BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Televisi Sebagai Media Massa Dalam mempelajari komunikasi massa harus mengacu pada konsep-konsep komunikasi yang mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada khalayak secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan dikonsumsi oleh khalayak.11 Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyabarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Acara televisi atau yang dikenal sebagai program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi melalu frekuensi. Terlepas dari itu, topik ini membahas mengenai media massa yakni televisi. Televisi merupakan sebuah alat teknologi yang mampu menayangkan konten berupa audio dan visual melaui pemancar tranmisi yang disalurkan lewat frekuensi. Sebagai media massa, televisi yang merupakan media penyiaran elektronik yang terjadwal secara sistemik dan periodik sehingga saluran komunikasi massa yang dikategorikan secara tidak langsung karena tanpa bertatap muka dengan khalayaknya.12
11
12
Agustina, Irmulana Sati. Modul Komunikasi Massa. Jakarta. 2005 hal. Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran. Jakarta. 2011 hal 47.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Dalam menganalisa suatu media dalam persepktif komunikasi massa, dan berkaitan dengan penelitian ini maka dapat terlihat dimensi mikro dalam teori komunikasi massa yakni hubungan antara media dengan khalayak, baik secara kelompok maupun individu. Televisi dianggap sebagai sumber pemberi informasi bagi khalayak, dan tidak hanya itu televisi juga memberi pengaruh dalam bentuk konten-konten yang disuguhkan seperti program hiburan dan edukasi. Televisi bertahan dari daya tarik televisi itu sendiri melalui kontennya sehingga jelas bahwa televisi merupakan media yang dapat menyatukan orang untuk berbagi pengalaman yang sama dengan masyarakat yang terbagi-bagi dan individual, yang tidak hanya dilingkup keluarga.13 Pada awal perkembangannya kemunculan televisi ditanggapi biasa saja oleh masyarakat. Kala itu pesawat televisi masih sangat mahal, selain itu masih belum tersedia banyak program untuk disaksikan. Pengisi acara pada saat itu bahkan meragukan massa depan televisi, karena mereka tidak yakin bahwa televisi dapat berkembang dengan pesat. Semua program televisi pada awalnya ditayangkan dalam siaran langsung (live). Hal itu disebabkan belum ditemukannya kaset penyimpanan suara dan gambar (videotape) sampai pada 1956 barulah muncul alat tersebut, dan berkembang
hingga muncul televisi berwarna. Sedangkan untuk
perkembangannya di Indonesia, televisi diawali dengan pembukaan Asian Games ke-4 pada tahun 1962 yang digagas oleh presiden Soekarno yang kala itu hanya satu yakni TVRI.
13
Denis McQuail. Teori Komunikasi Massa. Jakarta. 2011 hal 39.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Dalam ilmu komunikasi dikenal sejumlah saluran komunikasi, yaitu bagaimana orang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Upaya seseorang untuk menyampaikan pesan ini secara garis besar terbagi atas dua, yaitu komunikasi tanpa media yaitu secara langsung (tatap muka) dan komunikasi dengan media. Dalam konteks ini komunikasi yang digunakan yakni komunikasi dengan media karena televisi merupakan media massa elektronik. Penyampaian informasi dengan menggunakan media terbagi atas dua, yaitu melalui media massa dan nonmedia massa. Televisi termasuk ke dalam saluran komunikasi melalu media massa. Setelah itu saluran media massa terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu media massa elektronik dan media massa cetak. Secara garis besar televisi termasuk ke dalam media elektronik, media elektronik terbagi lagi menjadi dua yakni media elektronik penyiaran dan nonpenyiaran.14 Jadi pada dasarnya televisi merupakan media massa jenis elektronik yang bersifat penyiaran. Sifat penyiaran pada media televisi yakni menyampaikan informasi yang dapat didengar, dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali, daya rangsang yang sangat tinggi, elektris, sangat mahal, dan daya jangkau besar.15
14
Morissan. Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi). Jakarta: Kencana 2011 hal hal 13. 15 Ibid hal 11.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Gambar 2.1 Skema Saluran Komunikasi Dalam Media Massa Penyiaran Media
2.2
Media
Media
Media
Media
Massa
Massa
Massa
Massa
Periodik
Elektronik
Penyiaran
Televisi
Program Televisi Pengertian televisi terdiri dari istilah “tele” yang jerarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan segi penglihatannya oleh gambar. Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (movie picture).16 Menurut Skormis, televisi merupakan gabungan dari media dengar yang bersifat politis. Bisa pula informatif, hiburan dan pendidikan maupun gabungan dari ketiga unsur yang telah disebutkan tadi. Penyampaian pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.17 Ciri-ciri dan karakteristik televisi adalah sebagai berikut:18 1. Audiovisual Kelebihan dari televisi adalah dapat dilihat juga dapat didengar. Unsur visual dan dilengkapi dengan audio membuat tayangan televisi lebih menarik dan penonton juga mempunyai gambaran yang lengkap tentang peristiwa yang sedang ditayangkan di televisi.
16
Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung. Hal. 174 Kuswandi. Komunikasi Massa. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 8 18 Siti Karlinah. Komunikasi Massa. Simbiosa Rekatama: Jakarta. Hal. 137 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
2.
Berpikir dalam gambar Sekalipun tidak ada naskah yang mengikuti, namun dengan gambar kita dapat menyampaikan maksud dari gambar yang disiarkan. Ada dua tahap dalam proses berpikir dengan gambar, pertama adalah visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga mengandung makna tertentu.
3.
Pengoprasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio, pengoprasian televisi jauh lebih kompleks dan memerlukan banyak orang. Peralatan yang digunakan juga lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan terampil. Media massa khususnya televisi mempunyai fungsi penggunaan sosial, isolasi sosial, dan hubungan audiens dengan pengirim.
Secara garis besar, program televisi dibagi menjadi program berita dan nonberita. Jenis program televisi dapat dibedakan bedasarkan bentuk (format) teknis atau bedasarkan isi. Bentuk teknis merupakan bentuk umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, variety show, documenter, film, kuis, musik. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk nonberita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar digolongkan ke dalam hard
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
news atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan soft news yang mengangkat berita bersifat ringan dapat ditunda penayangannya dan tidak terikat waktu. Pengaturan penayangan program televisi disebuah stasiun televisi biasanya diatur oleh bagian bidang program siaran atau bagian perencanaan siaran. Pada umumnya, bidang program merencanakan dan mengatur jadwal penayangan suatu program televisi berdasarkan segmentasi dan moment khalayak. Keberhasilan sebuah program televisi saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh khalayak bedasarkan rating dan share. Acara televisi di Indonesia semakin bervariasi, jika dulunya hanya acara sinetron tapi kini bergam inovasi program siaran dapat dinikmati khalayak. Program-program televisi saat ini lebih banyak mengeksplor kebudayaan dan kehidupan masyarakat sekitar sesuai dengan realiatas yang ada. Kebanyakan stasiun televisi yang ada di Indonesia lebih banyak memberikan tayangan yang bersifat informatif dan edukatif dalam porsi yang cukup.
2.2.1 Jenis-Jenis Program Televisi Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangakan di televisi selama program itu menarik dan disukai khalayak, serta tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelolaan stasiun penyiaran dituntut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
untuk memiliki kreativitas yang dapat menghasilkan berbagai program yang menarik. Adapun definisi format acara televisi menurut Naratama adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.19 Format acara televisi dibagi menjadi beberapa bagian:20 1. Drama/Fiksi (timeless & Imajinatif): Tragedi, aksi, komedi, cinta/ romantisme, legenda, horror. 2. Nondrama (timeless & Factual): Music, Magazine show, talk show, variety show, repackaging, game show, kuis, talent show, competition show. 3. Berita/News (actual & factual): Berita, current affairs program, sport, magazine news, features. Gambar 2.2 Format Acara Televisi
FORMAT ACARA TELEVISI
1. TIMELESS & FACTUAL DRAMA/FIKSI
2. TIMELESS & IMAJINATIF NON DRAMA/NONFIKSI
3. FAKTUAL & AKTUAL BERITA/NEWS
19 20
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta. 2004. Hal 63 Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran. Kencana: Jakarta. Hal 168
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Berbagai jenis program itu dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu program inforamsi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yakni berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan yang kedua yakni berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yakni musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan. Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program berarti menetukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Daya tarik disini adalah bagaimana suatu program mampu menarik khalayaknya. Programmer juga harus mampu memberi daya tarik pada program yang disuguhkan.21 Berikut jenis-jenis program yang digolongkan menjadi dua bagian yaitu: A.
Program Informasi Manusia pada dasarnya memiliki sifat ingin tahu yang besar. Mereka selalu ingin tahu mengenai hal-hal yang terjadi disekitar masyarakat. Programmer dapat mengeksplorasikan rasa ingin tahu seseorang untuk menarik sebanyak mungkin khalayak. Program informasi di televisi memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak.
21
Morissan. Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi). Jakarta: Kencana 2011 hal 218
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Daya tarik program ini adalah informasi, dan hal itulah yang “dijual” kepada khalayak televisi. Berikut yang termasuk dalam program informasi yaitu: a.
Hard News Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak secepatnya. Stasiun televisi besar biasanya menyajikan program berita beberapa kali dalam satu hari, misalnya pada pagi, siang, petang dan bahkan tengah malam. Berita keras disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi mulai dari beberapa menit saja (breaking news) hingga program berita yang berdurasi 30 menit atau bahkan satu jam. Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk berita yaitu, straight news, feature, dan infotainment. a) Staright news berarti berita langsung artinya berita yang singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup 5 W + 1 H (who, what, where, why, when, dan how) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. b) Feature adalah berita ringan namun menarik. Menarik dalam hal ini yakni informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman dan sebagainya. Misalnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
informasi mengenai tempat makan yang enak atau tempat liburan yang menarik. c) Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang
yang dikenal
masyarakat (celebrity). Sesuia dengan profesinya yang bergelut di dunia industri hiburan, maka semua hal
mengenai
mereka
disebut
juga
dengan
infotainment. b.
Soft News Soft news atau berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak adalah current affair, magazine show, documenter, dan talk show. a) Current fair adalah persoalan kekinian. Program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Misalnya program yang
menyajikan
cerita
mengenai
kehidupan
masyarakat setelah ditimpa bencana alam yang cukup dahsyat seperti gempa bumi atau tsunami. b) Magazine show adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam. Magazine show lebih
menekankan
pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
aspek
menarik
suatu
29
informasi ketimbang aspek pentingnya. Biasanya berdurasi 30 menit. c) Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. d) Talk show adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Yang berbicara adalah orang-oarang yang kompeten dibidangnya.22 Tabel 2.1 Perbandingan Hard News dan Soft News
Hard News
Soft News
Harus ada peristiwa terlebih dahulu
Tidak mesti ada peristiwa terlebih dahulu
Peristiwa harus actual (baru terjadi)
Tidak mesti actual
Harus segera disiarkan
Tidak bersifat segera (timeless)
Mengutamakan informasi terpenting saja Menekankan pada detail
22
Morissan. Manajemn Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi). Jakarta: Kencana 2011 hal 219-222.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Tidak menekankan sisi human interest
Sangat menekankan segi human interest
Laporan tidak mendalam (singkat)
Laporan bersifat mendalam
Teknik isi penulisan piramida tegak
Teknik isi penulisan piramida terbalik
Ditayangkan dalam program berita
Ditayangkan dalam program lainnya
B.
Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan. a.
Drama adalah pertunjukan show yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) dengan dibumbui konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.
b.
Permainan (games show) Permainan (games show) merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
sesuatu. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Quiz Show, Ketangkasan, Reality Show. Dalam Reality Show terdapat beberapa bentuk seperti hidden camera, competition show, relationship show, fly on the wall, mistik. c.
Pertunjukan Pertunjukan adalah program yang menampilkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio.23 Gambar 2.3 Jenis Program Televisi
Hard News (straigh news, features, infotainment) Informasi Soft News (current affair, magazine, talk show, documentary) Program TV
Drama (sinetron, film)
Hiburan
Permainan (quiz show, ketangkasan, reality show)
Pertunjukan (sulap, lawak, tarian)
23
Morissan. Manajemn Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi). Jakarta: Kencana 2011 hal 223-229.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
2.3
Program Magazine Show Magazine Show adalah format acara TV yang mempunyai format menyerupai majalah (media cetak), yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam rubric dan tema yang disajikan dalam reportase actual atau timeless sesuai dengan minat dan tendensi dari target penontonnya.24 Di Indonesia, format program Magazine Show cukup popular dan menembus angka rating yang tinggi. Karena formatnya yang menyerupai majalah maka teknik penyutradaraan untuk Magazine Show juga mengikuti gaya dan teknik penulisan berita tulis. Artinya kalau dalam media cetak, sebuah berita dilaporkan dalam bentuk tulisan maka dalam Magazine Show sebuah berita dilaporkan dalam bentuk tulisan dan gambar. Dengan demikian bila majalah cetak sangat mengandalkan kekuatan foto atau gambar untuk mengilustrasikan realitas keadaan yang sebenarnya maka Magazine Show justru sangat mengandalkan gambar atau visual movement yang diimbuhi oleh naskah. Dengan dukungan suara voice over yang mengiringi visual movement tersebut maka sebuah reportase akan lebih jernih menyampaikan realitas keadaan yang sedang dilaporkan. Salah satu ciri menonjol paket program majalah udara (magazine show) adalah sajiannya terdiri dari berbagai macam topik. Dalam majalah udara keberadaan topik yang satu dengan yang lainnya tidak harus saling mengikuti. Acara magazine show merupakan salah satu upaya televisi untuk menarik masyarakat atau khalayak yang tidak suka membaca
24
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi: dengan Single dan Multi Camera. Jakarta: Grasindo 2004. Hal 171
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
magazine (majalah) dan mempermudah mereka mendapatkan informasi dalam format sama seperti majalah. Sifat dari Magazine Show yakni investigative, maka dari itu proses pra produksi sangat memakan waktu banyak hingga berbulan-bulan. Berikut beberapa teknik penyutradaraan format Magazine Show: a.
Variation on Objects Terutama untuk liputan lapangan sebaiknya perbanyak stock shot dari lokasi kejadian. Stock shot disini yakni variasi atau objek yang direkam hal ini sangat penting ketika pasca produksi. Dengan variasi objek yang banyak dan beragam kita tidak akan kekurangan bahan atau berita.
b.
Rubrikasi Sesuaikan
dengan
segmentasi
penonton,
apa
yang
akan
ditayangkan akan lebih baik spesifik dan langsung pada sasaran khalayak. Misalkan tema fashion sangat tepat untuk remaja dan kaum muda dan lebih khususnya lagi wanita. c.
Pembuatannya tetap dengan liputan investigasi secara mendalam dengan menggunakan pendekatan timeless program. Artinya bahasan akan dikupas dengan sisi-sisi lain, hal ini tentu harus didukung dengan riset dan wawancara dengan berbagai narasumber serta mendalam. Timeless juga dapat diartikan sebagai liputan yang dapat ditonton kapan saja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
d.
Hindari Kesan Feature Magazine show hampir mirip dengan feature atau video documenter. Untuk itu sebaiknya harus selalu ingat bahwa magazine show tetap merupakan bagian dari show atau hiburan atau pagelaran, sehingga setiap scene harus mempunyai unsurunsur entertainment.
e.
Durasi Liputan Pendek Sebuah liputan biasanya hanya memakan durasi waktu maksimal 3 menit sehingga dalam satu segmen anda akan mempunyai 2 buah rubric. Jangan anda memproduksi liputan terlalu panjang, kecuali anda memang ingin membuat sebuah special magazine show. Akan lebih menarik jika ada selipan seperti Kuis interaktif, atau dialog khusus.
f.
Direct Sound Gunakanlah selalu empat audio track, dimana satu track untuk voice over, satu track lainnya untuk music, sedangkan dua track untuk direct sound. Direct sound sangat dibutuhkan untuk membuat karya menjadi lebih entertaining (menghibur).
g.
Kombinasi dengan Format Lain Seperti
halnya
program
acara
televisi
lain
maka
untuk
mengentalkan tujuan program magazine show yang entertaining harus dipadukan dengan format acara televisi yang lain. Misalnya segmen khusus seperti format kuis, talk show dan sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Namun harus tetep mengutamakan isi dari setiap rubric yang ditayangkan. 2.4
Trend Fashion Trend fashion memiliki sejumlah pilihan yang tersedia dalam pemilihan mode atau karakter dari fashion pakaian atau aksesoris yang akan kita kenakan. Apa yang seseorang pilih untuk dikenakan dapat mencerminkan kepribadian atau kepentingan orang tersebut. Ketika orangorang yang memiliki status budaya mulai mengenakan pakaian baru atau berbeda, atau sering kali disebut dengan trend fashion. orang-orang yang menyukai atau menghormati mereka menjadi dipengaruhi oleh gaya pribadi mereka, dan mulai memakai pakaian gaya yang serupa. Fashion dapat bervariasi dalam suatu masyarakat menurut umur, kelas sosial, generasi, pekerjaan, dan goegrafi serta dari waktu ke waktu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata tren berarti bergaya atau hal yang mutakhir, seperti bergaya modern.25 Sedangkan mode mengacu pada trend yang khas dan sering menjadi kebiasaan dalam gaya serta gaya yang berlaku dalam perilaku. Mode juga mengacu pada kreasi terbaru dari desainer. Trend fashion adalah konsep dimana sebuah gaya atau mode yang berkembang ditengah-tengah masyarakat yang menjadi minta dan sedang digemari dengan berbagai macam model yang berkembang terus menerus
25
Kbbi.co.id/arti-kata/tren
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
sesuai perkembangan zaman dan sesuai dengan kebutuhan serta karakter seseorang dalam berpenampilan. Fashion adalah privilese golongan kaya, setidaknya hingga zaman renaisans. Namun sejak beberapa dasawarsa awal abad ke-20, fashion telah menjadi komponen intrinsik dalam kehidupan sehari-hari. Fashion dapat didefinisikan sebagai gaya atau kebiasaan yang paling lazim dalam berpakaian. Fashion adalah semacam kode berpenampilan dalam hal pakaian dan aksesoris pelengkapnya, “makro” yang menetapkan standar gaya menurut usia, gender, kelas sosial, dan seterusnya.26 Fashion menyebabkan perubahan yang cepat dalam gaya berpakaian dikarenakan berbagai alasan historis, psikologis, dan sosilogis. Sebuah gaya berpakaian mungkin bermula sebagai sebuah fashion, tetapi gaya ituakan termasuk ke dalam kebiasaan jika diturunkan dari generasi ke generasi. Fashion yang datang dan pergi dengan cepat disebut mode sesaat.27 Pakaian dan hiasan (fashion item) yang dikenakan dengan tujuan agar dapat tampil di depan masyarakat adalah bentuk dasar dari representasi diri. Dari segi biologis pakaian
mempunyai sungsi yang
sangat penting yaitu meningkatkan kemampuan kita dalam bertahan hidup. Pada abad ke-19, fashion hanya menjadi privilese kaum bangsawan. Tetapi revolusi industri telah menjadikan fashion bagi masyarakat luas sebagai
26 27
Marcel Danesi. Pesan, Tanda, dan Makna. Jalasutra: Yogyakarta. 2004. Hal. 216 Ibid Hal. 221
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
sebuah kemungkinan dari segi ekonomi. Sejak itu wabah fashion menjamur dan menjadi ciri intrinsik dari kehidupan modern.28 Fashion item menawarkan kepada manusia kesempatan untuk membuat berbagai macam pesan dan makna. Berikut adalah beberapa pengertian fashion, antara lain: a) Menurut The Contemporary English Indonesia Dictionary, oleh drs. Peter Salim (1985), fashion berarti mode gaya cara busana pakaian, bentuk, jenis, macam, pembuatan. b) Menurut kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, Prof. Dr. S. wojowasito dan W.J.S. Poerwadarminta pada tahun 1980, fashion berarti bentuk, tata tertib, cara, ragam, maupun model. c) Menurut The American Heritage Dictionary of English Language, oleh Houghton mifflin Company di Amerika pada tahun 2004, fashion didefinisikan sebagai: Gaya atau kebiasaan umum seperti dalam berperilaku atau berpakaian. Sesuatu seperti pakaian yang merupakan gaya sekarang Karakteristik dari golongan atas, gaya atau mode, jalan atau cara. Sesuatu pribadi seringkali berkenaan dengan tabiat seseorang Jenis atau variasi, macam Bentuk, wujud
28
Opcit Hal. 209
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Dari definisi pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa fashion adalah ragam, cara, atau gaya berpakaian yang terbaru pada suatu masa tertentu. Fashion merupakan gaya atau penampilan yang dianggap indah pada suatu masa, digemari, dan cenderung diikuti oleh banyak orang. Mode atau fashion akan berubah dari masa ke masa, berdasarkan pernyataan tersebut, fashion bersifat dinamis, selalu berkembang, tidak selalu tetap, mode juga dapat mengalami perputaran setelah melewati masa tertentu namun tetap akan menunjukan variasi yang baru. Sifat-sifat fashion, dilihat dari uraian pengertian di atas sebagai berikut:
Gaya hidup sang pemakai
Bagaian dari penonjolan keindahan
Perputaran mode
Penonjolan sisi-sisi tertentu
Dinamis
Bebas
Adaptasi Faktor-faktor yang mempengaruhi trend fashion:
1.
Pengaruh sosial ekonomi Tingkat sosial dan ekonomi suatu bangsa dapat mempengaruhi fashion masyarakat tersebut. Bangsa dengan laju pertumbuhan ekonomi yang baik tentunya masyarakat makmur dan dalam mendapatkan kebutuhan hidup tidak mengalami banyak rintangan, sehingga dalam pertumbuhan mode fashion akan lebih mudah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Fashion
disini
untuk
meningkatkan
tingkat
sosial
dalam
masyarakat. 2.
Pengaruh Teknologi Dalam teknologi, penemuan bahan-bahan baru serta cara-cara pengolahannya untuk dijadikan pakaian membawa perubahan dan kemudahan. Sebagai contoh penemuan mesin tenun, alat menjahit, merenda, melipat, dan lain-lain membawa perkembangan yang luar biasa dalam dunia fashion.
3.
Pengaruh Iklim Perkembangan fashion pada Negara yang mempunya empat musim pasti berbeda dengan Negara yang hanya mempunyai dua musim. Di Negara empat musim membutuhkan busana untuk musim panas, dingin, semi, dan gugur. Karena ditiap musim memberikan suasana dan kebutuhan yang berbeda.
4.
Pengarush Industri Sistem industri dalam dunia fashion dibagi menjadi tiga, yakni Houte Couture: merupakan seni dalam fashion, pakaian dibuat oleh orang mahir dibidangnya, dengan model yang langka dan susah untuk ditiru sehingga harganya mahal dan dipakai oleh orang-orang tertentu saja. Sanggar busana: merupakan studio mode untuk membuat berbagai jenis busana menurut pesanan dan ukuran khusus dengan alat-alat jahit serta dengan melihat contoh katalog/majalah fashion.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Konfeksi: merupakan pabrik yang memproduksi pakaian jadi. Pabrik ini memproduksi dalam ukuran standar, dengan model yang sama dan jumlah yang banyak. 5.
Pengaruh Budaya Setiap bangsa memiliki budaya sendiri sehingga setiap masyarakat memiliki kebiasaan, gaya hidup, agama, adat istiadat, bahasa, dan busana sendiri.29 Berikut beberapa tabel item fashion yang dimiliki wanita:30 Tabel 2.2 Fashion Item Wanita
T-Shirt
Skinny Jeans
Clutch
Kemeja
Flat Shoes
Coat
Blazer
Angkle Boots
Punp Shoes
Cardigan
Kacamata
Jam Tangan
Little Dress
Kalung
Gelang
Jaket
Tas Jinjing
Topi
Blus
Ransel
Bando
Scraf
Pantofel
Jepit Rambut
29
Desy Susanti. Pusat Fashion Kontemporer Di Yogyakarta. journal.uajy.ac.id/1651/3/2TA12489.pdf diakses tanggal 17 April 2016 30 http://tabloidnova.com/Mode-Dan-Kecantikan diakses tanggal 17 April 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2011.
http://e-
41
2.5
Life Style Dalam dunia modern gaya hidup atau yang biasa disebut life style didefinisikan sebagai sikap, nilai-nilai, dan menunjukan kekayaan serta posisi sosial seseorang. Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa disebut modernitas yang artinya siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakan sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Dalam interaksi sehari-hari kita dapat menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang kita maksud. Gaya hidup membantu memahami (yakni menjelasakan tapi bukan berarti membenarkan) apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain.31 Gaya hidup sebagai pola tindakan dapat ditunjukan dengan berbagai tipe penglompokan sosial yang berbeda, yang tertanam dalam tatanan sosial modernitas. Gaya hidup berjalan sebagai seperangkat ekspektasi yang bertindak sebagai suatu bentuk kontrol terkendali terhadap munculnya ketidakpastian sosial masyarakat massa (mass society). Gaya hidup pada hakitkatnya merupakan kategori-kategori anggota. Ini tidak berarti ia berada pada suatu level spesifikasi teoritis yang tinggi, tapi bahwa orang menggunakan gaya hidup dalam kehidupan sehari-hari untuk mengenali dan menjelaskan adanya kompleks identitas
31
David Chaney. Life Style Sebuah Pengantar Komprehensif. Jalasutra: Yogyakarta. 2008. Hal. 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
dan afiliasi yang lebih luas. Gaya hidup adalah kreasi atau adopsi artifisial.32 Gaya
hidup
tersusun
atas
empat
bagian,
yang
pertama
menempatkan perkembangan gaya hidup dalam konteks masyarakat modern, dan menunjukan bagaimana gaya hidup dan konsumerisme telah mendorong banyak sekali penelitian mengenai penggunaan barang-barang konsumsi untuk membedakan identitas. Bagian kedua mengulas karya dari sejumlah teoritis sosial yang berupaya menjelaskan makna gaya yang sesuai dengan mode mutkhir dalam budaya modern. Bagian ketiga menjelaskan tema-tema gaya hidup yang khas seperti penampakan luar (surface), kedirian (selves), dan sensibilitas (sensibilities). Sedangkan bagian keempat menawarkan pandangan mengenai estetisisasi kehidupan sehari-hari. Gaya hidup (life style) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu. Gaya hidup menunjukan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lembagalembaga soaial. Gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang secara kasatmata, yang menandai system nilai, serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Gaya hidup merupakan kombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya,
32
Opcit. hal 50-51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
dalam pelaksanaannya dilandasi oleh system
nilai atau system
kepercayaan tertentu.33
2.6
Analisis Resepsi Analisi resepsi berawal dari ilmu sastra. Ilmu sastra memberi kontribusi terhadap konsep yang mendukung komunikasi massa sebagai praktek produksi budaya dan penyebaran makna dalam konteks sosial. Sementara dari ilmu sosial, diadopsi dalam penggunaan model tertentu dari penyelidikan empiris ke dalam proses interaksi antara pesan media massa dan audiens mereka. Satu premis utama analisis resepsi bahwa untuk menghasilkan kajian khalayak yang meliputi penggunaan dan dampak maka sejatinya harus melalui terlebih dahulu kajian yang memadukan antara analisis isi dan analisis khalayaknya sekaligus. Analisi resepsi berasumsi bahwa teks dan penerima pesan itu adalah bagian dari unsur-unsur satu elemen kajian yang komplementer di mana keduakeduanya merupakan aspek sosial komunikasi yang diskrusif. Dalam tradisi studi audience, setidaknya pernah berkembang beberapa varian di antaranya disebut secara berurutan berdasar perjalanan sejarah lahirnya effect research, uses and gratification research, literary criticism, cultural studies, reception analysis. Reception analysis bisa dikatakan sebagai persepktif baru dalam aspek wacana dan sosial dari teori komunikasi. Sebagai respon terhadap terhadap studi teks humanistic,
33
Agus Sachari. Budaya Visual Indonesia. Erlangga: Jakarta. 2007. Hal. 73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
reception analysis
menyarankan
baik
audience
maupun konteks
komunikasi massa perlu dilihat sebagai suatu spesifik sosial tersendiri dan menjadi objek analisis empiris. Analisi resepsi menjadi pendekatan tersendiri yang mencoba mengkaji secara mendalam bagaimana prosesproses actual melalui wacana media yang diasimilasikan dengan berbagai wacana dan praktik cultural audiensnya. Pemanfaatan teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen cultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak. Pemikiran Stuart Hall (Profesor Sosiologi di Open University) tokoh utama dalam sejarah kebangkitan politik kiri di Inggris pada tahin 1960-an dan 1970-an. Hall sendiri mengikuti gagasan Althusser yang berpendapat bahwa media muncul sebagai refleksi atas realitas di mana media itu terlebih dahulu mengontruksikannya.34 Kelahiran reception research dalam penelitian komunikasi massa kembali pada Decoding dan Encoding Stuart Hall (1974) dalam wacana 34
Trinugroho Adi. Mengkaji Khalayak Media dengan Metode Penelitian Resepsi. http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/Tri%20Nugroho%20Adi%20%20Mengkaji%20Khalayak%20Media%20dengan%20Metode%20Penelitian%20Resepsi.pdf diakses tanggal 18 sepetember 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
televisi. Apa yang dikenal sebagai reception research dalam studi media adalah kaitan dengan kajian budaya dan Brigmingham Center, meskipun demikian menunjukan bahwa teori resepsi memiliki akar lainnya. Kegiatan penerimaan pesan diawali dengan proses Decoding yang merupakan kegiatan yang berlawanan dengan proses Encoding. Decoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima. Menurut Stuart Hall khalayak melakukan decoding terhadap pesan melalui tiga kemungkinan posisi, Hegemoni Dominan, Negosiasi, dan Oposisi.
2.7
Proses Encoding – Decoding Teori decoding dan encoding adalah teori yang menekankan pada peran pembaca atau khalayak dalam menerima pesan, bukan pada peran pengirim pesan. Pemaknaan pesan yang dilakukan oleh khalayak bergantung pada latar belakang budaya dan pengalaman hidup khalayak itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa makna dalam sebuah teks media tidak melekat pada teks media itus endiri, melainkan dikonstruk atau dibentuk pada hubungan antara teks media dan pembaca.35 Menurut Stuart Hall, ada tiga bentuk pembaca/hubungan antara penulis dan pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca di antara keduanya
35
Ariel “Media and Cultural Studies; keyworks” jurnal Georgetown University ILL. Vol 20 no 5, Okt 2009. Hal 167
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
memiliki tiga format pemaknaan, sebagaimana dikemukakan oleh Sruart Hall:36 1. Pemaknaan Dominan (Dominan Code atau Position), tidak adaya perbedaan penafsiran antara dan konsumen pesan. Situasi dimana khalayak menerima pesan yang disampaikan oleh media. Ini adalah situasi dimana media menyampaikan pesannya dengan menggunakan kode budaya dominan dalam masyarakat. Dengan kata lain, baik media dan khalayak sama-sama menggunakan budaya dominan yang berlaku. Media harus memastikan bahwa pesan yang diproduksinya harus sesuai dengan budaya dominan yang ada dalam masyarakat. Jika misalnya khalayak menginterpretasikan pesan iklan di media melalui cara-cara yang dikehendaki media maka media, pesan, dan khalayak sama-sama menggunakan ideology dominan. 2. Pemaknaan yang dinegosiasikan (Negotiatied Code atau Position) yang terjadi ketika kode yang disampaikan oleh produsen teks dibaca dan dimaknai konsumen teks, terkait degan kerangka kepercayaan yang diberlakukan oleh konsumen teks, yang kemudian dinegosiasikan dengan kode yang disediakan oleh produsen teks. Posisi dimana khalayak secara umum menerima ideology dominan namun menolak penerapannya
dalam
kasus-kasus
tertentu
(sebagaimana
yang
dikemukakan Stuat Hall: the audience assimilates the leading ideology in general but opposes its applications in specific case). Dalam hal ini,
36
Eriyanto, Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”, LKIS Pelangi Aksawa, Yogyakarta, 2001, hal 94
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
khalayak bersedia menerima ideology dominan yang bersifat umum, namun mereka akan melakukan beberapa pengecualian dalam penerapannya yang disesuaikan dengan aturan budaya setempat. 3. Pemaknaan Oposisi (Oppositional Code atau Position) terjadi ketika konsumen teks memahami secara berbeda pesan, teks atau kode yang disampaikan oleh produsen dengan kerangka konsepsinya. Cara terakhir yang dilakukan khalayak dalam melakukan decoding terhadap pesan media adalah melalui oposisi yang terjadi ketika khalayak audiens yang kritis mengganti atau mengubah pesan atau kode yang disampaikan media dengan pesan atau kode alternatif. Khalayak menolak makna pesan yang dimaksudkan atau disukai media dan menggantikannya dengan cara berpikir sesuai pikiran mereka sendiri terhadap topic yang disampaikan media. Stuart Hall menerima fakta bahwa media membingkai pesan dengan maksud tersembunyi yaitu untuk
membujuk,
namun
demikian
khalayak
juga
memiliki
kemampuan untuk menghindari diri dari kemungkinan tertelan oleh ideologi dominan. Namun demikian sering kali pesan bujukan yang diterima khalayak bersifat sangat halus. Para ahli teori studi cultural tidak perpandangan khalayak mudah dibodohi media, namun sering kali khalayak tidak mengetahui bahwa mereka telah terpengaruh dan menjadi bagian dari idelogi dominan.37
37
Billy Susanti. Analisis Resepsi Terhadap Rasisme Dalam Film (Studi Analisis Resepsi Film 12 Years A Slave pada Mahasiswa Multi Etnis) http://eprints.ums.ac.id/32478/16/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses tanggal 18 sepetember 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
2.8
Khalayak Sebagai Pemirsa Televisi Khalayak atau publik adalah sejumlah orang yang memiliki minat yang sama terhadap suatu kegemaran atau persoalan tertentu tanpa harus mempunyai pendapat sama dan menghendaki pemecahan masalah tanpa adanya pengalaman untuk itu. Beberapa sifat pemirsa televisi yakni sebagai berikut:38 1. Heterogen, pemirsa atau khalayak adalah massa dalam jumlah orang sangat banyak yang sifatnya heterogen berjenis-jenis, laki-laki dan perempuan, besar dan kecil, tua atau muda. Kaya dan miskin dan tempatnyapun terpencar-pencar di berbagai tempat seperti kota, desa, rumah, kantor, pos penjagaan, dan pasar. Semuanya sangat beragam dari mulai beragam profesi dan latar belakang pendidikan. 2. Aktif, Selektif. Mereka bersifat sangat aktif dan selektif, mereka dapat memilih pada apa yang mereka minati dan menurut mereka penting sebagai kebutuhan, contoh andaikata mereka melihat sesuatu yang lebih menarik dari sebuah program tertentu maka mereka akan mengikutinya dengan sangat setia, dan apabila mereka menemukan hal yang tidak disukai maka segera dia akan mencari yang lebih menarik. 3. Kreatif, hal ini menandakan bahwa pemirsa atau khalayak televisi sangat dinamis. Mereka akan mudah untuk mencari program yang mereka anggap dapat memenuhi selera psikologisnya.
38
Eva Arifin. Broadcasting to be Broadcaster. Graha Ilmu: Yogyakarta. 2010. Hal. 11 - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
4. Pribadi, karena pemirsa sifatnya heterogen dan berda terpencarpencar, oleh sebab itu di dalam mengirimkan pesan penyiar harus dapat mengerti, memahami akan kesulitan sahabatnya secara rahasia dan bersifat pribadi. 5. Akrab, di dalam hubungan antara pemirsa dan penyiar, tanpa disadari adanya suatu hubungan yang akrab, dimana seorang penyiar atau presenter ketika akan membawakan suatu acara di dalam openingnya selalu mencoba untuk menyapa pemirsa dengan sapaan akrabnya. Istilah khalayak merujuk kepada kelompok individu yang memiliki potensi terkena dan menggunakan produk atau jasa informasi. Dalam terminology Ilmu Informasi atau Ilmu Komputasi, audien adalah kelompok pengguna. Khalayak dalam komunikasi massa merupakan orang atau kelompok orang yang yang berbeda latar belakang budaya dan tersebar di berbagai ruang geografis yang luas, mulai dari local, regional, nasional, sampai internasional.39 Istilah lain mengenai khalayak, yakni berlaku universal bagi media dan secara sederhana diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa, berbagai media. Kumpulan ini disebut sebagai khalayak dalam bentuk yang paling dikenali dan versi yang diterapkan hampir seluruh penelitian media itu sendiri. Dalam proses komunikasi massa, penerima pesan dalam hal ini televisi disebut sebagai
39
Alo Liliweri. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. LKIS: Yogyakarta. 2007. Hal 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
khalayak pemirsa (viewers). Khalayak komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Khalayak biasanya terdiri atas individu-individu yang memiliki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama. b) Khalayak berjumlah besar. Menurut Charles Wright, besar di sini dalam artian sejumlah besar khalayak yang dalam waktu singkat dapat dijangkau oleh komunikator komunikasi massa. c) Khalayak bersifat heterogen. Individu-individu dalam khalayak mewakili berbagai kategori sosial. d) Khalayak bersifat anonym. Meskipun mengetahui karakteristik umum khalayaknya, komunikator biasanya tidak mengetahui identitas komunikannya. e) Khalayak biasanya tersebar baik dalam konteks ruang dan waktu.40
Calusse (1968) juga menunjukan beberapa kerumitan untuk membedakan beberapa kadar keikutsertaan dan keterlibatan khalayak. a.
Khalayak pertama dan tersebar adalaha populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian semua yang memiliki pesawat televisi dalam artian tertentu.
40
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2012. Hal 43.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
b.
Khalayak kedua adalah khalayak yang menerima hal-hal yang ditawarkan dala kadar yang berbeda-beda seperti pemirsa televisi regular.
c.
Khalayak ketiga adalah khalayak yang mencatat penerimaan isi pesan dalam bagian lebih kecil yang mengedepankan pesan yang ditawarkan.
2.8.1 Jenis-Jenis Khalayak Khalayak memiliki perbedaan dari aspek khalayak yang suka terhadap tayangan tersebut dan ada yang tidak suka dari tayangan tersebut, maka dari itu khalayak dilihat dari jenis-jenis terhadap media massa (televisi): a.
Kelompok atau Publik Sejalan dengan pengelompokan sosial yang ada seperti komunitas, keanggotaan minoritas politis, religious atau etnis, dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politi, budaya dan sebagainya.
b.
Kelompok Kepuasan Terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada terlepas dari media, tetapi berkaitan misalnya denga isu sosial, jadi suatu kebutuhan umum akan informasi atau akan kepuasan emosional dan efektif tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
c.
Kelompok Penggemar dan Budaya Cita Rasa Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi atau gaya atau daya tarik tertentu akan keperibadian tertentu atau cita rasa budaya atau intelektual tertentu.
d.
Audiens Medium Berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber media tertentu misalnya surat kabar, majalah, radio, atupun televisi. Penerima pesan bisa juga disebut receiver. Penerima pesan adalah
orang yang dapat memahami pesan dari si pengirim meskipun dalam bentuk isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim. Penerima pesan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirimkan oleh sumber (komunikator). Penerima pesan juga bisa disebut dengan istilah khalayak, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audiens, decoder atau komunikan. Penerima pesan adalah salah satu actor dari proses komunikasi. Oleh karena itu, unsur penerima pesan pesan tidak boleh diabaikan, karena berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh penerima pesan. Penerima pesan dalam komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi bisa berlangsung dengan baik dan pesan komunikasi bisa tersampaikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Keterampilan berkomunikasi disini terutama dalam mendengar, melihat, dan membaca, ditentukan oleh kemampuan penerima dalam memilah-milah informasi. Ada tiga macam selektifitas pesan yang bisa terjadi setiap penerima, yakni pemilihan informasi berdasarkan persepsi atau (selective perception), pemilihan berdasarkan liputan (selective exposure), dan pemilihan berdasarkan ingatan (selective retention). a.
Selective Perception, maksudnya bahwa penerima memberi arti pada pesan menurut persepsinya. Persepsi ialah proses dimana seseorang menyadari adanya objek yang menyentuh salah satu pancaindranya, apakah itu mata atau telinga. Persepsi terbentuk karena adanya rangsanagn yang diorganisasi kemudian diberi interpretasi menurut pengalaman, budaya, dan tingkat pengetahuan.
b.
Selective Exposure, dimaksudkan bahwa orang cenderung memilih inormasi berdasarkan liputan yang disenanginya. Pilihan terhadap inormasi bisa menurut ideologi, agama, suku, dan pekerjaan. Ada juga yang menggolongkan selective exposure sama dengan selective attention yang didasarkan pada perhatian dan hal-hal tertentu.
c.
Selective Retention, ialah pemilihan informasi yang memberi kesan tersendiri pada penerima pesan misalnya penerima memberi perhatian yang serius pada tayangan pariwisata negeri Belanda, karena meningkatkan penerima pada pengalamannya ketika sekolah di negeri kincir angin itu.41
41
http://www.academia.edu/7223026/Media_dan_Khalayak_klp_7 dilansir tanggal 2 Januari 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
2.8.2 Mahasiswa Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institusi dan universitas (Hartaji, 2012:5). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi. 42 Menurut Siswoyo (2007:121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Berpikir statis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung lekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa inilah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012:27). Masa Remaja Dalam Perkembangan Manusia Harvey A. Tiker dalam “Developmental psicology Today” (1975) membagi perkembangan
42
www.kbbi.web.id diakses tanggal 20 Maret 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
secara lengkap mencakup seluruh rentang kehidupan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati, yaitu:43 1. Masa sebelum lahir (parental period): saat pembuahan sampai 280 hari; 2. Masa bayi baru lahir (New Born): 2 Minggu; 3. Masa bayi (Babyhood): 2 Minggu – 2 Tahun; 4. Balita atau masa kanak-kanak awal (Early Achildhood): 2 Tahun – 5 Tahun; 5. Masa kanak-kanak Madya (Middle Chilhood): 6 Tahun – 9 Tahun; 6. Masa kanak-kanak akhir (Later Chilhood): 9 Tahun – 12 Tahun; 7. Masa puber (Puberty): 12 Tahun – 16 Tahun; 8. Masa remaja (Adolecence): 17 Tahun – 21 Tahun; 9. Masa dewasa awal (Early Adilthood): 22 Tahun – 40 Tahun
43
Sumanto. Psikologi Perkembangan.CAPS:Yogyakarta. 2014. Hal 78-87
http://digilib.mercubuana.ac.id/