17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEUTAMAAN BULAN-BULAN HARAM DAN PENDAPAT PARA ULAMA Sebelum membahas keutamaan bulan-bulan haram dalam Tafsīr alAzhar terlebih dahulu penulis akan mengemukakan mengenai tinjauan umum tentang pengertian
bulan-bulan haram dan Keutamaan Keutamaanya,
dilanjutkan membahas pendapat para ulama tentang bulan-bulan haram. A. Pengertian Bulan-Bulan Haram dan Keutamaan Keutamaanya 1. Pengertian Haram artinya terlarang, batasan, mulia dan mengalami perluasan makna sebagai pemilikan atau tempat yang dimuliakan. Wilayah suci atau tempat yang dimuliakan disekitar Makkah, Madinah dan sebagian tempat di Yarussalem.1 Yang dilarang ini tentu hal-hal yang membahayakan kepada manusia, fisik dan mentalnya, pribadi atau masyarakatnya apabila manusia menghindarkan hal-hal yang terlarang, tentulah mereka akan selamat dan senantiasa memperoleh rahmat dan kebahagiaan lahir dan batin.2 Bulan disini bukan bulan yang ada di langit seperti rembulan, matahari dan sebagainya, tetapi bulan dalam kalender Islam seperti Muharram, Şafar, Rabī‟ul Awwal, Rabī‟ul Akhīr, Jumāzīl Awwal, Jumāzīl Akhīr, Rajab, Sya‟bān, Ramadān, Syawwāl, Żūl Qa‟dah, Żūl Ңijjah. Dari bulan-bulan tersebut ada empat bulan haram: Satu tersendiri, yaitu Rajab, dan yang tiga
1 2
Yril Glasse, Ensiklopedi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm, 124. H. Fachruddin HS. Ensiklopedi al-Qur’an, PT Melton Putra, Jakarta, 1992, hlm 401.
18
berurutan, yaitu Żūl Qa‟dah, Żūl Ңijjah dan Muharram, sebagaimana yang telah kami sebutkan.3 berdasarkan firman Allah Swt:
Artinya: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram, itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan itu, dan perangilah kaum musyrikīn sebagaimana mereka memerangi kamu semu. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa”(Q.S at-Taubah 36).4 Di dalam ayat yang mulia ini, Allah ta'ala telah menjelaskan bahwasanya bulan yang ada pada kehidupan di dunia ini berjumlah dua belas bulan. Dan diantara dua belas bulan tersebut ada empat bulan yang dinyatakan oleh Allah ta'ala sebagai bulan-bulan haram. Secara khusus Allah Swt menyebut empat bulan haram itu dan melarang adanya kezaliman di dalam empat bulan itu. Hal ini sebagai wujud penghormatan dan pemuliaan terhadapnya, meskipun sebenarnya kezaliman
dilarang pada waktu kapanpun dan dimanapun. Allah Swt
berfirman: 3
Imam Abul Ghani an-Nablusi, Keutamaan Hari dan Bulan dalam Islam,(Jakarta: Mitra Pustaka 2004), hlm 23. 4 Muhammad Rifa‟i, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Wicaksa, 1999), hlm. 372.
19
Artinya : ”(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orangorang yang berakal” (QS. Al-Baqarah: 197).5 Abdurahman bin Zaid bin Aslam
mengatakan bahwa makna
firman Allah, “Maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu”, hubungannya dengan melaksanakan dosa, yakni berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, dianjurkan banyak berbuat kebajikan dan melaksanakan amal saleh.6 Bulan haram yang telah disebutkan oleh Allah ta'ala pada ayat diatas adalah semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadīś yang şahīh.7
حدثنا عثد هللا تن عثد الوهاب حدثنا حماد تن شٍد عن أٍوب عن محمد عن اتن أتٌ تكسج عن النثٌ صلي هللا علَ سلل اا إن الصما اد الدداز هيَتد ٍو لل:عن أتٌ تكسج هللا السماساخ ساألزض السنح اثنا عشس شيسا منيا أزتعح حس ثالث مدوالَاخ ذس القعدج ) سذس الحجح سالمحس سزجة مضس الرً تَن جمادى سشعثا "Sesungguhnya zaman ini telah berjalan (berputar) sebagaimana perjalanan awalnya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, yang 5 6
7
Ibib, hlm. 85. Muhammad Anis Sumaji; Zuhdi, Muhammad Najmudin, 125 Masalah Puasa (Solo: Tiga Serangkai, 2008), hlm. 82 Abdul, Muthi, Keutamaan Bulan-bulan Haram di dalam Islam, http://salafybpp.com (Medinah An Nabawiyyah, 26 Żūl Ңijjah1433) diakses 12 Maret 2015.
20
mana satu tahun itu ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram, tiga bulan yang (letaknya) berurutan, yaitu Żūl Qa’dah, Żūl Ңijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab Mudhar yang berada diantara Jumāzīl Akhīr dan Sya’bān." (HR. al-Bukhārī: 4385 dan Muslim: 1679) 8 Hadīś di atas, disebutkan secara terperinci apa saja bulan-bulan haram yang telah Allah sebutkan didalam ayatnya. Yaitu tiga bulan berurutan yang dimulai dari Bulan Żūl Qa‟dah sampai bulan Muharram. Dan satu bulan yang terletak diantara bulan Jumāzīl Akhīr dan Sya‟bān yaitu bulan Rajab. Itulah empat bulan yang telah dinyatakan oleh Allah dalam firman Nya.9
Artinya : "diantaranya ada empat bulan haram." Asy-Syaikh „Abdul Aziz bin Baz rahimahullah telah ditanya berkenaan dengan maksud dari bulan haram, dan mengapa ia dinamakan dengan haram, maka beliau menjawab: "Bulan-bulan haram itu ada empat: Rajab, Żūl Qa‟dah, Żūl Ңijjah, dan Muharram. Satu bulan yang letaknya terpisah (dari yang lain) yaitu Rajab, sementara sisanya terletak berurutan, Żūl Qa‟dah, Żūl Ңijjah, dan Muharram. Dan juga firman Allah ta'ala (yang artinya): "Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar." Maka (dari ayat diatas) menjelaskan pada kita tentang haram (dilarang) nya berperang dalam bulan-bulan tersebut, dan itu merupakan rahmat Allah terhadap segenap hambaNya, agar mereka bisa
8 9
Shidqi Muhammad Jamil,Shahih muslim, juz 11 (Dar al-fikr, Beirut,1981), hlm.140. Abdul Muthi, op cit, diakses 12 Maret 2015.
21
melakukan perjalanan (dengan aman) didalamnya, dan agar mereka bisa melaksanakan haji dan umrah pada bulan-bulan tersebut."10 Bulan-bulan ini telah dimuliakan oleh syari'at sebelum kita, yaitu pada syari'at nabi Ibrahim 'alaihi assalam dan hal tersebut berlanjut hingga di kalangan arab pada masa jahiliah, padahal mereka adalah orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah didalam ibadah-ibadah yang mereka lakukan, akan tetapi mereka sangat mengagungkan bulan-bulan ini dan sangat menjaga diri mereka dari berbuat dosa dan kemaksiatan didalamnya. Adalah Allah yang telah berfirman:
"Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu." Dan sahabat yang mulia 'Abdullah bin 'Abbas telah menjelaskan Tafsīr dari ayat diatas, beliau mengatakan: "(Janganlah kalian menganiaya diri kalian) yakni pada seluruh bulan yang ada, kemudian dikhususkan dari bulan-bulan itu empat bulan yang Allah telah menjadikannya sebagai bulan-bulan haram, yang telah dilebihkan kedudukannya daripada bulan yang lain. Dan perbuatan dosa yang dilakukan didalamnya lebih besar dihadapan Allah, begitu juga amalan shalih yang dilakukan akan menghasilkan ganjaran yang lebih besar pula."11
10
Majmu' Fatawa Ibn Baz, jilid ke-18, hlm.433, dalam Muthi, Abdul, Keutamaan Bulan-bulan Haram di dalam Islam, http://salafybpp.com (Medinah An Nabawiyyah, 26 Żūl Ңijjah1433) diakses 12 Maret 2015. 11 Al-Maarif Lathaīf dalam Abdul Muthi, Keutamaan Bulan-bulan Haram di dalam Islam, http://salafybpp.com a (Medinah an Nabawiyyah, 26 Żūl Ңijjah1433) diakses 12 Maret 2015.
22
Inilah diantara keutamaan yang telah Allah turunkan pada bulan-bulan haram ini, dilipatgandakannya ganjaran dan balasan bagi seorang yang mengerjakan amalan shalih, sehingga seorang hamba akan bersemangat untuk terus berada di tengah-tengah amalan kebaikan. Begitu pula, ketika perbuatan dosa dan kemaksiatan menjadi lebih besar dihadapan Allah, maka akan mengantarkan dirinya kepada kekhawatiran dan ketakutan dari melakukan hal tersebut, karena akan adanya siksaan dari Allah ta'ala kelak di hari akhir, yang akan menjadikan dia selalu berusaha untuk menjauh dari perbuatan-perbuatan keji tersebut. Oleh karena itu, keutamaan ini akan menjadikan dirinya untuk selalu berusaha meraih keutamaan yang banyak dengan menjalankan keta'atan-keta'atan pada Allah dan menghindari seluruh keburukan dengan menjauhkan dirinya dari perbuatan dosa dan kemaksiatan serta melatih dirinya agar menjadi pribadi muslim yang selalu memegang teguh konsekwnsi keimanan dia kepada Allah dan Rasul-Nya.Yang mana perkara ini akan mengantarkan dirinya kepada puncak kemuliaan, yaitu tatkala ia diselamatkan oleh Allah ta'ala dari siksaan api Neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga-Nya. Telah diketahui bersama bahwasanya pada hari-hari ini kita berada diantara bulan-bulan haram, yang merupakan akhir tahun dari penanggalan di kalender hijriah. Dan sungguh disadari ataukah tidak, pada saat ini pula kita berada di pintu gerbang bulan Muharram yang akan datang beberapa saat lagi jika Allah masih memberi izin kepada kita untuk menemui bulan yang mulia
23
itu12. Sungguh Rasulullah şallallahu „alaihi wasallam telah bersabda, ketika ada seorang yang datang kepada beliau dan bertanya tentang shalat yang paling utama dan puasa yang paling utama, maka beliau menjawab: "Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di penghujung malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadān adalah pada bulan yang disebut dengan Muharram." (HR. Muslim: 1163)13 Sungguh bulan Muharram yang telah dinyatakan oleh Rasulullah şallallahu „alaihi wasallam dalam hadīś diatas adalah bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah dan para Nabi. Terkhusus pada hari kesepuluh dari bulan itu, yang lebih dikenal dengan nama hari 'Asyura. Bahkan nabi Nuh dan Musa 'alaihima assalam berpuasa pada hari tersebut, begitupula nabi kita Muhammad bin 'Abdillah şallallahu „alaihi wasallam sebagai penutup para nabi, juga berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kaum muslimin untuk turut berpuasa padanya.14 şallallahu ‘alaihi wasallam dan ‘alaihi sallam Sebagaimana dalam sebuah hadīś şahīh yang datang dari sahabat 'Abdullah bin 'Abbās, ketika beliau berkisah: Saat Rasulullah şallallahu „alaihi wasallam datang ke kota Madinah, maka beliau mendapati kaum yahudi berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan Muharram, maka beliau bertanya pada mereka: "Mengapa kalian berpuasa pada hari ini?", mereka pun menjawab: "Ini merupakan hari dimana Allah ta'ala telah menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan bala tentaranya, dan pada hari ini pula Allah menenggelamkan mereka, maka Musa pun berpuasa dalam rangka bersyukur 12
Abdul Muthi, op cit, diakses 12 Maret 2015 Shidqi Muhammad Jamil, op cit, juz 8, hlm. 46. 14 Ibid, diakses 12 Maret 2015. 13
24
atas nikmat tersebut, dan kami pun berpuasa sebagaimana Musa berpuasa." Ketika mendengarkan jawaban itu, Rasulullah şallallahu „alaihi wasallam bersabda: "Kami lebih berhak untuk mengikuti Musa daripada kalian", maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kami untuk berpuasa."(HR Muslim)15 Dari hadīś di atas, maka terdapat silang pendapat dikalangan para ulama, apakah hukum berpuasa pada hari tersebut wajib ataukah mustahab? Dan yang lebih kuat dari penjelasan-penjelasan yang mereka utarakan adalah wajibnya berpuasa di hari 'Asyura sebelum turun kewajiban berpuasa kepada kaum muslimin di bulan Ramadān, maka setelah turun kewajiban tersebut pada tahun kedua setelah hijrahnya Nabi 'alaihi ash shalatu wa assalam, maka berpuasa di hari Asyura pun berpindah hukumnya menjadi mustahab16, karena Rasulullah şallallahu „alaihi wasallam telah bersabda: "Sesungguhya Asyura ini adalah satu hari diantara hari-hari yang dimilik oleh Allah ta'ala, maka bagi siapa yang hendak berpuasa maka baginya untuk berpuasa dan bagi siapa yang ingin meninggalkan maka baginya pula untuk meninggalkannya." (HR. Muslim: 1126)17 Bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa pada hari yang mulia ini, sungguh akan bergembira dengan sebuah hadīś yang telah datang dari Abu Qatadah, tatkala ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah şallallahu „alaihi wasallam tentang berpuasa di hari 'Asyura, maka beliau bersabda:
15
Shidqi Muhammad Jamil, op cit, juz 8, hlm. 9. Abdul Muthi, op cit, diakses 12 Maret 2015. 17 Shidqi Muhammad Jamil, op cit, juz 8, hlm. 6. 16
25
"Aku berharap kepada Allah agar puasa itu dapat menggugurkan dosa yang telah dilakukan pada tahun lalu." (HR. Muslim: 1162).18 Maka dengan hanya berpuasa satu hari dapat menggugurkan perbuatan dosa yang pernah ia lakukan dalam satu tahun yang telah lewat. Inilah kemuliaan yang Allah turunkan pada hari 'Asyura, yang menunjukkan betapa luasnya kasih sayang Allah ta'ala terhadap seluruh hambaNya. Dan kemuliaan yang besar ini bisa digapai oleh setiap hambaNya yang ingin melangkahkan kakinya untuk berjalan kedepan mendapatkan ampunan dari Allah ta'ala. Dan yang dimaksud dengan "menggugurkan dosa" pada hadīś diatas adalah gugurnya dosa-dosa kecil. Adapun dosa besar, maka akan gugur dihadapan Allah ta'ala dengan taubat yang dilakukan oleh seorang hamba.19 2. Keutamaan Bulan- Bulan Haram Bulan-bulan haram (al-asyhur al-hurum) dalam Islam adalah Rajab, Żūl Qa‟dah, Żūl Ңijjah dan Muharram.20 Masing-masing bulan haram tersebut memiliki keutamaan. Adapun keutamaan masing-masing bulan haram tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Keutamaan bulan Rajab Kata Rajab menurut bahasa artinya “Keagungan”. Oleh sebab itu, bulan Rajab perlu diagungkan mengingat beberapa keutamaan di dalamnya.21 Bulan Rajab adalah salah satu dari bulan-bulan yang mulia yang mengenai keutamaannya banyak disebutkan dalam hadīś-
18
Ibid, juz 8, hlm. 43. Abdul Muthi, op cit, diakses 12 Maret 2015. 20 Hamzah, Tafsīr Maudhu’i al-Muntaha, Jilid I (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hlm. 240 21 Abdul Manan Keagungan Rajab dan Sya’ban, (Jakarta: Republika, 2006), hlm. 5. 19
26
hadīś dari para imam. Merupakan salah satu bulan dari bulan-bulan haram, yakni Żūl Qa‟dah, Żūl Ңijjah, muharam, dan Rajab.22 Bulan Rajab, Syaban, dan Ramadān adalah bulan yang sangat mulai. Hadīś mengenai keutamaan ketiga bulan ini pun cukup banyak. Diantaranya adalah sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah yang agung. Kemuliaan dan keutamaannya tak tersaingi oleh bulan-bulan lainnya. Di bulan ini diharamkan berperang dengan orang-orang kafir. Adapun Sya‟bān itu adalah bulanku, sedangkan Ramadān adalah bulan umatku. Maka barang siapa berpuasa sehari saja di bulan Rajab, ia akan mendapatkan keridlaan Allah yang sangat besar dan jauh dari kemurkaann-Nya serta tetutup baginya salah satu pintu neraka.”23 Imam musā bin Ja‟far as berkata, “Barang siapa puasa sehari saja di buan Rajab, ia akan terjauhkan dari neraka selama satu tahun. Barang siapa puasa tiga hari, ia berhak mendapatkan surga.” Beliau juga mengatakan, “Rajab adalah sungai yang berada di surga, warnya lebih putih daripada susu, dan rasanya lebih manis dari madu. Barang siapa puasa sehari saja di buan Rajab, Allah akan menuangkan air dari sungai tersebut kepadanya.”24 Imam Ja‟far ash-Shadīq berkata, “Rasulullah Saw bersabda, Rajab adalah bulan pengampunan bagi umatku, maka perbanyaklah
22
Zahra, Tim, Doa dan Amalan di Bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan: Nabi Muhammad Saw dan Keluarganya (Jakarta: Zahra, 2005), hlm. 9. 23 Ibid, hlm. 9. 24 Ibid, hlm. 9.
27
beristighfār di bulan ini, karena Ia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Bulan Rajab dijuluki dengan al-Ashab (pelimpahan) karena pada bulan ini rahmat Allah dilimpahkan kepada umatku. Karena itu perbanyaklah mengucapkan Astaghfirullaha wa as’alubut taubah yang artinya “aku memohon ampun kepada Allah dan aku meminta kepada-Nya agar diterima taubatku”.25 b. Keutamaan bulan Żūl Qa‟dah Bulan Żūl Qa‟dah merupakan salah satu bulan haji (asyhurul hajji) yang dijelaskan oleh Allah dalam friman-Nya:26
Artinya : “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaikbaik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal (QS.al-Baqarah 197)27 Asyhurun ma’luumaat (bulan-bulan yang dikenal) merupakan bulan yang tidak sah ihram haji kecuali pada bulan-bulan ini (asyhurun ma’luumaat) menurut pendapat yang şahīh.. Dan yang dimaksud
25
Ibid, hlm. 10. Indonesia, Alhira, Keutamaan Bulan-Bulam Haram (Riau:Alhira Indonesia, 2012), http://www.alhiraindonesia.com/pages/ragam-informasi-17/keutamaan-bulan-bulan-haram 99.html, diakses 14 Mei 2014. 27 Muhammad Rifa‟i, op cit, hlm. 85. 26
28
dengan bulan-bulan haji (asyhurul hajji) adalah bulan Syawal, Żūl Qa‟dah dan sepuluh hari dari bulan Żūl Ңijjah. Diantara keistimewaan bulan ini, bahwa empat kali „Umrah Rasulullah Şallallahu ‘alaihi wasallam terjadi pada bulan ini, hal ini tidak termasuk „Umrah beliau yang dibarengi dengan haji, walaupun ketika itu beliau Şallallahu „alaihi wasallam berihram pada bulan Żūl Qa‟dah dan mengerjakan „Umrah tersebut di bulan Żūl Ңijjah bersamaan dengan Hajinya. (Lathaa if al Ma’aarif, karya Ibnu Rajab; Zaadul Ma’ād).28 Ibnu Katsir juga berkata ada satu bulan yang telah diharamkan (disucikan) yang letaknya sebelum bulan-bulan haji, yaitu bulan Żūl Qa‟dah, karena ketika itu mereka menahan diri dari perang. Kemudian Ibnul Qayyim menjelaskan pula bahwa „Umrah di bulan-bulan haji setara dengan pelaksanaan haji di bulan-bulan haji. Bulan-bulan haji dikhususkan oleh Allah dengan ibadah haji, dan Allah menjadikan bulan-bulan ini sebagai waktu pelaksanaannya. Sementara „Umrah merupakan haji kecil, maka waktu yang paling utama untuk „Umrah adalah pada bulan-bulan haji. Sedangkan Żūl Qa‟dah berada di tengahtengah bulan haji tersebut. (Zaadul Ma’ād).29 Karena itu terdapat riwayat dari beberapa ulama Salaf bahwa disukai melakukan „Umrah pada bulan Żūl Qa‟dah. (Lathaa if al Ma’aarif). Akan tetapi ini tidak menunjukkan bahwa „Umrah di bulan Żūl Qa‟dah lebih utama daripada „Umrah di bulan Ramadān. 28 29
Alhira, op cit, diakses 14 Mei 2014. , Ibid ,diakses 14 Mei 2014.
29
Keistimewaan lain yang dimiliki bulan ini, bahwa masa tiga puluh malam yang Allah janjikan kepada Musa untuk berbicara pada-Nya jatuh pada malam-malam bulan Żūl Qa‟dah. Sedangkan al asyr (sepuluh malan tambahannya) jatuh pada periode sepuluh malam dari bulan Żūl Ңijjah berdasarkan pendapat mayoritas ahli Tafsīr.30
c.
Keutamaan Bulan Żūl Ңijjah Bulan Żūl Ңijjah adalah bulan yang digunakan umat Islam untuk
melaksanakan ibadah haji. Bulan ini sebagai bulan yang suci dan dihormati karena didalamnya terdapat keutamaan-keutamaan.31 Waktu yang paling utama pada bulan Żūl Ңijjah ini adalah sepuluh hari pada awal bulan Żūl Ңijjah.32 Keutamaan sepuluh hari awal bula Żūl Ңijjah ini sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Fajr ayat 1-3:
Artinya: "Demi fajar (1) dan malam yang sepuluh (2) dan yang genap dan yang ganjil (3). (QS. Al-Fajr 1-3)”.33 Malam yang sepuluh pada ayat diatas, adalah sepuluh hari pertama pada hari raya idul adha.34 Selain keutamaan pada hari yang genap di bulan Żūl Ңijjah terdapat hari yang disebut dengan hari Arafah, yang bertepatan tanggal 9 Żūl Ңijjah, dimana pada hari Arafah ini terdapat banyak keutamaan35, sehingga pada hari Arafah ini umat Islam
30
Ibid, diakses 14 Mei 2014. Neal Robinson, Pengantar Islam Komprehensif, terj. Anan Sutopo, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hlm. 280. 32 al-Baihaqi, Hari-hari penuh Berkah, terj. Wawan Junaidi, Pustaka Azzam, Jakarta, 1990, hlm. 107 33 Muhammad Rifa‟i, op cit, hlm. 1219. 34 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hlm. 243. 35 al-Baihaqi, , Hari-hari penuh Berkah, terj. Wawan Junaidi, hlm. 116. 31
30
disunnahkan untuk menjalankan ibadah puasa. Sebagai mana dalam hadīś Nabi Saw:
صيام يوم عرفت إني احتسب:قال رسول هللا صلى هللا عليو وسلن:عن ابن قتادة قال 36
)على هللا ان يكفرالسنت التي قبلو والتى بعده (رواه ا بن ها جو
Artinya: “Dari Qatadah berkata, Rasulullah Saw bersabda: Berpuasalah pada hari Arafah, sesungguhnya Allah menghapus dosa pada hari itu dan saya mensunnahkan pada hari itu untuk berpuasa sebelum dan sesudahnya”. (HR. Ibnu Majah). Selain keutamaan pada hari kesepuluh dari bulan Żūl Ңijjah terdapat juga hari besar pada bulan Żūl Ңijjah, yaitu hari Tasyirik.37 Hari ini juga dapat dikatakan sebagai hari besar bagi kaum muslimin, sehingga pada hari itu diharamkan untuk melakukan ibadah puasa dan dianjurkan untuk memperbanyak menyebut nama Allah. Sebagaimana dalam surat alBaqarah ayat 203:
Artinya: "Dan berdzikirlah Allah dalam beberapa hari yang berbilang". (QS. al-Baqarah: 203).38 d. Keutamaan Bulan Muharram (Hari Asyura) Dari beberapa atsar banyak yang menguraikan tentang keutamaan hari Asyura ini. Diantaranya disebutkan, bahwa beberapa peristiwa yang terjadi didalam hari Asyura adalah: Diterimanya taubat Adam, diciptakannya
Adam,
dimasukkannya
Adam
ke
dalam
surga,
diciptakannnya Arasy, Kursyi, langit, bumi, matahari, bulan, bintangbintang dan surga. Demikian juga Nabi Ibrahim al-Khalīl dilahirkan dan diselamatkan dari bakaran api di dalam hari itu pula. Dan masih banyak kisah-kisah nabi 36
al-Hafīdz Abi Abdillah Muhammad bin Yazīd, Sunan Ibnu Mājah, Jilid I, Dar al-fikr, Beirut, 275 H, hlm. 551. 37 Imam Abul Ghani an-Nablusi, op cit, hlm. 145. Maksud dzikir disini adalah membaca Takbir, Tasbih. Tahmid, Talbiah dan sebagainya. Beberapa hari yang terbilang ialah tiga hari, sesudah hari raya haji yaitu tanggal 11, 12, 13, bulan Dzulhijjah, hari-hari itu dinamakan hari tasyirik. 38 Muhammad Rifa‟i, op cit, hlm. 86.
31
lainnya. Disebutkan pula bahwa berpuasa pada hari (asyura) itu sudah merupakan hal yang dikenal diantara umat-umat ini, sehingga disebutkan: bahwa berpuasa pada hari Asyura adalah fardhu sebelum Ramadān, tetapi kemudian di nasyakh. Pada bulan Muharram, yaitu bulan pertama dalam kalender Hijriyah disunahkan berpuasa, utamanya pada tanggal 10 Muharram, yang dikenal dengan puasa Asyura, dan tanggal 9 Muharram yang disebut puasa Tasu’a. ada beberapa nilai penting yang diajarkan Rasulullah sehingga menganjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram setiap tahunnya. Diantaranya adalah:39 1) Untuk menebus dosa setahun silam Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa luput dari dosa dan kesalahan. Menyaddari hal tersebut
maka perlu perhatian
media dan sarana yang dapat mengikis habis dosa-dosa yang mungkin telah dilakukan. Salah satunya dengan berpuasa pada tanggal 10 Muharram, puasa Asyura. Sebab mengerjakan puasa Asyura dapat menebus dosa yang dilakukan setahun sebelumnya. Seperti diungkapkan Abi Qatadah, bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura. Beliau menjawab : “Menebus dosa tahun yang lalu.” (HR. Muslim). 2) Mengikuti anjuran Rasul Diriwayatkan dari Ibnu Abbas : “Rasulullah telah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan supaya orang-orang 39
Syukron Maksum, Kedahssyatan Puasa-Jadikan Hidup Penuh Berkah. (Yogyakarta pustaka marwa 2009), hlm. 95.
32
berpuasa,” (HR. Muslim). Abu Hurairah ra. Juga berkata : “Saya mendengar Rasulullah bersabda :”Hari ini adalah hari Asyura, dan kamu tidak diwajibkan puasa padanya. Dan saya sekarang berpuasa, maka siapa yang suka, berpuasalah. Dan siapa yang tidak suka berbukalah”.
3) Keutamaannya di bawah bulan Ramadān Terdapat sebuah hadīś yang diungkapkan Abu Hurairah, bahwa puasa pada bulan Muharram keutamannya tepat di bawah puasa Ramadān. Menurut Abu Hurairah, suatu ketika Rasulullah ditanya : “Shalat manakah yang lebih utama setekah shalat fardlu?” nabi bersabda : “Yaitu shalat di tengah malam.” Mereka bertanya lagi : Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadān?” Sabda Nabi : “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud). Melihat posisi yang berada tepat di bawah puasa Ramadān, maka menunjukkan bahwa puasa pada bulan Muharram memiliki keutamaan yang luar biasa. Sebab puasa Ramadān adalah wajib, sedangkan puasa Muharram sunnah. 4) Hari puasa umat Nabi Musa Abu Abbas mengungkapkan bahwa Nabi Saw datang ke Madinah dan dilihatnya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, puasa di bulan Muharram. Maka Nabi bertanya: “Ada apa ini?” Jawab mereka : “Hari baik, saat Allah membebaskan Nabi Musa dan Bani Israil dari musuh mereka, hingga membuat Musa berpuasa karenanya.” Maka Nabi Saw bersabda: “Saya
33
lebih hormat terhadap Musa dan kamu.” Maka beliau berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang agar berpuasa.” (HR. Bukhari Muslim). Dan Abu Musa Al-Asy‟ari ra menambahkan “Hari Asyura itu dibesarkan oleh orang Yahudi dan mereka jadikan sebagai hari raya. Maka Rasulullah Saw bersabda : “Puasakanlah hari itu oleh kamu semua,” (HR. Mutafaq Alaih). 5) Mewujudkan impian sang junjungan. Rasulullah adalah junjungan kita, orang yang kita hormati dan cintai. Ada sebuah obsesi beliau yang belum terlaksana, lantaran ajal menjemput sebelum tercapainya maksud. Obsesi itu adalah puasa Tasu’a, yaitu puasa pada tangga 9 Muharram. Hal itu seperti diceritakan Ibnu Abbas ra : Rasulullah Saw bersabda : “Kalau saya lanjut umur sampai tahun yang akan datang, niscaya saya akan berpuasa Tasu’a (tanggal 9 Muharram) (HR. Muslim). Bagaimana jika kita yang melaksanakan obsesi beliau tersebut , sebagai salah satu ungkapan cinta dan hormat pada beliau. Disebutkannya pula, bahwa Nabi Muhammad Rasulullah Saw telah berpuasa pada hari itu sebelum hijrah, dan ketika telah masuk Madinah beliau mengkukuhkan anjurannya, hingga pada akhir hayatnya.40
B. Keutamaan Bulan Bulan Haram Menurut Pendapat Ulama
Bulan haram adalah bulan yang diagungkan dan dihormati amal-amal kebaikan dilipatgandakan dan dilarang berperang,41 sehingga Ulama juga berbeda pendapat tentang: "Mengapa bulan-bulan ini disebut sebagai bulan
40 41
Mohammad Rifai, Pembina Pribadi Muslim,( CV. Wicaksana, Semarang, 1993), hlm. 374. M. Quraish Shihab, op cit, Vol 3, hlm. 211.
34
haram?", ada yang mengatakan: "Karena bulan-bulan tersebut begitu agung dan diharamkan melakukan dosa di dalamnya".42 1) Ibnu Abbas Ibnu Abbas dalam tafsirnya Allah mengistimewakan empat bulan. Dia menjadikannya bulan-bulan haram, mengutamakan dosa di dalamnya bertambah besar dan menjadikan amal shaleh berpahala lebih besar.43 2) az-Zamakhisyari al-Khawarizmi Menurut az-Zamakhisyari al-Khawarizmi dalam Tafsīr al-Kassaf memberi keterangan di bulan yang diharamkan, jangan menjadikan yang haram menjadi halal. Dari Ibnu Atha': "Demi Allah tidak dihalalkan bagi manusia berperang ditaah haram, tidak pula di bulan yang diharamkan kecuali jika mereka diperangi dan hukum ini tidak di nasakh". Dari Atha' al-khurasani ra: dihalalkan berperang di bulan-bulan yang diharamkan (dengan dalil).44
Artinya: “(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya.(QS. at-Taubah: ayat 1)”.45 Dikatakan maknanya: Janganlah memperbesar dosa dalam empat bulan yang diharamkan tersebut karena keagungannya sebagaimana keagungan bulan haji.46
3) Ibnu Katsir Bulan bulan haram itu adalah empat bulan, tiga berurutan dan satu menyendiri,adalah untuk pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Jadi,sebelum 42
Imam Abul Ghani an-Nablusi, op cit, hlm. 23. Ali bin Abi Thalhāh, Tafsīr ibnu Abbas,( Jakarta : Pustaka Azzam, 2009). hal 393. 44 Abi al-Qasim Jaarullah Mahmud Ibn Umar al Zamakhisyari al-Khawarizmi, Tafsīr al-Kassaf, Juz 3, Dar al Fikr, Beirut-Libanon, 1983, hlm. 188. 45 Muhammad Rifa‟i, op cit, hlm. 363. 46 Abi al- Qosim Jaarullah Muhammad Ibn Umar al-Zamar Syari'I, Tafsir al-kassaf, hlm. 199. 43
35
bulan bulan haji, ada satu bulan yang diharamkan yaitu, Żūl Qa‟dah karena pada saat itu mereka berhenti dari peperangan, Dan bulan Żūl Ңijjah itu diharamkan,
karena
mereka
melaksanakan
ibadah
haji,
sedangkan
diharamkannya satu bulan setelahnya, Muharram, agar mereka bisa pulang kenegeri mereka dengan aman. Diharamkannya Rajab yang berada di tengah tahun,untuk memudahkan orang orang yang ada di pinggiran jazirah Arabbia,jika mereka ingin umrah atau berziarah ke Baitullah,mereka bisa melakukan dan pulang ke negerinya dengan aman.47 4) M.Qurais Shihab Bulan haram adalah bulan yang diagungkan dan dihormati amal-amal kebaikan dilipatgandakan dan dilarang berperang. Di sini Allah berfirman menjelaskan bahwa sesungguhnya batas yang tidak dapat ditambah atau dikurangi menyangkut bilanggan bulan di sisi Allah,yakni menurut perhitungan dan ketetapa-Nya adalah dua belas bulan tidak berlebih dan tidak berkurang, tidak juga dapat diputarbalikkan tempatnya. Bilangan itu berada, dalam ketetapan Allah sejak dahulu di waktu Dia pertama kali menciptakan langit dan bumi yang atas keberadaanya waktupun tercipta. Dua belas bulan itu di antaranya terdapat empat bulan tertentu, bukan sekedar bilangannya empat dalam setahun. Keempat yang tertentu itu adalah haram, yakni Agung. Itulah ketetapan Agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di dalamnya, yakni dalam
47
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid IV, terj. H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1998). hlm.129
36
keempat bulan haram itu dengan berbagai dosa apapun dan terhadap siapa pun, antara lain dengan menambah atau mengurangi bilangan bulan.48 Boleh jadi larangan di atas dipahami pula sebagai larangan berperang membela diri dari penganiayaan orang lain, karena itu untuk menampik pemahaman itu, ayat ini selanjutnya menyatakan dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya kapanpun perang itu harus kamu lakukan; dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa. 5) Mahmoud Handi Zaqzouq Seluruh umat Islam, terlebih Nabi Muhammad saw, sebagai pemimpin dan Rasulnya, sangat antusias menjaga kesucian bulan-bulan haram. Perang di bulan haram itu dilarang dan termasuk pelanggaran besar.49
48
M. Quraish Shihab, op cit, hlm. 585-585 Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Shalawat dan Salam Untuk manusia Teragung, (Jakarta: Lentera hati 2009), hlm 122. 49