menahan laba untuk kembali diinvestasikan dalam proyek-proyek yang memberikan keuntungan bagi perusahaan guna meningkatkan pertumbuhan (growth) perusahaan. Growth Potential (GP) adalah potensi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio selisih total aset pada tahun t dengan total aset pada tahun t-1 terhadap total aset pada t-1. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan. Semakin besar kebutuhan dana dimasa mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan pendapatan, bukan membayarkannya sebagai dividen. Karena itu potensi pertumbuhan menjadi faktor penting dalam kebijakan dividen (Sudarsi, 2002:5). G. Firm Size Akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (firm size) (Sartono, 2000:255). Firm Size atau ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasarnya. Proxy ini dapat ditentukan melalui log natural dari total aset. Firm size menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil
Universitas Sumatera Utara
tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. H. Pengertian Dividen Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen, karena merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2002:332). Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham perusahaan diputuskan oleh dewan direksi perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang membahas tentang kebijakan dividen setiap kuartalan atau setengah tahunan melalui evaluasi terhadap posisi keuntungan periode lalu dan menentukan posisi yang akan datang, menentukan jumlah dividen yang akan dibayar dan menentukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen tunai. I.
Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai di antara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan di perusahaan. Mekanisme suatu pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut (Sjahrial, 2007:59): 1. Tanggal pengumuman: Board of Directors mengumumkan tentang pembayaran dividen. 2. Tanggal pencatatan: dividen yang diumumkan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dicatat pada suatu tanggal yang khusus. 3. Tanggal ex-dividend: tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen dari saham sampai empat hari sebelum tanggal pencatatan. Pengertiannya, pada empat hari sebelum tanggal pencatatan, hak atas dividen tidak lagi ada pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang seharusnya orang yang akan menerima dividen. 4. Tanggal pembayaran: cek pembayaran dividen dikirimkan kepada para pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
J.
Teori Kebijakan Dividen Ada beberapa teori dari prefensi investor tentang pembayaran dividen
antara lain (Brigham dan Houston, 2006:69): 1.
Teori Irelevansi Dividen Teori yang dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan resikobisnisnya. Dengan kata lain, MM berpendapat bahwa pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.
2.
Teori Bird In The Hand Teori yang dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Mereka berpendapat bahwa tingkat pengembalian atas ekuitas akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dividen daripada pendapatan dari keuntungan modal (capital gain).
3.
Teori Preferensi Pajak Teori yang menyatakan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada tinggi. Hal ini karena adanya pajak yang dikenakan pada dividen. Investor menganggap bahwa pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal
Universitas Sumatera Utara
(capital gain) yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi. K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan manajerial dalam membuat kebijakan dividen antara lain (Sartono, 2001:292): 1.
Kebutuhan Dana Perusahaan Kebutuhan dana
bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul)
pengurangan
utang
dan
masih
banyak
faktor
lain
yang
mempengaruhi posisi kas perusahaan yang harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. 2.
Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen.
Universitas Sumatera Utara
3.
Kemampuan Meminjam Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar dan sudah establish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.
4.
Keadaan Pemegang Saham Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gain, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5.
Stabilitas Dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas di sini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Apabila faktor lain sama, saham yang
Universitas Sumatera Utara
memberikan dividen yang stabil selama periode tertentu akan mempunyai harga yang lebih tinggi daripada saham yang membayar dividennya dalam persentase yang tetap terhadap laba. L. Kebijakan Pemberian Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau ditahan untuk pembiayaan investasi agar pertumbuhan perusahaan dapat dicapai. Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan: a.
Maksimalisasi kekayaan dari pemilik perusahaan
b.
Pembiayaan yang cukup Ada tiga jenis kebijakan dividen yaitu (Sundjaja dan Barlian, 2002:342):
1.
Kebijakan Dividen Rasio Pembayaran Konstan Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam persentase
tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik saham setiap periode pembagian dividen. Jika pendapatan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen menjadi rendah atau tidak ada. Sedangkan apabila pendapatan naik maka dividen yang diberikan juga menjadi naik. 2.
Kebijakan Dividen Teratur Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan
rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan memakai target rasio pembayaran dividen. Target rasio pembayaran dividen (target dividend-payout ratio) adalah kebijakan dimana
Universitas Sumatera Utara
perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil. 3.
Kebijakan Dividen Rendah Teratur dan Ditambah Ekstra Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (low-regular-and-
extra dividend policy) adalah kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika pendapatannya lebih tinggi dari normal pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen tersebut. Dengan dividen rendah tetapi teratur dibayar setiap periode, perusahaan memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada perusahaan dan dividen ekstra diberikan sebagai pembagian hasil pada periode yang baik. Merujuk Megginson (1997) (dalam Arifin, 2005:104), berikut adalah ringkasan dari pola-pola kebijakan dividen yang ditemui pada perusahaanperusahaan di berbagai negara. Temuan pola kebijakan dividen ini akan dapat dijadikan sebagai rujukan apakah suatu teori kebijakan dividen memang didukung oleh bukti-bukt i empiris antara lain: 1.
Ditemukan pola kebijakan dividen yang berbeda-beda di berbagai negara. Diantara
negara-negara
industri,
Inggris
merupakan
negara
yang
perusahaannya paling tinggi dividend payout-nya dan perusahaan di negaranegara Amerika Utara membayar dividend payout lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan di negara-negara Eropa Barat dan Jepang. Perusahaan yang induknya di negara sedang berkembang pada umumnya membayar dividend payout relatif rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi adanya
Universitas Sumatera Utara
pola-pola ini namun salah satu yang terpenting adalah bahwa negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada yang ketergantungannya pada pasar modal
cukup
besar
cenderung
membayarkan
dividen
lebih
tinggi
dibandingkan dengan negara seperti Jerman, Jepang, dan Korea Selatan yang lebih tergantung pada bank. Disamping itu negara yang memiliki tradisi sosialis yang kuat, seperti Prancis, atau negara yang peran pemerintahnya dalam perekonomian sangat dominan, seperti Italia, juga cenderung membayarkan dividend payout yang rendah. 2.
Ditemukan pola kebijakan dividen yang berbeda antar industri dan ini terjadi disemua negara. Secara umum, perusahaan pada industri yang telah mature lebih tinggi dividend payout ratio-nya dibandingkan dengan perusahaan pada industri yang relatif muda dan sedang tumbuh. Perusahaan utility (listrik, air, telepon) biasanya memberikan dividend payout yang sangat tinggi dan ini terjadi diberbagai negara. Faktor utama yang mempengaruhi besar dividend payout nampaknya adalah tingkat pertumbuhan industri, kebutuhan dana investasi, profitabilitas, variabilitas earnings, dan karakteristik asset (komposisi tangible dan intangible assets).
3.
Dalam satu industri, dividend payout berkolerasi positif dengan size dan asset intensity dan berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan. Perusahaan besar umumnya membayar dividend payout lebih besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan dengan porsi tangible assets-nya terhadap total aset relatif besar (asset intensity-nya tinggi) cenderung membayar dividend payout lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang banyak porsi intangible assetnya. Sementara itu perusahaan yang tinggi tingkat pertumbuhannya
Universitas Sumatera Utara
cenderung kecil dividend payout-nya. Setelah perusahaan memasuki tahap dewasa, dividend payout akan meningkat. 4.
Hampir semua perusahaan menjaga dividend per share yang konstan untuk periode yang cukup lama. Perusahaan berusaha agar DPS-nya ‘smooth’ artinya besar DPS jauh lebih rendah variabilitasnya dibandingkan dengan variabilitas laba walaupun dasar utama dari besar DPS adalah laba. Manajer tidak akan menaikkan DPS sampai mereka yakin laba yang akan datang dapat untuk mempertahankan level DPS yang baru. Ketika ada kenaikan DPS maka kenaikan tersebut dilakukan secara gradual. Hal yang sama juga dilakukan manajer ketika perusahaan mengalami kerugian yang sifatnya sementara. Mereka akan tetap mempertahankan DPS tahun yang lalu sampai keadaan tidak lagi memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan level DPS tersebut. Penurunan DPS akan dilakukan secara gradual dan hampir sulit ditemui (di Amerika Serikat) perusahaan yang tidak membayar dividen sama sekali.
5.
Pasar modal bereaksi positif terhadap dividend initiation dan peningkatan dividen dan bereaksi negatif terhadap penurunan dan penghapusan dividen. Ketika perusahaan mengumumkan dividen pertamanya (dividend initiation) atau adanya kenaikan dividen maka harga sahamnya akan meningkat dengan satu sampai tiga persen. Namun ketika perusahaan mengurangi atau menghilangkan dividen maka penurunan harga saham bisa mencapai lima puluh persen.
Universitas Sumatera Utara
6.
Perubahan dividen memberikan informasi tentang ekspektasi manajer terhadap earnings saat ini dan yang akan datang. Investor tahu bahwa manajer berusaha agar dividennya smooth sehingga jika perusahaan mengubah dividennya maka itu merupakan sinyal. Perubahan dividen memberikan informasi ke investor, yang dalam pasar modal modern merupakan pihak yang kurang mengetahui informasi perusahaan, tentang kondisi perusahaan asymmetric information dapat dikurangi. Kenaikan dividen merupakan sinyal bahwa manajer memiliki ekspektasi adanya earnings yang lebih besar pada masa yang akan datang sedangkan penurunan dividen menandakan adanya prospek earnings yang memburuk. Semua teori modern tentang dividen mengakui bahwa dividen membawa informasi penting bagi investor.
Universitas Sumatera Utara