BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembentukan Sel Darah (hemopoiesis) Terdiri dari 3 fase hemopoesis : 1. Fase mesoblastik Sel – sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel – sel darah disini masih serupa dan merupakan sel asal. Ini berlangsung pada bulan pertama smpai kedua dalam kandungan. 2. Fase hepato – spleno – lympho – myeloid Sel – sel darah dibuat dalam hepar, lien dan sumsum tulang. Disamping sel asal atau stem cell, sudah terjadi differensiasi menjadi erythroblast, megakariosit, granulosit, limfosit, monosit dan plasmosit. 3. Fase myeloid Sel – sel darah dibuat oleh sumsum tulang merah dan terus berlangsung sejak foetus berumur 4 bulan sampai orang itu meninggal. Terbentuklah sel – sel dan differensiasi menjadi bermacam – macam sel darah dari yang muda sampai dengan yang tua setelah bayi dilahirkan, hemopoesis hanya di dalam sumsum tulang sistem limphatica. ( Depkes, 1998 )
B. Lekosit (Sel Darah Putih) Lekosit bukanlah sel yang semacam saja. Sel darah putih ini pada mulanya dibedakan berdasarkan gambaran mikroskopis masing-masing. Ada 5 macam lekosit, yang menurut bentuk inti masing-masing terbagi menjadi 2 kelompok: Kelompok besar lekosit: 1.Lekosit dengan Inti Terpecah (sel PMN) atau granulosit. a.
Neutrofil
4
Sel-sel lekosit netrofil ini di dalam darah berada dalam konsentrasi 2.103 sampai 7.103 / ml. Waktu paruh dari lekosit neutrofil ini dalam darah ialah 6 jam, sedangkan dalam jaringan 1 sampai 2 hari. Berdasarkan bentuk inti dibagi menjadi 2, yaitu : a.1. Neutrofil Batang (Staff) Mempunyai ciri – ciri sebagai berikut ; diameter antara 14 – 30 mikron,mempunyai nukleus yang berbentuk seperti batang, huruf T,lonjong,dapat berlekuk dengan kromatin kasar, sitoplasma banyak dan berwarna kemerah – merahan, dengan granula kecil – kecil halus berwarna lembayung uda a.2 Neutrofil Segmen Mempunyai ciri – ciri sebagai berikut ; diameter antara 10 – 15 mikron, nukleous terdiri dari 2 – 5 lobus yang dihubungkan dengan silang berwarna ungu tua dengan cromatin padat, sitoplasma berwarna kemerah – merahan, sedangkan granulanya kecil – kecil berwarna lembayung muda.
b. Eosinofil Sel ini merupakan granulosit kedua terbanyak setelah netrofil tapi konsentrasinya hanya 3 sampai 5% dari seluruh lekosit yang beredar atau kirakira 150 – 500 sel / ml darah, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut ; diameter antara 10 – 18 mikron, dengan nukleous biasanya terdiri dari 2 lobus berbentuk seperti ginjal dengan letak yang eksentrik, granula besar – besar, berbentuk bulat berwarna jingga dengan jumlah yang banyak dan saling berdekatan. c. Basofil Pada keadaan normal, jumlah basofil dalam sirkulasi hanya 1% dari jumlah lekosit. Sel ini hanya terlihat kadang-kadang dalam darah tepi normal, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : berbentuk bulat, granula sangat besar bulat, berwarna ungu tua dengan jumlah yang banyak, vakuola kadang – kadang tampak berwarna pucat di dalam sitoplasma. 2. Lekosit Dengan Inti Bulat (Lekosit Mononukleus) a. Limfosit
5
Sel limfosit mempunyai ukuran yang kecil, kira-kira hampir sama dengan SDM. Limfosit adalah sel lekosit kedua terbanyak di dalam darah sesudah lekosit netrofil. Antara 25% dan 35% dari jumlah seluruh lekosit darah adalah limfosit, mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : diameter antara 8 – 10 mikron, nukleous bundar atau lonjon, berlekuk atau berbentuk seperti ginjal dengan kromatin kasar, sitoplasma sedikit, berwarna biru muda dan tanpa granula.( Depkes,1989 ) b.
Monosit Monosit adalah sel darah yang kasar. Konsentrasi sel monosit ini di dalam
darah antara 5% sampai 10%. Sel monosit ini hanya berada dalam darah selama 24 jam saja, untuk selanjutnya bermigrasi ke berbagai jaringan, menetap disana dan berubah menjadi sel dengan sitoplasma yang lebih besar dan kerap kali berlekuk-lekuk, dengan diameter antara 16 - 20 mikron, nukleous bervariasi bisanya berbentuk ginjal, kromatin tersusun dalam untaian dengan warna lembayung muda, sitoplasma banyak berwarna biru keabu – abuan.( Sadikin, M,2002 ). C.Fungsi dan Sifat Fisiologi Lekosit 1. Netrofil Neutrofil adalah sel yang bergerak aktif dan dalam waktu singkat dapat berkumpul dalam jumlah banyak di tempat jaringan yang rusak. Proses bergeraknya sel sebagai respon terhadap rangsangan spesifik disebut kemotaksis. Selain bersifat kemotaksis netrofil mempunyai kemampuan untuk melakukan fagositosis yaitu menelan dan memakan benda atau sel asing dengan cara menjulurkan sitoplasmanya yang mampu melakukan gerak atau boid mengelilingi benda asing terserbut. ( Sadikin Muhammad, 2002) Sifat netrofil: a. Menarik lekosit ke tempat radang b. Membuang bahan – bahan iritan c. Memperbaiki tempat radang.
6
2. Eosinofil Sel-sel eosinofil ini mempunyai kemampuan bermigrasi seperti yang terbukti dengan lebih banyaknya sel ini dijaringan dari pada dalam darah. Lekosit ini juga mampu melakukan fogositosis seperti halnya netrofil tapi tidak mampu membunuh kuman. Eosinofil mengandung berbagai enzim yang menghambat mediator inflamasi akut dan seperti halnya netrofil mengandung histamin. Peran biologik eosinofil adalah modulasi aktivitas seluler dan kimiawi yang berikaitan dengan inklamasi akibat reaksi imunologik. Eosinofil juga mempunyai kemampuan unik untuk merusak larva cacing tertentu. ( Sadikin Muhammad, 2002 ). 3.Basofil Sel basofil mempunyai kemampuan yang sangat kuat untuk mengikat IgE, berkat adanya molekul profin reseptor (pengikat) IgE
di permukaan
membran. Sel-sel basofil ini sangat berperan dalam keadan alergi / peradangan. Pada seseorang yang menderita alergi bila terjadi konflik dengan (antigen pencetus alergi) dengan antibodi yang sesuai dari kelas IgE yang biasanya terikat dengan reseptor spesifik dimembran basofil, maka terjadilah degranulasi sehingga histemin keluar dari sel dan masuk ke aliran darah. Histamin yang bebas tersebut yang menyebabkan terjadinya alergi. ( Sadikin Muhammad, 2002)
4. Limfosit Sel limfosit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan atau imunitas spesifik terhadap benda asing. Limfosit adalah sel yang menghasilkan antibodi terhadap berbagai benda atau senyawa asing. Senyawa ini sangat penting untuk menghancurkan dan menyingkirkan benda asing dalam tubuh. Sel limfosit ini sementara di dalam darah dan akan bermigrasi ke berbagai kelenjar getah bening atau kelenjar limfe dan berdiam disana. 5. Monosit Monosit berasal dari sel induk yang sama dengan sel induk granulosit. Sel ini mengalami meturasi di dalam sumsum tulang, beredar sebentar kemudian masuk ke dalam jaringan dan menjadi makrofog. Sel ini mampu bergerak
7
melakukan fogositosis, mensekresi enzim, mengenal partikel dan melakukan interaksi yang kompleks dengan imunogen dan komponen seluler maupun protein dalam sistem imun.( Frances K,Widman, 1989 ). D. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi antara lain menilai unsur sel darah tepi seperti : eritrosit, lekosit dan trombosit serta mencari adanya parasit seperti mikrofilaria,malaria dan lain sebagainya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang baik.( Arjatmo Tjokronegoro,1996 ) Dasar pemeriksaan, pewarnaan morfologi darah tepi adalah reagensia pewarnaan polikromatik menurut Romanowsky yang mewranai sediaan secara cepat pada pemeriksaan hitung lekosit ( Diff Count ). Komponen sel yang bersifat alkalis berreaksi dengan ion eosin yang bermuatan negatif memberikan warna jingga sampai merah. Komponen sel yang bersifat asam akan berreaksi dengan ion metilen biru sehingga memberikan warna campuran antara jingga dan biru. Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler atau vena. Dihapuskan pada kaca obyek pada keadaan tertentu dapat pula digunakan darah EDTA( Arjatmo Tjokronegoro, 1996 ). d.1 Ciri – ciri preparat hapus darah yang baik, Preparat hapus darah yang baik harus mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : lebar dan panjangnya tidak memenuhi kaca obyek sehingga masih ada tempat untuk pemberian label, secara gradual poenyebaranya berangsur – angsur menipis dari kepala kearah ekor, ujung / ekornya tidak berbentuk bendera robek, tidak berlubang – lubang karena bekas lemak madih diatas kaga benda, tidak terputus – putus karena ragu – ragu, tidak terlalu tebal ( karena penggeseran yang yang sangat kecil ), atau tidak terlalu tipis ( karena sudut penggeseran yang besar ), pengecatan yang baik. d.2 Morfologi preparat hapus : Pada preparat hapus terdapat tiga bagian yaitu : a. Kepala
: bagian dimana darah diletakkan sebelum dihapus.
8
b. Ekor
: bagian ujung preparat atau akhir hapusan.
c. Badan
: bagian tengah antara kepala dan ekor.
Gambar 1. Bagian – bagian dari apusan darah tepi yang baik
Kepala
Badan
Ekor
E. Pemeriksaan Hitung Jenis Lekosit Secara longitudinal dan Transversal 1. Prinsip Pemeriksaan Setetes darah diletakkan pada kaca obyek kemudian dibuat hapusan darah dan diwarnai dengan giemsa, selanjutnya dihitung jenis lekosit pada sediaan apus darah tepi dengan mikoroskop perbesaran 40x. Apabila dihitung secara longitudinal arah pergerakannya dari A horisontal ke B, dari B horisontal ke C dan seterusnya. Sedangkan apabila dihitung secara transversal arah pergerakkannya dari A vertikal Ke B, dari B vertikal C dan seterusnya. Dapat dihitung sejumlah 100,200, 500 atau 1000 lekosit untuk diidentifikasi. ( John Bernard, 1996 ).
9
Gambar 2. Skema Diagram Preparat Apus Darah Tepi Metode Longitudinal dengan arah pergerakan yang ditunjukkan dengan Tanda Anak Panah. ( Workshop Diagnosa hematologi, 1987 )
I
II
III
IV
V
VI
Keterangan gambar : Perhitungan dimulai dari ujung preparat ( zona VI ), kemudian lapangan pandang di geser ke arah badan preparat sampai zona IV dimana terdapat konsentrasi seri limfosit tua. Bila sebelum mencapai daerah ini telah terhitung 100 SDP, maka perhitungan harus diteruskan hingga sampai zona tersebut dan di kalkulasi % nya. Kekurangan
: waktu yang diperlukan lebih lama.
Kelebihan
: ada tiga zona yang di periksa jadi bisa mewakili jumlah keseluruhan.
10
Gambar 3. Skema Diagram Preparat Apus Darah Tepi Metode Transversal dengan Arah Pergerakkan yang ditunjukkan dengan Tanda Anak Panah. ( Gandasoebroto, 1998 )
I
II
III
IV
V
VI
Keterangan gambar : Sel – sel dihitung dari bagian atas sediaan mulai zona VI sediaan dan berpindah ke arah pinggir bawah, pada pinggir bawah di geser lapang pandang ke kanan agak lebih banyak dari lebarnya lapangan minyak emersi, kemudian ke arah pinggir atas lagi, pekerjaan ini dilakuakan terus menerus sampai jumlah lekosit berjumlah 100 sel Kekurangan : Perhitungan hanya pada dua zona. Kelebihan
: Waktu yang diperlukan lebih cepat.
2. Harga Normal Lekosit Harga normal lekosit berdasarkan Buku Gandasoebrata 1984 , sebagai berikut : a. Basophil
:0–1%
b. Eosinophil
:1–3%
c. Netofil Batang
:2–8%
d. Netrofil Segmen
: 50 – 80 %
e. Limfosit
: 20 – 40 %
f. Monosit
:2–8%
11
F.Kerangka Konsep Metode transversal
Σ Jenis lekosit
Darah Vena + EDTA
Metode longitudinal
Apusan sediaan
G. Hipotesa Ada perbedaan antara metode transversal dan longitudinal dalam menghitung jenis lekosit.
12