BAB II TUJUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa Manusia sebagai mahluk social selalu dan pasti ingin berinteraksi dengan manusia lainnya, selalu ada rasa keingintahuan terhadap orang lain dan terhadap dirinya sendiri, sehingga dari rasa ingin tahu inilah manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi secara harfiah diartikan sebagai proses berbagi ( share ) pesan dari satu pihak menjadi milik bersama. Komunikasi melalui media massa pada dasarnya ditujukan ke khalayak yang luas, homogen, anonym, terbesar dan tidak mengenal batas geografis14 Harold D. Lasswell menyatakan bahwa ada tiga fungsi dasar yang menyebabkan manusia perlu berkomunikasi 15, yaitu : 1) Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya 2) Adanya upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. 3) Upaya manusia untuk melakukan transformasi warisan sosialis. Menurut professor David K. Berlo dari Michigan State University menyebutkan bahwa komunikasi sebagai instrument dari interaksi social berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dengan masyarakat
16
.
Dari pernyataan para pakar ini terlihat bahwa komunikasi tidak bisa di pisahkan dari kehidupan manusia. Demikian sungguh besar pengaruh komunikasi didalam 14
S.Djuarsa Sendjaja,dkk, Materi Pokok Pengantar Ilmu Komunikasi , Universitas Terbuka, Jakarta, 1998, hal. 34. 15 Hafied Cangara, Pengantar ilmu komunikasi,Cetakan Kelima, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2004, hal.2 16 ibid, hal.3
kehidupan manusia, sehingga didalam perkembangannya komunikasi pun diklasifikasikan dalam beberapa type komunikasi, seperti komunikasi dengan diri sendiri ( interpersonal communication ), komunikasi antar pribadi ( interpersonal communication ), komunikasi khalayak ( public communication ) dan komunikasi massa ( mass communication ).
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa yang dimana pengertian dari media massa itu sendiri adalah alat yang dipergunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak ( penerima ) dengan menggunakan alat – alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan internet. Menurut DeFleur dan Denis ( 1985 ) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan – pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna – makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Sedangkan menurut Bitter ( 1980 ) komunikasi massa adalah pesan – pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. Media massa dapat dikelompokkan ke dalam; media massa cetak dan media massa elektronika
17
. Media massa cetak
meliputi koran, majalah, dan buletin. Media massa elektronika mencakup radio, televisi, dan film.
17
A.M. Hoeta Soehoet, Teori Komunikasi, Yayasan kampus tercinta, IISIP Jakarta, 2002, hal. 42
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Setelah mengetahui definisi komunikasi massa dari para ahli – ahli komunikasi, sekarang kita membahas mengenai karakteristik dari pada komunikasi massa itu sendiri. Karakteristik komunikasi massa adalah 18: 1. Komunikasi massa bersifat melembaga, yang artinya bahwa pengelola media tersebut terdiri dari banyak orang yang memiliki fungsi masing – masing. 2. Komunikasi massa itu bersifat umum, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk kelompok tertentu. 3. Komunikasi massa berlangsung satu arah, yang artinya tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator, walaupun ada feedback dari komunikator hal tersebut adalah bersifat tunda, ada delay dari komunikator. 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan. 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, yang artinya bahwa komunikan dari komunikasi massa terdiri dari berbagai usia, agama, jenis kelamin, ideologi, pendidikan dan sebagainya.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Konvergensi media terus berkembang mengikuti kebutuhan para khalayak. Fungsi komunikasi massa pun ikut berkembang. Menurut Harold Laswell seorang ahli ilmu politik dalam bukunya “ The Communications of Ideas “ disebutkan bahwa ada beberapa fungsi komunikasi massa, yaitu : 1. Fungsi pengawasan oleh media massa 18
Onong Uchjana Effendy,MA,Drs. Ilmu komunikasi teori dan praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 22-25
2. Fungsi penafsiran oleh media massa 3. Fungsi untuk meneruskan kebudayaan dan hiburan Sedangkan, menurut Wilbur Schramm dalam bukunya “ Mass Media and National Development “, menyatakan bahwa ada tiga fungsi dari komunikasi massa, yaitu : 1. The watchman fuction atau fungsi pengawasan, 2. The policy fuction atau fungsi kebijakan dan 3. the teaching fuction atau fungsi mengajar.
2.1.4 Media Komunikasi Massa Didalam menyampaikan pesan kepada khalayak diperlukan suatu media atau perantara supaya proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Maka, media komunikasi dapat kita artikan alat – alat perantara yang digunakan dalam usaha manusia menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain. Ketika kita berbicara mengenai media komunikasi maka kita pun akan berbicara mengenai kemampuan media tersebut terhadap penguasaan ruang dan waktu dari isi pernyataan yang disalurkan. Isi pernyataan yang menguasai ruang bila disampaikan melalui media radio dan televisi, sedangkan isi pernyataan yang menguasai waktu dan ruang kalau disampaikan melalui media surat kabar, majalah dan film19. Didalam komunikasi massa terdapat beberapa media yang mendukung, seperti : 1. Televisi Televisi merupakan salah satu perangkat media yang paling banyak dipergunakan masyarakat dalam mencari informasi maupun hiburan karena
19
Ibid, hal.43
sifatnya yang langsung menampilkan audio maupun visual dari objek
20
.
Televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah – daerah terpencil pun dapat menikmati siaran televisi. 2. Radio Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh media radio adalah kemampuannya menyampaikan berita yang cepat dan mudah dibawa kemanamana, radio mampu menyapa para pendengarnya secara pribadi,pendengar membawa radio mereka di mobil, di rumah dan di tempat tidur. Bila dihubungkan dengan imajinasi radio memperlihatkan kekuatannya yang besar sebagai media. Radio menuntut partisipasi aktif pendengarnya dalam membangun suatu pengalaman tentang pandangan, daya penciuman, dan sensasi yang dihasilkan oleh media suara murni. Disebabkan suara yang buta maka pendengarnya mencoba untuk menvisualisasikan apa yang didengarnya dan mencoba menciptakan si pemilik suara dalam bayangan mereka sendiri. 3. Film Film dalam pengertian sempit merupakan penyajian gambar lewat layar lebar. Sebuah film terbentuk dari sekian banyak shot, yang dimana tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan mata penonton, bagi tata set dan action pada suatu perjalanan tertentu dalam perjalanan cerita21. Dengan kemampuan visual yang didukung
20
Hafied Cangara op.cit, hal.123 Joseph V. Mascelli, A.S.C, Angle, Kontiniti, Komposisi, Editing, Close Up dan Komposisi dalam Sinematografi, Yayasan Citra, Jakarta 1986, hal. 4 21
oleh audio yang khas film menjadi sangat efektif sebagai media hiburan dan juga sebagai media pendidikan dan penyuluhan22.
2.2 Televisi Sebagai Media Massa Televisi saat ini merupakan media massa yang “terpopuler” di kalangan masyarakat dunia terutama masyarakat Indonesia. Ellen Wartella dan Byron Reeves, memandang TV sebagai sesuatu yang unik, keunikan itu bukan saja dari isi pesan yang ada didalam tv yang sangat menghibur pemirsanya dan amat menyenangkan hati audiensnya tetapi juga dari segi visualisasi pergerakan kamera , tehnik mengedit dan juga bahasanya.” The forms of television that are unique no content. The forms of television include visual feature ( spatuial frequency, picture complexity, anonation ), camera movement ( pans dan zomms ), editing tehnique ( cut and packing ) and feature of the radio and language ( loudness, sound/silence, sentence complexity )23 Televisi tidak membatasi diri hanya untuk konsumsi kalangan tertentu saja namun telah menjangkau konsumen dari semua kalangan masyarakat tak terkecuali remaja dan anak-anak. Sifat dari televisi yang mampu mengatasi ruang dan waktu mampu menyita perhatian khalayak tanpa mengenal usia, pekerjaan dan pendidikan.
22
Hafied Cangara, op.cit 126 Ellen Wartella, Byron Reeves ; Handbook of Communication and Science; New Burrypark; London; 1989; hal.632 23
2.2.1 Pengertian Televisi Menurut kamus besar bahasa Indonesia, televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Televisi berasal dari kata tele ( jauh ) dan vision ( tampak ), jadi televisi berarti tampak atau dapat dilihat dari jauh. Dalam Oxford Learner’s Dictionary menyebutkan, Television is system of sending and receiving pictures and sounds over a distance by radio waves ( televisi adalah sistem pengiriman dan penerimaan visual dan audio dalam suatu jarak tertentu melalui gelombang radio ). Sama seperti media massa yang lain, televisi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, keunggulan televisi dilihat dari sisi progmatis, menurut Fahmi Alatas, yaitu : 1. Menyangkut isi dan bentuk. Media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realitas dan tidak terbatas. 2. Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan intim. 3. Memiliki tokoh berwatak, sementara media lain hanya memiliki bintang yang direkayasa24 Secara sederhana kita dapat mendefinisikan televisi sebagai media massa yang menampilkan siaran berupa gambar dan suara dari jarak jauh.
24
A.Alatas Fahmi, Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, YPKMD, Jakarta, 1997, hal. 32
2.2.2 Karakteristik Media Televisi Neil Postman dalam bukunya “ The Disappearance of Childhood “ menyebutkan bahwa ada tiga karakteristik televisi; 1. Pesan yang disampaikan melalui televisi dapat sampai kepada pemirsanya tanpa memerlukan bimbingan atau petujuk. 2. Pesan tersebut sampai tanpa memerlukan pemikiran 3. Televisi tidak memberikan pemisahan bagi para pemirsanya, yang artinya siapa saja dapat menyaksikan siaran televisi.
2.2.3 Kekuatan Televisi Televisi sebagai media massa yang notabenenya sebagai perangkat sosial yang berpengaruh besar terhadap masyarakat. Kehidupan masyarakat yang semula tradisional berubah cepat menjadi modern akibat modernisasi yang dibawa oleh televisi. Tayangan program televisi seperti reality show, infotainment, sinetron, film bahkan iklan sekalipun turut serta mengatur dan mengubah life style di masyarakat. Informasi yang diberikan televisi seperti program berita tentang politik, budaya, ekonomi maupun sosial masyarakat dari suatu negara layaknya hanya hiburan dan permainan publik belaka. Kenyataan di dalamnya telah diubah dengan “sesuatu” yang maya. Namun, tak sedikit pula pemerhati acara televisi yang “sehat” menemukan dampak positif dari tayangan televisi. Televisi juga bisa dijadikan sebagai sarana edukasi dan informasi. Namun, pada kenyataannya semua itu hanya kepentingan politik dan “matreisme” dari kalangan tertentu belaka. Televisi tetap menjadi suatu kenyataan
yang semu bagi kita semua. Semua ini membuktikan kalau media televisi sudah semakin “parah” mempengaruhi kerja otak masyarakat. Secara tegas Ruedi Hofmann mengatakan bahwa televisi yang kita alami sekarang ternyata sangat komersial,
penuh
kekerasan
dan
lebih
banyak
bohong
daripada
mengkomunikasikan kebenaran25. Bahkan Neil Postman mengatakan bahwa sama sekali tidak mungkin televisi pernah akan menjadi baik, karena tehnologi itu tidak netral, melainkan dengan sendirinya menghasilkan kemerosotan kebudayaan26.
2.3 Program Televisi Semakin ramainya dunia televisi di Indonesia mengakibatkan para pengelola stasiun penyiaran harus berfikir lebih keras dan keras lagi untuk menyapa audiens mereka supaya tetap menonton stasiun yang mereka kelola. Salah satu trik dalam mempertahankan audiens mereka adalah dengan menghadirkan program – program yang menarik dan disukai oleh masyarakat.
2.3.1 Pengertian Program Televisi Program televisi menurut Naratama dalam bukunya yang berjudul menjadi sutradara televisi mengatakan bahwa program acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama
25
Ruedi Hofmann, Dasar – Dasar Apresiasi Program Televisi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 1999, hal. 26 26 Ibid, hal. 47
yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut27. Jadi program televisi dihadirkan berdasarkan ide kreatifitas para kru untuk mencapai target dan tujuan yang ingin dicapai oleh para pengelola media televisi.
2.3.2 Karakteristik Program Televisi Program – program acara yang dihadirkan oleh setiap stasiun televisi memiliki ciri dan kekhasan masing – masing, namun secara garis besar karakteristik program televisi adalah; 1. Format Fiksi ( Drama ), sebuah format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah – kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. 2. Format Non Fiksi ( Non Drama ), sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari – hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. 3. Format Berita ( News ), sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyrakat sehari – hari.
2.4 Program Berita ( News ) Program berita adalah suatu program yang dihadirkan oleh stasiun televisi yang berisikan informasi-informasi yang memiliki nilai factual dan actual yang
27
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi,PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004, hal.63
disajikan dengan kecepatan dan ketepatan waktu serta memiliki nilai berita yang bersifat independen. Program berita menjadi salah satu program yang menjadi unggulan di setiap stasiun televisi di Indonesia dan sangat tidak mungkin sebuah stasiun televisi tidak memiliki program yang berisi berita. Adrew Boyd ( 2001 ) dalam bukunya Broadcast Journaslim memuat sejumlah definisi mengenai berita. Ia antara lain mengutip definisi dari Ben Bradlee yang menyebutkan News is the first rough draft of history ( berita adalah rancangan kasar pertama mengenai sejarah ) atau definisi dari Freda Morris dalam buku “ Broadcast Journalism Techniques of Radio and TV News” News is the immediate, the important, the thing that have impact on our live28 ( berita adalah sesuatu yang baru, penting yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia ), sedangkan menurut Eric C. Hepwood ( 1996 ) berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Pandangan lain dikemukan oleh Charles Dana mengenai berita, bahwa When dog bites a man, that is not news, but when a man bites a dog, that is news ( ketika anjing menggigit manusia, itu bukan berita tetapi ketika manusia menggigit anjing itu baru berita ). Sementara menurut pakar komunikasi lainnya, JB Wahyudi mengatakan bahwa berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodic29.
28
Andrew Boyd, Broadcast Journalism : Techniques of Radio and Television News, Fifth Edition, Focal Press, 2001. Hal 18. 29 Arifin S. Harahap, Msi, Drs, Jurnalistik Televisi, PT.Indeks, Jakarta 2007, hal.3
2.4.1 Pemilihan Berita Seorang produser atau redaktur program berita harus memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan mengenai berita yang akan disiarkan ( news judgement ) karena tanpa kemampuan ini suatu program berita televisi akan menyajikan berita-berita yang tidak saling berhubungan atau membosankan, mengubur poin utama ( angle ) sebuah berita dan menempatkan informasi yang tidak penting di awal dan informasi yang lebih penting di awal. Kemampuan untuk menilai suatu berita akan memungkinkan seorang produser untuk menyaring informasi sampai ke inti cerita serta menemukan dan menekankan poin utama atau angle dari sebuah berita. Selain itu, news judgement yang baik akan dapat membantu menyusun program berita dengan kejadian terpenting diawal dan kurang penting di akhir. Dalam hal ini terdapat sejumlah hal yang mempengaruhi pilihan berita atau news judgement yang mencakup dampak, kedekatan, aktualitas, popularitas, konflik dan kesederhanaan30. 1. DAMPAK Hal penting yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan untuk memilih berita apa yang disiarkan atau peristiwa apa yang harus diliput adalah memastikan yang mana diantara sejumlah berita atau peristiwa tersebut yang memberikan pengaruh atau dampak, baik langsung maupun tidak langsung kepada sejumlah besar audien. Semakin banyak orang yang terpengaruh terhadap suatu berita maka berita itu bisa menjadi prioritas utama untuk disiarkan. 30
Pengelola
bagian
pemberitaan
stasiun
penyiaran
harus
Dja’far Assegaff, Jurnalistik Masa Kini ( Pengantar ke Praktek Kewartawanan ), Yudistira, 1985 hal 2537
mengutamakan dampak ( impact ) ketika memutuskan peristiwa apa yang akan diliput atau ketika memilih berita apa yang akan disiarkan. 2. AKTUALITAS Berita tersebut adalah berita baru atau berita yang masih hangat. Karena jika berita tersebut sudah terjadi beberapa hari atau sampai beberapa minggu, nilai dari sebuah berita itu menjadi tidak menarik lagi. Kemajuan tehnologi penyiaran dan persaingan antara stasiun TV menjadikan kecepatan menyiarkan berita sebagai suatu hal yang penting. Aktualitas atau timeless adalah prinsip menyiarkan peristiwa berita ketika peristiwa itu masih hangat atau bahkan ketika peristiwa itu masih berlangsung. Kecepatan menjadi keunggulan media penyiaran dibandingkan dengan media jenis lainnya. 3. KEDEKATAN, ( Proximity ) Hubungan kedekatan sebuah berita dengan pemirsa dapat diukur dengan jarak lokasi peristiwa dengan tempat tinggal pemirsa, hubungan profesi, hobi dan kaitan langsung dengan peristiwa. Tempat dimana suatu peristiwa terjadi adalah hal yang penting dalam pemilihan berita. Orang akan selalu memperhatikan apa yang terjadi didekatnya. Jika audien kita berada didaerah A maka peristiwa yang terjadi di daerah A harus menjadi prioritas untuk kita siarkan karena peristiwa bersangkutan berada dekat dengan audien kita. 4. POPULARITAS Cerita mengenai orang-orang yang dikenal masyarakat luas, seperti tokoh masyarakat, pejabat, artis, olahragawan dan sebagainya banyak menarik
perhatian audien. Orang menyukai cerita tentang mereka karena mereka adalah orang-orang yang dikenal ( prominence ). Jika ada seorang “warga biasa“
yang
mengalami
kecelakaan,
media
tidak
tertarik
untuk
memberitakannya tapi jika yang kecelakaan itu adalah seorang menteri atau artis film tentu para wartawan akan berbondong-bondong untuk meliput peristiwa tersebut. 5. KONFLIK Berita yang mengandung konflik atau perseteruan antara satu pihak dengan pihak lainnya merupakan berita yang bagus dan seringkali menghasilkan gambar yang lebih bagus. Berita mengenai bentrokan atau konfrontasi antara demonstran dan polisi adalah berita yang kuat. Video yang menggambarkan aksi dorong mendorong atau pukul – pukulan antara demonstran dan polisi pada peristiwa bentrokan tersebut merupakan gambar yang sangat kuat. Tuggle dan Carr ( 2004 ) dalam bukunya Broadcast News Handbook : Showing conflik simply for the sake of showing it isn’t good decision making, unless we provide some context, we’ve done the viewers a disservice
(
menampilkan
konflik
semata-mata
untuk
sekedar
mempertunjukkannya saja bukanlah keputusan yang bagus, kecuali kita memberikan konteks atau hubungan maka kita hanya membuat penonton memberikan pandangan buruknya ). Hal ini berarti program berita tidak bisa menampilkan video orang berkelahi atau pelajar yang sedang tawuran sebagai satu show semata-mata tetapi kita harus memberikan alasan mengapa kita perlu menunjukkan gambar-gambar tersebut.
6. MENARIK Sesuatu berita itu disebut menarik jika berkaitan dengan peristiwa besar ( magnitude ) yang mampu membuat orang iba, marah, kagum. Berita mengenai peristiwa-peristiwa yang unik juga bisa menarik perhatian orang walau belum tentu ada kegunaannya bagi pemirsa. 7. KESEDERHANAAN Program berita TV lebih menyukai berita yang sederhana untuk disiarkan daripada berita rumit yang sulit dimengerti. Berita sederhana cenderung lebih singkat sedangkan berita kompleks cenderung lebih panjang. Berita mengenai disahkanya undang-undang pajak yang baru mungkin mempengaruhi banyak orang, namun berita itu mungkin tidak akan menerima perhatian audien yang cukup besar karena membahas hal yang rumit mengenai keuangan. Namun, demikian program berita tidak dibenarkan untuk mengabaikan berita rumit namun penting tersebut. Tugas reporter TV adalah menjadikan berita rumit seperti undang-undang pajak sebagai suatu berita sederhana yang dapat dimengerti oleh semua orang. Sebagaimana dikemukakan Tuggle ( 2004 ) so don’t dismiss stories automatically if they don’t seem simple, make them simple31( jadi jangan otomatis mengabaikan berita yang tampaknya tidak sederhana, jadikan berita itu menjadi sederhana ).
31
C.A Tuggle, selecting Stories and Starting to Write dalam C.A Tuggle, Forest Carr dan Suzanne Huffman, Broadcast News Handbook, Writing, Reporting & Producting in a Converging Media,2nd Edition, hal.22
2.4.2 Jenis Berita Manusia pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi ditengah masyarakat. Pengelola program berita TV dapat mengeksplorasi rasa ingin tahu orang ini untuk menarik sebanyak mungkin audien melalui berbagai jenis programnya. Jenis program TV pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu program hiburan dan program informasi. Program informasi memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap sesuatu hal. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan ( informasi ) kepada khalayak. Daya tarik program ini adalah informasi dan informasi itulah yang dijual kepada audien. Program informasi dapat dibagai menjadi dua bagian besar yaitu berita keras ( hard news ) dan berita lunak ( soft news ). 1. Berita Keras Berita keras atau hard news dapat didefinisikan sebagai “new and important information about events of significance
32
( informasi penting dan
baru mengenai peristiwa yang berarti ). Definisi lain dari berita keras adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui audien secepatnya33. Media televisi biasanya menyajikan berita keras secara regular yang ditayangkan dalam suatu program berita. Stasiun televisi besar biasanya 32 33
Andrew Boyd, Op.cit hal. 68 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media, 2008. hal 25.
menyajikan program berita beberapa kali dalam satu hari, misalnya pada pagi, siang, petang dan malam hari. Bahkan ada televisi yang menyajikan program berita dalam setiap jam walaupun durasinya cukup singkat ( kurang dari 5 menit ). Dalam hal ini berita keras dapat dibagi dalam beberapa bentuk berita, yaitu : straight news, features dan infotainment. a. Straight News. Straight news berarti suatu berita yang singkat ( tidak detail ) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup 5W+1H ( who,what,where,when,why dan how ) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu ( deadline ) karena informasinya sangat cepat basi jika terlambat disampaikan kepada audien. b. Feature. Program berita menampilkan berita-berita ringan. Misalnya berita tentang tempat makan yang enak atau tempat liburan yang menarik, berita seperti ini disebut juga dengan berita feature. Dengan demikian, feature adalah berita ringan namun menarik. Pengertian “menarik” disini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman dan sebagainya. Pada dasarnya berita – berita semacam ini dapat dikatakan sebagai softnews karena tidak terlalu terikat dengan waktu penayangan, namun karena durasinya singkat ( kurang dari lima menit ) dan ia menjadi bagian dari program berita maka feature masuk kategori hard news. c. Infotainment. Kata “ infotainment “ berasal dari dua kata yaitu information yang berarti informasi dan entertainment yang berarti hiburan, namun infotainment bukanlah berita hiburan atau berita yang memberikan
hiburan. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal oleh masyarakat ( public figure ). Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. 2. Berita Lunak Berita lunak atau softnews adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam ( indepth ) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri diluar program berita. Program yang masuk ke dalam kategori ini adalah; magazine, current affair, documenter dan talk show. a. Current Affair. current affair adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Dengan demikian current affair cukup terikat dengan waktu dalam hal penayangannya namun tidak seketat hard news, batasannya adalah bahwa selama isu yang dibahas masih mendapat perhatian khalayak maka current affair dapat disajikan. b. Magazine. Diberi nama magazine karena topik atau tema yang disajikan mirip dengan topik-topik atau tema yang terdapat dalam suatu majalah ( magazine ). Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang. Magazine ditayangkan pada program tersendiri yang terpisah dari program berita. Magazine lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya.
c. Dokumenter. Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Gaya atau cara penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal tehnik pengambilan gambar, tehnik editing dan tehnik penceritaannya, mulai dari yang sederhana hingga yang tersulit. Suatu program dokumenter ada kalanya dibuat seperti membuat sebuah film sehingga sering disebut dengan film dokumenter. d. Talk Show. Program talkshow atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara ( host ). Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas. Program informasi dalam kategori berita keras atau hard news dapat dibedakan dengan berita lunak atau soft news berdasarkan sifatnya sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini : HARD NEWS
SOFT NEWS
Harus ada peristiwa terlebih dahulu
Tidak musti ada peristiwa terlebih dahulu
Peristiwa harus actual ( baru terjadi )
Tidak musti actual
Harus segera disiarkan
Tidak bersifat segera ( timeless )
Mengutamakan informasi penting saja
Menekankan pada detail
Tidak menekankan sisi human interest
Sangat menekankan segi human interest
Laporan tidak mendalam ( singkat )
Laporan bersifat mendalam
Tehnik penulisan piramida tegak
Tehnik penulisan piramida terbalik
Ditayangkan dalam program berita
Ditayangkan dalam program lainnya
2.4.3 Format Berita Dalam dunia televisi dikenal sejumlah istilah yang terkait dengan format yang digunakan dalam menyajikan suatu berita. Kekuatan televisi dibandingkan dengan media lainnya adalah kemampuannya unutk membawa penonton ke lokasi kejadian dengan menggunakan gambar – gambar yang dkombinasikan dengan suara alami adalah factor yang membuat televisi memberikan pengaruh atau dampak yang sangat kuat kepada penonton, karena gambar dapat bercerita jauh lebih banyak dibandingkan dengan kata-kata. Salah satu tantangan yang dihadapi para pengelola program berita adalah mencari cara atau format terbaik dalam menyajikan setiap berita. Dalam program berita televisi dikenal beberapa format berita yaitu cara bagaimana suatu berita itu ditampilkan atau disajikan. Format apa yang dipilih tentunya tidak bisa dilakukan sesukanya saja. Terdapat sejumlah kriteria atau persyaratan untuk menentukan suatu format berita dalam suatu program berita televisi. Suatu berita dapat disajikan dalam beberapa bentuk yaitu34; 1. Reader. Ini adalah cara yang paling dasar untuk menyajikan sebuah berita. Presenter distudio hanya membacakan isi berita tanpa ada gambar pendukung. Format seperti ini biasanya hanya digunakan jika sebuah berita penting terjadi pada saat program berita masih “on air”. Tentu saja belum ada gambar yang tersedia karena tim liputan belum dikirim kelokasi kejadian dan informasi penting tersebut harus segera disiarkan walaupun dengan fakta-fakta dasarnya
34
Morissan, M.A, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal 32-40
saja. Dengan demikian reader merupakan format berita singkat yang disampaikan presenter tanpa didukung gambar ( video ). 2. Voice Over. Voice Over atau VO adalah format berita dengan video yang keseluruhan narasinya mulai dari intro hingga kalimat terakhir dibacakan oleh presenter. Presenter tampil didepan kamera ( on cam ) setelah itu muncul gambar berita namun suatu presenter tetap terdengar mengiringi gambar. Format berita ini biasanya digunakan untuk menceritakan sebuah topik dalam waktu yang singkat ( biasanya sekitar satu menit ). 3. Reader SOT. Format berita Reader Sound on Tape ( RDR SOT ) terdiri dari presenter yang muncul membacakan intro dan kemudian muncul soundbite on tape ( SOT ) dari narasumber berita. SOT adalah cuplikan suara dari narasumber atau cuplikan wawancara panjang dengan narasumber. Istilah lain untuk SOT adalah sync ( baca “sing” ). SOT sebaiknya diusahakan pendek dan focus sehingga bisa membantu memberikan efek dramatis dari berita yang dibacakan sebelumnya. 4. Voice Over – SOT. Format berita ini merupakan gabungan antara format VO dan SOT yang mana VO mengenai peristiwa atau isu yang relevan atau ada kaitannya dengan apa yang diungkapkan dalam SOT. Sedangkan SOT adalah bagian pernyataan sumber yang penting atau spesifik berkaitan dengan peristiwa ( event ) atau isu bersangkutan. 5. Reader – Grafis. Format berita reader-grafis ( RDR-GRF ) biasanya digunakan jika sebuah berita penting baru saja terjadi dan stasiun televisi belum mendapatkan akses untuk mendapatkan gambar dan merekamnya
dalam kaset video. Untuk menggantikan gambar video yang belum ada maka digunakan ilustrasi berupa grafis. Pada banyak kasus terutama jenis berita bencana maka grafis yang dibutuhkan adalah berupa peta yang menunjukkan dimana lokasi bencana itu terjadi. 6. Package ( PKG ). Paket adalah laporan berita lengkap dengan narasi ( voice over ) yang direkam kedalam pita kaset. Narasi dalam paket dibacakan oleh seorang pengisi suara atau dubber yang biasanya adalah reporter atau penulis berita ( writer ). Dengan kata lain, format berita paket adalah format berita yang bersifat komprehensif dengan intro dibacakan presenter sedangkan naskah paket dibacakan atau dinarasikan sendiri oleh reporter atau pengisi suara ( dubber ). Jadi berbeda dengan format VO dimana narasi dibacakan oleh presenter di studio. Dalam sebuah paket biasanya mengandung bagianbagian sebagai berikut, gambar, narasi, suara alami, kutipan langsung narasumber, grafis dan laporan reporter didepan kamera ( stand up ). Paket selalu dimulai dengan presenter membacakan intro. 7. Laporan Langsung. Jika suatu peristiwa yang mengandung nilai berita masih berlangsung sementara program berita masih “on air “ maka stasiun televisi dapat menyampaikan berita dengan format laporan langsung ( live report ). Hal ini dimungkinkan karena komunikasi dapat dilakukan melalui hubungan satelit atau microwave. Dalam format ini presenter akan langsung berbicara dengan reporter yang berada dilokasi yang sedang meliput suatu peristiwa.
8. Breaking News. Berita yang sangat penting dan harus segera disiarkan, bila memungkinkan bersamaan dengan peristiwa tersebut. Breaking news merupakan berita tidak terjadwal karena dapat disiarkan kapan saja. 9. Laporan Khusus. Berita dengan format paket, lengkap dengan narasi dan soundbite dan sejumlah narasumber yang memberikan pendapat dan analisa mereka. Biasanya merupakan laporan panjang yang komprehensif mengenai berbagai peristiwa atau isu seperti politik, hokum, kriminal dan bencana. Laoran khusus biasanya disajikan dalam program tersendiri diluar program berita karenanya memiliki durasi panjang ( 30 menit atau lebih ).
2.4.4 Kelengkapan Berita Program berita televisi harus mampu menyajikan berita kepada audien secara lengkap. Berita yang disampaikan harus lengkap berarti informasi yang disampaikan disertai gambar video yang menyertainya dan dapat dipahami, memberikan kejelasan serta memuaskan rasa ingin tahu penonton berita televisi. Suatu berita dinilai baik jika memiliki kelengkapan informasi didalamnya dan berita disebut benar jika ditulis berdasarkan fakta. Setiap reporter TV harus memahami kelengkapan informasi yang harus dimuatnya dan harus mampu menjawab enam pertanyaan yang menjadi rumusan dalam pemberitaan35, rumusan itu adalah sebagai berikut : 1. WHAT ( APA YANG TERJADI ? ) 2. WHERE ( DIMANA KEJADIANNYA ? )
35
A.M Hoeta Soehoet. Op.cit, hal 59
3. WHEN ( KAPAN KEJADIANNYA ? ) 4. WHO ( SIAPA YANG TERLIBAT ? ) 5. WHY ( MENGAPA TERJADI ? ) 6. HOW ( BAGAIMANA KEJADIANNYA ? ) Enam pertanyaan ini merupakan rumus umum dalam dunia pemberitaan, khususnya ketika menulis berita keras ( hard news ). Rumus ini popular dengan singkatan 5W1H. Dalam hal ini, berita harus dimulai dari fakta yang paling penting ( 5W ) yang didukung dengan rincian ( detail ) informasi, latar belakang dan informasi tambahan lainnya. Boyd ( 2001 ) “the news story begin with the most important fact and backs those up with detail, background and interpretation, constructed to get the story across in a logical way that is clear and commands attention. Newswriters for the BBC’s World Service are advised to tell listeners all they need to know to understand the story and to stop there. No question should be raised that cannot be answered36 ( berita dimulai dengan fakta-fakta terpenting dan didukung dengan rincian, latar belakang dan interpretasi,
( semuanya ) dibangun agar berita berjalan secara logis supaya
jelas dan menarik perhatian ). Para penulis berita BBC’s World Service disarankan untuk memahami berita dan berhenti disana. Tidak boleh ada pertanyaan yang tidak terjawab.
36
Andrew Boyd, Op.cit, hal. 70
2.4.5 Gambar Berita TV Kelengkapan berita televisi tidak saja dinilai dari informasi yang lengkap tetapi juga harus disertai gambar video. Televisi merupakan media audio visual karenanya penonton dapat menikmati suara dan gambar sekaligus. Berita pada media televisi harus sinkron antara suara dengan gambar dan masalah sinkronisasi ini merupakan hal yang mutlak. Pada umumnya gambar untuk berita televisi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu37 : 1. Gambar spesifik yaitu gambar yang tidak dapat digantikan dengan gambar lain karena sifatnya yang khusus, misalnya : •
Nama orang ( presiden Megawati, ketua MPR Amien Rais dst )
•
Nama tempat ( kota Jakarta, Gedung DPR/MPR, Istana Merdeka dst )
•
Nama peristiwa ( tragedy Trisakti, kerusuhan Mei, Sidang Istimewa MPR dst )
2. Gambar umum yaitu gambar yang bersifat umum sehingga dapat digunakan gambar apa saja asalkan sesuai dengan topik atau tema berita. Gambar umum ini biasanya adalah gambar penunjang atau stok shot yang berfungsi menunjang atau mengcover narasi atau voice over. Contoh : berita mengenai pendidikan biasanya memerlukan gambar – gambar yang terkait dengan pendidikan antara lain, gambar sekolah, gambar suasana kelas, gambar murid bermain dihalaman sekolah dan lain-lain.
37
Ibid
2.4.6 Kualitas Berita Penilaian terhadap kualitas pemberitaan TV dapat ditinjau dalam beberapa aspek. Dalam hal ini McQuail ( 2000 ) suatu kerangka kerja dalam memberikan penilaian terhadap kualitas media ( framework for assement ) yang terbagi atas empat kriteria, yaitu :38. 1. Kebebasan Media Kebebasan media telah menjadi faktor terpenting dalam menilai atau mengukur kualitas pemberitaan media massa. Sebagaimana diungkapkan McQuail bahwa kebebasan media merupakan prinsip dasar dari setiap teori mengenai komunikasi publik. Kebebasan media juga menjadi sumber manfaat media massa lainnya. Kebebasan media mengacu terutama pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara bebas ( free expression ) dan kebebasan dalam membentuk opini ( the free formation of opinion )39. Namun demikian untuk dapat mewujudkan kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju keberbagai saluran informasi dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini, menurut McQuail, kriteria yang dapat kita jadikan tolok ukur dalam menilai kebebasan media adalah40: a. Tidak adanya praktek sensor, perijinan atau berbagai bentuk kontrol oleh pemerintah
38
sehingga
tidak
menghambat
hak
masyarakat
untuk
Denis McQuail, McQuail’s Mass Communication Theory, 4th edition, Sage Publication, London. Hal. 166 39 Ibid 40 Ibid hal.167
menerbitkan atau menyebarluaskan berita dan opini dan tidak adanya kewajiban untuk mempublikasikan sesuatu yang tidak dikehendaki. b. Hak yang sama bagi seluruh masyarakat untuk menerima secara bebas dan mendapatkan akses ke sumber-sumber berita, opini, pendidikan dan budaya. c. Kebebasan bagi media untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber yang relevan dan sumber-sumber yang relevan tersebut juga punya hak untuk menolak. d. Tidak adanya pengaruh tersembunyi dari pemilik media atau pemasang iklan dalam hal pemilihan berita dan opini. e. Kebijakan redaksi berita yang aktif dan kritis dalam menyampaikan berita dan opini. 2. Keberagaman Berita Media massa dalam menyebarkan berita tidak boleh hanya memberikan perhatian pada satu isu tertentu saja. Prinsip keberagaman berita ( diversity ) adalah upaya media untuk menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan ( fairness ). Media harus menyajikan berita secara proporsional berdasarkan topik-topik yang relevan bagi masyarakat, atau dengan kata lain pemberitaan TV harus mampu mencerminkan keragaman kebutuhan atau minat audien terhadap berita. Dalam hal ini, keberagaman berita dapat dinilai berdasarkan empat kriteria, yaitu :
a. Media dalam penyajikan isi berita harus mampu mencerminkan keberagaman realitas sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional. b. Media harus dapat menyebarkan berita dan harus memberikan kesempatan yang lebih kurang sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat termasuk pihak minoritas dalam masyarakat. c. Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan dan kepentingan yang berbeda dalam masyarakat. d. Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu ( dalam hal adanya peristiwa besar ) dan juga keberagaman berita pada waktu lainnya. 3. Gambaran Realitas Bias pada pemberitaan mengacu pada hal-hal seperti terjadinya penyimpangan ( distorsi ) terhadap realitas, memberikan gambaran negative terhadap kelompok-kelompok minoritas, mengurangi atau mengabaikan peran wanita dalam masyarakat, atau mendukung partai politik atau filosofi tertentu. Berita yang mengandung bias pada akhirnya akan menjadi berita bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi41. Beberapa ciri berita yang mengandung bias antara lain sebagai berikut : a. Media memberikan terlalu banyak waktu memberikan pandangan terhadap pejabat dan kalangan elit masyarakat saja. b. Berita luar negeri hanya terfokus pada negara-negara kaya saja.
41
Ibid
c. Media menyampaikan pandangan yang mengandung bias karena cara pandang yang sempit terhadap nasionalisme atau kesukuan. d. Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung peran pria atau sebaliknya. e. Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan. f. Terlalu berlebihan dalam menyampaikan berita criminal dan mengabaikan realitas sesungguhnya dimasyarakat. 4. Objektivitas Berita Kebebasan media, kesamaan perlakuan dan keberagaman berita belumlah cukup dalam menghasilkan pemberitaan yang berkualitas dan professional jika media tidak memiliki sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan terlatih dibidangnya. Konsep penting dalam hubungannya dengan kualitas berita adalah sifat objektif suatu berita. Objektivitas adalah suatu tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pekerjaan mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi. Pada dasarnya tidak mudah untuk membuat kriteria mengenai pemberitaan yang objektif atau sebaliknya. Westerstahl ( 1983 ) dalam penelitiannya di Swedia mengemukakan kriteria objektif dalam upayanya untuk mengukur derajat objektivitas media di negara itu42. Pada skema dibawah terlihat bahwa pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria yaitu bahwa berita harus bersifat factual yang berarti
berita ditulis
berdasarkan fakta ( factuality ) dan tidak berpihak ( impartiality ).
42
Menurut Westerstahl, objektivitas media berhubungan dengan nilai-nilai ( value ) dan juga fakta dan fakta juga memiliki implikasi evaluatif ( liha skema )
Objektivitas
Faktualitas
Kebenaran
Relevan
Tidak Berpihak
Keseimbangan
Netralitas
Informatif Komponen Kriteria Objektivitas ( Westerstahl, 1983 ) dalam Denis McQuail, McQuail’s Mass Communication Theory, 4th edition, Sage Publication, London 2000, hal 173.
Sifat factual mengacu pada bentuk laporan berupa peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada narasumber berita dan tidak memasukkan komentar kedalam laporan atau setidaknya dapat membedakan dengan jelas antara fakta dan komentar. Sifat factual juga melibatkan kriteria kebenaran lainnya yaitu kelengkapan penjelasan ( 5W1H ), akurasi dan tidak berupaya untuk membelokkan atau menekan informasi lain yang berhubungan43. McQuail mengemukakan sejumlah tindakan atau sikap yang dapat digunakan sebagai patokan penilaian pemberitaan yang objektif sebagaimana skema yang dikemukakan oleh westerstahl. Menurut McQuail, kualitas berita oleh media dapat dilakukan antara lain dengan melakukan analisa terhadap kelengkapan dan akurasi berita yang disampaikan. Setiap media harus mengutamakan ketepatan dan relevansi dari suatu berita, namun akurasi sendiri pada dasarnya memiliki beberapa arti atau makna
43
Ibid, hal 320
karena akurasi tidak dapat diukur atau dibaca secara langsung dengan melihat hanya pada teks berita. Salah satu makna akurasi adalah adanya kesesuaian antara berita yang disampaikan dengan sumber-sumber informasi independen lainnya yang juga memiliki catatan terhadap peristiwa yang sama seperti dokumen, keterangan saksi mata dan media lainnya. Komponen kedua yang menentukan objektivitas berita adalah sikap tidak berpihak ( imparsialitas ). Media harus memiliki sikap tidak berpihak dengan cara menjaga jarak dan bersikap netral dengan objek pemberitaan, hal ini berarti factor subjektivitas dan personal tidak terlibat dalam proses pemberitaan. Imparsialitas penting dalam pemberitaan yang mengandung konflik atau pertikaian. Media tidak boleh berpihak kepada salah satu individu atau kelompok yang tengah bertikai atau menunjukkan bias pada salah satu pihak yang terlibat konflik. Standar umum yang dipakai untuk menilai imparsialitas media terletak pada keseimbangan dalam pilihan narasumber dan penggunaan keterangan dari narasumber, juga pada penyampaian berbagai pandangan yang berbeda dan adanya netralitas ketika menyampaikan berita melalui pemisahan fakta dari opini, serta menghindari penilaian atau penggunaan kata-kata atau gambar emosional yang akan mengarahkan penonton untuk memberikan penilaian atau penafsiran tertentu. Objektivitas berita juga membutuhkan prinsip kesamaan perlakuan atau ekualitas ( equality ) yaitu sikap adil dan non-diskriminatif terhadap narasumber dan terhadap objek berita yang mana keduanya harus diperlakukan secara setara. Terkait dengan pemberitaan yang disiarkan stasiun TV maka P3SPS menyatakan
bahwa stasiun penyiaran dalam menayangkan informasi harus senantiasa mengindahkan prinsip – prinsip jurnalistik yang terdiri atas tiga prinsip, yaitu : prinsip akurasi, prinsip keadilan dan prinsip ketidakberpihakan. 1. Akurasi. Dalam program factual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajikan informasi yang akurat dan sebelumnya menyiarkan sebuah fakta, lembaga penyiaran harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi siaran. Jika redaksi berita stasiun TV memperoleh informasi dari pihak lain yang belum dapat dipastikan kebenaranya maka ia harus menjelaskan kepada khalayak bahwa informasi itu berdasarkan versi sumber tersebut. 2. Adil. Lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil. Dalam pemberitaan kasus kriminalitas dan hukum, setiap tersangka harus diberitakan sebagai tersangka, terdakwa sebagai terdakwa dan terhukum sebagai terhukum. Selain itu, stasiun TV harus menyamarkan identitas ( termasuk menyamarkan wajah ) tersangka, kecuali identitas tersangka memang sudah terpublikasi dan dikenal secara luas. 3. Imparsialitas. Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik, stasiun penyiaran harus menyajikan berita, fakta dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini, pimpinan redaksi harus memiliki independensi unutk menyajikan berita dengan objektif, tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan, pemodal, atau pemilik stasiun penyiaran.