BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Anting-anting (Acalipha indica Linn.) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Tanaman Acalipha indica Linn dapat diklasifikasi sebagai berikut: Divisi
: Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Euphorbiales
Suku
: Euphobiaceae
Marga
: Acalypha
Jenis
: Acalypha indica Linn.
Sinonim
: Acalypha caroliniana Blanco. (Rizky, 2010)
2.1.2 Nama Daerah Anting-anting, rumput bolong-bolong, akar kucing-kucingan (jawa), lelatang (sunda), ceka mas (melayu). 2.1.3 Nama Asing Tie xian (Cina), rumput lislis (Malasya), Bugos, maraotong, taptapingar (Filipina), Indian nettle, Indian copperleaf dan indian acalypha (Inggris). 2.1.4 Deskripsi Tanaman Anting-anting ini merupakan suatu gulma yang umumnya tumbuh secara liar dipinggir jalan, lapangan rumput maupun di lereng bukit. Tanaman anting-anting ini
6
merupakan tanaman musim, tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang dengan garis memanjang kasar, berambut halus. Daunnya merupakan daun tunggal, bertangkai silindris dengan panjang 3-4 cm, letak tersebar. 2.1.5 Khasiat Acalypha indika (Linn.) digunakan secara tradisional untuk antiradang, peluruh kencing (diuretik), pencahar, penghenti pendarahan (hemostatis). Selain itu, Tanaman anting-anting juga digunakan untuk pengobatan disentri amuba, diare, anak dengan berat badan rendah (malnutrisi), gangguan pencernaan makanan (dispepsi), perdarahan seperti mimisan (epistaksis), muntah darah (hematemesis), berak darah (melena), kencing darah (hematuria), malaria, susah buang air besar (sembelit), peluruh kencing (diuretik) dan penurun glukosa darah. 2.1.6 Kandungan Kimia Kandungan kimia dari tanaman anting-anting baik dari daun, batang, dan akar adalah saponin dan tanin; batangnya mengandung flavonoid dan daunnya mengandung minyak atsiri, steroid, dan triterpenoid (Dalimartha, 2011), asam askorbat, β-sitosterol, Fiber, quercetin dan kaemferrol (Duke, 2010). Quercetin dan kaempferol merupakan senyawa kimia yang dapat menghambat kerja enzim xantin oxidase yang merupakan salah satu enzim yang berfungsi dalam proses pembentukan asam urat (Haidari, dkk., 2011). 2.1.7 Aktivitas Farmakologi Hasil Penelitian Tanaman anting-anting memiliki efek sebagai antidiabetes (Rizky Oktarini, 2010), memiliki efek antimalaria (Kamilah, 2012). Tanaman anting-anting mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin (Dalimarta., 2011), asam askorbat, quercetin, kaempferol dan bryophyllin (Duke, 2010).
7
2.2 Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat di dalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, dibedakan menjadi: a. Cara dingin Metode ekstraksi cara dingin dibedakan menjadi: i.
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar).
ii. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan. b. Cara Panas Metode dengan cara panas dibedakan menjadi: i. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. ii. Soxhletasi Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehinggan terjadi ekstraksi
8
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. iii. Digesti Digesti
adalah
maserasi
kinetic
(dengan
pengadukan
kontinu)
temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-50oC. iv. Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur (90oC) selama waktu tertentu (15-20 menit). v. Dekoktasi Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperature sampai titik didih air. 2.3 Patofisiologis terjadinya asam urat Asam urat merupakan produk akhir katabolisme purin dalam tubuh (Katzung, dkk., 2009). Peningkatan asam urat dalam tubuh dapat disebabkan olehmeningkatnya produksi asam urat atau menurunnya pengeluaran asam urat. Peningkatan produksi asam urat dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi bahan pangan yang mengandung purin. Terjadinya penurunan pengeluaran asam urat biasanya disebabkan adanya gangguan ginjal (Murray, dkk., 2003). Asam urat pada serum normal pada laki-laki adalah 5,1 ± 1.0 mg/dl dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1.0 mg/dl. Nilai ini akan meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang yang dengan gout (Price dan Wilson, 2006). Kadar normal asam urat yang dimiliki tikus adalah 1,7-3,0 mg\dl (Mazzali, dkk., 2001).
9
2.3.1 Mekanisme pembentukan asam urat Nukleotida purin yang utama pada manusia adalah adenosine monofosfat (AMP) dan guanosin mono fosfat (GMP). Kedua nukleotida tersebut akan dipecah menjadi bentuk nukleotida oleh fosfomonoesterase menjadi adenosine dan guanosin. Adenosine akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosine deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosinat inosin dengan guanosin dikatalis oleh nukleotida purin fosforilase sehingga akan dilepas senyawa ribose-1-fosfat dan basa purin. Setelah itu, hipoxantin dan guanin membentuk xantin yang akan kembali dikatalisis oleh xantin oxidase menjadi asam urat (Murray, dkk., 2003). Berikut adalah Gambar 2.1 yang menjelaskan tentang metabolism purin menjadi asam urat.
Gambar 2.1 Metabolisme purin menjadi asam urat (Murray, dkk., 2003)
10
2.3.2 Hiperurisemia Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah serta merupakan faktor resiko terjadinya hiperurisemia adalah sebagai berikut: a. Peningkatan produksi asam urat (overproduction) Hal ini dapat disebabkan karena penyebab primer yaitu karena aktivitas berlebih dari PRPP sintetase dan defisiensi HGPRT dan karena penyebab sekunder seperti asupan makanan kaya purin, terjadi peningkatan degradasi ATP. I. Peningkatan aktivitas fosforibosilpirofosfat sintetase (PRPP synthetase) akan meningkat menyebabkan peningkatan fosforibosilpirofosfat yang merupakan kunci sintesa purin. II. Defisiensi hipoxantin guanin fosforibosil transferase (HGPRT) akan meningkatkan metabolisme guanin dan hipoxantin menjadi xantin (Hawkins, dkk., 2005). b. Penurunan eksresi asam urat (underproduction) Hal ini dapat terjadi karena penyebab primer (idiopatik) dan penyebab sekunder yaitu berupa insufiensi ginjal, terjadi inhibisi pengeluaran asam urat (ketoasidosis, laktat asidosis). c. Kombinasi antara kedua hal di atas Hal ini dapat terjadi karena produksi dan penurunan ekskresi asam urat dapat terjadi pada kondisi insufiensi akibat konsumsi alkohol. 2.3.3 Gout Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Gout dapat
11
bersifat primer dan sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu. a. Hiperurisemia asimtomatik Hiperurisemia asimtomatik adalah keadaan hiperurisemia (kadar asam urat serum tinggi) tanpa adanya manifestasi klinik gout. Hiperurisemia asimtomatik akan berkembang menjadi gout apabila penderita mengalami hiperurisemia asimtomatik dalam beberapa tahun. b. Arthritis gout akut Serangan gout akut terjadi ketika kristal urat mulai terbentuk pada cairan sinovial. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistem berupa demam, menggigil dan merasa lelah. c. Stadium Interkritis Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana secara klinik tidak muncul tanda-tanda radang akut, meskipun pada cairan sendi masih ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progesif. Stadium ini bisa berlangsung beberapa tahun sampai 10 tahun tanpa serangan akut dan tanpa tata laksana yang adekuat akan berlanjut ke stadium gout kronik.
12
d. Gout kronik Pada tahap ini terjadi kerusakan persendian dan bahkan persendian mengalami kehancuran total oleh adanya deposit kristal monosodium urat, terjadi kerusakan yang ekstensif dan permanen. 2.4 Obat antihiperurisemia Berikut ini adalah golongan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi hiperusemia: a. Golongan urikosurik Golongan urikosurik yaitu golongan obat yang dapat meningkatkan eksresi asam urat. Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi asam urat ditubulus ginjal sehingga peningkatan eksresi asam urat melalui ginjal. Oleh karena itu, fungsi ginjal yang baik, sangat mendukung mekanisme kerja obat golongan ini. Probenesid dan sulfinpirazon adalah contoh obat golongan urikosurik. Pasien yang menggunakan golongan obat ini memerlukan asupan cairan minimal 1500 ml/hari untuk meningkatkan eksresi asam urat (Katzung, dkk., 2002; Price dan Wilson, 2006; Wilmana dan Gunawan, 2007). b. Golongan urikostatik Golongan urikostatik yaitu golongan obat yang dapat menghambat pembentukan asam urat obat golongan ini bekerja dengan menghambat pembentukan asam urat obat golongan ini bekerja dengan menghambat aktivitas enzim xantin oksidase yang berperan dalam metabolism hipoxantin mejadi xantin menjadi asam urat. Berdasarkan mekanisme tersebut, produksi asam urat akan berkurang dengan peningkatan xantin dan hipoxantin yang kemudian akan dibuang melalui ginjal. Allopurinol adalah satu-satunya obat
13
golongan urikostatik yang digunakan sampai saat ini (Katzung, dkk., 2002; Price dan Wilson, 2006; Wilmana dan Gunawan, 2007). Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol (Tjay dan Raharja, 2002)
2.5 Kafein Kafein merupakan stimulan dari sistem saraf pusat. Pemerian kafein yaitu serbuk atau hablur bentuk jarum, putih, tidak berbau dan rasa pahit. Kafein mudah larut dalam kloroform. Rumus senyawa kimia kafein C8H10N4O2 (Dijen POM 1979)
Gambar 2.3 Struktur kimia kafein
14
Kafein diabsorpsi secara cepat pada saluran cerna dan kadar puncak dalam darah dicapai selama 30 hingga 45 menit. Pada orang dewasa jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam. Kafein diuraikan dalam hati oleh sistem enzim sitokhrom P 450 oksidasi kepada 3 dimethilxanthin metabolik, yaitu : a. Paraxanthine (84%), mempunyai efek meningkatkan lipolisis, mendorong pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas didalam plasma darah b. Theobromine (12%), melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan volume urin. Theobromine merupakan alkaloida utama didalam kokoa (coklat) c. Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan, digunakan pada pengobatan asma. Hati merupakan tempat utama dalam proses metabolisme kafein. Masing masing dari hasil metabolisme ini akan dimetabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin (Fitrya, 2014). 2.6 Hati Ayam Berdasarkan dari kandungan purinnya, makanan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu golongan A, B dan C. Bahan makanan golongan A mempunyai kandungan purin yang sangat tinggi yaitu antara 150-1000 mg dalam setiap 100 gram pangan, contohnya alokohol dan jeroan. Hati ayam merupakan bahan pangan sumber purin golongan A, dalam hati ayam mengandung purin 243 mg per 100 gram. Bahan makanan golongan B mempunyai kandungan purin sedang yaitu antara 50-150 mg dalam setiap 100 gram pangan, contohnya bayam dan kacang-kacangan. Bahan makanan golongan C mempunyai kandungan purin yang ringan yaitu antara 0-50 mg dalam
setiap
100
gram
pangan
15
contohnya
keju
(Sutomo,
2003).