BAB II TUJUAN PUSTAKA
II.1
Perspektif/Paradigma Kajian
Riset
adalah
objek.Menggambarkan
sebuah sebuah
kegiatan objek
menggambarkan
terkadang
menyulitkan.
sebuah Becker
mendefinisikan perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai (Mulyana,2001:5). Sedangkan Wimmer & Domininck (2001: 102) menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antaranggota suatu kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut (Kriyantono,2006: 48). Jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh teoretisi menurut Mulyana (2001:18) bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu (Kriyantono,2006:51). Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilitator yang menjembatani
keragaman
subyektivitas
pelaku
sosial
dalam
rangka
Universitas Sumatera Utara
merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian dengan tujuan merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti. Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi
analisis
pada
paradigma
konstruksionis
adalah
menemukan
bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma positivis atau paradigma transmisi. (Eriyanto, 2011:43). Paradigma ini melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirim pesan, tetapi bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Disini diandaikan tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada. Fokus pendekatan ini adalah bagaimana pesan politik dibuat dan diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima. (Eriyanto, 2011: 46) Konstruktivisme atau constructivism mempunyai dampak yang luas sekali di bidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan pada teori dari George Kelly (1995) mengenai konsep-konsep pribadi atau personal
constructs
yang
mengemukakan
bahwa
orang
memahami
pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan peristiwa-peristiwa yang dialaminya menurut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya. Perbedaan-perbedaan yang dipersepsikan tidaklah alamiah tetapi ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
sejumlah hal-hal yang berlawanan di dalam sistem kognitif individu (Budyatna dan Ganiem, 2011: 221). Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam komunikasi. Konsep-konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami orang lain. Para individu berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya. Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu cenderung melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki perbedaan secara kognitif , maka individu akan melakukan perbedaan-perbedaan secara lebih halus dan lebih sensitif. Secara umum, kompleksitas kognitif mengarah kepada pemahaman yang lebih besar mengenai pandangan-pandangan orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam arti dapat memahami orang lain. Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan strategi atau strategy-choice theory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan mengklasifikasikannya
yang
berkenaan
dengan
kategori-kategori
strategi
(Budyatna dan Ganiem, 2011: 225). Paradigma konstruksionis ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif Peter L. Berger. Bersama Thomas Luckman, ia banyak mengembangkan aliran ini dengan banyak menulis karya dan tesis mengenai konstruksi sosial atas realita. Tesis utama dari Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Sebaliknya, manusia adalah hasil atau produk dari masyarakat. Seseorang baru menjadi seorang pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap tinggal dalam masyaraktnya. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan, Berger dalam Eriyanto (2011: 16-17) menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa. Pertama eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Hal ini sudah menjadi sifat dasar dari
Universitas Sumatera Utara
manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia, dengan kata lain manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia. Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas sui generis. Hasil dari eksternalisasi –kebudayaan-itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya, atau kebudayaan non-materil dalam bentuk bahasa. Baik alat maupun bahasa tadi adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, itu adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan itu dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus realitas objektif, ada di luar kesadaran manusia, ada “disana” bagi setiap orang. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjektif perorangan. Itu menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagi gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. II.2
Kajian Pustaka
II.2.1 Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris communication yang berasal dari bahasa latin communis yang berarti “sama”. Sama disini maksudnya sama makna. Jika kita mengadakan komunikasi dengan orang lain, berarti kita sedang mengadakan kesamaan makna dengan orang tersebut (Effendy, 2005: 9). Istilah
Universitas Sumatera Utara
pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, “Kita mendiskusikan makna”, dan “Kita mengirimkan pesan”. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect. Analisis 5 unsur Komunikasi menurut Lasswell (dalam Littlejohn 1996 : 334) : 1. Who? Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi, bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator. 2. Says What? Apa
yang
akan
disampaikan/dikomunikasikan
kepada
penerima
(komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, symbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan. 3. In Which Channel?. Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik dll). 4. To Whom?. Tujuan dari kita berkomunikasi Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber.
Universitas Sumatera Utara
5. With What Effect?. Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan. Dalam karyanya “Social Communication” menurut Carl L Hovland, menjelaskan komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan lambang, kata/gambar) untuk merubah sikap dan tingkah laku orang lain (Lubis, 2005: 9). Sifat komunikasi ada dua, yaitu : a. Komunikasi tatap muka ( face to face communication ) Komunikasi tatap muka dipakai apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku dari komunikan secara langsung. Dengan saling berpandangan, komunikator dapat melihat dan menilai proses komunikasi, apakah komunikan memperhatikan dan mengerti akan informasi yang disampaikan oleh komunikator atau malah sebaliknya. b. Komunikasi bermedia ( mediated communication ) Komunikasi bersedia pada umumnya banyak digunakan untuk komunikasi informative karena tidak begitu ampuh dalam merubah tingkah laku orang lain. Namun, tergantungpada situasi, kondisi, dan efek yang diharapkan. Media mana yang dipakai, apakah surat kabar, majalah, tv, radio, film, siapa sasaran yang dituju, efek apa yang diharapkan, isi yang dikomunikasikan dan sebagainya (Carl L. Hovland (dalam Lubis, 2005: 9))
II.2.2Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” (Devito, 2007: 4) sebagai: “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”(The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small groups of persons, with some effect and some immediate feedback). Little john 1999 (Suranto, 2011:4) memberikan definisi komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-
Universitas Sumatera Utara
individu.Sedangkan menurut Kathleen S. Verderber et.al. (2007), komunikasi antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna (Budyatna,2011: 14). Selanjutnya Indriyo Gitusudarmo dan Agus Mulyono (2001:205) memaparkan, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil. Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi adalah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama
(mutual
understanding)
dan
empati
(Effendy,
1993:
60).
Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu komunikasi diadik (dyadic communication) yang berlangsung antara dua orang dan komunikasi triadic (triadic communication) yang berlangsung dengan tiga orang pelaku. Komunikasi diadik lebih efektif daripada komunikasi triadik, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada satu komunikan, sehingga komunikator dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya. Selain itu, umpan balik yang diharapkan juga terjadi karena proses komunikasi yang berlangsung efektif (Rohim, 2009: 70). Komunikasi yang efektif menurut Mc. Crosky, Larson dan Knapp (Effendy, 1993: 64), dapat dicapai dengan mengusahakan accurancy yang paling tinggi derajatnya dalam setiap situasi. Untuk kesamaan dan ketidaksamaan dalam derajat pasangan komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi, Everett M. Rogers mengetengahkan istilah homophily dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam komunikasi antarpribadi. Homophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifatnya,
Universitas Sumatera Utara
seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial dan sebagainya. Sedangkan heterophily sebagai kebalikan dari homophily, didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada dalam sifat-sifat tertentu. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi antarpribadi ini bermacam-macam (Suranto 2011:19), beberapa diantaranya yaitu: 1. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya, dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi antarpribadi hanya dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin, dan cuek. Apabila diamati lebih serius, orang yang berkomunikasi dengan tujuan sekedar mengungkapkan perhatian kepada orang lain ini, bahkan terkesan “hanya basa-basi”. Meskipun bertanya, tetapi sebenarnya tidak terlalu berharap akan jawaban atas pertanyaan itu. 2. Menemukan diri sendiri. Seseorang melakukan komunikasi antarpribadi karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi antarpribadi dengan orang lain, maka terjadi proses belajar banyak sekali tentang diri sendiri maupun orang lain. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan kepada dua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenal jati diri atau dengan kata lain menemukan diri sendiri. 3. menemukan dunia luar. Dengan komunikasi antarpribadi diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual. Dengan adanya informasi ini maka dapat dikenali dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya tidak diketahui.Jadi komunikasi merupakan “jendela dunia”, karena dengan berkomunikasi dapat mengetahui berbagai kejadian di dunia luar. 4. membangun dan memelihara hubungan yang harmonis. Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri, perlu bekerja sama dengan orang lain. Semakin banyak teman yang diajak bekerja sama maka semakin lancarlah pelaksanaan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk komunikasi antarpribadi yang diabdikan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. 5. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku. Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.
Universitas Sumatera Utara
6. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu.Ada kalanya seseorang melakukan komunikasi antarpribadi sekedar untuk mencari kesenangan atau hiburan.Berbicara dengan teman mengenai acara perayaan ulang tahun, berdiskusi mengenai olahraga, bertukar cerita –cerita lucu adalah pembicaraan untuk mengisi dan menghabiskan waktu.Disamping itu juga dapat mendatangkan kesenangan, karena komunikasi antarpribadi semacam ini dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan suasana rileks, ringan dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari. 7. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi. Komunikasi antarpribadi dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi dan salah interpretasi yang terjadi antara sumber dan penerima pesan karena dengan komunikasi antarpribadi dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi. 8. memberikan bantuan (konseling). Dalam kehidupan sehari-hari, dikalangan masyarakat pun dapat dengan mudah diperoleh contoh yang menunjukkan fakta bahwa komunikasi antarpribadi dapat dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi orang lain yang memerlukannya. Tanpa disadari setiap orang ternyata sering bertindak sebagai konselor maupun konseli dalam interaksi antarpribadi sehari-hari.Misalnya seorang remaja “curhat” kepada sahabatnya mengenai putus cinta. Tujuan melakukan “curhat” tersebut adalah untuk mendapatkan bantuan pemikiran sehingga didapat solusi yang baik . Devito mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung lima karakteristik berikut ini, keterbukaan atau opennese, empati (empathy), dukungan (suportiveness), perasaan positif (positivness) dan kesamaan (equality). Evert M. Rogers
dalam
Depari
menyebutkan
beberapa
karakteristik
komunikasi
antarpribadi yaitu arus pesan cenderung dua arah, konteks komunikasi adalah tatap muka, tingkat umpan balik yang tinggi, kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi, kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban dan efek yang terjadi antara lain perubahan sikap. namun demikian, dari sekian pendapat tentang karakteristik komunikasi antarpibadi tersebut, belum ada secara simplisit para pakar menyebutkan bahwa komunikasi antarpribadi juga melibatkan media.Selama ini yang diketahui atau yang disampaikan adalah komunikasi antarpribadi itu terjadi secara langsung dan tatap muka (face to face).Tetapi, tidak pernah terpikirkan bahwa komunikasi antarpribadi juga melibatkan media sebagai saluran komunikasi. (Liliweri 1997 : 12) Menambahkan karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu dengan menggunakan media, juga diperkuat oleh perkembangan informasi melalui teknologi seperti yang berkembang saat ini. Berikut ini merupakan beberapa
Universitas Sumatera Utara
karakteristik komunikasi antarpribadi yang diambil dari berbagai definisi yang sudah diuraikan diatas yaitu : (1) komunikasi antarpribadi bersifat dialogis. Dalam arti arus balik antara komunikator dengan komunikan terjadi langsung (face to face) atau tatap muka sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan. (2) komunikasi antarpribadi melibatkan jumlah orang terbatas. Artinya bahwa komunikasi antarpribadi hanya melibatkan dua orang atau tiga orang lebih dalam berkomunikasi.Jumlah yang terbatas ini mendorong terjadinya ikatan secara intimatau dekat dengan lawan komunikasi. (3) komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan. Terjadinya komunikasi antarpribadi sering tanpa ada perencanaan atau direncanakan.Sebaliknya, komunikasi sering terjadi secara tiba-tiba, sambil lalu, tanpa terstruktur dan mengalir secara dinamis. (4) komunikasi antarpribadi menggunakan media dan nirmedia. Secara sadar atau tidak, sering kita beranggapan bahwa komunikasi antarpribadi berlangsung secara tatap muka atau langsung, itu harus berhadapan secara fisik, padahal dalam pelaksanaannya yang dimaksud langsung dan tatap muka tersebut bisa saja melalui atau menggunakan saluran media. Setiap orang saat ini dapat melakukan komunikasi secara pribadi dengan orang-orang tertentu meskipun tidak tatap muka
secara
langsung
karena
kondisi
letak
atau
jarak
yang
berjauhan.Komunikasi itu sangat dinamis sehingga komunikasi antarpribadi juga berkembang,
semula
tidak
menggunakan
media
(nirmedia)
dan
pada
perkembangannya juga bisa menggunakan media. (5) komunikasi antarpribadi bersifat keterbukaan (openess) yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Johnson Supraktiknya mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Secara psikologi, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam
Universitas Sumatera Utara
melakukan komunikasi antarpribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri. (6) komunikasi antarpribadi bersifat empati (empathy) yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antarpribadi maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan. (7) komunikasi antarpribadi bersifat dukungan (supportiveness) yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. (8) komunikasi antarpribadi bersifat positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. (9) komunikasi antarpribadi bersifat kesetaraan atau kesamaan (equality) yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa keduabelah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. (10) komunikasi antarpribadi bersifat myself communication. Komunikasi antarpribadi dimulai dari dalam diri sendiri .dalam hal ini awal dari proses komunikasi adalah persepsi. Persepsi sangat dipengaruhi kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya, yang semuanya menentukan interpretasi orang pada sensasi. (11) komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Komunikasi antarpribadi mengacu pada penilaian orang lain terhadap dirinya. Komunikasi antarpribadi
Universitas Sumatera Utara
sering terjadi dengan mempertimbangkan untung rugi. Dari sebuah interaksi akan terdapat transaksi dalam komunikasi. Hubungan antarpribadi dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan antarpribadi yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi. Miller dan Rakhmat menyatakan bahwa: “Memahami proses komunikasi antarpribadi menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut”. Rakhmat memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan relasi antarpribadi yang baik, yaitu: percaya, sikap suportif, dan sifat terbuka (Hidayat 2012: 56). Berikut ini uraiannya: 1. Percaya (trust) secara ilmiah didefinisikan sebagai upaya mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko. Adapun faktor utama yang menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati dan kejujuran. 2. Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif apabila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empati. Dengan sikap defensif, komunikasi antarpribadi akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah dan pengalaman defensif). 3. Sikap terbuka, yaitu kemauan menganggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut .
Universitas Sumatera Utara
II.2.3 Komunikasi Antar Pribadi Bermedia
Di era modern saat ini, manusia tidak dapat lepas dari teknologi yang juga mengikuti perkembangan zaman. Kecanggihan teknologi saat ini juga turut menjadi salah satu media pendukung setiap orang dalam berkomunikasi. Dapat dilihat, kecanggihan teknologi komunikasi dalam kehidupan saat ini seperti berbagai fitur-fitur computer dan ponsel. Dahulu, sebelum adanya kecanggihan teknologi seperti ini, orang-orang menggunakan media surat dalam mengirimkan pesan untuk berkomunikasi dengan kerabat keluarga. Tetapi saat ini, masyarakat mulai satu persatu meninggalkan media surat tersebut. Media surat saat ini pun hanya digunakan di kalangan instansi perusahaan saja. Komunikasi
antarpribadi
bermedia
(Mediated
Interpersonal
Communication) didefinisikan sebagai “a specialized type of interpersonal communication that is assited by a device such as a pen or pencil a computer a telephone” (Turrow, 2010: 8) yang dalam bahasa Indonesia berarti sebuah komunikasi antar pribadi yang diabntu oleh peralatan seperti pena atau pensil, komputer atau telepon. Komunikasi antar pribadi bermedia dapat dilakukan dalam jarak yang jauh karena disambungkn melalui media, sehingga orang yang ingin berkomunikasi tidak perlu bertemu tetap dapat berkomunikasi. Pada komunikasi antar pribadi bermedia, komunikator dan komunikan berada di tempat yang berbeda. Sehingga masing-masing tidak mengetahuo kesibukan lawan bicaranya. Komunikasi antar pribadi bermedia itu efisien, tapi kurang efektif. Sebaliknya, komunikasi bertatap muka itu kurang efisien, tapi efektif. Bila kita membutuhkan kecepatan (atau pun keluasan) penyampaian informasi, maka komunikasi antar pribadi bermedia merupakan pilihan yang lebih tepat. Namun, bila kita memerlukan kedalaman (atau keakuratan) isi informasi, maka komunikasi tatap mukalah yang lebih tepat. Tatap muka menjadi lebih efektif sebab, pesan non verbal (dibalik kata-kata) lebih tampak jelas dalam komunikasi tatap muka. Dalam komunikasi antar pribadi tatap muka, komunikator juga bisa mendapatkan feedback langsung dari komunikan dan lebih efektif karena keakuratan informasinya.
Universitas Sumatera Utara
(http://lindaendarsa.wordpress.com/2010/12/14/perbandingan-komunikasi-interpersonaltatap-muka-dengan-komunikasi-interpersonal-bermedia-komunikasi-media//)
II.2.4 Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita. Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah : 1.
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia.
2.
Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan pada suatu daerah tertentu dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata, peristilahan, struktur kalimat dan ejaannya.
3.
Bahasa gaul adalah bahasa yang pada mulanya adalah bahasa sandi yang dipakai penjahat untuk berkomunikasi agar tidak diketahui oleh pihak berwajib di era tahun 1960-an dan sekarang berkembang dikalangan anak muda dengan gaya serta kosakata bahasa yang hanya bisa dipahami oleh kelompok pemuda tertentu yang sudah menyepakati kata-kata yang dipakai.
II.2.5 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal adalah ”semua eksprsi eksternal selain kata-kata terucap atau tertulis (spoken and written word), termasuk gerak tubuh,
Universitas Sumatera Utara
karakteristik penampilan, karakteristik suara, dan penggunaan ruang dan jarak. Secara sempit komunikasi nonverbal sebagai penggunaan secara intensional seperti dalam penggunaan simbol nonlisan untuk mengkomunikasikan pesan tertentu. Dari perspektif ini, komunikasi nonverbal merujuk pada tindakan sumber dan atribut-atribut yang tak sepenuhnya bersifat verbal. Sedangkan secara luas, komunikasi nonverbal mengacu pada unsur-unsur lingkungan yang dipergunakan manusia dalam berkomunikasi, seperti warna dinding tempat percakapan berlangsung. 1.
Fungsi Komunikasi Nonverbal Jandt menyebutkan beberapa fungsi komunikasi nonverbal dalam
komunikasi manusia, yaitu sebagai berikut : a)
Menggantikan pesan lisan; yang biasanya dilakukan bila situasi tak
memungkinkan untuk menyampaikan pesan lisan. b)
Menyampaikan pesan-pesan yang enak selain secara lisan; adakalanya
kita merasa sulit untuk mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata dan merasa lebih nyaman menyampaikannya dengan menggunakan isyarat tanpa merasa menyinggung perasaan atau mempermalukan. c)
Membentuk kesan yang mengarahkan komunikasi; ada saatnya kita
mengelola kesan orang lain terhadap diri kita melalui pesan nonverbal. d)
Memperjelas relasi; mengingat pesan komunikasi itu mengandung isi
dan informasi tentang relasi. Isi berkaitan dengan pokok yang disampaikan dalam pesan. Informasi relasi terkait dengan relasi di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Begitu informasi relasi sulit diumgkapkan secara verbal maka komunikasi nonverbal yang mengambil alihnya. e)
Mengatur interaksi; ini terjadi, misalnya manakala kita terlibat dalam
percakapan antarpribadi. Lawan bicara kita terus saja berbicara sehingga sepertinya tak memberikan kesempatan pada kita untuk berbicara. Kita mengangkat tangan yang menunjukan kita meminta waktu dan kesempatan unutk berbicara. f)
Memperkuat dan memodifikasi pesan-pesan verbal; isyarat-isyarat
nonverbal dapat menjadi mata pesan yang mempengaruhi penyandibalikan (decoding) pesan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Wood menyebut ada 3 (tiga) fungsi komunikasi nonverbal, yaitu: 1)
komunikasi nonverbal melengkapi komunikasi verbal.
2)
komunikasi nonverbal mengatur interaksi.
3)
komunikasi nonverbal membangun relasi tingkatan makna, yang
pada dasarnya terdiri dari tiga dimensi-dimensi primer relasi tingkat makna, yaitu responsivitas, menunjukan suka-tidak suka, dan kekuasaan atau kontrol. 2. a.
Jenis-Jenis Komunikasi Nonverbal Kinesics (Kinesik) : Istilah ini digunakan untuk menunjukan gerak-gerik atau
sikap tubuh (gestures), gerak tubuh (body movement), ekspresi wajah, dan kontak mata. b.
Paralanguage (Parabahasa) Istilah ini menunjuk pada unsur-unsur nonverbal sauara dalam percakapan verbal.
c.
Kebisuan Istilah ini dipandang agak membingungkan karena membisu dipandang tidak berkomunikasi.
d.
Haptics Istilah ini berkaitan dengan penggunaan sentuhan dalam berkomunikasi.
e.
Olfactics Istilah ini berkaitan dengan penggunaan indera penciuman dalam berkomunikasi nonverbal.
f.
Oculesics Istilah ini menunjuk pada pesan yang disampaikan melalui mata. Mata yang membelalak atau melotot menyatakan sesuatu pada lawan bicara.
3.
Bahasa Tubuh Bahasa tubuh pada dasarnya penyampaian pesan dengan menggunakan tubuh kita sendiri sebagai penyampai pesannya diluar mulut kita. Dalam berkomunikasi melalui bahasa tubuh, manusia menggunakan semua unsur komunikasi, kecuali ungkapan lisan. Sebagai bagian dari komunikasi nonverbal, fungsi-fungsi komunikasi nonverbal pun melekat pada fungsi bahasa tubuh.
Universitas Sumatera Utara
4.
Ekspresi Wajah Kita mulai dari wajah. Ada banyak hal ekspresi wajah yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak kecil yang malu atau marah biasanya menutupi wajahnya dengan jari-jari tangannya. Rasa jemu atau lelah juga ditampilkan melalui wajah. Begitu juga dengan rasa senang atau bahagia akan tampak pada wajah orang yang senang atau bahagian tersebut.
5.
Mata Dalam kehidupan sehari-hari, kita serig mendengar ungkapan yang mengaitkan kepribadian seseorang dengan matanya. Kepribadian yang kuat diidentikan dengan sorot mata yang tajam. Pease membuat kategori tatapan mata, seperti berikut : a.
Tatapan Bisnis Dalam pembicaraan bisnis, tatapan diarahkan pada daerah segitiga di dahi
lawan bicara Menurut Pease hal ini dilakukan untuk menciptakan suasana serius sekaligus menunjukan niat untuk membicarakan bisnis. b.
Tatapan Sosial Tatapan sosial tertuju pada wilayah segitiga mata dan mulut.
c.
Tatapan Intim Tatapan yang lebih luas yang menunjukan perhatian yang lebih besar
terhadap lawan bicara dan apabila lawan bicara juga merasa tertarik maka akan membalas tatapan tersebut. d.
Lirikan Sekilas Sedangkan apabila cara melihat itu berupa lirikan mata maka ada dua kemunghkinan yang terjadi yakni berminat atau benci.
Universitas Sumatera Utara
II.2.6 Komunikasi Efektif Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif ini bertujuan memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik. Di dalam Komunikasi Efektif terdapat lima Pondasi untuk Membangun Komunikasi Efektif, yaitu : •
Berusaha benar2 mengerti orang lain (emphatetic communication)
•
Memenuhi komitmen / janji
•
Menjelaskan harapan
•
Meminta maaf dg tulus ketika membuat kesalahan
•
Memperlihatkan integritas pribadi
Menurut Kumar (2000), komunikasi efektif antar pribadi mempunyai 5 ciri: •
Keterbukaan
•
Empati
•
Dukungan
•
Rasa positif
•
Kesetaraan Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapa pun unggulnya
seseorang,
kesuksesan
tidak
akan
pernah
diperoleh
tanpa
penguasaan
keterampilan komunikasi yang efektif. Wilbur Schramm menyebut sebagai “the conditions of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita ingin agar pesan yang kita sampaikan menghasilkan tanggapan yang kita inginkan. The Conditions of Success in Communication tersebut meliputi: a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. b. Pesan harus menggunakan lambang yang memiliki pengertian yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
Universitas Sumatera Utara
c. Pesan harus dapat menumbuhkan kebutuhan pribadi komunikan sekaligus menyediakan alternative mencapai kebutuhan tersebut. d. Pesan harus berkaitan dengan kebutuhan kelompok dimana komunikan berada. Ada beberapa hal yang mendukung terciptanya komunikasi efektif, tentunya yang dapat diterapkan diruang lingkup organisasi. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. (Glamfather 2011: www.id.shvoong.com) Dalam komunikasi efektif memiliki lima hukum, yaitu: 1. Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang akan kita sampaikan. 2. Emphaty adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. 3. Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan melalui media atau delivery channel. 4. Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. 5. Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai. Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antar pripadi ini oleh Yoseph DeVito dilihat dari 2 perspektif (Marhaeni 2009 : 84), yaitu: 1. Humanistis, meliputi sifat-sifat: a. Keterbukaan Sifat keterbukaan menunjukkan paling tidak pada aspek tentang komunikasi antarpribadi. Aspek pertama adalah bahwa kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Aspek kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. b. Perilaku suportif
Universitas Sumatera Utara
Jack R. Gibb menyebutkan tiga perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yakni: -
Deskriptif, suasana deskriptif akan menimbulkan sikap suprtif dibanding dengan suasana yang evaluatif.
-
Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya.
-
Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki sikap berpikir terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru.
c. Perilaku positif Komunikasi antarpribadi akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi. d. Empatis Empati adalah kemauan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. e. Kesamaan Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Kedua kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi antarpribado harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. 2. Pragmatis, meliputi sifat-sifat: a. Bersikap yakin Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri. Orang yang mempunyai sifat semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non-verbal. b. Kebersamaan Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi antarpribadi dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang dengan sifat ini, akan memperhatikan dan merasakan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
orang lain. Sikap kebersamaan ini dikomunikasikan baik secara verbal maupun non-verbal. c. Manajemen interaksi Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten
II.2.7 Pacaran II.2.7.1
Definisi Pacaran
Didalam komunikasi antarpribadi, hubungan dapat diartikan sebagai sejumlah harapan yang dua orang miliki bagi perilaku mereka didasarkan pada pola interaksi antara mereka. Hubungan antarpribadi dapat didefinisikan sebagai serangkaian interaksi antara dua individu yang saling kenal satu sama. Hubungan yang baik adalah dimana interaksi-interaksi sifatnya memuaskan dan sehat bahi mereka yang terlibat interaksi tersebut (Budyatna dan Ganiem, 2011: 36). Hubungan pribadi atau personal relationship ialah di mana orang mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Hubungan antarpribadi yang sehat ditandai oleh keseimbangan pengungkapan diri atau self disclosure yang tepat yaitu saling memberikan data biografis, gagasan-gagasan pribadi dan perasaan-perasaan yang tidak diketahui oleh orang lain dan umpan balik berupa verbal dan respon-respon fisik kepada orang dan pesan-pesan mereka di dalam suatu hubungan. Didalam hubungan yang akrab sekalipun, masih terdapat batas-batas mengenai jumlah pengungkapan diri yang sesuai. Meskipun mengkomunikasikan informasi pribadi mengenai diri dan melakukan pengamatan pribadi mengenai orang lain adalah perlu bagi keakraban supaya berkembang, pada kejadian mengenai keterbukaan tanpa syarat dapat terjadi gangguan hubungan sebagai kebalikan dari hubungan baik. Seperti Mills & Clark (Budyatna dan Ganiem, 2011: 158), menjelaskan: “berbagi dan mengemukakan informasi pribadi merupakan karakteristik hubungan komunal secara timbal balik yang kuat di mana pengungkapan diri telah
Universitas Sumatera Utara
diajarkan sebagai inti dari hubungan yang erat”. Teman akrab atau intimates adalah orang-orang yang berbagi hubungan yang menyangkut kedekatan, kepedulian, dan kepercayaan yang dicirikan oleh pengungkapan diri dan tanggung jawab secara timbal balik. Baik hubungan platonik maupun romantik dapat menjadi teman akrab. Hubungan platonik atau platonic relationship adalah hubungan di mana para mitra tidak tertarik secara seksual atau tidak memilih untuk bertindak atas dasar ketertarikan seksual. Sebaliknya, hubungan romantik ialah hubungan di mana para mitra bertindak atas dasar ketertarikan seksual terhadap satu sama lain. Salah satu bentuk dari hubungan romantik ini sendiri adalah pacaran. Menurut DeGenova & Rice pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowmanpacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belummenikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikanpengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan diAmerika.Benokraitis menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimanaseseorang bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuanuntuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya
orang
tersebut
untuk
dijadikan
pasangan
hidup
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23381). Menurut Saxton pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antardua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah danberlainan jenis). Kyns menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara duaorang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimanahubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hatimasing-masing. Menurut Reiss pacaran adalahhubungan antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman (Sukmadiarti, Kepuasan Pernikahan Pada Pasangan Yang Menikah Dengan Pacaran Dan Tanpa Pacaran(Ta’aruf),(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23381) Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah serangkainan aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti
Universitas Sumatera Utara
adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah. II.2.7.2 Komponen – Komponen Pacaran Menurut Karsner, ada empat komponen penting dalam menjalinhubungan pacaran.
Kehadiran
komponen-komponen
tesebut
dalam
hubunganakan
mempengaruhi kualitas dan kelanggengan hubungan pacaran yang dijalani(25Aug-2010). http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19766). Adapun komponen-komponen pacaran tersebut, antara lain: 1) Saling Percaya (Trust each other) Kepercayaan dalam suatu hubungan akan menentukan apakah suatu hubunganakan berlanjut atau akan dihentikan. Kepercayaan ini meliputi pemikiranpemikirankognitif individu tentang apa yang sedang dilakukan oleh pasangannya. 2) Komunikasi (Communicate your self) Komunikasi merupakan dasar dari terbinanya suatu hubungan yang baik. Feldmanmenyatakan bahwakomunikasi merupakan situasi dimana seseorang bertukar informasi tentangdirinya terhadap orang lain. 3) Keintiman (Keep the romance alive) Keintiman merupakan perasaan dekat terhadap pasangan. Keintiman tidak hanya terbatas pada kedekatan fisik saja.Adanya kedekatan secara emosional dan rasa kepemilikan terhadap pasanganjuga merupakan bagian dari keintiman. Dalam pacaran jarak jauh juga tetapmemiliki keintiman, yakni dengan adanya kedekatan emosional melalui katakatamesra dan perhatian yang diberikan melalui sms (short messagingservice), surat atau email (electronic mail). 4) Meningkatkan komitmen (Increase Commitment) Komitmen lebih merupakan tahapandimana seseorang menjadi terikat dengan sesuatu atau seseorang dan terusbersamanya hingga hubungannya
Universitas Sumatera Utara
berakhir. Individu yang sedang pacaran,tidak dapat melakukan hubungan spesial dengan pria atau wanita lain selamaia masih terikat hubungan pacaran dengan seseorang. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Trust Pada Individu Yang Menjalani Pacaran Jarak Jauh. II.2.7.3 Tipe – Tipe Pacaran Berdasarkan jarak, Hampton membagi pacaran (romantic relationship) menjadi dua tipe yaitu: 1) Pacaran jarak dekat (Proximal Relationship) Proximal Relationship dikenal dengan pacaran jarak dekat dimana pasangantidak dipisahkan oleh jarak fisik yang berarti oleh karena itu kedekatan fisikdimungkinkan. Persepsi hubungan jarak jauh atau dekattergantung dengan persepsi subjek, namun ada beberapa literatur yang membuat standar jarak dekat sepertikurang dari 96 km atau 320 km. 2) Pacaran Jarak Jauh (Long-Distance Relationship) Long-Distance Relationship adalah pacaran yang sering disebut pacaran jarakjauh
dimana
pasangan
dipisahkan
oleh
jarak
fisik
yang
tidak
memungkinkanadanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu.Beberapa penelitian menggunakan batas jarak jauh sekitar 96 km sampai 320 km, namun adapula beberapa penelitian yang menggunakan batas jarak jauh tergantung daripersepsi subjek akan hubungan jarak jauh yang dialaminya. Penelitian lainnya menggunakan definisi berdasarkan persepsi partisipan terhadap hubungan tersebut. Definisi yang berbeda-beda ini menandakan bahwa banyak faktor yang berperan dalam menentukan apakah suatu hubungan termasuk hubungan jarak jauh atau bukan dan ada lebih dari satu jenis hubungan jarak jauh. Penelitian lainnya menetapkan jarak minimum untuk pacaran jarak jauh yang berkisar dari 160 km hingga 673,6 km, Helgeson menyatakan bahwa pacaran jarak jauh harus di luar area tertentu, sedangkan Stephen mendefinisikan pacaran jarak jauh sebagai hubungan dimana pasangan berada dinegara lainnya. Holt & Stone menggunakan faktor waktu dan jarakuntuk mengkategorisasikan pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh. Berdasarkan informasi demografis dari
Universitas Sumatera Utara
partisipan penelitian yang menjalanipacaran jarak jauh, didapat tiga kategori waktu berpisah (0, kurang dari 6 bulan,lebih dari 6 bulan), tiga kategori waktu pertemuan (sekali seminggu, seminggu hingga sebulan, kurang dari satu bulan), dan tiga kategori jarak (0-1,6 km, 3,2-470,4 km, lebih dari 400 km). Dari hasil penelitian Holt & Stone ini, ditemukan bahwa pacaran jarak jauh dapat dikategorisasikan berdasarkan ketiga faktor tersebut. Kaufmann
(2000)
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
penyebab
individumenjalani pacaran jarak jauh diantaranya: 1) Pendidikan. Salah satu faktor penyebab pacaran jarak jauh adalah ketika individu berusahauntuk mengejar dan mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi sehinggahubungan mereka dengan pasangan harus dipisahkan oleh jarak. Stafford, Daly, & Reskemenyatakan bahwa sepertiga darihubungan pacaran di dalam universitas yang dijalani oleh mahasiswa merupakan pacaran jarak jauh. 2) Pekerjaan. Pacaran jarak jauh juga berhubungan dengan kecenderungan sosial pada saatini. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja keluar negeridan juga denganadanya kondisi mobilitas kerja pada saat ini sehingga dalam usaha pencapaiankarir mereka, hubungan percintaan yang terjadi harus dipisahkan oleh jarak. II.2.8 Komunikasi Antarpribadi dan Teknologi Ledakan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah membuka babak baru bagi masyarakat untuk memperoleh informasi secara bebas. Sekat-sekat informasi dengan sendirinya menghilang oleh inisiatif kuat individu yang ingin mengetahui lebih jauh apa yang terjadi sekitarnya. Setiap orang memiliki akses terhadap sumber informasi dimanapun di dunia ini. Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis dan tanggap terhadap hal yang berkembang.Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Kegiatan komunikasi yang sebelumnya menuntut peralatan yang begitu rumit, kini relatif sudah digantikan oleh perangkat
Universitas Sumatera Utara
mesin-mesin otomatis. Sistem kerja alat teknologi telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Salah satu bentuk kemudahan yang telah dirasakan dan sampai saat ini dinikmati oleh masyarakat adalah kemudahan dalam berkomunikasi melalui media internet. Menurut Ploman, 1981 dalam Nasution (1990 : 11), kemajuan teknologi komunikasi tersebut ditandai oleh tiga karakteristik berikut ini: 1. Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih diantara berbagai metode dan alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada masa lalu hanya ada alat peralatan “berat”, yang profesional, dan mahal, maka kini tersedia bermacam sarana yang lebih “ringan”, metode yang hanya memerlukan ketrampilan minimal, serta murah. Dengan kata lain, kini kita bisa memilih sendiri tingkat teknologi yang kita perlukan. 2. Kemungkinan mengkombinasikan teknologi, metode, dan sistem-sistem yang berbeda dan terpisah selama ini. Berbagai bentuk baru transfer komunikasi dan informasi telah dimungkinkan dengan pengkombinasian tersebut. 3. Kecenderungan ke arah desentralisasi, individualisasi dalam konsep dan pola pemakaian teknologi komunikasi. Salah satu cara berkomunikasi melalui medium atau yang disebut Computer Mediated Communication (CMC) merupakan sebuah pengalaman interaksi secara online, dimana tingkah laku manusia dan pertukaran pesan-pesan atau
informasi
yang
disampaikan
dimediasi
melalui
mesin.
“Dalam
berkomunikasi melalui medium internet ini sama sekali tidak menampilkan komunikasi nonverbal, sehingga konteks fisik seperti ekspresi wajah, nada bicara, jarak antarpersonal, posisi tubuh, penampilan, gestur, sentuhan dan penciuman” (Griffin, 2006: 142).
Universitas Sumatera Utara
Terdapat empat karakteristik hubungan secara elektronik (electronic relationships) yang berkaitan pula dengan CMC, yaitu : 1. Komunikasi elektronik melampaui batas geografi dan waktu. 2. Komunikasi elektronik memberikan kebebasan bagi seseorang untuk mengungkapkan identitas dirinya ataupun memalsukan identitas dirinya. 3. Komunikasi elektronik memberikan seseorang sebuah pengalaman untuk menjadi “lebih berani” dalam mengungkapkan dirinya” (Trenholm, 2005: 165). Kita sering menganggap bahwa komunikasi harus terjadi tatap muka, namun, seiring perkembangan teknologi, sarana komunikasi banyak bermunculan dan sangat membantu komunikasi, termasuk komunikasi antarpribadi.Komunikasi sering kita lakukan dengan menggunakan teknologi. Dengan demikian, komunikasi antarpribadi sudah mengalami pergeseran, yang sebelumnya kita mengenal karakteristiknya adalah tanpa media (nirmedia) saat ini terjadi evolusi menjadi bermedia atau menggunakan media (mediated). Walter mengungkapkan tidak adanya konteks fisik dalam komunikasi melalui medium internet ini tidak akan berakibat fatal atau bahkan mempengaruhi “pembangunan kesan” ketika seseorang berkomunikasi di internet. Hal ini dapat dikarenakan oleh dua hal yaitu: (1) tanda verbal, yaitu ketika seseorang termotivasi untuk membentuk sebuah kesan dan membangun hubungan di dunia maya, komunikator memanfaatkan segala sistem yang tersedia dalam medium internet untuk menyampaikan pesan atau perasaannya. Seperti contohnya bila seorang chatter merasa senang, maka ia akan menyertakan emoticon smile atau tanda senyum atau singkatan “LOL” (laugh out loud) ketika seorang chatter merasa geli dan sebagainya. (2) memperpanjang waktu, yaitu pertukaran informasi sosial melalui CMC lebih lambat dari daripada face to face, sehingga kesan-kesan yang terbentuk menjadi kurang. Namun demikian tidak pernah terbukti bahwa hubungan melalui CMC lebih lemah atau rapuh daripada hubungan yang lebih banyak memakai tanda nonverbal (Griffin,2006: 143). Selain itu, CMC merupakan sebuah integrasi teknologi komputer dengan kehidupan kita sehari-hari (Wood,2005: 4).
Universitas Sumatera Utara
Didalam komunikasi antarpribadi yang menggunakan media, jarak komunikasi tetap dikatakan sebagai jarak personal.Hal ini dikarenakan menggunaan media atau tidak menggunakan media, tetap saja pesan yang disampaikan bersifat lebih khusus atau pribadi di antara mereka yang melakukan komunikasi.Dengan asumsi komunikasi yang masih bersifat personal tersebut maka jarak personal tidak mempengaruhi apakah menggunakan media atau nirmedia. Komunikasi dengan jarak personal tetap saja terjadi selama ada keterbukaan, kepercayaan, dan sikap suportif setiap individu.Dalam istilah komunikasi, hubungan seperti ini disebut sebagai hubungan interpersonal atau antarpribadi. Hubungan antarpribadi dapat diartikan sebagai hubungan seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi (Hidayat, 2012: 230). Selain komunikasi antarpribadi juga bisa menggunakan media, komunikasi antarpribadi juga berlangsung tidak selalu harus formal, tetapi bisa juga secara informal.Tergantung konteks dan dimensi ruang dan waktu kapan dan di mana komunikasi itu berlangsung. Harus diakui pula bahwa media sangat berperan dalam proses komunikasi antarpribadi. Meskipun komunikasi tatap muka (face to face) masih menjadi barometer utama dalam komunikasi efektif. Namun demikian, media memberikan kontribusi positif, membantu efektivitas pada saat “waktu” menjadi kendala pada era modern sekarang ini.Hadirnya media sebagai sarana komunikasi antarpribadi tentu saja tidak mengurangi derajat hubungan antarpribadi.
II.2.9 Komunikasi Cyber
New media memberikan gambaran-gambaran baru terciptanya komunikasi dunia cyber. Media baru ini memberikan ruang dalam dinamika sosial masyarakat termasuk komunikasi, telematika, ilmu pengetahuan, budaya, sosiologi dan lain sebagainya dengan perkembangan berbagai macam varian. Gambaran umum
Universitas Sumatera Utara
realitas new media memberikan konsep pola komunikasi yang tidak ada batasan antara penyampai pesan dan penerima pesan sehingga ruang media baru tersebut lebih mudah memberikan asas timbal balik. Secara dasar media baru internet hampir memiliki semua kebutuhan sosial masyarakat mulai informasi, media teks, radio, TV dan segala jenis media tergabung didalamnya. Burhan Bungin (2009 : 296), teori komunikasi dunia maya atau yang sering di
kenal
teori
Cybercommunity
merupakan
teori
paling
akhir
dalam
pengembangan ilmu komunikasi atau sosiologi komunikasi. Kajian kajian tentang perkembangan teknologi telematika menjadi sangat urgen terutama yang berhubungan dengan perkembangan media baru (new media). New media banyak menekankan bagaimana kontruksi sosial media memberi kontribusi terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan. Persoalan cyber seperti perumpamaan “ruang waktu” bahwa manusia memiliki kehidupan baru diatas dunia nyata. Teori ini lebih menekankan kelompok sosial yang berkembang didalam dunia maya. Bagaimana terciptanya kelompok-kelompok, bagaimana komunikasi kelompok dan bagaimana sebuah media kelompok di dunia maya mekontruksi pesan penggunanya. Saverin dan Tankard (2005) dalam bukunya Teori Komunikasi menjelaskan tentang teori komunikasi dunia maya, meliputi aspek aspek penting teori komunikasi dunia maya, yaitu: 1. Konsep dasar komunikasi digital , cyber space, virtual reality (VR), komunitas maya (virtual community ) chat room, multy user domain (MUD), inter aktifitas , hypertext, dan multimedia 2.
Gagasan McLuhan tentang perkembangan media baru (New media)
melibatkan kesenjangan pengetahuan kredibilitas media penentuan agenda manfaat dan gratifikasi, pembauran inovasi dan lain lain. 3.
Riset- riset baru pada komuniksai dunia maya yaitu mediamorfosis,
riset tentang hypertext, riset multimedia, riset desain antar muka (komunikasi dua arah) riset eros digital atau cinta online, riset kecanduan internet dan depresi.
Universitas Sumatera Utara
Konsep virtualitas dipandang sebagai sifat kemayaan yang tercipta akibat mekanisme jaringan komputer (cyberspace), akan tetapi melingkupi konsep maya dalam pengertian yang lebih luas, yang tercipta dalam ruang – ruang yang lebih luas (Bungin, 2008:293). Teori cybercommunity dianggap penting karena merumuskan sejauh mana teknologi informasi seperti sosial networking berperan serta menciptakan konsep nasionalisme kekinian dengan pembentukan kelompok dalam dunia maya. Dalam kelompok dunia maya banyak faktor yang membuat seseorang menikmati dinamika kelompok antara lain unsur ketidak sengajaan individu serta proses pencarian kelompok. Didalam dunia maya kelompok tidak mencari individu namun lebih kepada individu yang mencari kelompok. Terciptanya grup di ruang maya lebih menekankan minat individu untuk bergabung dengan kelompok yang sudah ada atau sebaliknya individu dapat menciptakan kelompok sesuai dengan keinginan dan minatnya.
Universitas Sumatera Utara
II.3
Model Teoritik Gambar 1.
Bagan Model Teoretik Penelitian Kemudahan Berkomunikasi Pacaran Jarak Jauh Melalui Aplikasi Skype
Objek Penelitian Kemudahan Berkomunikasi yang berpacaran jarak jauh melalui aplikasi skype.
Kontruktivisme Pieter Berger -
Eksternalisasi Objektivasi Internalisasi
Tingkat Analisis -
-
-
-
Bentuk-bentuk pesan verbal dan non verbal dalam aktivitas komunikasi pacaran jarak jauh melalui aplikasi skype. Bentuk-bentuk kemudahan berkomunikasi yang diungkapkan oleh individu kepada pasangan pacaran jarak jauh melalui aplikasi skype
Kemudahan berkomunikasi yang diungkapkan oleh individu pada pasangan melalui aplikasi skype. Keluasan dan kedalaman kemudahan berkomunikasi yang diungkapankan oleh individu pada pasangannya melalui aplikasi skype. Kualitas hubungan pasangan jarak jauh dengan menggunakan aplikasi skype. Universitas Sumatera Utara