7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan di bursa efek indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam proposal ini menggunakan acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh: Cyrillius Martono, 2002 dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go- Public Di Indonesia. Rumusan masalah yang diajukan apakah pengaruh ROA industri, rasio leverage keuangan tertimbang, rasio intensitas modal tertimbang, dan pangsa pasar terhadap ROA perusahaan dan juga untuk mengetahui pengaruh dari ROE industri, rasio leverage keuangan tertimbang, rasio intensitas modal tertimbang, dan pangsa pasar terhadap ROE perusahaan manufaktur yang gopublic di Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah analisi regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Profitabilitas industri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal itu menunjukkan pola yang searah antara profitabilitas industri dan profitabilitas perusahaan, dalam artian apabila profitabilitas industri mengalami kenaikan maka profitabilitas perusahaan juga mengalami
kenaikan.
Hasil
tersebut
menunjukkan
bahwa
manajer
harus
mempertimbangkan kondisi industri secara keseluruhan sebagai benchmarking, dan untuk analisis strategi portofolio perusahaan. 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio leverage perusahaan berdampak negatif terhadap profitabilitas, terdapat fenomena
8
overload penggunaan hutang yang meningkatkan risiko technical insolvency. Kebijakan manajer dalam menentukan tingkat leverage terlalu besar justru tidak menguntungkan bagi perusahaan. Oleh karena itu manajer perlu melakukan kebijakan untuk memperbaiki rasio leverage atau tingkat struktur modalnya agar tidak membawa efek yang membahayakan perusahaan (financial distress). 3. Pangsa pasar berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, efek peningkatan pangsa pasar lebih terkait dengan profitabilitas masa yang akan datang dan bersifat jangka panjang. Manajer yang menginginkan peningkatan profitabilitas saat ini perlu mengurangi biaya ekspansi, sebaliknya perusahaan
yang menginginkan profitabilitas jangka panjang harus menerima
konsekuensi tidak menerima profitabilitas yang tinggi pada masa sekarang. 4. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien konstan terbukti berpengaruh signifikan dalam model ROA maupun ROE. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat variabel lain yang tidak diperhitungkan (omitted variables) dalam penelitian ini terbukti berpengaruh signifikan. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas analisis dengan memasukkan unsur variabel lain seperti tingkat pertumbuhan (Gale 1972), konsentrasi (Commanor dan Wilson 1967; Gale 1972; dan Porter 1979). 5. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pangsa pasar tidak sepenuhnya berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, penelitian selanjutnya dapat mengembangkan analisis dengan membuat spesifikasi pangsa pasar dengan ukuran yang berbeda, misalnya didasarkan pada penjualan dari perusahaan yang termasuk kategori empat besar atau delapan besar (Commanor dan Wilson 1967 serta Porter 1979). 6. Hasil analisis profitabilitas industri sebagai preliminary analysis portofolio dapat dikembangkan untuk setiap perusahaan untuk mendapatkan beta sebagai ukuran risiko sistematis bila data memungkinkan. Analisis ini dapat menjadi alternatif CAPM khususnya bagi perusahaan yang tidak gopublic untuk mengukur risiko sistematis yang tercermin dari beta.
9
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hapsari (2005), dengan penelitian yang
berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap “ROA“ dan “ROE“ Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di Bursa Efek Jakarta “ Dengan Kesimpulan sebagai berikut: Kesimpulan dalam penelitian tersebut pada hipotesis pertama bahwa ada pengaruh simultan antara ROA (X1), DER (X2), dan tingkat pertumbuhan (X3) terhadap variabel ROA perusahaan (Y). Pada analisis secara parsial variabel ROA (X1) memepunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA perusahaan, sedangkan variabel DER (X2) berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan, dan untuk tingkat pertumbuhan (X3) tidak berpengaruh terhadap ROA perusahaan. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Husnan (2004: 4), manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan,analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya, mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya oleh Direktur
10
Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation of funds) dan mencari pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan utama (atau fungsi)tersebut disebut sebagai fungsi keuangan. Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien (Sutrisno, 2001: 3) Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga bidang keuangan dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas. Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan industri dan ritel. Manajemen keuangan juga penting dalam kegiatan pemerintah, mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga departemen jalan tol (Brigham dan Houston, 2001: 6) 2.3. Laporan Keuangan Menurut Baridwan (1990: 17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan / proses pelaporan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan
keuangan
dibuat
oleh
manajemen
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
11
pemili perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan. 2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Belkaoui (2000: 126) tujuan laporan keuangan dikelompokkan menjadi tujuan khusus dan tujuan umum serta tujuan kualitatif. Tujuan tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan lain dalam posisi laporan keuangan. 2. Tujuan Umum laporan keuangan adalah : •
Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban suatu perusahaan supaya dapat menilai kekuatan dan kelemahannya, menunjukkan pembelanjaan dan investasinya, menilai kemampuannya, memenuhi tanggung jawabnya dan menunjukkan dasar pertumbuhannya.
•
Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat menaksir penghasilan yang potensial dari perusahaan.
•
Menyediakan lain-lain informasi yang diperlukan mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi serta perubahan kewajiban.
•
Mengungkapkan informasi lain yang relevan bagi kebutuhan para pemakai laporan keuangan.
12
3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Relevan, berarti menyeleksi informasi yang lebih mungkin membantu para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi mereka. b. Dapat dimengerti, yang menyatakan bahwa tidak hanya informasi yang terpilih saja yang harus dapat dimengerti, akan tetapi para pemakainya harus dapat memahaminya. c. Dapat dituju, bahwa hasil akuntansi dapat dibuktikan kebenarannya oleh alat ukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. d. Netral, bahwa informasi akuntansi diperuntukkan bagi kebutuhan umum, bukan untuk kebutuhan tertentu saja. e. Tepat waktu, penyampaian informasi harus cepat dan tepat dalam pengambilan keputusannya. f. Dapat diperbandingkan, yang berarti perbedaan tidak boleh ada akibat perbedaan perlakuan akuntansi keuangan. g. Kelengkapan, seluruh informasi yang layak memenuhi persyaratan tujuan kualitatif lainnya harus dilaporkan. Menurut Baridwan (1999: 17) laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. 2.3.2 Perangkat Pokok Laporan Keuangan Laporan keuangan sangatlah penting dan harus dijelaskan dalam pelaporan keuangan perusahaan, yaitu :
13
a. Neraca Menurut Hanafi ( 2003: 50 ) neraca adalah meringkaskan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal atau periode tertentu, neraca tersebut menampilkan sumber daya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut. Sedangakan menurut Munawir (2002: 39 ) neraca adalah laporan yang menyajikan smber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aktiva, kewajiban-kewajibannya atau hutang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau modal pemilik pada suatu saat tertentu. Unsur-unsur yang terkandung dalam neraca menurut Hanafi (2003: 53) yang diklasifikasikan sebagai berikut : 1). Ativa / asset, yang meliputi : a. Aktiva lancar b. Investasi jangka panjang c. Bangunan, pabrik, dan peralatan d. Aktiva tak berwujud e. Aktiva lainnya 2). Hutang a. Hutang lancar b. Hutang jangka panjang c. Hutang lainnya 3). Modal saham
14
a. Modal saham disetor (1) Saham nominal (2) Agio atau capital surplus b. Laporan Laba / Rugi Hanafi ( 2003: 56 ) pengertian laba-rugi adalah meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan laba-rugi ini sering dipandang sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan, kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang muncul. Pengertian laba / rugi menurut Astuti (2004: 17) adalah laporan yang mengikhtiarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yamg umumnya setiap kuartal atau setiap tahun. Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan laba-rugi, adalah sebagai berikut : 1). Penghasilan atau pendapatan 2). Hara pokok penjualan 3). Biaya-biaya usaha 4). Penghasilan dan biaya non operating 5). Pos-Pos insidentil, misalnya laba / rugi dari penjualan surat-surat berharga, koreksi atas laba yang diperoleh. c. Laporan Aliran Kas Menurut Hanafi (2003: 59-61) pengertian laporan aliran kas adalah menganalisis aliran kas masuk dan keluar suatu perusahaan dan untuk melihat
15
efek kas dari kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan suatu perusahaan selama periode tertentu. Metode yang biasa digunakan adalah metode tidak langsung. Aliran kas untuk aktivitas investasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1). Penerimaan dari emisi surat berharga (obligasi, saham) 2). Pembayaran deviden 3). Pelunasan hutang atau obligasi 4). Pembayaran untuk membeli saham kembali (treasury stock) Aliran kas masuk operasi : (a). Pengumpulan dari pelanggan (b). Bunga atau deviden yang dikumpulkan Aliran kas keluar operasi : (a). Pembayaran ke pemasok (supplier) atau karyawan (b). Pembayaran bunga (c). Pembayaran pajak pendapatan 2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2000: 3) tujuan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut : 1.
Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.
2.
Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian
16
dari penerimaan uang di masa yang akan datang yang berasal dari deviden atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari penjualan, pelunasan,atau jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman. 3.
Menunjukan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas
sumber-sumber
tersebut
(kewajiban
perusahaan
untuk
mentransfer sumber-sumber ke perusahaanlain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut. 2.3.4 Analisis Laporan Keuangan Sebelum mengadakan analisis terhadap penganalisis
harus
benar-benar
memahami
suatu
laporan
laporan keuangan, keuangan
tersebut.
Penganalisis juga harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup di dalam mengambil suatu kesimpulan, di samping harus memeperhatikan perubahan tingkat harga yang terjadi. Agar dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan hasil yang memuaskan, maka perlu mengetahui latar belakang dari data keuangan tersebut. Menurut Hanafi, (2003: 70), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan, sebagai berikut : 1. Analisis harus mengidentifikasikan adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan .
17
2. Diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik atau tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. 3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati sangatlah penting. Mencari informasi sekitar aktivitas perusahaan. 4. Analisis membutuhkan informasi tambahan di luar laporan keuangan. Analisis laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut : 1. Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarakan pada harga perolehan (historical cost). 2. Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif metode akuntansi, (misalnya metode FIFO, LIFO, dan rata-rata prsediaan). 3. Upaya perbaikan dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan terlihat jelas dan baik. 4. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang bergerak pada bidang usaha (industri). Untuk perusahaan
semacam
ini,
analisis
akan
kesulitan
memilih
pembandingnya karena perusahaan tersebut bergerak pada beberapa industri.
18
5. Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan, terutama yang berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka panjang. 6. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri. Menurut Sawir, (2005: 45-46) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu : 1.
Analisis Horisontal (Perbandingan Laporan Keuangan) Adalah analisis dengan cara membandingkan neraca dan laporan laba / rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan, sehingga dapat diperoleh gambaran selama beberapa tahun terskhir apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan.
2.
Analisis vertikal (per komponen) Adalah analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi po-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu laporan laba / rugi dengan jumlah tertentu dari laporan laba / rugi.
Adapun teknik-teknik analisis yang biasa digunakan dalam laporan keuangan menurut Munawir (1997: 36-37) adalah sebagai berikut : 1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
19
2. Tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakh menunjukan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan keuangan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya juga untuk mengetahui strutur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba / rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tesebut. 7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
20
perusahaan dari periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemua itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut Harahap (2002: 194) analisa laporan keuangan memiliki sifatsifat, antara lain : 1.
Fokus laporan adalah adalah laba / rugi, neraca, arus kas yang merupakan akumulasi transaksi dari kejadian historis, dan penyebab terjadinya dalam suatu perusahaan.
2.
Prediksi, analisa harus mengkaji implikasi kejadian yang sudah berlalu terhadap dampak dan prospek perkembangan keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
21
3.
Dasar analisa adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip tersendiri sehingga hasil analisa sangat tergantung pada kualitas laporan.
Sedangkan kegunaan analisa laporan keuangan menurut Harahap (2002 : 195-196) dapat dikemukakan sebagai berikut : 1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3.
Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.
Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yamg diperoleh dari luar perusahaan.
5.
Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).
6.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7.
Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
22
8.
Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9.
Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10.
Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
2.4 Pengertian Pasar Modal Menurut Darmadji dan M. Fakhruddin, (2001: 01) : “Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri”. Pada dasarnya, surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu : 1.
Surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas (equity)
2.
Surat berharga yang bersifat utang atau sering juga disebut sebagai surat berharga pendapatan tetap (fixed income).
Surat berharga yang bersifat ekuitas umumnya dikenal dengan saham sedangkan surat berharga fixed income dikenal dengan obligasi. Sedangkan surat berharga lainnya merupakan turunan dari kedua bentuk tersebut, misalnya saham preferen, obligasi konversi, warrant, sekuritas turunan.
2.4.1 Fungsi Pasar Modal Menurut M. Fakruddin dan Harianto, (2001: 01): fungsi pasar modal
23
adalah : 1. Menyediakan sumber pembiayaaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2.
Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.
3.
Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
4.
Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
5.
Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.
6.
Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7.
Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
2.4.2 Manfaat Pasar Modal Menurut Anoraga dan Widiyanti (1995: 29), Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah, maupun lembaga penunjang (PAU-UGM, 26-27 Januari 1990), adalah sebagai berikut : a. Manfaat pasar modal bagi Investor, sebagai berikut : 1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain. 2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi. 3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai
24
hak suara dalam RUPS bila diadakan bagi pemegang obligasi. 4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko. b. Manfaat pasar modal bagi Emiten, sebagai berikut : 1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar. 2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai. 3. Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana perusahaan. 4. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. 5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil. 6.
Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.
7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 8. Tidak ada beban finansial yang tetap. 9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 10. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. 11. Profesionalisme dalam manajemen meningkat. c. Manfaat pasar modal bagi pemerintah, sebagai berikut : 1. Mendorong laju pembangunan. 2. Mendorong investasi. 3. Penciptaan lapangan kerja. 4. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).
25
5. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara). d.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi Lembaga Penunjang, sebagai berikut : Berkembangnya pasar modal juga akan mendorong perkembangan lembaga penunjang menjadi lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing. Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peran lembaga penunjang. Adapun yang termasuk lembaga penunjang tersebut antara lain adalah : 1. BAPEPAM Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengawasi pasar modal indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari Badan Pengawas Pasar Modal, setelah sebelumnya merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal. Perubahan ini terjadi pada akhir tahun 1990. 2. Bursa Efek Merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di indonesia terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang akhirnya menjadi BEI. Masing-masing mempunyai persyaratan tersendiri agar suatu sekuritas bisa didaftarkan di bursa tersebut. Di bursa itulah bertemu pembeli dan penjual sekuritas. 3. Akuntan Publik Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Di pasar modal dituntut pendapat wajar tanpa syarat terhadap laporan keuangan dari
26
perusahaan yang akan menerbitkan atau yang telah terdaftar di bursa. 4. Underwriter Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di bursa (perusahaan tersebut disebut sebagai emiten) tentu ingin agar sekuritas yang dijualnya laku semua, sehingga dana yang diperlukan bisa diperoleh. Untuk menjamin agar penerbitan (emisi) sekuritas yang pertama kali tersebut dikatakan (dilakukan di pasar perdana) terjual. Kalau tidak terjual, underwriter itulah yang akan membeli sisanya. Karena underwriter menanggung risiko harus membeli sekuritas yang tidak terjual. 5. Wali Amanat Jasa Wali Amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi. Wali Amanat mewakili kepentingan pembeli obligasi. Pemikirannya adalah karena pembeli obligasi pada dasarnya adalah kreditor dan kredit yang diberikan tidak dijamin dengan agunan apapun. Untuk meminimumkan agar kredit tersebut tidak macet-macet berarti bahwa obligasi yang di beli tidak dilunasi oleh perusahaan yang menerbitkan, maka ada pihak yang mewakili para pembeli obligasi dalam melakukan semacam penilaian terhadap perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Wali Amanat inilah yang melakukan penilaian terhadap “keamanan” obligasi yang di beli oleh para pemodal. 6. Notaris Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-
27
keputusan RUPS. Bagaimanapun juga keputusan untuk menjual sekuritas ke pasar modal (istilah yang sering dipergunakan adalah “go public“) merupakan peristiwa yang penting dan karenanya perlu memperoleh persetujuan dari para pemegang saham. 7. Konsultan Hukum Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. Juga keabsahan dokumen-dokumen perusahaan perlu di periksa oleh konsultan hukum tersebut. 8. Lembaga Clearing Perdagangan sekuritas tidak mungkin dilakukan dengan melakukan perpindahan
fisik
sekuritas-sekuritasnya
yang
di
perdagangkan.
Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga tersebut bertugas untuk mengatur “arus” sekuritas tersebut.
2.4.3 Instrumen Pasar Modal Menurut Anoraga (2001: 54) yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (securities) yang diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang. Pada dasarnya efek dapat berupa : a. Saham merupakan tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas. b. Saham preferen yaitu saham yang memberikan prioritas tertentu kepada pemegangnya atas hal pembagian dividen. c. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
28
pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). d. Bukti right merupakan salah satu dari opsi yang memberikan hak kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten pada proporsi harga tertentu. e. Opsi yaitu selembar kertas berharga yang memungkinkan investor untuk membeli atau menjual suatu saham dengan harga tertentu pada waktu tertentu atau mungkin sebelumnya. f. Warrant merupakan opsi jangka panjang yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu. g. Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada pemegang saham untuk mengkorvesikan atau menukar dengan saham setelah membayar suatu jumlah tertentu. Misalnya setiap obligasi bisa dikonversi menjadi 2 saham biasa setelah tanggal tertentu dengan harga konversi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.5 Analisis Rasio Keuangan 2.5.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Perencanaan adalah kunci kesuksesan bagi manajer keuangan. Rencana keuangan mungkin mempunyai bermacam-macam bentuk, tetapi suatu rencana yang baik harus dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Oleh karena itu rencana tersebut harus dimulai dari analisis keuangan pada perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio yang akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada
29
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan yang digunakan secara standart (Munawir, 1997: 64). Rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaan (Muslich, 2003: 44).Rasio keuangan dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba / rugi saja, atau pada neraca dan laba / rugi. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 1998: 560). Analisis rasio keuangan, menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba / rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini, analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh (Sawir, 2005: 6). Penganalisis keuangan dalam mengadakan analisis keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara perbandingan, menurut Munawir (2002: 83), yaitu : 1.
Analisis Time Series Adalah analisa rasio keuangan untuk beberapa periode sehingga akan terlihat prestasi perusahaan tersebut akan cenderung meningkat, menurun atau cenderung konstan dalam beberapa periode tersebut.
2.
Analisis Cross Section
30
Adalah analisa rasio keuangan dengan membandingkan antar informasi atau data untuk satu periode, kemudian hasilnya dibandingkan dengan rasio pembanding antara lain rasio pada perusahaan sejenis atau rasio rata-rata industri. 2.5.2 Keunggulan Dan Keterbatasan Analisa Rasio Keuangan Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut seperti diuraikan oleh Harahap (2002: 298), yaitu : 1.
Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
5.
Menstandarisir ukuran perusahaan.
6.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Di samping keunggulan yamg dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya.
31
Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Harahap (2002: 298-299), antara lain : 1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2.
Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan analisis seperti : a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3.
Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4.
Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.
5.
Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode yang digunakan berbeda maka perbandingan dapat menimbulkan kesalahan.
2.5.3
Jenis-jenis Rasio Keuangan
32
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Apabila dilihat dari sumbernya dimana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolonkan menjadi enam jenis menurut (Copeland dan Weston, 1999: 225), yaitu : 1.
Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.
2.
Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.
3.
Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya.
4.
Rasio
Profitabilitas,
adalah
rasio
yang
mengukur
aktivitas
manajemen yang diyunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi perusahaan. 5.
Rasio Pertumbuhan, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memepertahankan
posisi
ekonominya
di
dalam
pertumbuhan ekonomi dan industri. 6.
Rasio
Penilaian,
adalah rasio
uang mengukur
kemampuan
manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang malampui pengeluaran biaya investasi. Sedangkan menurut Riyanto (1997: 330) rasio dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
33
1.
Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang bersumber atau yang berasal dari neraca.
2.
Rasio-rasio laporan laba / rugi (income statement ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba / rugi.
3.
Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratios), yaitu rasio-rasio yamg disusun dari data yang berasal dari neraca dan data yang berasal dari laporan laba / rugi.
2.6 Kinerja Perusahaan Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat melalui analisis laporan keuangannya. Analisis laporan keuangan adalah suatu perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa depan. Rasio-rasio tersebut digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yang dilihat dari kondisi keuangan perusahaan tersebut antara lain: rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio leverage. 1. Rasio Profitabilitas (X1) Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan mempergunakan penjualan, aset atau modal yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Weston dan Brigham (1993: 304) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
34
Mengukur tingkat pengembalian atau hasil penjualan atau investasi yang ditanamkan. Menurut Satria (1994: 51) rasio profitabilitas dapat dihitung dengan :
ROE =
Laba Bersih Modal Sendiri
Pengukuran ini menggunakan skala rasio 2. Rasio Likuiditas (X2) Likuiditas adalah kemampauan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi. Jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar suatu perusahaan atas kewajiban yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar yang besar sehingga memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi dikatakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekuatan utuk membayar dikatakan ada pada kondisi tidak likuid. Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Menurut Satria (1994: 51) rasio likuiditas dapat dihitung dengan : Current Ratio =
Aktiva Lancar Hu tan g Lancar
Pengukuran ini menggunakan skala rasio 3. Rasio Aktivitas (X3) Mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Menurut Satria (1994: 51) rasio aktivitas dapat dihitung dengan:
35
Sales Turn Over =
Penjualan Total Aktiva
Pengukuran ini menggunakan skala rasio 4. Rasio Leverage (X4) Leverage merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Leverage keuangan adalah penggunaan utang,apabila hasil pengembalian atas aktiva yang ditunjukkan oleh besarnya rentabilitas ekonomis lebih besar daripada biaya utang maka leverage itu menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal (rentabilitas modal sendiri) ini juga akan meningkat (Sawir, 2005: 13). Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 59),Rasio Leverage atau rasio utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai utang atau oleh pihak luar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau difinansir oleh pihak luar atau dengan kata lain finansial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Menurut Satria (1994: 51) rasio leverage dapat dihitung dengan menggunakan:
Debt Ratio =
Hu tan g Total Aktiva
Pengukuran ini menggunakan skala rasio. Menurut Husnan (1992: 560) rasio leverage adalah mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
36
kewajiban keuangannya. Beberapa rasio yang mungkin dipergunakan diantaranya adalah : 1.
Rasio Hutang Rasio hutang dihitung berdasarkan atas hutang jangka panjang (termasuk kewajiban membayar sewa guna atau leasing), dan total hutang. Rasionya dinyatakan sebagai berikut : Rasio hutang =
2.
Hu tan gjangkapanjang + sewaguna Hu tan gjangkapanjang + sewaguna + mod alsendiri
Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Dinyatakan dalam rasio ini : Debt to Equity Ratio =
3.
Totalkewaj iban Modalsendi ri
Time Interest Earned Rasio ini mengukur seberapa banyak laba operasi (kadang juga ditambah dengan penyusutan) mampu membayar bunga hutang. Dinyatakan dalam rumus : Time Interest Earned =
4.
Labaoperasi (+ penyusu tan) bunga
Debt Service Coverage Kewajiban finansial yang timbul karena menggunakan hutang tidak hanya karena membayar bunga dan sewa guna (leasing). Ada juga
37
kewajiban dalam bentuk pembayaran angsuran pokok pinjaman. Debt Service Coverage di rumuskan : DSC =
( Labaoperasi + penyusu tan) angs. pokokpinjaman bunga + sewaguna + (1 − t )
Fluktuasi bisnis perusahaan berdampak besar terhadap pemilik equitas bila sebagian modal perusahaan diungkit (are leveraged) oleh hutang. Oleh karena itu leverage keuangan meningkatkan resiko pemilik modal. (Beard dan Dess, 1979 didalam Martono, 2002) mengembangkan suatu pendekatan lain dalam mengukur pendekatan lain dalam mengukur rasio leverage keuangan.
Perusahaan memasukan unsur leverage keuangan
industri (RLt) sebagai penimbang dari rasio leverage keuangan tradisional. Selanjutnya rasio leverage keuangan tersebut dinamakan leverage keuangan industri dijadikan sebagai penimbang rasio leverage keuangan tradisional. Konsep analisis rasio tertimbang ini sekaligus mencerminkan bagaimana perusahaan melakukan benchmarking terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Wright et al (1996) didalam Martono, 2002) mengemukakan bahwa
competitive benchmarking merupakan proses
perbandingan kinerja perusahaan dengan pesaing utama atau industri. Interprestasi rasio leverage keuangan tertimbang (RLT) pada dasarnya sama dengan rasio leverage keuangan perusahaan (RLP), perbedaannya adalah bahwa rasio leverage keuangan tertimbang (RLT) telah memasukan unsur benchmarking. Nilai rasio leverage keuangan tertimbang (RLT) lebih dari 1 menunjukkan bahwa rasio leverage keuangan industri (RLI). Nilai rasio
38
leverage keuangan tertimbang (RLT) sama dengan 1 mencerminkan bahrasio leverage keuangan perusahaan (RLP) sama dengan rasio leverage keuangan industri (RLI), sedangkan nilai rasio leverage keuangan tertimbang (RLT) kurang dari 1 menunjukan bahwa rasio leverage keuangan perusahaan (RLP) kurang dari rasio leverage keuangan industri (RLI). Leverage keuangan tertimbang adalah perbandingan antara total hutang per modal sendiri dari perusahaan individual dengan total hutang per modal sendiri dari perusahaan industri secara keseluruhan. (Rachmanda, 2004). Leverage Keuangan Tertimbang =
(TotalHu tan g / Modalsendiri) P (TotalHu tan g / Modalsendiri) I
2.6 .1.Rasio Leverage Keuangan tertimbang
Rasio leverage menyatakan sumber modal perusahaan-modal pemilik atau kreditor luar. Istilah leverage mengacu pada kenyataan bahwa menggunakan modal dengan bunga tertentu akan memperbesar keuntungan atau kerugian buat modal pemegang saham biasa. Penggunaan leverage dalam pembiayaan akan meningkatkan pula resiko bagi pemegang saham karena leverage dapat meningkatkan variabilitas return dan dapat meningkatkan kemungkinan kesulitan keuangan yang berakhir pada kebangkrutan. Akan tetapi penggunaan leverage dapat pula meningkatkan hasil bagi pemegang saham karena subsidi atas beban bunga dari hutang. Karena kekurangan dan kelebihan dalam penggunaan hutang ini, maka perusahaan harus menyeimbangkan bentuk pembiayaan yang berasal dari hutang dan modal sendiri.
39
Semakin tinggi nilai rasionya menunjukkan alokasi yang terlalu besar (berlebihan) pada pos ini (hutang) akan berakibat buruk bagi perusahaan karena kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, berarti semakin tinggi resiko kegagalan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Sebaliknya, semakin rendah nilai rasionya, menunjukkan alokasi yang terlalu sedikit pada pos hutang juga akan menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk mengalokasikan dana tersebut pada pos lain yang dapat memberikan keuntungan melebihi bunga yang harus dibayar oleh perusahaan (Helfert, 1996: 97). Rasio leverage keuangan perusahaan (RLP) dapat diukur dengan menggunakan: RLp =
Totalhu tan g Total mod al
Suatu pendekatan lain dalam mengukur rasio leverage keuangan dikemukakan oleh Bread and Dess (1979) didalam Martono (2002). Perusahaan memasukkan unsur leverage keuangan industri (RLI) dijadikan sebagai penimbang dari rasio leverage keuangan tradisional. Selanjutnya rasio leverage keuangan tersebut dinamakan rasio leverage keuangan tertimbang. Rasio leverage keuangan tertimbang (RLT) diukur dengan rumus sebagai berikut : RLT =
RasioLeverageKeuanganperusahaan Rasioleveragekeuanganindustri
RLT tersebut mencerminkan bahwa semakin tinggi rasio leverage keuangan tertimbang, berarti proporsi pendanaan melalui hutang yang dipakai perusahaan individual lebih tinggi dibandingkan rasio leverage keuangan industri. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan:
40
a. Perusahaan akan dihadapkan pada resiko finansial lebih tinggi dibandingkan dengan resiko finansial yang dihadapi oleh industri; b. Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba juga meningkat lebih tinggi daripada industri. Hal ini mengarah adanya hubungan yang positif antara rasio leverage keuangan tertimbang terhadap ROE perusahaan. 2.6.2 Rasio Profitabilitas Industri
Menurut Beard dan Dess (1979) konsep profitabilitas industri mengacu pada dua perspektif ,yaitu dilihat dari kepentingan manajemen dan kepentingan pemilik modal. ROA dan ROE digunakan untuk kepentingan manajemen dalam mengukur profitabilitas. Kemudian Beard dan Dess (1979) memperluas ruang lingkup dari ROA dan ROE perusahaan ke ROA dan ROE industri. Hal ini dengan asumsi bahwa seluruh perusahaan dalam industri dianggap sebagai suatu perusahaan induk yang memiliki banyak anak perusahaan. ROE Industri =
( Labasetela hPajak / TotalEquit y ) It ( LabaSetela hPajak / TotalEquit y ) It − 1
Beard and Dess (1979) menempatkan ROA dan ROE Industri sebagai variabel bebas, bukan sebagai variabel terikat. Argumentasi mereka dapat dijelaskan melalui interpretasi ROA dan ROE industri. Keunikan dari Interpretasi rasio profitabilitas industri yang diukur dari ROA dan ROE industri adalah rasio ini mencerminkan daya tarik bisnis (businiess attractiviness). Semakin tinggi rasio ini akan cenderung menarik pendatang baru untuk memasuki industri, demikian juga sebaliknya, semakin rendah
41
rasio ini semakin tidak menarik bagi pendatang baru dalam industri akan menyebabkan persaingan semakin tajam sehingga semakin berat bagi suatu perusahaan untuk mempertahankan tingkat profitabilitasnya. Dengan artian adanya pengaruh yang positif antara profitabilitas industri dengan ROE perusahaan.
2.7.1 Pengaruh ROE Industri Terhadap ROE perusahaan
Dalam penelitian Martono (2002), pengukuran pengaruh profitabilitas (ROE) industry terhadap ROE perusahaan menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Pengaruh positif menunjukkan bahwa profitabilitas industry memiliki pola searah dengan profitabilitas perusahaan, artinya kenaikkan profitabilitas industry mempunyai pengaruh terhadap kenaikan profitabilitas perusahaan akan tetapi tidak semua perusahaan mengalami hal tersebut.Hasil ini sesuai dengan studi Beard dan Dess (1979) didalam Martono (2002) bahwa ROE industri berpengaruh positif terhadap ROE Perusahaan. Berpengaruh positif disini yaitu mengarah pada laba yang diterima oleh industri meningkat maka laba yang dihasilkan oleh perusahaan juga mengalami peningkatan, hal itu dikarenakan bahwasannya investor menanamkan modalnya tidak melihat dari profitabilitas pada perusahaanya, melainkan melihat pada profitabilitas industrinya. Padahal tidak semua perusahaan mengalami kenaikan apabila indutri mengalami kenaikan. Dari hasil yang didapatkan dari teori-teori diatas maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan yaitu bila pengaruh antara profitabilitas industry berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROE Perusahaan menandakan dengan naiknya tingkat profitabilitas industry maka tingkat ROE Perusahaan akan
42
naik juga karena perhitungan profitabilitas industry didapatkan dari profitabilitas yang didapatkan perusahaan juga sehingga bila tingkat profitabilitas perusahaan naik maka tingkat profitabilitas industry juga akan naik, . 2.7.2 Pengaruh Leverage Terhadap ROE Perusahaan
Secara teori pengaruh leverage keuangan terhadap ROA perusahaan dapat bersifat negatif atau positif, teori yang menyatakan tersebut didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan hutang akan mengurangi laba yang terkena pajak, sehingga
dipandang
lebih
menguntungkan
perusahaan
karena
terdapat
penghematan pajak. Argumentasi tersebut mengacu pada teori Miller dan Modigliani dengan mempertimbangkan pajak perusahaan. Gapensky and Dave, (1999: 427). Rasio leverage menyatakan sumber modal perusahaan-modal pemilik atau kreditor luar. Istilah leverage mengacu pada kenyataan bahwa menggunakan modal dengan bunga tertentu akan memperbesar keuntungan atau kerugian buat modal pemegang saham biasa. Penggunaan leverage dalam pembiayaan akan meningkatkan pula resiko bagi pemegang saham karena leverage dapat meningkatkan variabilitas return dan dapat meningkatkan kemungkinan kesulitan keuangan yang berakhir pada kebangkrutan. Akan tetapi penggunaan leverage dapat pula meningkatkan hasil bagi pemegang saham karena subsidi atas beban bunga dari hutang. Karena kekurangan dan kelebihan dalam penggunaan hutang ini, maka perusahaan harus menyeimbangkan bentuk pembiayaan yang berasal dari hutang dan modal sendiri.
43
Semakin tinggi nilai dari leverage keuangan akan berpengaruh terhadap ROE namun secara bersamaan juga terdapat resiko bawaan yang cukup tinggi pula pada perubahaan keuntungan. Laba bersih akan menaikkan laba ditahan dan rugi bersih akan menurunkan laba ditahan. Sementara itu, baik deviden tunai maupun dividen saham akan menurunkan laba ditahan. Didalam penggunaan hutang pada industri atau perusahaan, apabila laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan atau industri mengalami kenaikan maka maka laba ditahan juga akan mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan adanya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan atau industri meningkat, maka sebagian besar laba perusahaan atau industri, dipergunakan untuk membayar kewajiban juga mengalami peningkatan yang mana sumber modal tersebut dipergunakan oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas oprasionalnya guna untuk memperoleh laba yang maksimal. Dari hasil yang didapatkan dari fenomena teori-teori diatas maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan yaitu bila leverage keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap ROE perusahaan menunjukkan dengan semakin tingginya tingkat hutang perusahaan maka tingkat profitabilitas perusahaan juga akan naik, hal ini disebabkan karena perusahaan perusahaan dapat menggunakan hutang yang besar dengan efektif untuk menjalankan kegiatan operasional dan bisa menghasilkan laba yang tinggi.
44
45
2.9. Hipotesis
Melihat
perkembangan perusahaan tambang
sekarang ini,
dapat
dirumuskan hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1.
Di duga bahwa Profitabilitas (ROE) Industri berpengaruh positif terhadap ROE pada perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia.
2.
Di duga bahwa Leverage Keuangan Tertimbang berpengaruh positif terhadap ROE pada perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel
penelitian secara operasional
berdasarkan teori yang ada dan pengalaman empiris. Dalam penelitian ini definisi operasional terdiri dari: 1. Variabel Terikat (Y) a. Return On Equity (ROE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Satuan pengukuran yang digunakan adalah prosentase dan termasuk dalam skala rasio yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Return on Equity = 2.
Labasetelahpajak ModalSendiri
Variabel Bebas (X) a. Profitabilitas Industri (X1)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Ukuran yang banyak digunakan adalah Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). •
ROE Industri adalah laba setelah pajak per total equty dari
perusahaan industri secara keseluruhan. Satuan pengukuran yang
47
digunakan adalah prosentase dan termasuk dalam skala rasio yang dirumuskan sebagai berikut : ROE Industri =
( LabasetelahPajak / TotalEquity ) It ( LabaSetelahPajak / TotalEquity ) It − 1
b. Leverage Keuangan Tertimbang (X2)
Leverage Keuangan Tertimbang adalah perbandingan antara total hutang per modal sendiri dari perusahaan individual dengan total hutang per modal sendiri dari perusahaan industri secara keseluruhan. Satuan pengukurannya dinyatakan dalam kali dan termasuk dalam skala rasio yang dirumuskan sebagai berikut : Leverage Keuangan Tertimbang =
(TotalHu tan g / ModalSendiri ) P (TotalHu tan g / ModalSendiri ) I
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi Yang menjadi populasi dan yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan industri rokok yang meliputi neraca dan laporan laba rugi perusahaan rokok yang go public di BEI selama 4 periode, yaitu tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 yang berjumlah 4 perusahaan b. Sampel Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan rokok yang go public di BEI pada tahun 2005 – 2008. Sampel yang kurang dari 30 tidak dapat diterima untuk analisis yang menggunakan statistic parametik. Teknik penentuan sampel yang dipergunakan dalam penelitian adalah Purposive
48
Sampling, yaitu pemilihan sampel dimana peneliti memilih beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud peneliti yang didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut, yaitu : 1. Memiliki data laporan keuangan terlengkap dalam kurun tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia. 2. Memiliki laba setiap tahun penelitian. Dan perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 3 perusahaan rokok, antara lain: 1) PT. Gudang Garam, Tbk 2) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 3) PT. Bentoel International Investama, Tbk 3. Tahun yang dipergunakan adalah tahun yang mempunyai korelasi terhadap fenomena penelitian, yaitu dalam kurun tahun 2005 sampai dengan tahun 2008
3.3.Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan ke Bursa Efek indonesia. b. Sumber data Sumber data yang diambil dari Bursa Efek Indonesia berupa : Laporan keuangan dalam kurun tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 c. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu suatu cara
49
yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi yang digunakan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang telah ada dan berkaitan dengan penelitian.
3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1 Regresi Linier Berganda
Dalam analisis penelitian ini terdapat tiga variabel yang terdiri dari satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Sehingga teknik analisisnya menggunakan model analisis linier berganda untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan persamaan : Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ei
(Widarjono, 2005: 77)
Dimana : Y
= ROE
X1
= Profitabilitas industri
X2
= Rasio leverage keuangan tertimbang
ß0
= Intersep (konstanta), menunjukkan pengaruh (efek) rata-rata semua variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model Y.
ß1, ß2, ß3 = Koefisien regresi e
3.4.2
= Residual atau kesalahan pengganggu
Uji Asumsi Klasik
Persamaan
regresi
tersebut
diatas
harus
bersifat
BLUE
(Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji
50
F dan uji t tidak boleh bias. Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Best
: Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku terhadap α dan ß.
2. Linier
: Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.
3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya. 4. Estimate : e diharapkan sekecil mungkin. Menurut Gujarati (1995: 13) untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, yaitu : 1. Nilai tengah (mean value) dan komponen penganggu e yang ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol. 2. Varian dari komponen penganggu & harus konstan dalam memenuhi syarat heteroskedasitas. 3. Tidak terjadi autokorelasi antar komponen penganggu. 4. Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik harus menyebar bebas dari komponen penganggunya. Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:
51
A. Multikolinearitas
Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati, 1995: 157) Menurut
Widarjono
(2003:
multikolinearitas berarti adanya
131),
mengemukakan
hubungan
linier
antara
bahwa variabel
independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan .Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi berganda. Deteksi adanya Multikolinearitas : a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) Jika
VIF
melebihi
angka
10,
maka
variabel
tersebut
mengindikasikan adanya multikolinearitas. b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka
15
(Nachrowi dan Usman, 2006: 100)
B. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan varian dari residual atau error yang tidak konstan atau berubah-ubah. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas (Nachrowi dan Usman, 2006: 109) Deteksi adanya Heteroskedastisitas :
52
Pada regresi linier nilsai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank spearman. Menurut Gujarati (1995: 188) rumus rank spearman adalah : Σ di 2
rs = 1 – 6
N(N2 – 1)
Keterangan : di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = Banyaknya data
C. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang menunjukkan batas d adalah 0 dan 4.
53
Gambar 2. Statistik d Durbin – Watson, (Gujarati, 1995: 216)
Menolak Ho Daerah Bukti auto Keragu-
Daerah Keragu-
Menolak H*o Bukti
korelasi positif
raguan
auto korelasi negatif
raguan
Menerima Ho atau H*o atau kedua-duanya
0
dL
dU
2
4-dU
4-dL
4 d
Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi : a. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu dapatkan nilai kritis dL dan du. b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika d < dL
: menolak Ho
d > du
: tidak menolak Ho
dL < d < du : pengujian tidak meyakinkan c. Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi negatif, maka jika d > 4 – dL
: menolak Ho
d < 4 – du
: tidak menolak Ho
4 – du < d < 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif, maka jika
54
d < dL
: menolak Ho
d > 4 – dL
: menolak Ho
du < d < 4 – du
: tidak menolak Ho
dL < d < d u atau
pengujian tidak meyakinkan 4 – du < d < 4 – dL
Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan tes lain (beberapa diantaranya diberikan dalam bentuk soal latihan) atau mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah bahwa suatu sampel yang lebih kecil dari 15 observasi akan menjadi sangat sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti (definitif) mengenai autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir.
3.4.3. Uji Hipotesis 3.4.3.1. Uji Kecocokan Model
Analisis ini digunakan untuk menetahui apakah model analisis tersebut cukup layak digunakan dengan variabel Profitabilitas Industri (X1), Rasio leverage keuangan tertimbang (X2) terhadap digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut :
ROE Perusahaan (Y)
55
1.
H0 : bj = 0 ( tidak terdapat pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y) H1 : bj ≠ 0 (terdapat pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y) Dimana j = 1, 2, 3, k : variabel ke j sampai ke k
2.
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variable
3.
Dengan F hitung sebesar Fhit =
R 2 / ( k − 1) (1 − R 2 ) / ( n − k )
Keterangan : Fhit = F hasil perhitungan R2 = koefisien variabel k = jumlah variabel n = jumlah sampel 4.
Kriteria pengujian sebagai berikut a. Jika Fhitung > Ftabel maka Ho di tolak dan Hi diterima (berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terkait). b. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho di terima dan Hi ditolak (berarti secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terkait).
3.4.3.2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masingmasing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Widarjono, 2005: 58).
56
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut : 1. Ho = β1 = 0,
tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel Xi
terhadap variabel Y. Hi = β1 ≠ 0,
ada pengaruh yang signifikan β dari variabel Xi terhadap
variabel Y. 2. Menentukan Level of Significant ( α/2 ) sebesar 0,025 atau 25 %. 3. thitung =
βi
Se ( βi ) Dimana: βi = koefisien regresi
Se = Standar error
4. Kriteria pengujian sebagai berikut: Jika ttabel ≥ thitung, maka Ho diterima dan Hi ditolak Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak atau Hi diterima.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1
Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah dibentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta, Semarang, Surabaya. Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan di bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
tepatnya tahun 1951, pemerintah
memberlakukan Undang-Undang Darurat No.13 Tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai Undang-Undang. Yaitu Undang-Undang No.15 Tahun 1952 tentang Bursa Efek. Pasar Modal di Indonesia dari Tahun 1977 sampai Tahun 1987 kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersendat-sendatnya perkembangan pasar modal selama ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi harga saham dan saham campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.
58
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut di atas,pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakto 1988), Paket Kebijakan Desember 1988 (Pakdes 1988). 4.1.2
Sejarah Singkat PT Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan , bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisme pada tahun 1956. Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah
59
Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa
saham diswastanisasi menjadi PT.
Bursa
Efek Jakarta
ini
mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM). Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan Jakarta Automated Trading System(JATS), sebuah system perdagangan otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding system perdagangan manual. Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
60
4.1.3
Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional , serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar , teratur dan efisiensi. b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa, trasparan , memiliki integritas yang tinggi serta sebagia institusi yan dinamais dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor. 4.1.4
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Dalam menjalankan kegiatan usaha , Bursa Efek Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undang yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh Badan pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi di PT.Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT.Bursa Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris, yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan.
61
PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang yaitu satu orang Direktur tang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 3 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia
Sumber : PT. Bursa Efek Indonesia
62
4.1.5 1.
Sejarah Perusahaan Obyek Penelitian PT. Gudang Garam Tbk
Perseroan yang semula bernama PT. perusahaan rokok Tjap Gudang “Garam Kediri” (PT.Gudang Garam) didirikan dengan Akta Suroso,SH sebagi wakil Notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 1971 No. 10 di ubah dengan Akta Notaris yang sama anggal 13 Oktober 1971 No.13 dan Akta-Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. J.A 5/197/7 tanggal 17 November 1971, di daftarkan di Pengadilan Negeri Kediri dengan 31/1971 dan No. 32/1971 tanggal 26 November 1971, dan diumumkan dalam tambahan No.586 pada Berita Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971. Anggaran dasar perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan perubahan yang terakhir dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang No 1 Tahun 995 tentang perseroan terbatas dilakukan dengan Akta Wachid Hasyim SH, Notaris di Surabaya, tanggal 19 Juni 1997 No. 58, yang antara lain merubah nama perseroan menjadi PT. Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam (PT Gudang Garam Tbk). Akta ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. C1873.HT.01.04.Th.98 tanggal 19 Maret 1998, di daftarkan dengan No. TDP 13111300014 pada kantor pendaftaran perusahaan Kotamadya Kediri, agenda No. 17/BH.13.11/VI/1998 tanggal 4 Juni 1998 dan diumumkan dalam tambahan No. 4426 pada Berita Negara No. 62 tanggal 4 Agustus 1998.
63
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasarnya, perseroan bergerak di bidang Industri rokok dan yang terkait dengan Industri rokok. Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perseorangan yang didirikan Tahun 1958 dan pada Tahun 1969 berubah status menjadi Firma yang kemudian Tahun 1971 menjadi perseroan terbatas. Operasi komersialnya dimulai tahun 1958. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat di Jl. Semampir II/I, Kediri Jawa Timur. Kantor perwakilan berada di Jakarta Jl. Jenderal A.Yani 79, yang di Surabaya beralamat di Jl. Pengenal 7-15. Dengan ijin Menteri Keuangan No. SI-126/SHM/KMK.10/1990, perseroan telah melakukan penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal dengan jumlah 57.807.800 saham yang memiliki nominal Rp 1000 (rupiah) per saham. Dengan surat PT. Bursa Efek Surabaya No. 372/D-129/BES/VIII/90 tanggal 27 Agustus 1990 telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek Surabaya sebanyak 96.204.400 saham perseroan sejak 27 Agustus 1990. Dengan surat PT. Bursa Efek Jakarta No. S204/BEJ/VI/92 tanggal 24 Juni 1992 telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek Jakarta sejumlah saham yang sama. 2.
PT. HM Sampoerna Tbk
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal
19
Oktober
1963
berdasarkan
Akta
Notaris
Anwar
Mahajudin,SH, No. 69. Akta pendirian perusahaan disahkan oleh menteri Kehaakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. J.A. 5/95/15
64
tanggal 30 April 1964 serta diumumkan dalam lembaran berita Negara republik Indonesia No. 94 Tanggal 24 Nopember 1964. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 18 Juni 2004 dari Deddy Syamri,SH sebagai pengganti Notaris Sutjipto,SH. Sehubungan dengan penurunan modal ditempatkan dan disetor penuh (catatan 14), yang kemudian di ubah dengan Akta No. 82 tanggal 15 Juli 2004 dari Aulia Taufani,SH sebagai pengganti Notaris Sutjipto,SH. Perubahan anggaran dasar ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat keputusan No. C-20646 HT.01.04. Th 2004 tanggal 16 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam daftar perusahaan pada departemen perindustrian dan perdagangan Kotamadya Surabaya No. 085/BH.13.01/Sept/2004 tanggal 8 September 2004. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi Industri perdagangan rokok serta Investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913. di Surabaya sebagai Industri rumah tangga. Pada tahun 1930,Industri rumah tangga ini diresmikan dengan di bentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna. Perusahaan berkedudukan di Surabaya dengan lokasi kantor pusat di Jl. Rungkut Industri Raya No.18, kantor operasional di Jakarta dan mempunyai cabang di Pandaan serta Malang.
65
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan anak perusahaan (bersama-sama di sebut group) memiliki kurang lebih 39.400 orang dan 40.000 orang karyawan tetap masing-masing pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004. Pada tahun 1990, perusahaan melakukan penawaran umum sebanyak 27.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 1000 (rupiah penuh) per saham melalui Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran sebesar Rp 12.600 per saham.
3.
PT. BAT Indonesia Tbk
PT. BAT Indonesia “perseroan” didirikan dalam kerangka undangundang No.1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing yang di buat berdasarkan Akta Notaris Kartini Mulyadi,SH No.199 tanggal 23 September 1979.
Anggaran dasar
perseroan telah memperoleh
persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5/421/20 tanggal 13 Oktober 1979 dan telah di umumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 92 tanggal 16 November 1979. Anggaran dasar perseroan telah beberapa kali di ubah, dan Perubahan terakhir berdasarkan akta Notaris Singgih Susilo,SH No. 9 dan 10 tanggal 6 Agustus 2002 berkaitan dengan perluasan bidang usaha serta jumlah dan susunan dewan Komisaris. Akta no. 9 tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan Surat Keputusan No. C/15697 HT. 01 TH.2003 tanggal
66
20 Agustus 2002. Akta notaris No. 10 telah diserahkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 3 september 2002 dan telah di daftarkan pada perusahaan di departemen perindustrian dan perdagangan pada tanggal 23 September 2002. Perseroan bergerak di bidang Industri dan penjualan ekspor impor, distribusi cerutu, rokok dan produk-produk lain yang di buat dengan atau dari tembakau. Perseroan memulai kegiatan komersilnya pada tanggal 17 Agustus 1917 dengan nama N.V Indo Egyptian Cigarette Company. Kantor pusat perseroan masing-masing berlokasi di Cirebon dan Jakarta. Pada tahun 1979, perseroan melakukan penawaran umum perdana saham kepada masyarakat sebanyak 6.600.000 lembar saham atau 30% dari 22.000.000 saham yang di tempatkan dan di setor penuh. Saham yang di tawarkan kepada masyarakat dalam penawaran umum saham tersebut dicatatkan pada bursa efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 20 Desember 1979 dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 16 Juni 1989. Pada tanggal 23 Maret 2000, perseroan mengajukan pernyataan pendaftaran kepada badan pengawas pasar Modal (BAPEPAM) sehubungan dengan penawaran umum terbatas Hak Memesan Efek Terkabih Dahulu (penawaran umum terbatas I) sebanyak 44.000.000 saham perseroan. Pernyataan pendaftaran tersebut menjadi efektif tanggal 24 April 2000 dan hak memesan efek terlebih dahulu telah dilaksanakan sepenuhnya pada tanggal 25 Mei 2000.
67
4.
PT. Bentoel Internasional Investama Tbk
PT. Bentoel Internasional Investama Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 247 tanggal 11 April 1987 dari Misahardi Wilamarta,SH Notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C1219.HT.01.01.Th.89 tanggal 4 Februari 1989 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 10 November 1989 tambahan No. 2990/1989. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan perubahan terakhir pada tahun 2001 berdasarkan Akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa perusahaan No. 102 tanggal 30 Mei 2001 dari Eliwaty Tjitra,SH Notaris di Jakarta. Pemegang saham menyetujui peningkatan modal dasar perusahaan. Akta perubahan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C-01751.HT.01.04.Th 2001 tanggal 8 Juni 2001 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 91 tanggal 13 November 2001 tambahan No. 7129/2001. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan kantor pusat beralamat di menara rajawali lantai 23, Jl. Mega Kuningan Lot # 5.1 Jakarta 12950. sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan antara lain adalah menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum Industri, pembangunan, kehutanan dan jasa. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1980, dan
68
pada saat itu bergerak dalam bidang Industri rotan. Saat ini perusahaan bertindak sebagai induk perusahaan (holding Company). Jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan sebanyak 6.572 dan 10.854 karyawan masing-masing Per 31 Desember 2004 dan 2005.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam analisis ini berasal dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh beberapa perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008, yaitu : Berikut ini adalah gambaran dari hasil fluktuasi Profitabilitas Industri (X1), Profitabilitas Industri Tertimbang (X2) dan perkembangan Variabel terikat ROE. 4.2.1 Profitabilitas Industri (X1) Perusahaan Rokok di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 - 2008
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Ukuran yang banyak digunakan adalah Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). ROE Industri adalah laba setelah pajak per total equty dari
perusahaan industri secara keseluruhan. Satuan pengukuran yang digunakan adalah prosentase dan termasuk dalam skala rasio yang dirumuskan sebagai berikut : ROE Industri =
( Labasetela hPajak / TotalEquit y ) It ( LabaSetela hPajak / TotalEquit y ) It − 1
69
Tabel 2 : Profitabilitas Industri (X1) Perusahaan Rokok di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008 No Nama Perusahaan
Tahun
1 2 3
PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk PT. Bentoel International Investama. Tbk
2005
1 2 3
PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk PT. Bentoel International Investama. Tbk
2006
1 2 3
PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk PT. Bentoel International Investama. Tbk
2007
1 2 3
PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk PT. Bentoel International Investama. Tbk
2008
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Profitabilitas Industri (X1) 0.33177667 2.11987386 1.51235331 1.03626817 0.2633849 8.36292965 0.39232747 4.61469964 0.07710724 1.85838401 1.45396232 1.15242225 0.27752502 2.17392138 1.48530606 1.18104219
Sumber: Lampiran 1 Dari tabel di atas diketahui bahwa pada tahun 2005 untuk Profitabilitas Industri tertinggi terjadi pada triwulan ke II yaitu sebesar 2,119887386 (x), pada tahun 2006 Profitabilitas Industri tertinggi terjadi pada triwulan ke II yaitu sebesar 8,36292965 (x), pada tahun 2007 mencatat Profitabilitas Industri tertinggi terjadi pada triwulan ke II yaitu sebesar 1,85838401 (x), dan pada tahun 2008 Profitabilitas Industri tertinggi terjadi pada triwulan ke II yaitu sebesar 2,17392138 (x).
4.2.2 Leverage Keuangan Tertimbang (X2) Perusahaan Rokok di Bursa Efek Indonesia 2005-2008
70
Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang adalah perbandingan antara total hutang per modal sendiri dari perusahaan individual dengan total hutang per modal sendiri dari perusahaan industri secara keseluruhan. Satuan pengukurannya dinyatakan dalam kali dan termasuk dalam skala rasio yang dirumuskan sebagai berikut : ProfitabilitasIndustriKeuanganTertimbang =
(TotalHu tan g / ModalSendiri ) P (TotalHu tan g / ModalSendiri ) I
71
Tabel 3 : Leverage Keuangan Tertimbang (X2) Perusahaan Rokok Di Bursa Efek Indonesia 2005-2008 No
Nama Perusahaan
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
Sumber: Lampiran 1
Tahun
2005
2006
2007
2008
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Leverage Keuangan Tertimbang (X2) 0.825225097 0.766102173 0.756225869 0.74437326 1.482887456 1.669748291 1.880502757 1.897813904 0.686030716 0.661062763 0.614743329 0.73092277 0.772120645 0.786936081 0.703824848 0.765933051 1.662143813 1.583284193 1.778397007 1.557580447 0.696581001 0.756897617 0.903707767 1.13912301 0.792886519 0.773050458 0.770377128 0.802655756 1.344309188 1.379803139 1.328481602 1.186038758 1.445966979 1.394281093 1.621434094 1.878369483 0.708790607 0.804223203 0.714657812 0.701722973 1.467190769 0 1.326822576 1.364436005 1.646496082 1.840388916 2.070155555 2.101474111
72
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada tahun 2005 untuk Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1,482887456 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.669748291 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.778397007 (x), dan Triwulan IV yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1,482887456 (x). Pada tahun 2006 untuk Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.662143813 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.583284193 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.778397007 (x), dan Triwulan IV yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.557580447 (x). Pada tahun 2007 untuk Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.445966979 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.394281093 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.621434094 (x), dan Triwulan IV
73
yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.878369483 (x). Dan pada tahun 2008 untuk Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.646496082 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1.840388916 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 2.070155555 (x), dan Triwulan IV yaitu pada PT. Bentoel International Investama mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 2.101474111 (x).
4.2.3
ROE Perusahaan (Y) Pada Perusahaan Rokok di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 - 2008
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Satuan pengukuran yang digunakan adalah prosentase dan termasuk dalam skala rasio yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Return on Equity =
Labasetela hpajak ModalSendi ri
74
Tabel 4 : ROE Perusahaan (Y) Pada Perusahaan Rokok di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008
No
Nama Perusahaan
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
1
PT. Gudang Garam Tbk
2
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Tbk
3
PT. Bentoel International Investama. Tbk
Sumber: Lampiran 1
Tahun
2005
2006
2007
2008
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
(Y) ROE Perusahaan 0.53 1.11 1.69 1.96 1.72 3.58 5.49 5.44 0.27 0.39 0.44 0.32 0.27 0.57 0.94 1.05 2.16 4.32 6.85 8.05 0.09 0.24 0.40 0.53 0.42 0.74 1.27 1.50 2.50 4.73 6.85 8.27 0.15 0.33 0.50 0.72 0.35 0.93 1.56 1.95 2.42 0.00 7.27 8.89 0.12 0.26 0.38 0.71
75
Pada tahun 2006 untuk ROE Perusahaan tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi Dari tabel di atas diketahui bahwa pada tahun 2005 untuk ROE Perusahaan tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1,72 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 3.58 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 5.49 (x), dan Triwulan IV yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 5.44 (x). yaitu sebesar 2.16 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 4.32 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 6.85 (x), dan Triwulan IV yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 8.05 (x). Pada tahun 2007 untuk ROE Perusahaan tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 2.50 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 4.73 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 6.85 (x), dan Triwulan IV yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 8.27 (x). Dan pada tahun 2008 untuk ROE Perusahaan tertinggi pada Triwulan I yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu
76
sebesar 2.42 (x), Triwulan II yaitu pada PT. Gudang Garam mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 0.93 (x), Triwulan III yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 7.27 (x), dan Triwulan IV yaitu pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 8.89 (x).
4.3.
Analisis dan Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogrov Smirnov (Sumarsono, 2004;40). Dasar pengambilan keputusan : jika nlai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004;43). Tabel 5: Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
ROE INDUSTRI 48 1.76833 2.032126 .296 .296 -.203 2.050 .000
LEVERAGE TERTIMBANG 48 1.15180 .489333 .227 .227 -.116 1.572 .014
ROE PERUSAHAAN 48 2.10896 2.542466 .232 .232 -.203 1.605 .012
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Lampiran 2 Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data di atas tidak berdistibusi normal, karena nilai Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan diatas 0,05
77
(sig > 5%), yaitu memiliki distribusi normal karena tingat signifikansinya lebih besar dari 0,05. Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data. Tabel 6 : Hasil Uji Normalitas setelah Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
LogX1 48 .0069 1.15775 .197 .128 -.197 1.368 .047
LogX2 48 .0841 .39154 .218 .218 -.152 1.511 .021
LogY 48 .0597 1.23462 .089 .089 -.081 .614 .846
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Lampiran 2 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan melakukan transformasi menunjukkan bahwa semua menunjukkan berdistibusi normal, karena nilai Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan diatas 0,05 (5%).
4.3.2. Uji Outlier
Evaluasi erhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outlier
bila sudah dikombinasikan. Multivariate
78
outliers diuji menggunakan uji Mahalanobis Distance pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis Distance itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah indicator yang digunakan dalm setiap variabel (Hair, 1995 dalm Ferdinand 2002 ; 102-103). Berikut ini hasil uji outlier multivariate : Tabel 7 : Hasil Nilai Mahalanobis Distance Residuals Statisticsa Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
Minimum 16.66 -1.441
Maximum 36.49 2.205
Mean 24.50 .000
Std. Deviation 5.440 1.000
N
2.368
5.685
3.766
.800
48
14.99 -22.633 -1.698 -1.747 -23.982 -1.791 .504 .000 .011
34.81 23.340 1.751 1.812 25.009 1.862 7.568 .064 .161
24.45 .000 .000 .002 .047 .001 2.937 .019 .063
5.387 12.900 .968 1.004 13.882 1.016 1.713 .019 .036
48 48 48 48 48 48 48 48 48
48 48
a. Dependent Variable: NO
Sumber : Lampiran 2 Penelitian ini terdapat 3 variabel, oleh karena itu nilai chi kuadrat χ2 (0,001;3) = 16.26623615. Berdasarkan hasil uji outlier multivariate tersebut diatas menunjukkan bahwa nilai maksimum Mahalanobis yang di hasilkan adalah 7,568 < 16,226, berarti tidak terdapat multivariate outlier karena nilai Mahalanobis Distance yang lebih kecil dari 16,226.
4.3.3. Uji Asumsi Klasik
Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best
79
Linier Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik meliputi asumsi mulikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. 1. Uji Multikolonieritas
Tolerance mengukur variabilitas variable bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variable bebas lainnya jadi nilai tolerance sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Adapun besaran VIF dari masing-masing variable adalah sebagai berikut : Table 8 : Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model 1
(Constant) LogX1 LogX2
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.155 .095 -.052 .081 .720 .239
Standardized Coefficients Beta -.087 .407
t -1.636 -.643 3.005
Sig. .109 .524 .004
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1.000 1.000
1.000 1.000
a. Dependent Variable: Log2Y
Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan table 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi multikolonieritas, karena besaran VIF yang dihasilkan oleh variabel Profitabilitas Industri (X1), dan Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang (X2) lebih kecil dari 10. 2. Uji Autokorelasi
Adanya Autokorelasi dalam model regresi yang artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji statistic yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin Watson. Berikut ini hasil uji Durbin Watson :
80
Table 9 : Hasil Uji Durbin Watson Model Summaryb
Model 1
R R Square .419a .176
Adjusted R Square .139
Std. Error of the Estimate 1.14552
DurbinWatson .953
a. Predictors: (Constant), LogX2, LogX1 b. Dependent Variable: LogY
Sumber : Lampiran 3 Dari tabel Durbin Watson untuk n= 48 dan k= 2 (banyaknya variable bebas) diketahui nilai dU sebesar 1,63 dan 4-dU sebesar 2,37. Nilai dL sebesar 1,46 dan 4-dL sebesar 2,54. Dari hasil perhitungan regresi diperoleh nilai uji Durbin Watson sebesar 0,953 dimana nilai tersebut berada di antara batas atas 0 dan dL (1,31) berarti terdapat gejala auto korelasi. Untuk mengatasi terjadinya masalah autokolerasi pada model regresi tersebut terdapat beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi salah satunya dengan mentransformasikan data. Dengan memasukkan variabel logaritma dari variabel terikatnya. Table 10 : Hasil Uji Durbin Watson setelah transformasi Model Summaryb
Model 1
R R Square .417a .174
Adjusted R Square .137
a. Predictors: (Constant), LogX2, LogX1 b. Dependent Variable: Log2Y
Sumber : Lampiran 3
Std. Error of the Estimate .64278
DurbinWatson 1.577
81
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh nilai uji Durbin Watson setelah transformasi sebesar 1,577 dimana nilai tersebut berada di antara batas atas dL (1,46) dan 4-du (2,37) berarti terdapat gejala auto korelasi. Dari uji Durbin Watson sebesar 1,577 dimana nilai tersebut berada di antara batas atas dL (1,46) dan dU (1,63), berarti tidak terdapat gejala auto korelasi dan berada pada daerah keragu-raguan. 3.
Uji Heteroskedastisitas
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut : Table 11 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations
Spearman's rho
Unstandardiz ed Residual Unstandardized Residual Correlation Coefficient 1.000 Sig. (2-tailed) . N 48 LogX1 Correlation Coefficient .186 Sig. (2-tailed) .206 N 48 LogX2 Correlation Coefficient -.239 Sig. (2-tailed) .102 N 48
LogX1 .186 .206 48 1.000 . 48 .005 .974 48
LogX2 -.239 .102 48 .005 .974 48 1.000 . 48
Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai untuk variabel bebas yaitu lebih besar dari 5 %, ini berarti bahwa tidak ada hubungan variabel bebas dengan nilai residunya, maka penelitian ini tidak terdapat gejala heterokedastisitas.
82
4.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data tabel di atas diperoleh data masukan seperti terlihat pada lampiran. Data masukan ini digunakan untuk menghasilkan perhitungan statistik. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda untuk melihat konsistensi dari pengaruh variabelvariabel independent terhadap variabel dependennya. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah ROE Perusahaan, sedangkan variabel independentnya adalah Profitabilitas Industri dan Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang. Pengujian terhadap hipotesis ini menggunakan uji signifikasi dan dalam pengolahan datanya dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS. Statistik diskriptif berguna untuk mengetahui karakteristik sample yang digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik sample yang digunakan. Berdasarkan statistik diskriptif ini, dapat diketahui jumlah sample yang diteliti, nilai rata-rata sample dan tingkat penyebaran data dari masing-masing variabel penelitian. Tabel 12 : Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Log2Y LogX1 LogX2
Mean -.0952 .0069 .0841
Std. Deviation .69207 1.15775 .39154
N 48 48 48
Sumber : Lampiran 4 Pada data dengan metode regresi linier berganda diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
83
Tabel 13 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) -.155 .095 LogX1 -.052 .081 -.087 LogX2 .720 .239 .407
t -1.636 -.643 3.005
Correlations Sig. Zero-order Partial .109 .524 -.091 -.095 .004 .408 .409
Part -.087 .407
a. Dependent Variable: Log2Y
Sumber : Lampiran 4 Adapun persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y = - 0,155 - 0,052 X1 + 0,720 X2 Interpretasi dari persamaan regresi diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konstanta sebesar - 0,155 Artinya tanpa pengaruh dari variabel Profitabilitas Industri dan Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang maka ROE Perusahaan nya adalah – 0,155. b. Koefisien regresi variabel X1 (Profitabilitas) sebesar - 0,538 Artinya apabila Profitabilitas Industri (X1) berubah sebesar satusatuan mengakibatkan penurunan terhadap ROE Perusahaan (Y) sebesar 0,538 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan begitu pula sebaliknya. c. Koefisien regresi variabel X2 Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang sebesar 0,720 Artinya apabila Profitabilitas Industri Keuangan Tertimbang (X2) berubah sebesar satu-satuan mengakibatkan penurunan terhadap ROE
84
Perusahaan (Y) sebesar - 0,040 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan begitu pula sebaliknya. 4.3.5. Koefisien Determinansi (R2)
Besarnya pengaruh Profitabilitas Industri (X1) , Leverage Keuangan Tertimbang (X2) dan berpengaruh terhadap ROE Perusahaan (Y) dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R-square/R2). Berikut ini nilai koefisien determinasi (R-square/R2). Tabel 14 : Nilai Koefisien Determinansi (R-square/R2) Model Summary
Model 1
Change Statistics Adjusted Std. Error ofR Square R R Square R Square the Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change .417a .174 .137 .64278 .174 4.743 2 45 .014
a. Predictors: (Constant), LogX2, LogX1
Sumber : Lampiran 4 Nilai koefisien determinasi (R-square/R2) yang dihasilkan sebesar 0,174 menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas Industri (X1), dan Leverage Keuangan Tertimbang (X2) dapat menjelaskan ROE Perusahaan (Y) sebesar 17,4% sedangkan sisanya 82,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
4.3.6. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial atau individu terhadap variabel terikat digunakan analisis uji t dengan ketentuan sebagai berikut :
85
a. Hubungan secara parsial antara variabel X1 terhadap Y Dari uji-t atau t-test dari Variabel X1 (Profitabilitas Industri), didapat thitung adalah -0,643 dengan tingkat signifikansi 0,524. Karena probabilitas 0,524 > dari α (0,05), maka Profitabilitas Industri berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE Perusahaan Rokok, sehingga penggunaan variabel bebas atau variabel independent Profitabilitas Industri untuk menganalisis variabel terikat atau variabel dependen tidak dapat dipercaya. b. Hubungan secara parsial antara variabel X2 terhadap Y Dari uji-t atau t-test dari Variabel X2 (Leverage Keuangan Tertimbang), didapat thitung adalah 3.005 dengan tingkat signifikansi 0,004. Karena probabilitas 0,004 < dari α (0,05), maka Leverage Keuangan Tertimbang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE Perusahaan Rokok, sehingga penggunaan variabel bebas atau variabel independent Leverage Keuangan Tertimbang untuk menganalisis variabel terikat atau variabel dependen dapat dipercaya.
4.4.
Pembahasan
a. Variabel Profitabilitas Industri tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE Perusahaan pada perusahaan Rokok yang go publik di BEI tahun 2005-2008. Dikarenakan dengan tingkat signifikansi 0,524. Maka probabilitas 0,524 > dari α (0,05). Ini menunjukkan bila Profitabilitas Industri menurun tetapi ROE Perusahaan rokok tetap mengalami peningkatan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
86
Martono (2002), pengukuran pengaruh profitabilitas (ROE) industry terhadap ROE perusahaan menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Pengaruh positif menunjukkan bahwa profitabilitas industry memiliki pola searah dengan profitabilitas perusahaan, artinya kenaikkan profitabilitas
industry
mempunyai
pengaruh
terhadap
kenaikan
profitabilitas perusahaan akan tetapi tidak semua perusahaan mengalami hal tersebut. Hal ini disebabkan perusahaan Rokok tidak semuanya mendapatkan laba karena ada perusahaan rokok yang mengalami laba sehingga membuat tingkat Profitabilitas Industri menurun, walau Profitabilitas Industri menurun akan tetapi ROE Perusahaan Rokok tetap naik karena beberapa perusahaan rokok seperti PT. Gudang Garam, Tbk, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk, dan PT. Bentoel International Investama, Tbk karena penjualan rokok pada tahun 2005-2008 mengalami peningkatan karena didukung oleh modal yang besar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan rokok. b.
Variabel
Leverage
Keuangan
Tertimbang
memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap ROE Perusahaan pada perusahaan Rokok yang go publik di BEI tahun 2005-2008. Dikarenakan dengan tingkat signifikansi 0,004. Maka probabilitas 0,004 < dari α (0,05) Dari
Ini
menunjukkan dengan meningkatnya hutang maka akan juga meningkatkan laba yang diterima perusahaan rokok. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Gapensky and Dave (1999: 427), secara teori pengaruh leverage keuangan terhadap ROA perusahaan dapat bersifat
87
negatif atau positif, teori yang menyatakan tersebut didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan hutang akan mengurangi laba yang terkena pajak, sehingga dipandang lebih menguntungkan perusahaan karena terdapat penghematan pajak. Argumentasi tersebut mengacu pada teori Miller dan Modigliani dengan mempertimbangkan pajak perusahaan. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang dalam membiayai pertumbuhannya,perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan “earning”nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini disebabkan perusahaan Rokok memiliki kecenderungan menggunakan hutang dengan jumlah yang lebih besar guna meningkatkan investasi ataupun volume penjualan meskipun sebenarnya dengan tingkat hutang tinggi akan semakin besar risiko keuangan yang akan dihadapi perusahaan Rokok sehingga dengan adanya hutang yang besar maka perusahaan Rokok menggunakan laba yang dimiliki untuk membayarnya sehingga hal tersebut akan menurunkan keuntungan para investor. Hal ini akan berdampak positif terhadap ROE Perusahaan Rokok karena penggunaan hutang akan mengurangi laba yang terkena pajak, sehingga dipandang lebih menguntungkan perusahaan karena terdapat penghematan pajak turun sehingga Leverage Keuangan Tertimbang mampu secara nyata memprediksi ROE Perusahaan di masa yang akan datang pada perusahaan Rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan di bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : a.
Variabel Profitabilitas Industri tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE Perusahaan pada perusahaan Rokok yang go publik di BEI tahun 2005-2008. Ini menunjukkan bila Profitabilitas Industri menurun tetapi ROE Perusahaan rokok tetap mengalami peningkatan. Ini bisa dilihat dari PT. BAT, Tbk yang selalu menurun dalam perolehan laba, tetapi perusahaan rokok yang lain tetap memperoleh laba meskipun dengan peningkatan yang tidak terlalu besar.
b.
Variabel
Leverage
signifikan positif
Keuangan terhadap
Tertimbang
terhadap
ROE
memiliki pengaruh Perusahaan
pada
perusahaan Rokok yang go publik di BEI tahun 2005-2008. Ini menunjukkan dengan meningkatnya hutang maka akan juga meningkatkan laba yang diterima perusahaan rokok. Ini dikarenakan karena produksi perusahaan rokok dalam skala besar dan perusahaan rokok membutuhkan banyak dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan pada setiap tahun selalu naik biaya yang harus dikeluarkan.
89
5.2
Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut : a. Dalam melakukan investasi (penanaman modal) pada suatu perusahaan, investor tidak boleh hanya memperhatikan besarnya Profitabilitas Industri, Leverage Keuangan Tertimbang dan size dalam suatu perusahaan. Tetapi juga harus melihat faktor-faktor fundamental lain yang mempengaruhi ROE dan ROA Perusahaan agar dalam berinvestasi
investor tidak
spekulatif dan hanya ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan faktor yang rasional. b. Konsep ROE dan ROA Perusahaan sebagai konsep yang fundamental bagi pengembangan teori pasar modal sebaiknya lebih banyak dipahami oleh investor yang akan menlakukan investasi. c. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama dapat menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan berpengaruh signifikan terhadap ROE dan ROA Perusahaan.