BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Udara Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya (Wardhana, 2001). Menurut Sunu (2001) udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon dioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering tersusun oleh : − Nitrogen (N2)
: 78,09% volume
− Oksigen (O2)
: 21,94% volume
− Argon (Ar)
: 0,93% volume
− Karbon dioksida (CO2)
: 0,032% volume
Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, ammonia dan lain-lain. Komposisi udara normal dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Komposisi Udara Normal Unsur Nitrogen Oksigen Argon Karbon dioksida Neon Helium Krepton
%Volume 78.09 20.94 0.93 0.0318 0.0018 0.00052 0.0001
Kandungan (ppm) 780.900 209.400 9300 318 18 5.2 1
Universitas Sumatera Utara
1 Xenon Nitrogen oksida Hidrogen Metana Nitrogen dioksida Ozon Belerang dioksida Karbon monoksida Amonia Sumber : (Wardhana, 2001)
2 0.000008 0.000025 0.00005 0.00015 0.0000001 0.000002 0.00000002 0.00001 0.000001
3 0.008 0.25 0.5 1.5 0.001 0.02 0.0002 0.1 0.01
Apabila komposisi udara diatas mengalami perubahan susunan dari keadaan normal dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang, berarti udara telah tercemar. 2.2. Pencemaran Udara 2.2.1. Pengertian Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah masuknya unsur lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan manusia atau akibat proses alam baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang kondusif sehingga memberikan efek terhadap interaksi udara dan keadaan sekitarnya (Soemirat, 2000). Menurut Mukono (1997) pencemaran udara adalah bertambahnya bahan fisik atau kimia kedalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek kepada manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut holdgate dalam Koning (1987) pencemaran udara didefinisikan sebagai energy atau bahan limbah yang dibuang ke lingkungan udara dimana dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia. Dan berdasarkan PP. RI. No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara dikatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien tidak sesuai dengan fungsinya. Dalam pengertian pencemaran udara di atas dapat diketahui bahwa sumber pencemar tidak hanya dibatasi pada sumber-sumber pencemar yang berasal dari aktivitas manusia, tetapi juga oleh sumber-sumber pencemar yang datangnya akibat peristiwa alamiah, seperti gunung meletus, bencana alam dan lain-lain (Kristanto, 2002). 2.2.2. Penyebab Pencemaran Udara Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini terutama meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran. Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu (Wardhana, 2001) 1. Faktor internal (alamiah) a. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin b. Debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi c. Proses pembusukan sampah organik
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor eksternal (ulah manusia) a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil b. Debu dari kegiatan industri c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara 2.2.3. Komponen Pencemar Udara Menurut Harssema dalam Sumantri 2010 pencemaran udara diawali dengan emisi. Emisi merupakan jumlah polutan yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Komponen pencemaran udara yang paling berpengaruh terhadap pencemaran udara yaitu : 1.
Karbon monoksida (CO)
2.
Nitrogen oksida (NOx)
3.
Belerang Oksida (SOx)
4.
Hidrokarbon (HC)
5.
Partikel lain
Komponen pencemar udara tersebut di atas bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri, atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Sumber pencemar udara di Indonesia pada saat ini masih terus diteliti, akan tetapi apabila dilihat dari persentase komponen pencemar udara dari transportasi sangat tinggi (Wardhana, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Pengaruh Pencemaran Udara Pengaruh pencemaran udara pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi
pengaruh terhadap manusia, hewan dan tumbuhan sebagai makhluk hidup dan pengaruh terhadap bukan makhluk hidup sebagai berikut: 1. Terhadap makhluk hidup a. Terhadap manusia Polutan udara dapat menjdi sumber penyakit virus, bakteri, dan beberapa jenis cacing. Dampak yang diakibatkan oleh bahan pencemar udara yang buruk dapat mengakibatkan seseorang menjadi alergi yang selanjutnya menjadi pintu masuk bagi bakteri yang dapat berpotensi terjadinya infeksi. Polutan udara yang terjadi secara kronis berpotensi untuk mendorong terjadinya penyakit kanker. Polusi dengan udara panas dapat menimbulkan beberapa jenis penyakit dan manusia tidak dapat mentoleransi suhu udara di atas 50°C. Kelembaban udara melebihi normal akan mempercepat pertumbuhan bakteri. Negara yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi biasanya Negara yang berada di daerah tropis seperti di Indonesia. b. Terhadap hewan Beberapa polutan menyebabkan keracunan kronis pada jenis hewan tertentu. Hewan yang terkenan keracunan polutan udara biasanya melalui pakan yang dicemari polusi udara. Seperti halnya manusia, hewan dan tumbuhan
pun
membutuhkan
udara
yang
baik.
Disamping
itu,
Universitas Sumatera Utara
meningkatnya polutan udara di atas normal juga berpotensi menurunkan produksi hewan. c. Terhadap tumbuhan Meningkatnya suhu udara di ats normal akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sehingga akan menurunkan produksi beberapa jenis pangan, sayuran, dan buah-buahan. Pengaruh pencemaran udara terhadap tanaman bukan hanya pada kerugian ekonomis, melainkan memberikan efek terhadap manusia, terutama emisi oleh flour (F), sulfur dioksida (SO2), Ozon (O3), dan peroksiacetil nitrat. Pengaruh utamanya pada daun mengakibatkan gangguan proses asimilasi. 2. Terhadap bukan makhluk hidup Pengaruh pencemaran udara terhadap benda mati sangat merugikan atau memberikan perubahan estetik seperti batu, tanah liat, metal, kayu, cat karet, bahan kulit, bahan tekstil dan makanan. Pencemaran udara dapat menyebabkan abrasi, terutama akibat fisik atau kimia (Sunu, 2001).
2.3. Variabel Penentu Pergerakan Pencemaran Udara Sebelum kontak dengan manusia, pencemaran udara mengalami beberapa proses dalam dinamikanya menuju kelompok masyarakat, di antaranya yaitu (Achmadi, 2011) : 1. Arah dan kecepatang angin Angin menentukan ke mana berbagai bahan pencemar udara akan dibawa, terutama gas dan partikel berukuran kecil. Semakin cepat angin bertiup semakin
Universitas Sumatera Utara
tercerai berai. Proses pengenceran dapat dikatakan berjalan baik. Konsentrasi menjadi lebih kecil dan terbawa angin hingga pedesaan di sekitar kota, sambil bahan-bahan pencemar juga mengalami perubahan-perubahan di lingkungan. Di antara bahan pencemar yang paling sulit terdegradasi adalah karbon monoksida. 2. Kelembaban Kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan reaksi-reaksi antara kandungan uap air di udara dengan zat pencemar menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemar sekunder. Sebagai contoh reaksi-reaksi SO2 menjadi ikatan sulfit dan sulfat yang bersifat korosif. Benda-benda purbakala seperti candi dapat terkena korosi bahan pencemar yang asam ini. 3. Suhu Suhu yang menurun pada permukaan bumi dapat menyebabkan kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif. Suhu meningkat akan meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia. 4. Sinar matahari Sinar matahari dapat memengaruhi oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan alat bangunan atau bahan-bahan terbuat dari karet.
2.4. Nitrogen dioksida (NO2) Nitrogen dioksida (NO2) yaitu gas yang beracun, berwarna coklat kemerahan berbau tajam menyengat seperti asam nitrat. Gas ini dihasilkan di alam dengan proses biologis dan proses pembakaran. Gas ini meruapakn gas yang toksik bagi manusia
Universitas Sumatera Utara
dan pada umumnya mengganggu sistem pernafasan. Gas nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara selain nitrogen monoksida (NO) dan empat kali lebih toksik dari nitrogen monoksida (NO) (Sunu, 2001). 2.4.1. Sumber Nitrogen dioksida (NO2) A.
Dari Nitrogen Di Atmosfer (Alami) Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan 20% oksigen.
Pembentukan nitrogen oksida dan nitrogen dioksida mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk nitrogen oksida (NO). dan selanjutnya reaksi antara NO dengan lebih banyak oksigen membentuk nitrogen dioksida (NO2). N2 + O2
2NO
2NO + O2
2NO2
Pembentukan NO hanya dirangsang pada suhu tinggi, dengan demikian NO di dalam campuran ekuilibrum pada suhu tinggi akan terdisosiasi kembali menjadi N2 dan O2 jika suhu campuran tersebut diturunkan secara bertahap untuk memberikan waktu yang memadai bagi NO terdisosiasi. Akan tetapi bila campuran ekuilibrum didinginkan secara mendadak, akan banyak NO yang masih terdapat pada campuran suhu rendah tersebut. Pendinginan cepat tersebut sering dilakukan pada proses pembakaran. Kecepatan reaksi pembentukan NO2 dapat dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Dengan demikian apabila konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya maka kecepatan reaksi akan naik menjadi empat
Universitas Sumatera Utara
kalinya dan bila konsentrasi NO menurun menjadi setengahnya maka kecepatan reaksi akan berkurang menjadi seperempatnya. Kenaikan jumlah oksigen dan penurunan suhu menyebabkan sedikit kenaikan dalam kecepatan reaksi, dan hanya sedikit dari NO yang diproduksi selama pembakaran akan diubah menjadi NO2 selama proses pendinginan dan pengenceran. Sebagian NO yang terdapat di atmosfer akan diubah menjadi NO2 melalui proses yang disebut siklus fotolisis NO2 yang bukan merupakan reaksi langsung dengan oksigen (Sunu,2001). Menurut Robinson dan Robins dalam Stern (1976) emisi NOx secara alami di seluruh dunia diperkirakan menjadi 430x106 ton per tahun. Konsentrasi ini tidak tetap dan sulit untuk diukur. Waktu tinggal NOx di udara adalah sekitar 5 hari. Menurut Duffus (1980) hamper semua emisi NOx berasal dari sumber alami, yang menyumbang 80% dari isi atmosfer.
B.
Hasil Kegiatan Manusia Pencemaran nitrogen dioksida yang bersumber dari alam belum menjadi
masalah yang serius, karena menyebar lebih merata dalam area yang luas. Sedangkan pencemaran nitrogen dioksida yang diproduksi oleh kegiatan manusia dengan berbagai kepentingannya lebih mendatangkan masalah karena terlokalisir di tempat-tempat tertentu saja. Pencemaran udara di perkotaan cenderung meningkat termasuk konsentrasi NO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pegunungan. Emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran terutama kendaraan bermotor, produksi energi dan
Universitas Sumatera Utara
pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx sebagai akibat dari kegiatan manusia dengan berbagai kepentingannya berasal dari pembakaran arang, minyak, gas alam dan bensin (Sunu, 2001). Tabel 2.2 Emisi Nitrogen Oksida di Seluruh Dunia Oleh Proses Pembakaran dan Sumber Alami Emisi NOx Sebagai N (106 t.tahun-1) Pembakaran Batu Bara 8,2 Pembangkit Tenaga 3,7 Industri 4,2 Rumah tangga/Komersial 0,3 Pembakaran Minyak Bumi 6,6 Sisa Minyak 2,7 Bensin 2,3 Minyak Bahan Bakar 1,1 Lainnya 0,5 Pembakaran Gas Alam 0,6 Kebakaran Hutan <0,2 Sumber Alamiah 150 Sumber : (Gorham dalam Connel & Miller, 1995) Sumber
2.4.2. Penyebaran Nitrogen Dioksida (NO2) Konsentrasi nitrogen oksida (NOx) di udara sangat dipengaruhi oleh sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan konsentrasi NOx di udara berlangsung sebagai berikut : a.
Konsentrasi NO dan NOx tetap stabil sebelum matahari terbit
b.
Konsentrasi NO mulai meningkat pada pagi hari bersamaan dengan aktivitas manusia, terutama kendaraan bermotor
Universitas Sumatera Utara
c.
Pada siang hari, sinar matahri memancarkan sinar ultraviolet sehingga konsentrasi NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder
d.
Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka konsentrasi ozon (O3) meningkat
e.
Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar matahari cenderung menurun pada sore hari
f.
O3 yang terkumpul disepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang berakibat terjadinya kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan konsentrasi O3.
2.4.3. Efek Nitrogen dioksida (NO2) Terhadap Kesehatan Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap pencemaran gas ini. Dalam konsentrasi tinggi NO2 dapat membahayakan, umumnya dalam jangka waktu berada di tempat yang tidak terlindung hanya menyebabkan batuk-batuk, kelelahan, dan mual-mual ringan. NO2 merupakan uap yang iritan yang menyerang selaput lendir pernafasan bagian atas. Iritasi selaput lendir menimbulkan sakit pada kelopak mata (cunjunctiva). Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membran mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi pada paru. Iritasi pada paru yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas (Sarudji, 2010). Konsentrasi uap NO2 yang tinggi dapat membahayakan, rasa sakit dan mencekik (choking), sewaktu-waktu terjadi refleks pernafasan dan kekejangan katup
Universitas Sumatera Utara
pangkal tenggorok (glottis), pengerutan cabang paru-paru yang mendorong terjadinya pingsan karena tidak bernafas. Kekejangan yang hebat atau edema pangkal tenggorok dapat mengakibatkan kematian. Bila keracunan tidak fatal, masa kesembuhannya biasanya lambat dan sering mendapat komplikasi seperti kelemahan umum (asthenia), serangan asma, bronchitis kronis yang kadang-kadang menjalar febrosis paru-paru dan emphysema (sel-sel jaringan terisi udara) dan kerja jantung tidak teratur (Adiwisastra, 1992). Apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit (Mukono, 2005) a.
Terhadap alat pernafasan Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48-72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.
b.
Terhadap mata Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat.
c.
Terhadap kulit Iritasi terhadap kulit terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.
d.
Efek lain (terhadap darah) Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Partikel Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan sebagai bahan pencemar berbentuk padatan (Sumantri, 2010). Debu termasuk golongan partikulat. Menurut Slamet (2000) debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan atau zat padat yang berukuran 0,1-25 mikron. Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai 500 mikron. Suspended partikulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak. Terutama partikulat halus yang disebut PM10. Particulat Matter 10 (PM10) adalah partikel debu yang berukuran ≤ 10 mikron. Debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda (Pudjiastuti, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wardhana dalam Sumantri (2010), dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan maka partikel dapat berupa keadaan-keadaan berikut : 1. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang terhambur dan melayang di udara. 2. Fog atau kabut adalah aerosol yang merupakan butiran air yang berada di udara. 3. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara. 4. Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin. 5. Mist artinya mirip dengan kabut penyebabnya adalah butiran-butiran zat cair (bukan butiran air) yang terhambur dan melayang di udara 6. Fume adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap logam. 7. Flume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri 8. Smog adalah bentuk campuran antra smoke dan fog.
2.5.1. Sumber Polusi Partikel Berbagai polusi alami mengakibatkan penyebaran partikel di atmosfer, misalnya letusan gunung dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikelpartikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fardiaz (1992) terdapat hubungan antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya. Partikel yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berukuran diameter diantara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah, debu dan prodruk-produk pembakaran dari industri lokal, dan pada tempat-tempat tertentu juga terdapat garam laut. Partikel yang mempunyai diameter antara 0,1-1 mikron terutama merupakan produk-produk pembakaran dan aerosol fotokimia. Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron belum diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga berasal dari sumber-sumber pembakaran. Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50%-60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10µm atau dikenal dengan PM10. Debu PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter (RPM). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil sehinggan dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil dari 10µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi pandangan mata (Chahaya, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Sifat-Sifat Partikel Sifat-sifat partikel adalah : 1. Mengendap Partikel yang berukuran lebih besar dari 2-40 mikron (tergantung dari densitasnya) tidak bertahan terus di udara, melainkan akan mengendap. Partikel yang tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan, tetapi partikel-partikel ini tetap terdapat di udara karena gerakan udara. 2. Sifat Adsorbsi Kemampuannya sebagai tempat adsorbsi (sorbsi secara fisik) atau kimirisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia). 3. Sifat Absorbsi Jika molekul yang tersorbsi tersebut larut di dalam partikel, jenis sorbsi ini sangat mementukan tingkat bahaya dari partikel. 4. Sifat Optik Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron berukuran sedemikian kecilnya dibandingkan dengan panjang gelombang sinar, sehingga partikel-partikel tersebut mempengaruhi sinar seperti halnya molekul-molekul dan menyebabkan refraksi. Partikel yang berukuran jauh lebih besar dari 1 mikron jauh lebih besar dari pada panjang gelombang sinar tampak dan merupakan objek mikroskopik yang menyebarkan sinar sesuai dengan penampung melintang partikel tersebut. Sifat optik ini
Universitas Sumatera Utara
penting dalam menentukan pengaruh partikel atmosfir terhadap radiasi dan visibilitas solar energi (Fardiaz, 1992). Sedangkan menurut Pudjiastuti (2002) sifat debu di kategorikan Sebagai berikut: 1. Sifat Pengendap Debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena ukurannya yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara. 2. Sifat permukaan basah Sifat selalu basah di lapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. 3. Sifat Penggumpalan Karena sifat selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan. 4. Listrik statik (elektrostatik) Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadi penggumpalan.
Universitas Sumatera Utara
5. Sifat Opsis Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Adanya partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses penggumpalan.
2.5.3. Efek Partikel Terhadap Kesehatan Menurut Pudjiastuti (2002) partikel debu dapat mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu dan ukuran partikel debu. Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya partikel-partikel baik berbentuk padat maupun cair, kedalam paru-paru. Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran besar, sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran mukosa yang terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan tempat partikel menempel. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai organ target sebagai berikut (Pudjiastuti, 2002) : a.
5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas.
b.
2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah.
c.
1-3 mikron hinggap dipermukaan/selaput lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru.
Universitas Sumatera Utara
d.
0,1-0,5 mikron melayang di permukan alveoli. Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang
tinggi dari saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru akan menimbulkan peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit (Anonimous, 2002). Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru mungkin berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting, yaitu (Fardiaz, 1992): a. Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya. b. Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak beraksi) tetapi tinggal di dalam saluran pernafasan dapat menggangagu pembersihan bahan-bahan lain yang berbahaya. c. Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi atau mengadsorbsi, sehingga molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-paru yang sensitif. Karbon merupakan partikel yang umum dengan kemampuan yang baik untuk mengabsorbsi molekul-molekul gas pada permukaannya. Bahan yang dapat menganggu saluran pernafasan (paru) adalah bahan yang mudah menguap dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah masuknya lebih dalam. Bahan yang padat mengganggu
Universitas Sumatera Utara
sistem pernafasan akan tetapi bila berlangsung cukup lama maka sistem tersebut tidak dapat lagi menahan masuknya bahan tersebut ke paru-paru. Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme laring (penghentian bernafas), bila zat-zat tersebut masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan bronchitis kronik, edema paru atau pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mucus, suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan juga terlihat pada perokok tembakau. Tempat utama bagi absorbsi di saluran nafas adalah alveoli paru-paru. Ini terutama berlaku untuk gas dan juga uap cairan. Kemudahan absorbsi ini berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah dan dekatnya darah dengan alveoli.
2.6. Baku Mutu Udara Ambien Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan.atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien dan kadar NO2 dan PM10 yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi dari 400µg/Nm3 untuk NO2 dan PM10 150µg/Nm3.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Pedagang Kaki Lima Menurut kamus bahasa Indonesia kaki lima yaitu lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti kedua yaitu lantai (tangga) dimuka pintu atau di tepi jalan. Jadi pedagang kaki lima yaitu pedagang yang menjual barang dagangannya di pinggir jalan atau di dalam usahanya menggunakan sarana dan perlengkapan
yang
mudah
di
bongkar
pasang
atau
di
pindahkan
serta
mempergunakan bagian jalan atau troroar, tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi tempat untuk berusaha atau tempat lain yang bukan miliknya. Menurut Breman dalam Maura (2013) Pedagang Kaki Lima adalah usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan mempunyai modal yang terbatas, merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta tidak terikat pada aturan hukum.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep Berdasarkan
latar
belakang
dan
penelusuran
pustaka,
maka
dapat
digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Kadar Nitrogen dioksida (NO2) udara ambien di Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
Kadar Particulate Matter 10 (PM10) udra ambien di Jalan Raya Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal
Keluhan kesehatan − Gangguan Saluran Pernafasan (Bersin, batuk, pilek (hidung berair), sesak nafas) − Iritasi Mata (mata merah, mata berair, mata gatal, mata kotor/belek)
Karakteristik Responden 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Lama Berjualan 4. Jam Kerja 5. Kebiasaan merokok
Universitas Sumatera Utara