14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pemijatan Perenium 1. Pengertian Pijat perineum adalah salah satu cara yang paling kuno dan paling pasti untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178). Pijat perineum adalah tekhnik memijat perineum di kala hamil atau beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan aliran darah ke daerah ini dan meningkatkan elastisitas perineum (Herdiana, 2007, tips pijat perineum, ¶ 3, http://www.klikdokter.com, diperoleh tanggal 13 September 2009). Menurut Nolan (2004, hlm. 128) pemijatan perineum adalah sebuah teknik sederhana yang dapat dilakukan sekali sehari selama beberapa minggu terakhir kehamilan di daerah perineum ( area antara vagina dan anus). Sedangkan perineum itu sendiri adalah area kulit antara liang vagina dengan anus (dubur) yang dapat robek ketika melahirkan atau sengaja digunting guna melebarkan jalan keluar bayi (episiotomi) (Herdiana, 2007, tips pijat perenium, ¶ 3, http://www.klikdokter.com, diperoleh tanggal 13 September 2009). Menurut Sarwono (2005, hlm. 33) perineum itu terletak antara vulva dan anus, yang panjangnya rata-rata 4 cm.
Universitas Sumatera Utara
15 2. Manfaat Pemijatan Perineum Pijat I ini akan membantu melunakkan jaringan perineum sehingga jaringan tersebut akan membuka tanpa resistensi saat persalinan, untuk mempermudah lewatnya bayi. Pemijatan perineum ini memungkinkan untuk melahirkan bayi dengan perineum tetap utuh (Mongan, 2007, hlm. 178). Pijat perineum memiliki berbagai keuntungan yang semuanya bertujuan mengurangi kejadian trauma di saat melahirkan. Keuntungannya diantaranya adalah: a.
Menstimulasi
aliran
darah ke
perineum
yang
akan
membantu
mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan. b.
Membantu ibu lebih santai di saat pemeriksaan vagina (Vaginal Touche).
c.
Membantu menyiapkan mental ibu terhadap tekanan dan regangan perineum di kala kepala bayi akan keluar.
d.
Menghindari kejadian episotomi atau robeknya perineum di kala melahirkan dengan meningkatkan elastisitas perineum.
(Herdiana, 2007, tips pijat perenium, ¶ 4, http://www.klikdokter.com, diperoleh tanggal 13 September 2009). Menurut Danuatmaja (2004, hlm.70) menyatakan bahwa pemijatan perineum ini mengurangi robekan perineum, mengurangi episiotomi dan mengurangi penggunaan alat bantu persalinan lainnya. 3. Waktu Untuk Melakukan Pemijatan Perineum Pijat perineum sebaiknya tidak dilakukan bagi ibu hamil dengan infeksi herpes aktif di daerah vagina, infeksi jamur, atau infeksi menular yang dapat menyebar dengan kontak langsung dan memperparah penyebaran infeksi.
Universitas Sumatera Utara
16 Pemijatan perineum ini sebaiknya dimulai sekitar 4 sampai 6 minggu sebelum waktunya melahirkan atau pada minggu ke-34 (Herdiana, 2007, tips pijat perineum, ¶ 6, http://www.klikdokter.com, diperoleh tanggal 13 September 2009). 4. Cara Melakukan Pemijatan Perineum Teknik yang dapat dilakukan untuk pijat perineum adalah: a.
Cucilah tangan ibu terlebih dahulu dan pastikan kuku ibu tidak panjang. Pijatan ini dapat dilakukan sendiri atau oleh pasangan (suami).
b.
Berbaringlah dalam posisi yang nyaman. Beberapa wanita ada yang berbaring miring dan menggunakan bantal untuk menyangga kaki mereka. Ada yang menggunakan posisi semilitotomi atau posisi mengangkang. Jika pemijatan dilakukan saat berdiri, letakkan kaki satu di kursi dan kaki yang lain berada sekitar 60-90 cm dari kursi.
c.
Ibu dapat menggunakan cermin untuk pertama kali guna mengetahui daerah perineum tesebut.
d.
Gunakan minyak kelapa, atau sweet almond. Lakukan pemijatan sebelum mandi pagi dan sore.
e.
Letakkan satu atau dua ibu jari (atau jari lainnya bila ibu tidak sampai) sekitar 2-3cm di dalam vagina. Tekan ke bawah dan kemudian menyamping pada saat bersamaan. Perlahan-lahan coba regangkan daerah tersebut sampai ibu merasakan sensasi seperti terbakar, perih, atau tersengat.
f.
Tahan ibu jari dalam posisi seperti di atas selama 2 menit sampai daerah tersebut menjadi tidak terlalu berasa dan ibu tidak terlalu merasakan perih lagi.
Universitas Sumatera Utara
17 g.
Tetap tekan daerah tersebut dengan ibu jari. Perlahan-lahan pijat ke depan dan ke belakang melewati separuh terbawah vagina. Lakukan ini selama 3-5 menit. Hindari pembukaan saluran kemih dan ibu dapat memulai dengan pijatan ringan dan semakin ditingkatkan tekanannya seiring dengan sensivitas yang berkurang.
h.
Ketika sedang memijat, tarik perlahan bagian terbawah dari vagina dengan ibu jari tetap berada di dalam. Hal ini akan membantu meregangkan kulit di mana kepala bayi saat melahirkan nanti akan meregangkan perineum itu sendiri.
Lakukan pijata perlahan-lahan dan hindari pembukaan dari katup uretra (lubang kencing) untuk menghindari iritasi atau infeksi.
B.
Episiotomi 1. Pengertian Episiotomi adalah perobekan yang dibuat di perineum antara lubang vagina dan anus untuk mempermudah keluarnya bayi. Perobekan ini dilakukan dengan gunting bius lokal ketika kepala bayi tampak. Jika dilakukan terlalu dini sebelum kelangkang menipis, otot-otot, kulit dan pembuluh-pembuluh darah akan rusak dan perdarahan bisa lebih banyak. Episotomi ini menimbulkan luka memar, bengkak dan lambat sembuhnya, serta menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman setelah dilakukan episotomi. Kemungkinan menyatunya dasar panggul juga bisa terganggu jika serat-serat otot perineum dijahit terlalu ketat, seorang perempuan bisa merasakan ketidaknyamanan ketika melakukan hubungan seks (Stoppard, 2007, hlm.316). Episiotomi
adalah
inisiasi
pada
perineum
yang
menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal,
Universitas Sumatera Utara
18 otot-otot
dan fasia perineum, serta kulit sebelah depan perineum untuk
melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran (Mansjoer, et all, 2001) Waktu yang tepat untuk melakukan tindakan ini saat puncak his dan mengejan, perineum sudah menipis, lingkaran kepala pada perineum sekitar 5 cm. Episiotomi yaitu tindakan bedah ringan berupa irisan di daerah perineum antara lubang kemaluan dan lubang anus (Indiarti, 2009). 2. Jenis-Jenis Episiotomi Untuk melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum pada saat kepala tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum. Menurut Liu (2008, hlm. 129) jenis-jenis insisi pada perineum ada 3, yaitu: a.
Insisi medial Insisi medial yang dibuat pada bidang anatomis dan cukup nyaman. Terdapat lebih sedikit perdarahan dan mudah untuk diperbaiki. Akan tetapi, aksesnya terbatas dan insisi memberikan resiko perluasan ke rektum, sehingga insisi ini hanya digunakan oleh individu yang berpengalaman. Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
19 Kerugian dari episiotomi medialis ini adalah dapat terjadi ruptur perineum tingkat III inkomplet (laserasi musculus sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rectum) b.
Insisi Lateral Sayatan disini dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau jam 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudental interna, sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
c.
Insisi mediolateral Insisi ini aman, mudah untuk dilakukan sehingga paling sering digunakan. Guntingan harus dimulai pada titik tengah lipatan kulit tipis di belakang vulva dan diarahkan ke tuberositas iskial ke bantalan iskiorektal.
d.
Insisi berbentuk J Jenis insisi ini memiliki keuntungan insisi medial dan memberikan akses yang lebih baik daripada pendekatan mediolateral. Insisi lateral dibuat tangensial ke arah bagian anus yang bewarna coklat.
3. Alasan Dilakukan Episiotomi Menurut Stoppard (2007, hlm 318) episiotomi diperlukan jika: a. Perineum tidak bisa meregang secara perlahan., latihan pernafasan dan pemijatan akan membantu. b. Kepala bayi mungkin telalu besar untuk lubang vagina
Universitas Sumatera Utara
20 c. Ibu tidak dapat mengontrol keinginan mengejan sehingga ibu berhenti mengejan ketika justru diperlukan secara bertahap dan halus. Episiotomi akan cepat mengeluarkan bayi, jika sang ibu mengalami kesulitan untk mengontrol keinginan mengejan pada tahap kedua d. Bayi tertekan e. Persalinan dilakukan dengan forcep (ekstraksi bayi pada kepalanya dari jalan kelahiran) f. Bayi sungsang 4. Fungsi Episiotomi a. Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam, sedangkan ruptura perinii yang spontan bersifat luka koyak dengan dinding luka bergerigi. b. Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit. c. Mengurangi tekanan kepala bayi. d. Mempersingkat kala II. e. Mengurangi kemungkinan terjadinya ruptur perineum totalis.
Saat kepala bayi mulai terdorong oleh kontraksi ibu keluar melalui pembukaan, obat bius mulai disuntikkan ke bagian perineum ibu (bagian antara anus dan vagina). Potongan dilakukan sepanjang antara 5 sampai 7,5 centimeter. Setelah bayi lahir dan ari-ari juga telah keluar, maka sayatan tersebut akan dijahit kembali.
Episiotomi dilakukan untuk mencegah robekan vagina lebih besar dan tak beraturan selama kelahiran. Sayatan ini akan sembuh kembali (meski memakan waktu). Pembukaan dan robekan tidak terkendali dimungkinkan karena
Universitas Sumatera Utara
21 peregangan yang tidak perlu karena kontraksi yang tak terkontrol. Robekan tak terkendali tersebut dapat berakibat pada:
a. Urinary incontinence, di mana ibu tidak mampu menahan buang air kecil b. Prolapsed bladder, kantong kemih turun menuju dinding vagina c. Prolapsed
rectum,
kantong
air
besar
turun
menuju
vagina.
Episiotomi dapat menghindari masalah tersebut. C.
Ruptur Perineum 1. Pengertian Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak dari vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2005, hlm 665). 2. Klasifikasi Jenis robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut: a.
Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum
b.
Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum dan otot-otot perineum
c.
Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, otot-otot perineum, dan sfingter ani eksterna
d.
Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani yang meluas sampai ke mukosa
Universitas Sumatera Utara
22 (Soepardiman,
2006,
Pengantar
Ilmu
Bedah
Obstetri,
¶
3,
http://www.geocities.com, diperoleh tanggal 10 Oktober 2009). Terjadinya ruptur perineum disebabkan oleh faktor ibu (jumlah paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi), pimpinan persalinan tidak sebagaimana semestinya, riwayat persalian, ekstraksi cunam, ekstraksi vacum, trauma alat dan episiotomi (Wiknjosastro, 2005, hlm 665). 3. Faktor-Faktor Terjadinya Ruptur Perineum Terjadinya ruptur perineum disebabkan oleh faktor ibu sendiri ( yang mencakup paritas, jarak kelahiran, dan berat badan lahir), riwayat persalinan yang mencakup ekstraksi vacum, ekstraksi cunam, episiotomi. a.
Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik
hidup maupun mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian ruptur perineum. Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki resiko lebih besar untuk mengalami robekan perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala
bayi
sehingga otot-otot
perineum
belum
meregang.
(Wiknjosastro, 2002). b.
Jarak Kelahiran Jarak kelahiran adalah rentang waktu antara kelahiran anak sekarang
dengan kelahiran anak sebelumnya. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong resiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kelahiran 2-3 tahun merupakan jarak kelahiran yang lebih aman bagi ibu dan janin. Begitu juga dengan keadaan jalan lahir yang mungkin pada persalinan terdahulu mengalami robekan perineum derajat
Universitas Sumatera Utara
23 tiga atau empat, sehingga pemulihan belum sempurna dan robekan perineum dapat terjadi (Depkes, 2004). c.
Berat Badan Bayi Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum
yaitu berat badan janin lebih dari 3500 gram, karena resiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan
berat
janin
bergantung
pada
pemeriksaan
klinik
atau
ultrasonografi. Pada masa kehamilan hendaknya terlebih dahulu mengukur tafsiran berat badan janin.
Universitas Sumatera Utara