BAB II TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN
2.1 Kondisi Umum Sanga-sanga merupakan sebuah kecamatan yang terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (gambar 2.1). Kecamatan Sanga-sanga memiliki luas wilayah mencapai 233,4 km2 yang dibagi dalam 5 kelurahan. Sementara jumlah penduduk kecamatan ini mencapai 11.855 jiwa (2005). Kecamatan ini merupakan salah satu wilayah penghasil minyak bumi yang sangat penting di Kalimantan Timur sejak sumur minyak Louise untuk pertama kalinya mulai berproduksi pada tahun 1897, disamping sumur minyak Mathilde yang ada di Balikpapan.
SAMARINDA
Kecamatan : 1. Anggana 2. Kembang Janggut 3. Kenohan 4. Kota Bangun 5. Loa Janan 6. Loa Kulu 7. Marang Kayu 8. Muara Badak 9. Muara Jawa 10. Muara Kaman 11. Muara Muntai 12. Muara Wis 13. Samboja 14. Sanga-sanga 15. Sebulu 16. Tabang 17. Tenggarong 18. Tenggarong Seberang
Gambar 2.1 Peta Lokasi Daerah Sanga-Sanga
5
Sanga-Sanga juga terkenal dengan sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 27 Januari 1947 ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) bahu membahu bersama rakyat mempertahankan Sanga-Sanga dari gempuran Belanda, meski akhirnya korban banyak berjatuhan dari pihak pejuang dan rakyat Sanga-Sanga. Untuk mengenang peristiwa yang disebut sebagai Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bersama Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara selalu menggelar upacara peringatan peristiwa tersebut setiap tanggal 27 Januari. 2.2 Iklim Daerah Sanga-Sanga termasuk wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara, sehingga iklim daerah ini merujuk kepada iklim di wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara yaitu beriklim tropis basah yang bercirikan curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun, sehingga tidak terdapat pergantian musim yang jelas. Sesuai dengan letak geografisnya maka wilayah Kutai Kertanegara beriklim hutan tropika humida dengan suhu udara rata-rata 26° C, dimana perbedaan suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5° - 7° C. Jumlah curah hujan di wilayah ini sekitar 2000 – 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 130 – 150 hari/tahun. Curah hujan terendah berada di wilayah pantai dan makin meningkat ke daerah pedalaman atau ke arah barat. 2.3 Bentang Alam Daerah penambangan terletak di daerah pesisir sungai Sanga-sanga, anak sungai Mahakam (gambar 2.2). Bentang alam daerah penambangan terdiri dari daerah rawa, perbukitan, lembah (gambar 2.3) dengan elevasi tertinggi 126,634 mdpl dan terendah 58,575 mdpl. Tidak jauh dari daerah penambangan terdapat sumur–sumur minyak dan gas dan terdapat pula beberapa pipa penyaluran gas dan minyak di beberapa lokasi tertentu. Adanya sumur dan pipa minyak dan gas ini mengharuskan pelarangan metode peledakan dalam sistem penambangan yang akan dilakukan.
6
360000E
i ga
355000E
n Su
350000E
9115000N
m ka ha Ma
9115000N
Sumur Bor Minyak Sumur Bor Gas Daerah Penambangan
Su
aiS ng
an a-s ang
ga
9110000N
9110000N
Akses Jalan
355000E
350000E
ghpareab.pf
SURPAC SOFTWARE INTL Batas dan Kondisi Wilayah Penambangan Sanga-sanga Scale: 1: 45000 Plan No.
Date: 18-May-08
SURPAC_VISION - SURPAC Software International
Gambar 2.2 Batas dan Kondisi Wilayah Penambangan
7
U (mengikuti arah y)
Batas pit
Elevasi topografi : - Tertinggi 126,634 mdpl - Terendah 58,575 mdpl
Gambar 2.3 Topografi Daerah Penambangan
8
2.4 Geologi Regional Daerah Sanga-sanga termasuk dalam kawasan pesisir dari Provinsi Kalimantan Timur, dan daerah ini masih merupakan salah satu daerah yang masuk dalam wilayah cekungan Kutai, sehingga pola persebaran dari batubara di daerah ini masih merujuk kepada awal mula terbentuknya Cekungan Kutai (Kutai Basin). Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada kala Eosen Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada Oligosen
Akhir.
Peningkatan
tekanan
karena
tumbukan
lempeng
mengakibatkan pengangkatan dasar cekungan ke arah baratlaut yang menghasilkan siklus regresif utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai, dan tidak terganggu sejak Oligosen Akhir hingga sekarang (Ferguson dan McClay, 1997). Pada kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah timur sepanjang waktu dan bertindak sebagai pusat pengendapan. Selain itu juga terjadi susut laut yang berlangsung terus menerus sampai Miosen Akhir. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian selatan, barat dan utara cekungan menyusun Formasi Warukin, Formasi Pulubalang dan Formasi Balikpapan. Sedimen Tersier yang diendapkan di Cekungan Kutai di bagian timur sangat tebal dengan fasies pengendapan yang berbeda dan memperlihatkan siklus genang-susut laut. Urutan transgresif ditemukan sepanjang daerah tepi cekungan berupa lapisan klastik yang berbutir kasar, juga di pantai hingga marin dangkal. Pengendapan pada lingkungan laut terus berlangsung hingga Oligosen dan menandakan perioda genang laut maksimum. Secara umum dijumpai lapisan turbidit berselingan dengan serpih laut dalam, sedangkan batugamping terumbu ditemukan secara lokal dalam Fm. Antan. Sedangkan urutan regresif di Cekungan Kutai mencakup lapisan klastik delta hingga paralik yang banyak mengandung lapisan-lapisan batubara dan lignit. Siklus
9
delta yang berumur Miosen Tengah berkembang secara cepat ke arah timur dan tenggara. Progradasi ke arah timur dan tumbuhnya delta berlangsung terus sepanjang waktu diselingi oleh tahapan-tahapan genang laut secara lokal. Secara litologi hampir semua batuan sedimen pengisi Cekungan Kutai mengandung kuarsa, batulempung, batulanau dengan sisipan batubara yang diendapkan dalam lingkungan neritik – paralik (litoral, delta sampai laut terbuka) dan dipengaruhi oleh susut serta genang laut. Batuan pengisi Cekungan Kutai terdiri atas Formasi Pamaluan, Pulubalang, Balikpapan dan Kampungbaru dan Aluvial; berumur Oligosen – Holosen. Formasi Pamaluan, terdiri atas batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batugamping dan batulanau, berlapis baik, berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Formasi Pulubalang, litologinya terdiri atas perselingan antara greywacke dan batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batu-bara dan tufa dasitik, berumur Miosen Tengah, diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Formasi Balikpapan, litologinya terdiri atas perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batulanau, serpih, batugamping dan batubara, berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir yang diendapkan dalam lingkungan berupa litoral – laut dangkal. Penyebarannya memanjang dari arah utara Selatan yakni dari Samarinda sampai Tanah Grogot Formasi Kampungbaru, litologinya terdiri atas batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batulanau dan batubara berumur Miosen Akhir – Plio Plistosen yang diendapkan dalam lingkungan delta – laut dangkal. Apabila melihat dari pola pengendapannya maka penyebaran formasi ini tidak melingkup pada daerah yang luas tapi hanya daerah sekitar Delta Mahakam Purba. Aluvial, berupa hasil pelapukan batuan yang lebih tua dan endapan sungai yang terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur.
10
Sesuai dengan pola pesebaran batubara cekungan Kutai, maka daerah Sanga-sanga termasuk dalam formasi Balikpapan yang terbentuk pada masa Miosen Tengah – Miosen Akhir dengan lapisan batupasir kuarsa relatif kompak, banyak ditemui multiseam, relatif tebal dan umumnya kontak dengan lapisan sedimen halus serta batubara lebih bersifat sub bituminus. Tabel 2.1 Batuan Pengisi Cekungan Kutai ( Eddy R. Sumaatmadja & Agus Pujobroto)
UMUR
LITO LOGI
KETERANGAN
LINGKUN GAN PENGEN DAPAN
Qa
Aluvial (Qa), berupa hasil pelapukan batuan yang lebih tua dan endapan sungai; terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur.
Sungai
Formasi Kampungbaru (Tpkb), terdiri atas batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batulanau dan batubara dengan tebal atas 0,10 - 6,00 m.
Delta – Laut Dangkal
Formasi Balikpapan (Tmbp), terdiri atas perselingan antara batupasir dan batulempung dengan sisipan batulanau, batugamping dan batubara dengan tebal 0,15 11,00 m.
Dataran Delta
K U
HOLOSEN
A R T E R
PLISTOSEN PLIOSEN Tpkb
T E R
M I
Akhir Tmbp
O S I
S
Tengah Tmopb
E N
Formasi Pulubalang (Tmpb), terdiri atas perselingan antara greywake dan batupasir kuarsa, dengan sisipan batugamping, batulempung dan batu-bara dengan tebal atas 0,10 – 4,00 m.
Laut Dangkal
E Awal Tomp
R OLIGOSEN
Formasi Pamaluan (Tomp), terdiri atas batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batugamping dan batulanau.
Laut Dangkal
11