BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta
persamaan dan perbedaan yang mendasari peneliti untuk melakukan pengujian kembali. 1.
Sri Mulyani (2014) Penelitian
ini
dilakukan
untuk
meneliti
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Pada UMKM di Kabupaten Kudus”. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan pendekatan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM di Kabupaten Kudus. Metode pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dengan jumlah sampel 100 UMKM. Hasil penelitian ini memberikan penjelasan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara ukuran usaha terhadap kualitas laporan keuangan UMKM. Sedangkan jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan, dan lama usaha tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keuangan UMKM. Persamaan : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dengan penelitian saat ini adalah meneliti mengenai kualitas laporan keuangan.
10
11
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dengan penelitian saat ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel independen dan kualitas laporan keuangan sebagai variabel dependen. Perbedaan: 1. Jenis perusahaan yang digunakan pada penelitian Mulyani menggunakan seluruh UMKM di Kabupaten Kudus, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Periode pengamatan yang digunakan Mulyani adalah satu tahun pada tahun 2011, sedangkan pada penelitian ini periode pengamatan yang digunakan adalah tiga tahun pada tahun 2012 sampai tahun 2014. 2.
Sri Nurul Fajri (2013) Penelitian ini dilakukan untuk meneliti “Pengaruh ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan dan konsentrasi pasar terhadap kualitas laporan keuangan”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan, struktur kepemilikan dan konsentrasi pasar terhadap kualitas laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 20072010. Total sampel 30 perusahaan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis penelitian ini menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan konsentrasi pasar berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan,
12
tetapi struktur kepemilikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Persamaan: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul dengan penelitian saat ini adalah meneliti mengenai kualitas laporan keuangan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul dengan penelitian saat ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel independen dan kualitas laporan keuangan sebagai variabel dependen. Perbedaan: 1. Periode pengamatan yang digunakan Nurul adalah pada tahun 2007 sampai tahun 2010, sedangkan
pada penelitian ini periode pengamatan yang
digunakan adalah pada tahun 2012 sampai tahun 2014. 2. Jenis perusaahan yang digunakan pada penelitian Nurul menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.
Pancawati Hardiningsih (2010) Penelitian ini dilakukan untuk meneliti “Pengaruh Independensi,
Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Penelitian ini menggunakan 81 perusahaan di BEI selama periode 2005 sampai 2008. Hasil temuan menunjukkan bahwa independensi auditor tidak
13
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial signifikan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sementara komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Peran komite audit ternyata belum efektif dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Komisaris independen ternyata juga belum bisa berperan dalam menyeimbangkan pengambilan keputusan. Persamaan: Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih dengan penelitian saat ini adalah meneliti mengenai kualitas laporan keuangan. Perbedaan: 1. Jenis perusahaan yang digunakan pada penelitian Hardinigsih menggunakan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan pada penelitian ini menggunakan sektor property & real estate yang terdaftar di BEI. 2. Periode pengamatan yang digunakan Hardiningsih adalah pada tahun 2005 sampai tahun 2008, sedangkan pada penelitian ini periode pengamatan yang digunakan adalah pada tahun 2012 sampai tahun 2014. 3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hardinigsih menggunakan variabel independensi, corporate governance, dan kualitas audit sebagai variabel independen, sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, volatilitas penjualan, dan siklus operasi sebagai variabel independen.
14
4.
Zaenal Fanani (2009) Penelitian ini dilakukan untuk meneliti “Kualitas Pelaporan Keuangan:
Berbagai Faktor Penentu dan Konsekuensi Ekonomis”. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama adalah menguji apakah atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan berbeda satu dengan lainnya (tidak terjadi overlap) dengan pengujian regresi auxiliary R² (Gujarati, 2003) dan dilanjutkan analisis faktor. Tahap kedua adalah menganalisis faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan dengan regresi berganda, dan tahap ketiga adalah menguji efek kualitas pelaporan keuangan di pasar modal dengan regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelaporan keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap asimetri informasi. Persamaan: Persamaan pada penelitian yang dilakukan oleh Fanani dengan penelitian saat ini adalah menggunakan ukuran perusahaan, likuiditas, volatilitas penjualan, dan siklus operasi sebagai variabel independen. Perbedaan: 1. Jenis perusahaan yang digunakan oleh Fanani adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pada penelitian ini menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Periode pengamatan yang dilakukan oleh Fanani adalah tahun 2001 sampai tahun 2006, sedangkan pada penelitian ini tahun 2012 sampai tahun 2014.
15
3. Variabel yang digunakan oleh Fanani menggunakan tiga variabel yaitu variabel independen, variabel dependen dan variabel kontrol, sedangkan pada penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. 5.
Andi Kartika dan Hersugondo (2009) Penelitian
ini
dilakukan
untuk
meneliti
“Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh faktor-faktor yang terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2004-2006. Total sampel 118 perusahaan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis metode data yang digunakan adalah regresi linear berganda atau uji pada hipotesis dilakukan untuk mengidentifikasi apakah leverage, likuiditas, profitabilitas, saham publik, dan umur
perusahaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan kelengkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan saham publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan kelengkapan. Variabel independen lainnya seperti leverage, likuiditas, dan usia perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan tertentu terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan kelengkapan.
16
Persamaan: Penelitian yang dilakukan oleh Kartika dengan penelitian saat ini adalah menggunakan profitabilitas dan likuiditas sebagai variabel independen. Perbedaan: 1. Periode pengamatan yang dilakukan oleh Kartika adalah tahun 2004 sampai tahun 2006, sedangkan pada penelitian ini tahun 2012 sampai tahun 2014. 2. Jenis perusahaan yang digunakan oleh Kartika adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pada penelitian ini menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2.2
Landasan Teori Berikut ini beberapa teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian
ini, yaitu : signalling theory, kualitas laporan keuangan, para pengguna dan kebutuhan informasi, faktor-faktor internal yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan. 2.2.1 Signalling Theory Menurut Fahmi (2012:103), signalling theory adalah teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar sehingga memberi pengaruh terhadap keputusan investor. Tanggapan investor terhadap sinyal positif maupun negatif sangat mempengaruhi kondisi pasar dan akan bereaksi dengan berbagai cara menanggapi sinyal tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan harus disajikan secara wajar dan relevan, karena laporan tersebut merupakan cerminan suatu
17
perusahaan tersebut yang dijadikan bahan pertimbangan para investor dalam pengambilan keputusan. Apabila dari informasi yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut mempunyai pengaruh reaksi pasar yang besar maka perusahaan tersebut memberikan sinyal positif. Sedangkan apabila reaksi pasarnya tidak berpengaruh maka perusahaan tersebut dapat dikatakan bahwa memberikan sinyal yang negative. Teori signal (signalling theory) menjelaskan bagaimana seharusnya signalsignal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. Menurut Sari dan Zuhrotun (2006), teori signal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut timbul karena adanya informasi asimetris antara perusahaan (manajemen) dengan pihak luar, dimana manajemen mengetahui informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dibandingkan pihak luar seperti investor dan kreditor. Kurangnya informasi yang diperoleh pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan pihak luar melindungi diri dengan memberikan nilai rendah untuk perusahaan tersebut. perusahaan dapat dengan mudah meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetris, salah satu cara adalah dengan memberikan signal kepada pihak luar dengan cara memberikan informasi laporan keuangan yang handal dan dapat dipercaya sehingga dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahan pada masa yang akan datang.
18
Laporan mengenai kinerja perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan. Adapun motivasi manajemen menyajikan informasi keuangan dalam teori signal ini adalah dapat memberikan signal kemakmuran kepada pemilik saham. Publikasi laporan keuangan tahunan yang disajikan oleh perusahaan akan dapat memberikan signal pertumbuhan deviden atau perkembangan harga saham perusahaan (Kusuma, 2006). Menurut Cahyani (2009) teori signal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat
asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak
eksternal.
Perusahaan/manajer memiliki pengetahuan lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan pihak eksternal. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Kemungkinan lain,
pihak
eksternal yang tidak memiliki informasi akan berpersepsi sama tentang nilai semua perusahaan. Pandangan seperti ini akan merugikan perusahaan yang memiliki kondisi yang lebih baik karena pihak eksternal akan menilai perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya. Sebaliknya akan menguntungkan bagi perusahaan yang kondisinya buruk karena pihak eksternal menilai lebih tinggi dari yang seharusnya. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan cara mengurangi asimetri informasi. Perusahaan memberikan sinyal kepada pihak luar yang dapat berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan
19
datang.
Teori
Signal
melandasi
pengungkapan
sukarela.
Teori
Signal
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa promosi atau informasi lain yang dapat menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati investor dan pemegang saham khususnya jika informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Manajemen juga berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan. Beberapa penelitian akademik menunjukkan semakin besar perusahaan makin banyak informasi sukarela yang disampaikan. Pengungkapan yang bersifat sukarela merupakan signal positif bagi perusahaan. Hubungan Signalling theory dengan penelitian saat ini adalah dapat memberikan bantuan kepada pihak investor atau pihak lain didalam mengambil suatu keputusan pada perusahaan yang akan di tanami modal atau dibeli sahamnnya. Memberikan sinyal kepada pihak luar ataupun investor dalam menilai suatu perusahaan tersebut apakah perusahaan tersebut memberikan sinyal positif atau negatif. Perusahaan dengan sinyal yang positif akan menarik pihak luar ataupun investor untuk dapat memutuskan menanamkan modalnya diperusahaan tersebut dan memberikan informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan haruslah
20
memberikan sinyal positif agar para investor atau pihak luar tertarik pada sahamnnya. 2.2.2 Kualitas Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (IAI,2012:10). Menurut Abdul Halim (2003:12) secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan perusahaan : (1) neraca, (2) laporan laba rugi, dan (3) laporan arus kas. Laporan-laporan keuangan tersebut pada dasarnya ingin melaporkan kegiatankegiatan perusahaan, yaitu : kegiatan investasi, kegiataan pendanaan, dan kegiatan operasional, sekaligus mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Ada empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan yang terdapat dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 25-42 (IAI, 2012:5-8) yaitu : 1.
Dapat dipahami Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk
dapat
dipahami
oleh
pengguna.
Pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2.
Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan jika dapat
21
mempengaruhi
keputusan
ekonomi
pengguna
dengan
membantu
merekamengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. 3.
Keandalan Informasi harus andal (reliable) agar bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4.
Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini
(IAI,2012:11-15): 1.
Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode;
2.
Laporan laba rugi komprehensif selama periode;
3.
Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4.
Laporan arus kas selama periode;
5.
Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan
22
6.
Laporan keuangan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Entitas menyajikan semua komponen laporan keuangan lengkap dengan
tingkat keutamaan yang sama. Entitas dapat menyajikan komponen laba rugi baik sebagai bagian dari laporan rugi komprehensif atau laporan laba rugi terpisah. Jika laporan laba rugi disajikan, maka laporan tersebut merupakan bagian dari komponen laporan keuangan yang lengkap dan disajikan sebelum laporan laba rugi komprehensif. Beberapa entitas menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, suatu kajian keuangan oleh manajemen yang menggambarkan dan menjelaskan karakteristik utama dari kinerja keuangan dan posisi keuangan, dan kondisi ketidakpastian utama yang dihadapi. Laporan tersebut dapat meliputi kajian mengenai: (1) faktor dan pengaruh-pengaruh utama yang menentukan kinerja keuangan, termasuk perubahan lingkungan tempat entitas beroperasi, tanggapan terhadap perubahan dan pengaruhnya, dan kebijakan investasi untuk memelihara serta meningkatkan kinerja keuangannya, termasuk kebijakan dividen; (2) sumber pendanaan entitas dan target rasio liabilitas terhadap ekuitas; dan (3) sumber daya entitas yang tidak diakui dalam laporan posisi keuangan sesuai dengan SAK. Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memgang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang
23
peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang hidup Standar Akuntansi Keuangan. Kualitas laporan keuangan dapat dipandang dari berbagai aspek yang menyertainya. Namun adanya penadangan yang menyatakan bahwa kualitas laporan keuangan berhubungan dengan kinerja perusahaan dan kinerja pasar modal, membawa pada proksi yang lebih sempit pada pengukuran kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan adalah apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami dan memenuhi kebutuhan pemakainya dalam pengambilan keputusan, bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material serta dapat diandalkan, sehingga laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya (Ratih, 2010:16). Kualitas laporan keuangan merupakan sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Laporan keuangan yang berkualitas berguna sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak yang berkepentingan. Pada penelitian ini, pengukuran kualitas laporan keuangan menggunakan konservatisme, dimana konservatisme akuntansi merupakan perbedaan variabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi (Watts, 2003). LaFond dan Roychowdhury
(2007)
menyatakan
bahwa
konservatisme
akuntansi
meliputi penggunaan standar yang lebih tepat untuk mengakui bad news sebagai kerugian dan untuk mengakui good news sebagai keuntungan dan memfasilitasi kontrak yang efisien antara manajer dan shareholders. Oleh karena itu, jika nilai yang dihasilkan bersifat konservatif maka akan menyebabkan kualitas laporan
24
keuangan menjadi rendah karena hal itu akan mengurangi laba yang akan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Menurut Watts (2003), konservatisme dapat diukur dengan operating accruals dan non operating accruals. Pada penelitian ini diukur dengan menggunakan non operating accrual, karena non operating accrual dapat menangkap perbedaan dalam non current asset, investasi non ekuitas jangka panjang bersih, dikurang perubahan dalam non current liabilities, dan hutang jangka panjang bersih. Jika akrual bernilai negatif, maka laba digolongkan konservatif yang disebabkan karena laba lebih rendah dari cash flow yang diperoleh. Itu artinya jika akrual bernilai negatif, maka kualitas laporan keuangan yang dihasilkan akan menjadi rendah. 2.2.3 Para Pengguna dan Kebutuhan Informasi Pengguna laporan keuangan berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 9 (IAI,2012:2-3), yaitu : 1.
Investor Investor membutuhkan informasi untuk membantu menetukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Investorjuga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
2.
Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, karyawan juga tertarik pada informasi yang memungkinkan
25
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. 3.
Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
5.
Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika pelanggan terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan. 6.
Pemerintah Pemerintah membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7.
Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan
(tren)
dan
perkembangan
kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya.
terakhir
26
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan : 1.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah ekuitas, atau jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut beserta kapitalisai pasar sahamnya (Bambang Riyanto, 2008). Perusahaan yang besar akan memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik, sehingga kesalahan estimasi yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil. Perusahaan yang besar akan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan, karena perusahaan yang besar memiliki asset dan memperoleh laba yang besar pula. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ukuran perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total asset yang dimilki, serta kapitalisasi pasarnya dapat berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Menurut Bambang Riyanto (2008:299-300), suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan
27
demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industry. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Abdul Halim, 2007). 2.
Profitabilitas Menurut Abdul Halim (2003:85) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Pengertian profitabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304) menyatakan bahwa “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
28
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Sedangkan menurut Agus Sartono (2008) menyatakan “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan tiga rasio, yaitu : profit margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). Peneliti mengukur profitabilitas menggunakan rasio return on total asset (ROA) dimana rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Laba bersih dibagi rata-rata total asset. 3. Likuiditas Menurut Abdul Halim (2003:79) rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancarnya. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas tinggi memiliki biaya agensi yang lebih tinggi dan membutuhkan pengawasan yang lebih besar, sehingga diprediksi kualitas pelaporan berubah terhadap struktur kapital perusahaan (Leftwich et al. 1981 dalam Fanani, 2009). Menurut kasmir (2012:128),
29
ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: 1. Bisa dikarenakan memang perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. 2. Bisa jadi perusahaan memiliki dana, tetapi pada saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup dana secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan asset lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual asset lainnya). 4.
Volatilitas penjualan Menurut Fanani (2009) penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Volatilitas penjualan adalah derajat penyebaran penjualan atau indeks penyebaran distribus penjualan perusahaan. Volatilitas penjualan yang rendah akan dapat menunjukkan kemampuan laba. Volatilitas penjualan mengindikasikan fluktuasi lingkungan operasi dan kecenderungan yang besar penggunaan perkiraan dan estimasi, menyebabkan kesalahan estimasi yang besar sehingga menyebabkan persistensi laba yang rendah (Dechow and Dichev 2002).
5.
Siklus operasi perusahaan Menurut Fanani (2009) siklus operasi adalah periode waktu ratarata antara pembelian persediaan dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima penjual atau rangkaian seluruh transaksi dimana suatu bisnis
30
menghasilkan penerimaannya dan penerimaan kasnya dari pelanggan. Siklus operasi bersinggungan langsung dengan laba perusahaan, hal ini dikarenakan ada faktor penjualan di dalam siklus operasi. Menurut Dechow dan Dichev dalam Fanani (2009) siklus operasi perusahaan yang makin lama akan menghasilkan kualitas pelaporan keuangan yang lebih rendah karena siklus operasi yang makin lama dapat menimbulkan ketidakpastian dan kesalahan estimasi yang makin besar, sehingga dapat menimbulkan kualitas pelaporan keuangan yang lebih rendah.
2.3
Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, untuk itu disusun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini seperti yang tersaji dalam gambar berikut ini :
Ukuran Perusahaan Profitabilitas Likuiditas
Kualitas Laporan Keuangan
Volatilitas Penjualan Siklus Operasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
31
2.4
Hipotesis Penelitian Hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas laporan keuangan. Ferry dan Jones dalam Ramadhan (2011) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh besarnya penjualan, jumlah total aktiva dan kapitalisasi pasar. Brigham dan Houston (2000) dalam Ramadhan (2011) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun berikutnya. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total asset yang dimiliki, dan total penjualan yang diperoleh, serta kapitalisasi pasarnya dapat berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai asset atau aktiva yang besar maka perusahaan tersebut dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang baik. Semakin besar asset yang dimiliki suatu perusahaan, maka semakin besar pula kualitas laporan keuangan yang dihasilkan, karena perusahaan yang assetnya besar akan memiliki kestabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik, yang dapat menyebabkan kesalahan estimasi yang ditimbulkan kecil. H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
32
2. Pengaruh profitabilitas terhadap kualitas laporan keuangan. Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dalam periode tertentu. Perusahaan yang mengalami laba maka menghasilkan kualitas laporan keuangan yang baik. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami laba dapat dikatakan bahwa perusahaan dapat berkembang sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Profitabilitas yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayarkan devidennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen tapi juga akan memperoleh power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan. Dengan melihat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan dapat diketahui sejauh mana keefektifan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya dalam memperoleh laba perusahaan dan tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi alat ukur bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnis yang dilakukan. H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. 3. Pengaruh likuiditas terhadap kualitas laporan keuangan. Likuiditas adalah analitis untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat
33
ditagih.
Suatu
perusahaan
dikatakan
likuid
apabila
perusahaan
bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Kartika (2009) menyatakan bahwa likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen
dalam
mengelola
keuangan
perusahaan.
Sedangkan,
perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen. Kondisi perusahaan yang sehat ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi dimana hal ini berhubungan dengan pengungkapan yang lebihluas. Hal tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa perusahaan yang secara keuangan kuat, akan cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi. Karena ingin menunjukkan kepada pihak ekstern bahwa perusahaan tersebut kredibel. H3 : Likuiditas berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. 4. Pengaruh volatilitas penjualan terhadap kualitas laporan keuangan. Penjualan adalah bagian penting dari siklus operasi perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Meskipun volatilitas penjualannya tinggi, namun masih dapat menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas di masa yang akan datang karena laba yang dihasilkan tidak mengandung banyak gangguan (noise) (Dechow dan Dichev 2002 dalam Fanani, 2009).
34
Volatilitas penjualan mengindikasikan fluktuasi lingkungan operasi dan kecenderungan yang besar penggunaan perkiraan dan estimasi, menyebabkan kesalahan estimasi yang besar sehingga menyebabkan laba yang rendah karena jika tingkat penyimpangannya yang lebih besar maka akan menimbulkan laba yang lebih rendah. H4 : Volatilitas penjualan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. 5. Pengaruh siklus operasi terhadap kualitas laporan keuangan. Sikluas operasi adalah periode waktu rata-rata antara pembelian persediaan dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima penjual atau rangkaian seluruh transaksi dimana suatu bisnis menghasilkan penerimaannya dan penerimaan kasnya dari pelanggan. Siklus operasi bersinggungan langsung dengan laba perusahaan, hal ini dikarenakan ada faktor penjualan di dalam siklus operasi. Siklus operasi perusahaan yang lama dapat menimbulkan ketidakpastian, estimasi dan kesalahan estimasi yang makin besar yang dapat menyebabkan laba yang rendah. Siklus operasi yang lebih lama menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar, membuat akrual lebih mengganggu dan kurang membantu dalam memprediksi aliran kas di masa yang akan datang. (Dechow dan Dichev 2002 dalam Fanani, 2009). Dechow (1994) dalam Fanani 2009 berpendapat bahwa lama siklus operasi perusahaan adalah penentu volatilitas kapital kerja. Bila siklus operasinya lama, maka perusahaan memerlukan perubahan besar pada
35
tingkat kapital kerja dan aliran kas terealisasi, sehingga akan memberi dampak yang relatif buruk terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, semakin banyak akrual yang bisa digunakan untuk mereduksi masalah penetapan waktu dan penyesuaian aliran kas. H5: Siklus operasi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.