BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Nilai Perusahaan Pada penelitian ini nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Price
to Book Value (PBV) yang mana untuk mendapatkan nilai perusahaan menggunakan proksi harga pasar saham yang dibagi dengan nilai buku per lembar saham (Book value per share). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price to book value (PBV) menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per lembar saham, semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Beberapa variabel yang kuantitatif yang sering digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Nilai buku saham Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham (paid up capital in excess of per value) dan laba ditahan PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut : a. Nilai buku mempunyai ukuran intuitif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya
21 Universitas Sumatera Utara
dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan. b. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaanperusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation c. Perusahaan – perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ration (PER) dapat dievaluasi menggunakan price book value ratio (PBV). 2. Nilai appraisal Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan pendapatan (earnings). Nilai perusahaan yang berdasarkan appraisal independent juga akan menghasilkan pengurangan Good Will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang bersangkutan. Good Will dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya. 3. Nilai pasar saham Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kouta pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.
22 Universitas Sumatera Utara
Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar.
Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering
dipergunakan
dalam
menilai
perusahaan
besar.
Faktor
analisis
berkompetensi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat maupun keputusan pribadi. 4. Nilai “chop – chop” Pendekatan “chop-chop” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Lawrence S. Speidell, CFA dari lembaga riset dibidang keuangan Batterymarch Financial
Management.
Secara
khusus,
ia
menekankan
untuk
mengidentifikasi perusahaan multi industri yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva dibawah harga penempatan mereka. 5. Nilai arus kas Pendekatan
arus
kas
untuk
penilaian
dimaksudkan
agar
dapat
mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan sebagai hasil merger atau akusisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger.
23 Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Teori-teori nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham, semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya.
Tujuan utama yang ingin dicapai
perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Hal tersebut tercermin dari harga sahamnya (Fama,1978 dalam Wahyudi dan Pawestri, 2006). Akan tetapi dibalik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur.
Jika
perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008) mereka berpendapat bahwa nilai perusahaan adalah nilai pasar karena dapat memberikan kemakmuran kepada pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaaanya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer maupun komisaris.Teori lain menyatakan bahwa nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Menurut (Sri Rahayu;2010) Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan
24 Universitas Sumatera Utara
nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya akan ditandai dengan naiknya harga saham dipasar. Ada juga yang mendefenisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan yang dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Menurut Sukamulja (2004) menyatakan bahwa salah satu rasio yang dinilai dapat memberikan informasi yang baik adalah Tobin’s Q. Rasio ini dinilai dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, misalnya terjadi perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan investasi
dan
diversifikasi,
hubungan
antara
kepemilikan
saham
manajemen dan nilai perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akusisi, dan kebijakan pendanaan, dividen, dan kompensasi. Samuel (2000), menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga dengan nilai perusahaan (firm value) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Menurut Hasnawati (2005), mengatakan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh faktor keputusan pendanaan, kebijakan dividen,faktor ekstenal
perusahaan
seperti
tingkat
inflasi,
kurs
mata
uang
asing,pertumbuhan ekonomi,politik, dan phsycology pasar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio PBV dalam menilai nilai dari perusahaan tersebut 25 Universitas Sumatera Utara
2.2
Return on Equity (ROE) Selain laporan informasi keuangan yang diwajibkan yang didalamnya
termasuk return on equity (ROE), return on asset (ROA), perusahaan juga melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan disebut juga corporate social responsibility (CSR) dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut juga good corporate governance (GCG) pada laporan tahunan perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menilai perusahaan yang bersangkutan. Return of equity (ROE) merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efektifitas apabila manajemen memilki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal. Hanafi dan Halim (1996) menyatakan bahwa return on asset (ROE) merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandangan pemegang saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba dari peningkatan harga saham yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Keberhasilan perusahaan dinilai dari peningkatan harga saham yang akan menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Alasan ini adalah angka kinerja keuangan yang berhasil dicapai. Kinerja keuangan (ROE) dalam penelitian ini dihitung dengan laba bersih setelah pajak dibagi total ekuitas dikali seratus persen.
26 Universitas Sumatera Utara
2.3
Profitabilitas (ROA) Menurut Ang (1997) dalam Wahidahwati (2002) bahwa rasio profitabilitas
atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit). Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya, profitabilitas merupakan pertimbangan yang penting bagi investor dalam keputusan investasinya. Nilai perusahaan dengan profitabilitas memiliki hubungan yang erat karena profitabilitas merupakan suatu tindakan prestasi perusahaan
atas
pendapatan
laba
(profit)
perusahaan
sehingga
dapat
mengembangkan perusahaannya ke level yang lebih tinggi lagi. Profitabilitas secara teoritis menurut Kokobu (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori Agency dengan premis bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Konflik keagenan yang terjadi akibat pemisahan peran dan perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal dapat mempengaruhi kualitas laba perusahaan. Melalui manajemen laba, pihak manajemen berusaha melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Profitabilitas
27 Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian ini dihitung dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi pajak dibagi total aktiva. 2.4
Corporate social responsibility (CSR) Praktik dan pengungkapan corporate social responsibility didasari oleh
hubungan perusahaan atau entitas bisnis dengan keseluruhan stakeholder baik internal maupun eksternal yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan. Perusahaan harus memastikan kegiatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dapat diterima masyarakat. Pengungkapan CSR merupakan pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan di dalam laporan tahunan. Pengukuran CSR mengacu pada 78 item pengungkapan yang digunakan oleh Sembiring (2007). Penelitian ini menggunakan 78 item pengungkapan karena peneliti menganggap pengukuran ini menguji pengungkapan CSR secara lengkap dan terinci. Objek penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga pengukuran CSR ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan di indonesia karena pengukuran CSR yang menggunakan 78 item pengungkapan ini digunakan Sembiring (2007) dengan mengadopsi pengukuran CSR yang berdasarkan GRI (Global Reporting Initiative) yang telah diakui secara global. Pengukuran variabel ini dengan indeks pengungkapan sosial, selanjutnya ditulis CSR
dengan
membandingkan
jumlah
pengungkapan
yang
diharapkan.
Pengungkapan sosial merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktifitas sosialnya yang meliputi 13 item lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan kerja, 29 item lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9
28 Universitas Sumatera Utara
item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan manajemen adaptive dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, keterampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen,1987 dalam Florence,2009). Corporate
Responsibility
Social
(CSR)
merupakan
suatu
proses
pengkomunikasian dampak-dampak sosial dan lingkungan di sekitar perusahaan atas tindakan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Hal ini memperluas tanggung jawab perusahaan dalam menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal terutama pemegang saham.
Dengan begitu, tanggung
jawab perusahaan tidak hanya mencari laba untuk pemegang saham, namun juga harus menyediakan laporan pertanggungjawaban sosial terhadap masyarakat. Corporate social responsibility dalam pengungkapannya harus berdasarkan pemahaman dari 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini.
Pengungkapan corporate social responsibility
tidak lagi berpijak pada praktek single bottom line yang berorientasi pada kinerja keuangan saja, namun harus mengacu pada triple bottom line, yang artinya perusahaan harus berorientasi pada aktivitas sosial dan lingkungan, tidak hanya berorientasi pada kinerja keuangan saja. Hal ini diyakini dapat menjamin keberlanjutan perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan dimasa mendatang.
29 Universitas Sumatera Utara
Menurut (Daniri,2007 dalam Rahayu et al, 2010), coporate social responsibility lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan laba, menyejahterakan para pemegang saham, dan mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, dan lain sebagainya. Pada dasarnya keberadaan perusahaan itu bertolak belakang dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan sosial. Konsep dan praktik CSR saat ini tidak lagi dipandang sebagai suatu cost center tetapi sebagai strategi perusahaan dalam menstabilkan pertumbuhan usaha secara jangka panjang. Oleh karena pengungkapkan CSR sangat penting dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Prinsip-prinsip dasar corporate social responsibility yang dapat digunakan perusahaan sebagai acuan dalam pembuatan keputusan menurut ISO 26000 meliputi: •
Kepatuhan terhadap hukum
•
Menghormati instrumen / badan-badan Internasional
•
Menghormati stakeholders dan kepentingannya
•
Akuntabilitas
•
Transparansi
•
Perilaku yang beretika
•
Melakukan tindakan pencegahan
•
Menghormati dasar-dasar HAM Perusahaan selain menerapkan CSR juga perlu melakukan pengungkapan
(disclosure) atas aktivitas CSR yang dilakukan kepada stakeholder. Penerapan CSR adalah suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menerapkan kegiatan CSR, sedangkan pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses
30 Universitas Sumatera Utara
akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk statement keuangan. Teori lain yang menjelaskan mengenai Corporate Social Responsibility yaitu : 2.4.1Teori Legimitasi Dalam legimitacy teori perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat
untuk
melakukan
kegiatannya
berdasarkan
nilai-nilai
justice,dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegemitasi tindakan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga bergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan
dimana
aktivitasnya.Apabila
perusahaan terjadi
tersebut
ketidakselarasan
menjalankan antara
sistem
setiap nilai
perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legimitasinya dan selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. (Haniffa,2005). Gray (1996) dalam Hadi (2011:88) berpendapat bahwa legimitasi merupakan : ’’a systems- oriented view of organization and society permitts us to focus on the role of inforation and disclosure in the relationnship
between,organizations,
the
state,
individuals
and
group.Melalui defenisi tersebut dijelaskan bahwa legimitasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan masyarakat, pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus kongruen atau selaras dengan
31 Universitas Sumatera Utara
harapan masyarakat. Dan menjelaskan bahwa teori legimitasi merupakan salah satu teori yang mendasari pengungkapan CSR. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari pihak investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham (Almilia dan Wijayanto).
2.4.2Teori Stakeholder Teori Stakeholders mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi para stakeholder. Perusahaan harus memberikan perhatian kepada kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan korporasi secara luas. Artinya dalam mencapai pengembalian yang menguntungkan bagi pemegang saham, manajer harus memperhatikan adanya batasanbatasan yang timbul dalam lingkungan dimana mereka beroperasi. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Stutedi,2012) Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham (Rustiarini,2010).Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), CSR adalah sebagai komitmen dunia usaha terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Lembaga keuangan
32 Universitas Sumatera Utara
global, World bank memandang CSR sebagai .’’ the committment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representative the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and Good for development’’. Corporate sosial responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefenisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,komunitas
setempat
ataupun
masyarakat
umum
untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Anggraini (2006) menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untukmemberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang baik memaksa perusahaan untuk memberikan
informasi
mengenai
aktivitas
sosialnya.Masyakat
membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga masyarakat dapat menilai perusahaan tersebut layak dan hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi.
2.4.3 Corporate Social Disclosure index ( CSDI ) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering juga disebut sebagai corporate social disclosure, corporate social reporting merupakan
33 Universitas Sumatera Utara
proses pengkonunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut dapat memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Grayet al dalam Sembiring, 2007). Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel dummy untuk mengukur corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dimana bila perusahaan yang diteliti melakukan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan (Annual report) melalui websitenya maka mendapat nilai 1 dan sebaliknya bila tidak diungkapkan mendapat nilai 0 dalam skala pengukurannya. 2.5
Good Corporate Goverance (GCG) Teori – teori keuangan telah dikembangkan baik secara teoritis maupun
empiris untuk menyelidiki lebih lanjut permasalahan yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kepentingan antara pemegang saham dengan manajer perusahaan, antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas, serta antara pemegang saham dengan kreditur (agency problem). Sehingga beberapa tahun terakhir banyak perusahaan property dan real estate
34 Universitas Sumatera Utara
yang semakin menyadari pentingnya menerapkan program good corporate governance (GCG) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Hal tersebut merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Masalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini didasarkan pada teori agency (agency problem) 2.5.1 Teori Keagenan ( Agency Theory ) Menurut Brigham & Houston ( 2006: 26-31) para manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana dalam hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Jensen dan Meckling (1976) mendefenisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal) perusahaan. Satu atau lebih principal memberi wewenang dan otoritas kepada agent untuk melakukan kepentingan. Dalam suatu korporasi, yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen
yang
mengelola
perusahaan.Agency
theory
muncul
berdasarkan adanya fenomena pemisahan antara pemilik perusahaan
35 Universitas Sumatera Utara
(pemegang
saham/owner)
dengan
para
manajer
yang
mengelola
perusahaan.Menurut Shleifer dan Vishny (1997) corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada
pemegang saham.
Sedangkan FCGI (Forum for Corporate
Governance in Indonesia menjelaskan bahwa tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (Stakeholder ). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Midiastuti (2003) di Indonesia kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang mampu mengurangi masalah ketidakselarasan kepentingan antara manajer dengan pemilik atau pemegang saham atau dapat dikatakan semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja dan nilai perusahaan. Good corporate governace dikatakan dapat menciptakan nilai tambah karena dengan menerapkan good corporate governance diharapkan perusahaan akan memiliki nilai perusahaan dan kinerja yang baik sehingga dapat menciptakan nilai tambah dan meningkatkan nilai perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dari para pemegang saham atau pemilik perusahaan 2.5.2 Manfaat Good Corporate Governance Manfaat dari pelaksanaan good corporate governance menurut Forum Corporate Governance Indonesia (FGCI) adalah sebagai berikut :
36 Universitas Sumatera Utara
•
Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
•
Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
•
Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
•
Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
•
Menghindari penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip good corporate
govenance
kemungkinan
yang
dilakukannya
konsisten
akan
rekayasa
menghalangi
kinerja
yang
mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar dalam laporan keuangannya. •
Meningkatkan kualitas laporan keuangan
•
Mempermudah
proses
pengambilan
keputusan,
sehingga
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan keuntungan yang bisa diambil oleh perusahaan apabila menerapkan konsep good corporate governance adalah :
37 Universitas Sumatera Utara
• Meminimalkan Agency cost Selama ini para pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul akibat dari pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya-biaya ini bisa berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. • Meminimalkan Cost of capital Perusahaan yang baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi positif bagi para kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan akan mengajukan pinjaman, selain itu dapat memperkuat kinerja keuangan yang akan membuat produk perusahaan menjadi lebih kompetitif • Meningkatkan nilai saham perusahaan Suatu perusahaan yang dikelola secara baik dan dalam kondisi sehat akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. sebuah survei yang dilakukan oleh Russel Reynolds Associates (1977) mengungkapkan bahwa kualitas dewan komisaris adalah salah satu faktor utama yang dinilai oleh investor institusional sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham perusahaan tersebut • Mengangkat citra perusahaan
38 Universitas Sumatera Utara
Citra Perusahaan merupakan faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan kinerja dan keberadaan perusahaan tersebut dimata masyarakat dan khususnya para investor. 2.5.3 Prinsip-Prinsip dalam Good Corporate Governance Dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 oleh kementerian Hukum dan HAM Repuplik Indonesia tentang Perseroan Terbatas dan prinsip tata kelola perseroan yang baik (good corporate governance) dalam menjalankan perusahaan, dan dalam keputusan Menteri BUMN Tahun 2002
tentang
prinsip-prinsip
good
corporate
governance
harus
mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut : • Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi meteriil dan relevan mengenai perusahaan • Kemandirian, yaitu suatu keadaan yang mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat • Akuntabilitas,
yaitu
kejelasan
fungsi,
pelaksanaan
dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
39 Universitas Sumatera Utara
•
Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
• Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. • Untuk mewujudkan terciptanya good corporate governance, prinsip-prinsip tersebut harus dapat dicapai perusahaan dengan adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak, baik didalam maupun luar perusahaan sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku untuk dapat memberikan manfaat kepada kondisi dan nilai perusahaan
40 Universitas Sumatera Utara
2.6
Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan ditelaah
pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu gambar kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.3.1 Kerangka konseptual Rasio
Kinerja Keuangan ROE (X1)
Nilai Perusahaa n (Y)
H1 H2
Profitabilitas ROA (X2)
H1 H3
H1
Corporate Social Responsibility (X3)
H4 Good Corporate Governance (X4)
2.7
Uji Regresi Berganda
Penelitian terdahulu Berdasarkan uraian yang telah dikemukan sebelumnya dan ditelaah
pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
41 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti
1
Reza (2014)
2
Anggitasari (2012)
Judul/ Topik Penelitian Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel
Hasil Penelitian
Variabel Independen Good Corporate Governance Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Governance (PBV)
Good Corporate : Governance secara kumulatif terdapat hubungan antara Variabel ukuran dewan komisaris, Dewan direksi, dan komite audit dengan nilai perusahaan otomotif yang terdapat di BEI, Variabel Good Corporate Governance ini menjelaskan 32% dari nilai perusahaan otomotif tersebut. Pengaruh Kinerja Variabel Kinerja keuangan keuangan terhadap Independen : (ROA) tidak Nilai Perusahaan Kinerja mempunyai dengan Pengungkapan keuangan pengaruh yang Corporate Social Variabel signifikan Responsibility dan Dependen : terhadap Nilai Struktur Good Nilai Perusahaan Corporate Governance Perusahaan Analisis variabel sebagai variabel Variabel moderating Pemoderasi Moderasi dengan metode Corporate MRA menunj Social ukkan bahwa Responsibility komisaris dan Struktur independen, Good kepemilikan Corporate manajerial, dan Governance komite audit bukan merupakan variabel
42 Universitas Sumatera Utara
moderating yang mampu memoderasi hubungan ROA dengan Nilai perusahaan (TobinsQ). Kepemilikan institusional dan pengungkapan CSR merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROA dan Tobins Q dan menunjukkan pengaruh yang positif signifikan. 3
Rahayu (2010)
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi (Studi empiris pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta)
Variabel Independen : Kinerja keuangan Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Moderasi: a.Corporate Social Responsibility b.Good Corporate Governance
4
Kusumadilaga (2010)
Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating (Studi empiris pada
Variabel Independen : Corporate Social Responsibility Variabel Dependen :
Kinerja keuangan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance tidak mampu memoderasi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
43 Universitas Sumatera Utara
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Nilai perusahaan Variabel Moderasi : Profitabilitas
Variabel Independen : Good Corporate Governance Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Moderasi : Corporate Social Responsibility Disclosure Variabel Independen: Kinerja Keuangan Variabel Dependen : Nilai perusahaan Variabel Moderasi : Mekanisme Corporate Governance.
5
Amanti
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai variabel Moderasi (Studi kasus pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
6
Fauzi (2010)
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Mekanisme Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur Go Puplic yang terdaftar di BEI)
7
Sukamulja (2004)
Good Corporate Variabel Governance di sektor Independen keuangan :Dampak Good
Profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Nilai perusahaan Good Corporate Governance berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dan Corporate sosial responsibility tidak mampu mempengaruhi nilai perusahaan sebagai variabel moderasi
Kinerja Keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, tidak adanya pengaruh secara signifikan dari komite audit sebagai proksi dari mekanisme corporate governance sebagai variabel moderasi terhadap nilai perusahaa Pelaksanaan : Good Corporate Governance tidak
44 Universitas Sumatera Utara
8
Carningsih
9
Handoko (2012)
Good Corporate Corporate Governance terhadap Governance kinerja perusahaan Variabel Dependen: Kinerja perusahaan Pengaruh Good Variabel Corporate Governance Independen: terhadap hubungan Kinerja atara kinerja keuangan keuangan dengan Nilai Variabel perusahaan (Studi Dependen : kasus pada perusahaan Nilai property dan real Perusahaan estate yang terdaftar di Variabel Bursa Efek Indonesia) Moderasi : Good Corporate Governance
berpengaruh terhadap kinerja yang tercermin dari nilai pasar perusahaan
Pengaruh kinerja keuangan Terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi
Kinerja Keuangan (ROA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, pengungkapan CSR mampu memoderasi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan dan proporsi komisaris independen merupakan variabel pemoderasi pada hubungan kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Variabel Independen : Kinerja Keuangan Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Moderasi : Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance.
Kinerja Keuangan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan,Good Corporate governance tidak terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Sumber : berbagai jurnal yang diolah
45 Universitas Sumatera Utara
Adapun yang membedakan dengan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2010) dan jurnal nasional yang dilakukan oleh Reny Dyah Retno M dan Denies Priantinah M.Si,Ak. Adalah pada penelitian ini penulis menambahkan tiga variabel independen yaitu kinerja keuangan (ROE), profitabilitas (ROA) dan corporate social responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan (PBV). Dan menjadikan good corporate governance sebagai variabel moderasi hubungan antara ketiga variabel tersebut terhadap nilai perusahaan. 2.8
Hipotesis Penelitian Hipotesa adalah sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan
lagi kebenarannya. “Hipotesa disebut sebagai kesimpulan karena hipotesa ini merupakan kesimpulan dari kegiatan kajian teoritik yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum pelaksanaan penelitian” (Hadi, 2006 : 89).
Hipotesa atau
hipotesis memerlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesis tersebut atau dapat dikatakan hipotesis merupakan suatu statement sementara tentang keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas penulis akan mencari kebenaran dari hipotesis yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut : H1 : Kinerja keuangan, profitabilitas dan corporate social responsibility berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
46 Universitas Sumatera Utara
H2 : Kinerja keuangan dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai tahun 2013 H3 : Profitabilitas dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai tahun 2013 H4 : Corporate social responsibility dengan good corporate governance sebagai variabel moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai tahun 2013 H5 : Good corporate governance (GCG) mampu memoderasi hubungan antara kinerja keuangan (ROE), profitabilitas (ROA), corporate social responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
47 Universitas Sumatera Utara