BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEFENISI GIMU, GIRI, KOMIK, DAN PENDEKATAN SEMIOTIK.
Manusia adalah makhluk sosial. Kenyataan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain menuntutnya untuk berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat dimana ia tinggal. Karena masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang mempunyai aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku yang dijadikan sebagai konsep moral untuk melaksanakan hidup. Maka Gimu dan Giri merupakan etika yang melandasi perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. konsep Gimu dan Giri menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengembalikan semua anugerah dan pemberian yang telah diterimanya dari orang lain.
2.1 Konsep Gimu dan Giri 2.1 Konsep Gimu Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimalpun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup, dan tidak ada batas waktu pembayarannya, Benedict (1982:125). Dengan kata lain kewajiban ini tidah pernah dapat dilakukan sepenuhnya dan tidak pernah berakhir sepanjang hayat seseorang. Gimu adalah sekelompok kewajiban yang menjadi utang seseorang kepada lingkaran keluarga terdekatnya dan kepada penguasa yang menjadi lambang negaranya, cara hidupnya, dan cinta kepada negaranya. Gimu ini harus
Universitas Sumatera Utara
dibayar seseorang karena adanya ikatan-ikatan yang kuat dan ketat pada saat ia dilahirkan. Beberapa tindakan ketaatan tertentu mungkin dilaksanakan dengan enggan sekali, namun Gimu tidak pernah didefenisikan sebagai keengganan. Sehingga orang-orang menganggap tentang Gimu ini adalah pembayaran utang tanpa batas sehingga disebut “orang tidak pernah dapat membayar kembali sepersepuluh ribu dari On ini”. Menurut Mattulada dalam Nur Afni, (2005:28) Gimu merupakan sekumpulan kewajiban atau tugas yang dipunyai seseorang sejak kelahirannya samapai kepada kematiannya untuk dilaksanakan tanpa batas dan tanpa akhir. Gimu merupakan suatu bentuk kewajiban atau tugas kepada lingkungan keluarga terdekat, kepada penguasa yang menjadi simbol negerinya yang telah mengikat kesetiaannya semenjak seseorang itu lahir dalam lingkungan keluarga dan bangsanya. On yang diterima dengan pembayaran kembali secara Gimu sama sekali tidak dapat dihindari oleh setiap orang Jepang. Namun karena tidak ada ketentuan mengenai bentuk, cara dan waktu pembayarannya, maka seseorang tidak merasa keberatan untuk menerima On dengan resiko gimu ini. Artinya tidak ada rasa terpaksa dan keengganan di dalam melakukan pembayaran terhadap On yang diterima, karena gimu adalah suatu kewajiban moral yang tidak terlalu mengikat. Kewajiban gimu yang ditujukan kepada kaisar (Chu), kepada orang tua (Ko), dan terhadap pekerjaan (Nimmu). Jenis kewajiban ini merupakan suatu keharusan dan merupakan nasib universal seseorang. Peristiwa-peristiwa dalam hidup seseorang dapat mengubah detail-detail gimu orang tersebut, tetapi secara otaomatis Gimu terdapat pada semua orang dan berada di atas semua kejadian yang tidak disengaja.
Universitas Sumatera Utara
Jenis gimu diatas adalah jenis Gimu tanpa syarat. Jenis kewajiban Gimu ada tiga yaitu: Chu, Ko dan Nimmu. A. Chu Chu adalah salah satu jenis kewajiban gimu yang ditujukan kepada kaisar, hukum dan negara. Kewajiban Gimu Chu adalah konsep balas budi dari pengikut terhadap tuan, bukan balas budi terhadap orang tuanya. Dalam zaman edo konsep Chu adalah balas budi bushi terhadap tuan, balas budi tuan terhadap shogun, sehingga konsep Chu ini bertumpuh ditangan shogun, Situmorang (1995:67). Benedict (1982:133) mengatakan bahwa konsep Chu adalah pemimpin sekuler yaitu shogun. Kesetiaan pada shogun sering bertentangan dengan kesetiaan bushi kepada tuan. Kesetiaan pada shogun dirasakan sesuatu yang terpaksa sehingga dikatakan terasa dingin, tidak sehangat kesetiaan terhadap tuan. Oleh karena itu orang Jepang berpendapat bahwa patuh pada hukum merupakan pembayaran kembali atas utangnya kepada kaisar. B. Ko Ko adalah kewajiban terhadap orang tua dan nenek moyang (yang dimaksud terhadap keturunannya), Benedict (1982:125). Kewajiban Gimu Ko adalah pembayaran On kepada orang tua sendiri, yaitu setiap orang Jepang telah menyadari telah menerima On dari orang tuannya masing-masing. On tersebut adalah
segala
hal
yang
telah
dilakukan
oleh
orang
tuannya
untuk
membesarkannya hingga mampu mandiri. Di Jepang tidak ada ungkapan yang mengatakan “kewajiban bapak terhadap anak-anaknya” dan semua tugas seperti itu dicakup oleh Ko kepada orang tua dan kepada orang tuanya orang tua (leluhur). Bakti filial ini meletakkan semua tanggung jawab yang banyak ke atas pundak
Universitas Sumatera Utara
kepala keluarga untuk mencari nafkah kepada anak-anaknya, mendidik putraputranya dan adik-adik lelakinya mengurus pengolahan tanah keluarga, memberikan tempat berlindung kepada sanak keluarga yang memerlukan. C. Nimmu Nimmu adalah kewajiban terhadap pekerjaan. Yang dimaksud disini adalah bertanggung jawab atas pekerjaan yang di tugaskan kepadanya sampai tuntas. Mengutamakan kepentingan umum dibandingkan kepentingan individu atau perseorangan. Contoh perilaku yang mencerminkan adanya budaya Gimu khususnya di Jepang adalah karoshi. Karoshi adalah mati karena bekerja berlebihan atau overtime working. Para karyawan melakukan karoshi ini adalah karena mereka merasa berkewajiban atau merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas demi perusahaan mereka. 2.1.1
Konsep Giri Pengertian Giri bila dilihat dari karakter kanjinya dibagi menjadi Gi dan
Ri, yaitu Gi (
) adalah kebenaran, moralitas, kemanusiaan, integritas, keutuhan,
kehormatan, kesetiaan, kesatriaan dan ketaatan. Sedangkan
adalah alasan, akal,
keadilan, kebenaran dan prinsip. Jadi secara harafiah pengertian giri adalah rasa tanggung jawab, kehormatan, keadilan, kesopanan, dan berhutang budi, ( Andrew N Nelson 2006 : 725) Mattulada mengatakan dalam Nur Afni (2005:30) bahwa Giri merupakan hutang yang harus dilunasi dengan perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang diterima yang mempunyai batas waktu. Dalam pengertian lain Giri adalah suatu kewajiban untuk membalas sikap atau kebaikan yang telah diterima dari orang lain dengan setimpal. Oleh karena itu, “Giri” begitu kata
Universitas Sumatera Utara
pepatah orang Jepang adalah “sesuatu yang paling berat untuk ditanggung”. Kemudian Ruth Benedict mengatakan Giri bagi orang Jepang adalah yang paling berat. Selanjutnya dari segi pertukaran, Giri mempunyai batasan yanng lebih jelas dari Gimu. On yang berlaku diantara dua pihak yang memiliki hubungan yang hierarkis dalam pengembaliannya tidak mengenal batas. Sedangkan Giri merupakan kewajiban untuk mengembalikan semua anugrah yang pernah diterima dengan nilai yang sama persis. Sehingga pemenuhan kewajiban Giri yang kurang dari nilai yang diterima menyebabkan seseorang dicap sebagai orang yang tidak tahu Giri. Sehingga orang Jepang berusaha sebisa mungkin untuk menghindari celaan yang ditakuti, “orang yang tidak tahu giri”. Jepang
mengagungkan
tema
balas
dendam
sama
seperti
mengagungkan kesetiaan sampai mati. Dan keduannya adalah giri; kesetiaan adalah giri kepada penguasa dan pembalasan dendam atas suatu penghinaan adalah giri kepada nama baiknya sendiri. Di Jepang, kedua giri itu adalah dua sisi dari perisai yang sama. Meskipun demikian, sekarang cerita-cerita lama tentang kesetiaan itu merupakan impian di siang hari yang menyenangkan bagi orang jepang, karena “membayar kembali giri” tidak lagi berupa kesetiaan kepada penguasa seseorang yang sah, melainkan memenuhi segala macam kewajiban terhadap berbagai macam orang. Orang yang dipojokkan akan merasa sendiri bahwa ia harus patuh, ia berkata “kalau saya tidak memegang bahu orang- on saya (orang dari siapa saya telah menerima on), giri saya mendapat nama jelek. “semua ucapan ini
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan hadirnya suatu keengganan dan kepatuhan hanya “demi kesopanan”, seperti dikatakan kamus bahasa jepang. Peraturan–peraturan giri hanyalah merupakan peraturan–peraturan pembayaran kembali yang wajib, peraturan-peraturan itu bukan seperangkat peraturan moral seperti sepuluh perintah Tuhan. Kalau seseorang dipaksa dengan giri, maka dianggap bahwa ia mungkin harus mengesampingkan rasa keadilannya dan sering berkata, “saya tidak dapat berbuat benar (gi) karena giri” peraturan– peraturan giri juga tidak ada sangkut–pautnya dengan “cintailah sesama seperti engkau mencintai dirimu sendiri; peraturan–peraturan itu tidak mengharuskan orang untuk berbuat baik dari dalam hatinya. Mereka mengatakan bahwa orang harus melakukan giri, karena, “kalau tidak, maka ia akan disebut orang yang idak tahu giri dan ia akan dibuat malu di depan umum.” Yang membuat giri ditaati adalah apa kata orang tentang itu. Dan memang “giri terhadap dunia” sering muncul dalam terjemahan inggris dengan “sejalan dengan pendapat umum”, dan kamus menerjemahkan kalimat “memang harus begitu karena itu adalah giri terhadap dunia” dengan “orang tidak menerima tindakan yang lain”. Bangsa Jepang melarang pemberian hadiah yang bernilai lebih dari hadiah yang diterima sebelumnya. Orang tidak menjadi semakin terhormat dengan mengembalikan “beludru murni”. Salah satu komentar terburuk yang dikatakan orang tentang suatu hadiah adalah bahwa sipemberi “telah membayar kembali ikan teri dengan ikan kakap”. Begitu juga hal–hal dengan giri. Bangsa Jepang mempunyai konvensi lain mengenai giri yang analog dengan konvensi-konvensi barat
tentang
pembayaran
kembali
uang.
Kalau
pembayaran
kembali
Universitas Sumatera Utara
ditangguhkan melewati batas waktu jatuh temponya, utangnya bertambah besar seakan-akan terkena bunga. Seseorang yang “dipojokkan dengan giri” sering terpaksa membayar kembali utang–utang yang semakin membesar dengan berlalunya waktu. Giri memiliki dua pembagian yang jelas yaitu giri terhadap dunia dan giri terhadap nama baik.
A. Giri Terhadap Dunia Giri terhadap dunia secara harafiah diartikan “membayar kembali giri” adalah kewajiban seseorang untuk membayar On kepada sesamanya. Menurut Mattulada dalam Nur Afni (2005:31) Giri kepada dunia adalah kewajibankewajiban kepada pertuanan-kaum, kepada hubungan–hubungan keluarga, seperti pembagian uang guna kebajikan, pemberi bantuan pekerjaan, dan pada teman sekerja. Menurut Benedict (1982:152) giri terhadap dunia adalah suatu kewajiban untuk membayar kembali semua kebaikan-kebaikan yang telah diterima. Giri terhadap dunia dapat digambarkan sebagai dipenuhinya hubungan-hubungan yang bersifat kontrak. Berbeda dengan Gimu yaitu suatu pemenuhan kewajibankewajiban berdasarkan hubungan akrab yang dialami seseorang sejak lahirnya. Jadi dapat dikatakan bahwa Giri terhadap dunia mencakup semua kewajiban yang menjadi tanggungan seseorang kepada keluarga mertuanya, sedangkan gimu pada keluarga kandung. Giri terhadap dunia bila digabungkan pengertiannya dengan linguistik dalam kesetiaan dalam bahasa Jepang dapat berarti terimakasih dan kesetiaan.
Universitas Sumatera Utara
B. Giri Terhadap Nama Baik Giri terhadap nama sendiri adalah kewajiban untuk tetap menjaga kebersihan nama dan serta reputasi seseorang dari noda fitnah. Giri yang ini adalah sederetan kebajikan, yang beberapa diantarannya seakan-akan saling bertentangan dalam pandangan orang barat, tetapi dalam pandangan orang Jepang mempunyai kesatuan, karena merupakan kewajiban-kewajiban yang bukan pembayaran kembali terhadap kebaikan yang telah diterima, kewajiban-kewajiban itu berada diluar lingkup On. Kewajiban-kewajiban itu adalah tindakan–tindakan yang tetap menjaga reputasi baik seseorang tanpa mendasarkannya pada suatu utang tertentu yang sebelumnya dipunyai orang itu terhadap orang lain. Karena itu, tercakup didalamnya melaksanakan segala macam persyaratan etiket menurut “tempat seseorang sesuai”, misalnya, kalau merasa sakit sama sekali tidak memperlihatkannya dan mempertahankan reputasi dalam profesi dan keahlian. Giri dalam nama juga menuntut tindakan-tindakan yang yang menghilangkan noda atau cela; noda itu mengotori nama seseorang dan karena itu harus dihilangkan.
Noda itu dapat memaksa seseorang untuk membalas dendam
kepada orang yang merugikan namanya atau memaksa seseorang untuk melakukan bunuh diri, dan diantara kedua ekstrem ini terdapat segala macam kemungkinan tindakan, benedict (1982:152). Bangsa Jepang tidak memiliki istilah tersendiri untuk “giri terhadap nama”. Mereka hanya melukiskannya sebagai giri “diluar On”. Kemudian selama orang menjaga Giri dan membersihkan nama dari noda, orang itu tidak melakukan agresi atau perlawanan. Orang itu hanya melakukan hal yang seimbang antara kewajiban giri dan kewajiban membayar kembali Giri. Mereka berkata bahwa
Universitas Sumatera Utara
“dunia ini miring” selama suatu penghinaan, noda atau kekalahan tidak dapat dibalas atau dihilangkan. Dimana saja kebajikan untuk menghilangkan noda atau kehormatan seseorang ini diagungkan baik di Jepang maupun di negara barat. Intinya kebajikan itu dinilai lebih tinggi dibandingkan keuntungan material manapun. Kalau orang mengorbankan miliknya, kelurganya dan hidupnya sendiri demi kehomatan, maka ia adalah orang bajik. Giri terhdap nama juga mencakup banyak tingkah laku yang tenang dan terkendali, yaitu dengan tidak memperlihatkan perasaan, serta mempertahankan harga diri. Harga diri adalah salah satu wujud dari giri terhadap nama. Contohnya wanita tidak boleh menjerit ketika melahirkan bayinya, pria harus mengatasi rasa sakit dan bahaya, kalau banjir melanda sebuah desa di Jepang , maka setiap orang yang mempunyai harga diri , mengumpulkan barang-barang yang bisa ia bawa dan mencari tempat yang lebih tinggi, tidak ada teriakan-teriakan, tidak ada mondar-mandir dan tidak ada kepanikan. Tingkah laku demikian itu adalah bagian dari rasa hormat seseorang terhdap dirinya sendiri, meskipun diakui orang tersebut tidak menjiwainya. Harga diri bagi bangsa Jepang memberi kesadaran pada diri mereka bahwa mereka harus hidup sesuai dengan tempatnya. Orang yang bisa menghargai diri sendiri adalah orang yang mampu memisahkan antara melakukan tidakan yang sesuai dengan apa yang diharapkan dengan melakukan sesuatu yang tidak diharapkan. Jadi Giri terhadap nama juga mewajibakn sessorang untuk hidup sesuai dengan tempat dalam hidup ini. Kalau orang gagal dalam Giri terhadap nama ini, makan ia tidak berhak menghormati dirinya sendiri. Giri terhadap nama berarti juga memenuhi banyak macam ikatan yang ada hubungannya dengan tempat yang sesuai. Seorang yang berutang bisa
Universitas Sumatera Utara
mempertaruhkan giri terhadap namanya ketika ia meminta pinjaman, satu generasi yang lalu dikatakan orang lain bahwa “saya setuju untuk ditertawakan didepan umum kalau saya gagal membayar kembali jumlah ini.” Kalau ia gagal, ia tidak secara harafiah dijadikan bahan tertawaan umum; di Jepang tidak ada tiang cacian umum. Tetapi menjelang tahun baru, yaitu tanggal jatuh tempo semua utang, orang yang tidak membayar utang itu, mungkin melakukan bunuh diri untuk membersihkan namanya. Sifat membela diri di Jepang, adalah suatu kebijaksanaan yang juga merupakan tata krama universal untuk tidak mengatakan terus terang kepada seseorang bahwa ia telah membuat suatu kesalahan profesional. Kepekaan ini terutama sangat terlihat dalam situasi–situasi dimana seseorang telah dikalahkan oleh orang lain. Umpamanya, bahwa orang lain lebih diutamakan untuk suatu pekerjaan, atau bahwa yang bersangkutan telah gagal dalam ujiannya. Orang yang kalah “menyandang malu” untuk kegagalan itu. Berbagai jenis tata krama diatur untuk menghindarkan situasi-situasi yang dapat menimbulkan rasa malu dan yang mungkin menyangkut giri seseorang terhadap namanya. Aksi agresif yang paling ekstrem dilakukan oleh orang Jepang modren adalah bunuh diri. Bunuh diri, kalau dilakukan dengan pantas, menurut adat mereka akan membersihkan nama dan menegakkan kembali citranya.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Komik
2.2.1 Defenisi Komik Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri. Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, di mana ia mendefinisikan komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik." Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art, "susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide". Kata komik sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “comic” yang berarti segala sesuatu yang lucu serta bersifat menghibur. Pada awalnya, sebutan komik ditujukan untuk serangkaian gambar yang berurutan dan memiliki keterkaitan antara gambar yang satu dengan lainnya, terkadang dibantu dengan tulisan yang berfungsi untuk memperkuat gagasan yang ingin disampaikan. Secara bahasa komik yang berasal dari bahasa yunani adalah cerita bergambar berbentuk dua dimensi yang bercerita bermacam-macam bahkan hal yang dianggap mustahil untuk terjadi dalam kehidupan sehari hari, (Rohmansyah, 2009 : 11).
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa Jepang komik disebut dengan manga. Orang yang membuat manga disebut dengan mangaka. Jenis-jenis komik dilihat dari segi genre adalah sebagai berikut : a. Shonen Shonen adalah sebutan untuk anime atau manga khusus bagi laki-laki. Genre ini mencakup tema yang lebih luas dan karakternnya keras dan penuh aksi. b. Shoujo Shoujo adalah genre dari manga atau anime yang ditujukan untuk perempuan remaja. Biasanya komik ini lebih mengarah ke perasaan dan drama antar karakternya. c. Shonen-ai Shonen-ai adalah genre dari manga atau anime yang bertemakan percintaan antara laki-laki. Genre-nya romantis tapi tanpa ada unsur seksual. d. Yaoi Yaoi adalah genre manga atau anime yang fokus pada hubungan homoseksual antara karakter laki-laki pada umumnya eksplisit secara seksual. e. Shoujo ai Shoujo ai adalah genre manga atau anime yang bertemakan percintaan antara perempuan. Genrenya romantis tapi ada unsur seksual. f. Yuri
Universitas Sumatera Utara
Yuri adalah genre manga atau anime yang fokus
pada hubungan
percintaan antara sesama wanita pada umumnya eksplisit secara seksual. Saat pertama kali komik muncul, ceritanya biasanya bertema superhero yang menyelamatkan orang-orang tanpa balas budi, namun sekarang komik telah berkembang menjadi berbagai macam pilihan tema. komik di masa kini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan komik-komik pendahulunya. Tulisan yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pendukung gambar, kini telah berperan lebih dari sekedar pendukung gambar, bahkan tidak jarang memiliki kedudukan yang setara dengan gambar. Gagasan dan gambar menjadi semakin kompleks dengan banyaknya simbol yang harus dipahami terlebih dahulu oleh para pembacanya. Sekarang komik tidak hanya untuk mengisi dan menambah imajinasi saja, tetapi juga dapat memberitahukan sejarah, perekonomian, keadaan masyarakat, budaya, nilai-niali sosial, dan bahkan bisa menjukkan keadaan geografi suatu daerah. Misalnya komik Samurai Deeper Kyo, walaupun hanya sebuah karangan fiksi, tetapi karena ada unsur sejarahnya, maka komik itu dapat menunjukan keadaan Jepang saat setelah adanya perang Sekigahara. Oleh karena itu sekarang pasar komik bertambah luas karena komik tidak lagi hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja, namun juga bagi remaja hingga orang dewasa. Kandungan cerita dalam komik bagi anak-anak dan orang dewasa jelas memiliki perbedaan, baik dari segi tema maupun isi. Komik anak-anak lebih banyak menceritakan kehidupan sehari-hari, pengenalan terhadap lingkungan maupun manusia lainnya. Sedangkan komik bagi remaja, tidak sedikit yang membahas masa-masa puber, berkisah mengenai kehidupan yang harus dijalani, serta langkah-langkah menuju kedewasaan. Kemudian komik untuk orang dewasa
Universitas Sumatera Utara
misalnya berisi mengenai kehidupan berkeluarga, kehidupan wanita maupun pria, karir di tempat kerja. Ini menunjukan bahwa komik semakin banyak digemari dan semakin memasyarakat. Perkembangan ini tentu saja membuat berbagai negaranegara di dunia untuk membuat komik yang berkualitas tinggi dan mengekspornya ke negara lain untuk meningkatkan pendapatannya. Negaranegara yang telah mempunyai industri komik besar adalah Jepang, Amerika, Hongkong dll.
Manga merupakan sebutan untuk komik di Jepang. komik Jepang yang paling tua dan terkenal pertama kali ditemukan di gudang shooshooin di Nara yang memperlihatkan berbagai ekspresi wajah manusia dengan mata yang keluar dan melotot dalam bentuk Fusakumen, ada juga karikatur yang disebut Daidaron, menggambarkan mata yang terbelalak dan orang berjenggot. Ada juga karikatur yaiu gambar yang terdapat pada langit-langit kondoo (gedung utama) kuil Budha Hooryuuji pada abad ke-7 dan panggung bangunan Barhma dan Indra di kuil Tooshoodaiji pada abad ke-8.
Dalam gambar komik ni terdapat unsur-unsur
religius dan nilai-nilai tradisi. Di Zaman Heian, terdapat gambar komik yang disebut Oko-e yang populer sebagai hobi kalangan kaum penguasa. Kemudian diakhir zaman Heian juga terdapat gulungan surat bergambar Choju Jinbutsu Giga karya biksu oba Soojoo. Menggambarkan binatang yang bersikap seperti manusia dengan garis artistiknya yang sederhana dan bentuknya dilebih-lebihkan.
Universitas Sumatera Utara
Pada abad ke-12, terdapat gulungan surat bergambar yang terkenal disebut Shigisan Engi Emaki, menggambarkan gerakan yang dinamis. Dalam gambar tersebut terdapat adengan pendeta Budha Myoren membuat sebuah panci ajaib terbang ke udara dan membawa gudang beras orang kaya ke puncak gunung. Kemudian
pada
zaman
Kamakura,
(1185-1333)
seiring
dengan
perkembangan agama budha, komik juga terlihat pad gulungan surat bergambar seperti Jigoku Zooshi dalam bentuk adengan gambar neraka dan dalam bentuk penderitaan, yang memperlihatkan adengan yang berhubungan dengan kematian. Di zaman Edo (1603-1867) pertumbuhan kebudayaan populer memberian semangat baru dalam komik yang merebut daya tarik lebih besar dalam bentuk buku cetakan blok kayu, seperti pada lukisan Ootsure-e yang dibuat dengan tekanan kuasyang kasar, lukisan Toba-e dengan sindirannya terhadap manusia. Istilah komik pertama kali digunakan oleh pelukis Ukiyo-e yang terkenal yaitu Hokusai Katsushika. Pada zaman Showa (1926-1989) yang dikenal juga abad manga anak-anak, dimana saat itu manga mmulai berkembang pesat, dalam selang waktu satu tahun telah diterbitkan sekitar 500 juta manga. dari prestasi yang dicapai ini Jepang bisa dibilang sebagai “kerajaan manga” yang mulai bangkit setelah melewati masa perang lewat manga anak-anak. Berkembangnya teknologi produksi manga pada pasca perang dunia II muncul seorang komikus Jepang yang berbakat yaitu Osamu Tezuka. Komik Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (19281989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang. Karena pada mulanya komik di Jepang adalah peniruan dari film animasi dari Walt Disney maka saat itu para penggemar komik Jepang adalah anak-anak. Namun pada tahun 1959 mulai diterbitkan dua majalah mingguan untuk anak lakilaki yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Saat itu hiburan untuk anak di Jepang hanyalah komik saja, belum ada anime (sebutan untuk film animasi di Jepang) dan tentu saja belum ada game komputer. Sepuluh tahun kemudian, majalah komik untuk remaja mulai terbit, Manga Action (1967), Young Comic (1967), Play Comic (1968) dan Big Comic (1967). Pembaca komik yang usianya kurang lebih sembilan tahun pada tahun 1959, maka pada saat itu (tahun 1967) mereka telah berumur kurang lebih delapan belas tahun dan telah masuk masa remaja sehingga mereka mau membaca komik yang cocok dengan usia dan selera mereka. Kemudian dari tahun ke tahun komik Jepang terus berkembang dengan munculnya mangaka-mangaka baru yang menghasilkan genre-genre baru yang lebih variatif dan menarik, seperti Gundam, One Piece, Naruto, Bleach, Slam Dunk dan lain-lain. Selain komik Jepang, majalah mingguan komik yang setiap minggu muncul juga penarik para penggemar manga di Jepang. Majalah mingguan ini biasanya berisi minimal 400 halaman atau lebih dan juga berisi minimal lima judul komik. Di Jepang majalah komik digolongkan menurut usia dan jenis kelamin pembacanya.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya ada Shonen Magazine dan Shonen Jump, kedua-duanya mempunyai eksemplar jutaan dan majalah komik yang paling besar di Jepang. Shonen artinya artinya anak laki-laki, berarti shonen manga artinya komik untuk anak laki-laki usia SD dan SMP. Ada juga Nakayoshi (artinya sahabat) dan Shojo Comic, majalah ini diterbitkan untuk anak perempuan usia SD dan SMP. Untuk para remaja diterbitkan juga majalah Young Comic dan Young Jump. Masih ada penggolongan lainnya yaitu Ladies Comic yaitu komik untuk perempuan yang usianya kira-kira 20-30 tahun dan ada juga majalah dewasa umum, yaitu majalah komik yang diterbitkan khusus dewasa dan remaja yang usianya di bawah 18 tahun tidak diperbolehkan untuk membelinya. Kebanyakan komik dari Jepang telah dibuat anime (film animasi) yang sesuai dengan cerita yang terkandung di dalam komik tersebut sejak tahun 1950 untuk menigkatkan penjualan dan mempromosikan kepada masyarakat, sehingga selain membaca, para penggemar komik juga dapat melihat filmnya. Seperti : Crayon Shinchan, Doraemon, Dragon Ball, Gundam. One Piece dan lain-lain. (Rohmansyah, www.sembaraang.blogspot.com).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
Setting komik “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato Setting atau latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya
cerit termasuk didalamnya lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan, bendabenda dan alat-alat yang berkaitan dengan tempat peristiwa cerita waktu, suasana maupun periode sejarah. A. Latar Tempat Latar tempat menjelaskan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur yang digunakan mmungkin berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, ataupun lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam komik “Say Hello To Black Jack” edisi 1-4 adalah sebagai berikut: 1. Universitas Eiroku Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Wisuda fakultas kedokteran universitas Eiroku...” (Hal 6 chapter 1 Edisi 1) 2. Rumah Sakit Universitas Eiroku Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Sudah tiga bulan sejak lulus dari Universitas Eiroku aku magang di rumah sakit universitas ini” (Hal 11 chapter 1 Edisi 1). 3. Rumah Sakit Seido
Universitas Sumatera Utara
Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Rumah sakit Seido, tempat tidur ada 120. Rumah sakit berskala besar yang menopang daerah sini” (Hal 19 chapter 1 Edisi 1). 4. Di perempatan jalan raya Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Pria berumur 60 tahun pingsan tertabrak di perempatan!!” (Hal 24 chapter 1 Edisi 1)
5. Ruang operasi Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Kalau sudah siap, segera ke ruang operasi! Nanti saya jelaskan kalu sudah berkumpul semua.” (Hal 71 chapter 2 Edisi 1). 6. Rumah Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Sampai di rumah ada kartu pos dari tempat aku bekerja sampingan dulu”. (Hal 100 chapter 3 Edisi 1). 7. Pemandian air panas Atami Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Pertemuan perkumpulan dokter bedah pertama universitas Eiroku ke-91 di pemandian air panas Atami”. (hal 151 chapter 5 Edisi 1). 8. Shinano machi
Universitas Sumatera Utara
Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “ rumah saya ada di shinano machi” (Hal 186 chapter 6 Edisi 1). 9. Bukit Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Dasar! Kenapa bikin rumah sakit diatas bukit seperti ini? Bis juga datang 30 menit sekali” (Hal 102 Chapter 7 Edisi 1). 10. Di depan stasiun Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Ada klub malam bernama K di depan stasiun” ( Hal 34 chapter 7 Edisi 2). 11. Rumah sakit Minami Rinkan Hal ini terlihat jelas pada pada gambar pada saat Eijiro Saito menemui Dr. Kita. (Hal 119 chapter 13 Edisi 2).
12. Kokubunji Hal ini terlihat jelas pada pada kalimat berikut : “Michiba kalau kau tak mau mengangkat telepon, aku akan ke tempatmu di Kokubunji” (Hal 43 chapter 18 Edisi 2).
B. Latar Waktu
Universitas Sumatera Utara
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Biasanya dapat dihubungkan dengan waktu faktual atau waktu yanng ada kaitanya dengan sejarah. Latar waktu pada cerita ini dimulai dengan suasana upacara wisuda mahasiswa fakultas kedokteran universitas Eiroku pada saat direkturnya melakukan pidato disiang hari. Hal ini dapat dilihat pada hal 6 sampai 7 chapter 1 edisi 1 yang mennyatakan: “8 ribu orang tiap tahun, 8 ribu orang lulus dari fakultas kedokteran di seluruh Jepang. dan kalian adalah 80 yang terbaik dari 8 ribu tersebut! Tanggung jawab kedokteran ada di pundak kalian”. Latar waktu yang menyatakan bulan juga terdapat dalam cerita ini. Hal ini dapat dilihat pada kalimat : “Sudah 3 bulan sejak lulus dari universitas Eiroku, aku magang di rumah sakit universitas ini”. Hal 11 chapter 1 edisi 1. Latar waktu yang menggunakan tahun juga ada, Hal ini dapat dilihat pada kalimat : “Untuk jadi dokter, harus kuliah 6 tahun dan lulus ujian negara”. Hal 12 chapter 1 edisi1. Latar waktu hari dan jam dapat dilihat pada kalimat: “Tiap hari bekerja rata-rata 16 jam”. Hal 14 chapter 1 edisi 1. Latar waktu malam dapat terlihat pada kalimat berikut : “Piket malam hari hanya ada satu dokter magang, di Jepang hal ini justru sudah umum, kalau tak ingin mati, sebaiknya jangan berkendaraan di malam hari”. Hal 36 chapter 1 edisi 1.
Universitas Sumatera Utara
Latar waktu minggu dapat dilihat pada kalimat : “Sudah seminggu sejak malam itu aku belum menemukan jawabannya”. Hal 65 chapter 1 edisi 1. Latar waktu yang menunjukkan pagi hari dapat dilihat pada kalimat: “pukul 1 lewat 20 menit dini hari, tubuh tuan Kaneko (75 tahun) menjadi aneh, denyut jantungnya berhenti”. Hal 114 chapter 3 edisi 1. Latar waktu yang menunjukkan siang hari terlihat pada kalimat berikut : “Sudah makan siang Saito?”. Hal 12 chapter 8 edisi 2.
2.3 Pendekatan Semiotik Ilmu tanda–tanda menganggap fenomena masyarakat dan kebudayaan sebagai tanda–tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan–aturan dan konveksi-konveksi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dalam pandangan semoitik yang berasal dari teori Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Pelekat dasar teori semiotik ada dua orang, yaitu Ferdinand de Sassure dan Charles Sanders Peeirce. Saussure yang dikenal sebagai bapak ilmu bahasa modren mempergunakan istilah semiologi, sedangkan peirce seorang ahli filsafat memakai istilah semiotik. Semiotik model Saussure bersifat semiotik struktural sedangkan semiotik model Peeirce bersifat analitis, yatu memusatkan perhatian pada fungsinya dan tanda pada umunya dengan menempatkan tanda-tanda linguistik pada tempat yang penting.
Universitas Sumatera Utara
Hoed dalam Burhan, (1995:40) mengungkapkan semiotik adalah ilmu atau metode analitis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dll. Jadi, yang dapat menjadi tanda bukan bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melengkapi kehidupan ini, walau harus diakui bahwa bahasa sebuah sistem tanda yang lengkap dan sempurna. Tanda–tanda itu dapat berupa gerakan anggota tubuh, yaitu gerakan mata, mulut, bentuk lisan, warna bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian dan karya seni yang berada di sekitar kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda–tanda dan ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial dan kebudayaan merupakan sebuah tanda. Kemudian semiotik mempelajari sebuah sistem-sistem, aturan-aturan, konveksi-konveksi yang memungkinkan
tanda- tanda tersebut
mempunyai arti. Di dalam ilmu semiotik, tanda memiliki dua aspek yang penting yaitu penanda (signifer) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalannya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda iu yaitu artinya. Contohnya kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti : “orang yang melahirkan kita”. Tanda itu tidak satu macam saja, tetapi ada beberapa macam berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya. Jenis–jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol.
Universitas Sumatera Utara
Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan persamaan, misalnya, gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potert menandai orang yang dipotert, gambar pohon menandai pohon. Indeks adalah tanda yang ditunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya. Misalnya, asap menandai api, alat penanda angin menunjuk arah angin. Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungannya bersifat arbiter (semau maunya) arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. “ibu” adala simbol artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (indonesia), orang Inggris menyebutnya mother, perancis menyebutnya Lam mere, dsb (Rachmat, 2001:71).
2.4 Biografi Pengarang Syuho Sato merupakan salah satu komikus Jepang. Syuho Sato lahir pada tanggal 12 agustus 1973. Bertempat tinggal di Ikeda, Nakagawa, Hokkaido, Japan. Hasil karya Syuho Sato adalah Say Hello To Black Jack, Serial ini Syuho Sato mendapat penghargaan dalam Media Arts Festival Award dengan predikat Excellence pada 2002 dan Manga Artist Society
memilih karya ini sebagai
Manga Terbaik 2004.
Universitas Sumatera Utara