BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Sistem Pernapasan 2.1.1 Pengertian Sistem Pernapasan Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup.6 Pada manusia terdapat dua variasi sistem pernapasan yaitu: a. Pernapasan dada Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. 1.
Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 2.
Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.6
Universitas Sumatera Utara
b. Pernapasan perut Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. 1.
Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 2.
Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot
diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.6 2.1.2 Saluran Pernapasan Saluran Pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu: 1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway) dengan fungsi utama sebagai berikut: a.
Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yamh meneruskan udara
menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas. b.
Protection ( perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian bawah
agar terhindar dari masuknya benda asing. c.
Warming,
filtrasi,
dan
humudifikasi
yakni
sebagai
bagian
yang
menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembaban udara yang diinspirasi (dihirup).14
Universitas Sumatera Utara
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Airway) yang secara umum dibagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya, yaitu: a.
Saluran
udara
konduktif,
sering
disebut
sebagai
percabangan
trakheobronkhialis (tracheobronchial tree) yang terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkhiolus. b.
Saluran respiratoris terminal yang berfungsi sebagai penyalur (konduksi) gas
masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal (saluran pernapasan yang paling ujung), yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.14 2.2 Anatomi Sistem Pernapasan 2.2.1 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas: a.
Lubang hidung (cavum nasalis)
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfactorius).
Universitas Sumatera Utara
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara.
Gambar 2-1: Anatomi hidung dan sinus Sumber: www.ghorayeb.com b.
Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus berfungsi untuk: 1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi 2. Meringankan berat tulang tengkorak 3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi c.
Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kabrtilago) krikoid. Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang
Universitas Sumatera Utara
hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring (laringofaring). Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan. Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili platina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah). d.
Laring
Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk oleh struktur epiteliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring. Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas: 1.
Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.
2.
Glotis; lubang antara pita suara dan laring.
3.
Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang
membentuk jakun.
Universitas Sumatera Utara
4.
Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah
kartilago tiroid). 5.
Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan
kartilago tiroid. 6.
Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring. 14
Gambar 2-2: Laring Sumber: www.dtc.prima.edu/~biology 2.2.2 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas: a.
Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.
Universitas Sumatera Utara
b.
Bronkhus dan Bronkhiolus
Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada bronkhus sebelah kiri. Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli dilengkapi dengan poros/lubang kecil yang terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah kolaps alveoli. Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkhus terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.14 2.2.3 Saluran Pernapasan Terminal Saluran pernapasan terminal terdiri atas: a.
Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveolimerupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorus sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri ats bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 diantara kapiler pulmoner dan alveoli.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2-3: Alveolus Sumber: www.mercksource.com/pp/us/cns b.
Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan bronkhus, serta kelenjar timus terdapat pada mediastinum.14
Gambar 2-4: Paru-paru Sumber: www.wikipedia/paru.com
Universitas Sumatera Utara
c.
Dada, Diafragma, dan Pleura
Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae). Bagian atas dada pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot scaleneus dan sternocleidomastoid. Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (Nervus Phrenicus) terdapat pada susunan saraf spinal. Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-paru. Masuknya udara maupun cairan ke dalam rongga pleura akan menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan mengalami peradangan.14
Gambar 2-5: Pleura Sumber: www.memorialhermann.org
Universitas Sumatera Utara
d.
Sirkulasi Pulmoner
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronkhialis berasal dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkhus. Vena bronkhialis akan mengalirkan darah menuju vena pulmonalis. Arteri pulmonallis berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena ke paruparu di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak yang diperlukan untuk pertukaran gas antara alveolus dan darah.14 2.3 Gangguan Pernapasan 2.3.1 Pengertian Gangguan Pernapasan Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia. Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O2. Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid. Gangguan pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena susunan dan fungsi alveolus yang abnormal.6
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan Penyebab utama penyakit pernapasan, yaitu: 1.
Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis
2.
Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian
makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang reaksi jaringan 3.
Partikel-partikel organik yang merespons imun
4.
Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu berkadar
tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.17 Sedangkan penyebab utama gangguan saluran napas pada nelayan, yaitu: 1.
Cuaca
2.
Debu Dempul. 23
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan adalah kebiasaan merokok, keturunan, perokok pasif, polusi udara dan riwayat infeksi pernapasan sewaktu kecil.12 2.3.3 Pencegahan Gangguan Pernapasan pada Nelayan 1.
Dengan memakai alat pelindung diri (masker, pakaian, topi)
2.
Dengan menggunakan minyak gosok pemanas badan.
3.
Dengan menghindari cuaca buruk. 23
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Tanda-tanda dan Gejala Gangguan Pernapasan Yang termasuk tanda dan gejala gangguan pernapasan adalah batuk, sputum (dahak), dispnea, nyeri dada. a)
Batuk
Batuk merupakan gejala paling umum dari penyakit pernapasan. Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia dan peradangan. Inhalasi debu, asap dan benda asing kecil sering merupakan penyebab paling sering dari batuk. b)
Sputum (dahak)
Orang dewasa membentuk sputum sekitar 100 ml dalam saluran napas setiap hari, sedangkan dalam keadaan saluran napas terganggu biasanya sputum yang dihasilkan melebihi 100 ml per hari. c)
Hemoptisis
Istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum berdarah. d)
Dispnea
Dispnea sering juga disebut dengan sesak napas, perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala utama penyakit kardiovaskuler. e)
Nyeri dada
Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paruparu adalah akibat radang pleura.1
Universitas Sumatera Utara
2.4. Nelayan 2.4.1 Pengertian Nelayan Nelayan menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. 7 Menurut Wahyuningsih (1997) yang dikutip dari Musssawir (2009) nelayan dapat dibagi tiga jika dilihat dari sudut pemilikan modal, yaitu: 1)
Nelayan juragan, Nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan lat
penangkap ikan yang mampu mengubah para pelayan pekerja sebagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut. Nelayan jurgan ada tiga macam yaitu nelayan juragan laut, nelayan juragan darat yang mengendalikan usahanya dari daratan, dan orang yang memiliki perahu, alat penangkap ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli, yang disebut tauke (toke) atau cakong. 2)
Nelayan pekerja, Yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan
modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu usaha penangkapan ikan di laut. 3)
Nelayan pemilik, Merupakan nelayan yang kurang mampu, nelayan ini hanya
mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap ikan sederhana, karena itu disebut nelayan perorangan.19
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan, orientasi pasar dan karakteristik hubungan produksi, Satria (2002) yang dikutip dari mussawir (2009) menggolongkan nelayan ke dalam empat kelompok yaitu: 1)
Peasant-fisher atau nelayan tradisional yang biasanya bersifat subsisten,
menggunakan alat tangkap yang masih tradisional seperti dayung, sampan yang tidak bermotor dan hanya melibatkan anggota keluarganya sendiri sebagai tenaga kerja utama. 2)
Post-peason fisher, Dicirikan dengan penggunaan teknologi penangkapan
ikan yang lebih maju atau modren. Meski masih beroperasi di wilayah pesisir, tetapi daya jelajahnya lebih luas dan memiliki surplus untuk diperdagangkan di pasar. 3)
Commersial-fisher, yakni nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan
keuntungan. Skala usahanya telah besar, yang dicirikan dengan banyaknya jumlah tenaga kerja dengan status yang berbeda dan membutuhkan keahlian tersendiri dalam pengoperasian kapal maupun alat tangkapannya. 4)
Industrial-fisher, yang memiliki ciri-ciri : 1) diorganisasi dengan cara-cara
yang mirip debgan perusahaan agro industri di negara maju; 2) lebih padat modal; 3) memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari pada perikanan sederhana; dan 4) menghasilkan produk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi ekspor. Nelayan berskala besar ini umumnya memiliki organisasi kerja yang kompleks dan benarbenar berorientasi pada keuntungan.19
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Lingkungan Kerja Nelayan Lingkungan pesisir berkaitan erat dengan kehidupan nelayan, laut dan nelayan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Nelayan merupakan profesi seseorang yang begitu terkait erat dengan keberadaan laut dalam melangsungkan eksistensi hidupnya.20 Laut adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra. Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.2 Hasil identifikasi dan analisa oleh Sihombing (2008) potensi bahaya lingkungan kerja pada nelayan adalah terpapar kebisingan, getaran, iklim kerja, pencahayaan dan proses kerja sebelum dan sesudah melaut.21 a. Kebisingan Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita, karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi.22 Hasil penelitian dari Martiana dan Lestari (2006) kebisingan yang timbul dari suara motor tempel pada perahu nelayan, menyebabkan banyak nelayan menderita gangguan pendengaran yang berupa telinga berdenging.
Universitas Sumatera Utara
b. Getaran Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alatalat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik untuk tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi, getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan-gangguan antara lain : a. Mempengaruhi konsentrasi kerja b. Mempercepat datangnya kelelahan c. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti : mata, syaraf, oto-otot, dll.22 c. Iklim Kerja Menangkap ikan di laut ternyata membutuhkan seperangkat pengetahuan yang berhubungan dengan sifat-jenis penangkapan, mekanisme penangkapan ikan dari berbagai pengaruh alam lainnya, pada malam hari suhu berkisar antara 12,8 0C sampai 30 0C dalam suhu tersebut nelayan dapat saja terserang berbagai gangguan kesehatan.21 Menurut dr. Hrayr Attarian, Kepala tenaga medis di Fletcher Allen Health Care, Vermont, AS, salah satu penyakit atau gangguan kesehatan yang rentan menyerang pekerja malam adalah Infeksi gangguan sistem pernapasan, hawa dingin angin malam bisa menyebabkan gangguan kesehatan paru-paru.3
Universitas Sumatera Utara
d. Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas dan cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan pekerja mudah lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka lebarlebar. Lelahnya mata akan mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa merusak mata.22 Berdasarkan hasil penelitian Martiana dan Lestari (2006) diketahui bahwa 51% responden mengalami gangguan mata berupa kelainan visus dan 33% berupa iritasi mata. e. Proses kerja Kasus Low back pain pada nelayan cukup tinggi mengingat cara kerja mereka yang berat dan sikap kerja yang salah dapat menyebabkan gangguan tersebut. Dari hasil penelitian Martiana dan Lestari (2006) diketahui bahwa 59% responden mengalami kasus Low back pain. 2.4.3 Proses Kerja Nelayan Nelayan mulai berangkat untuk bekerja pada pukul 12.00 dan pada pukul 16.00 nelayan berangkat dari pangkalan menuju laut dan sampai di lokasi untuk menangkap udang sekitar pukul 18.30. Proses kerja nelayan baru dimulai pada pukul 24.00 dan nelayan baru berhenti menurunkan jaring apabila tangkapan yang didapatkan sudah mencapai target, yaitu sebanyak 20 ton. Setelah tangkapan mencapai target nelayan langsung pulang ke pangkalan dan memulai proses pembongkaran hasil tangkapan.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep
Karakteristik Nelayan • • •
Umur Masa Kerja Riwayat pekerjaan
Gejala Gangguan Kebiasaan Merokok
P
Keterangan: Bagan di atas menjelaskan bahwa gejala gangguan pernapasan diteliti berdasarkan
karakteristik nelayan (umur, masa kerja, riwayat pekerjaan) dan
kebiasaan merokok.
Universitas Sumatera Utara