5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hemoglobin (Hb) Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn,2000). Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta. Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Hemeadalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedang globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh.Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan
5
6
jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indek kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kekurangan Hemoglobin menyebabkan terjadinya anemia, yang ditandai dengan gejala kelelahan, sesak napas, pucat dan pusing. Kelebihan Hemoglobin akan menyebabkan terjadinya kekentalan darah jika kadarnya sekitar 18-19 gr/ml. yang dapat mengakibatkan stroke. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari) (detikhealt, 2011). 1. Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiranbutiran darah merah (Costill,1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn,2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin juga dapat dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan yang dipergunakan. Antara cara sahli yang sederhana dengan cara yang lebih modern dengan alat fotometer tentu akan ada perbedaan hasil yang ditampilkan. Namun demikian WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman,2002).
7
Gambar 1.1. Tabel Batas Kadar hemoglobin Kelompok Umur
Batas Nilai Hemoglobin ( gr/dl)
Wanita Dewasa
12.0
Ibu Hamil
11.0
Sumber : WHO dalam arisman 2002
2. Struktur Hemoglobin. Hemoglobin
adalah
metaloprotein
pengangkut
oksigen
yang
mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas ( Evelyn, 2000 ). Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia. Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa
8
dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit hemoglobin
mengandung
satu
heme,
sehingga
secara
keseluruhan
hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah. Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang disebut protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol. Empat gugus mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini ( Nelson dan Cox, 2005 ).
9
Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis( Evelyn, 2000 ).
Gambar 2. 1 : Struktur 3 dimensi Hemoglobin. ( Mc.Kee T dan Mc.Kee JR,2004 )
10
3. Struktur Mioglobin Mioglobin(BM 16700, disingkat Mb) merupakan protein pengikat oksigen yang relatif sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar pada tulang dan otot jantung, membuat jaringan ini berwarna merah yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen dan sebagai pembawa oksigen yang meningkatkan laju transpor oksigen dalam sel otot. Mamalia yang menyelam seperti ikan paus yang menyelam dalam waktu lama, memiliki mioglobin dalam konsentrasi tinggi dalam ototnya. Protein seperti mioglobin juga banyak ditemukan pada organisme sel tunggal. Mioglobin merupakan polipeptida tunggal dengan 153 residu asam amino dan satu molekul heme. Komponen protein dari mioglobin yang disebut globin, merupakan rantai polipeptida tunggal yang berisi delapan α-heliks . Sekitar 78% residu asam amino dari protein ditemukan dalam α-heliks ini. Lipatan rantai globin membentuk celah yang hampir terisi gugus heme. Heme bebas [Fe2+] mempunyai afinitas tinggi terhadap O2 dan dioksidasi searah membentuk hematin [Fe3+]. Hematin tidak dapat mengikat O2. Interaksi nonkovalen antara sisi asam amino rantai dan cincin porfirin nonpolar yang mengandung celah sisi ikat oksigen meningkatkan afinitas heme terhadap O2. Peningkatan afinitas melindungi Fe2+ dari oksidasi dan memungkinkan pengikatan oksigen yang reversibel. Semua asam amino yang berinteraksi dengan heme nonpolar kecuali dua histidin, yang berikatan langsung dengan atom besi heme dan histidin yang lain menstabilkan sisi ikat
11
oksigen. Ketika oksigen terikat pada heme bebas, aksis dari molekul oksigen posisinya pada sudut ikatan Fe-O, berlawanan dengan hal ini, ketika CO2 berikatan dengan heme bebas Fe, C dan O berada pada garis lurus. Kedua kasus tersebut mencerminkan geometri orbital hibridisasi masing-masing ligan. Pada mioglobin, His64 (His E7), pada sisi ikat O2heme, terlalu jauh untuk berkoordinasi dengan heme besi, tetapi berinteraksi dengan ligan yang terikat pada heme. Residu ini disebut distal his, yang tidak berefek pada pengikatan oksigen tetapi dapat menghalangi pengikatan linier CO, menjelaskan pengurangan pengikatan CO ke heme( Nelson dan Cox, 2005).
Gambar 2. 2.: Struktur Mioglobin (Nelson dan Cox, 2005 )
4. Manfaat Hemoglobin. Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel
12
ke paru-paru untuk di keluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam selsel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita,2001). Menurut Depkes RI adapun manfaat hemoglobin antara lain : a) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringanjaringan tubuh. b) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringanjaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. c) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang. 5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah : a) Kecukupan Besi dalam tubuh Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel
13
darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limfa dan sumsum tulang (Zarianis,2006). Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot, sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja (WHO dalam Zarianis, 2006). Menurut Kartono J dan Soekatri M, kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi (Zarianis, 2006). b) Metabolisme Besi dalam tubuh Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam
14
sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5g), mioglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limfa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang di pakai untuk keperluan metabolic dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan non hem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Feritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006). 6. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb). Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang
sering
dikerjakan
di
laboratorium
adalah
yang
berdasarkan
kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksi-hemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10% (Fransisca D.K.,2010).
15
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2% ( Darma, 2008 ). Dengan berkembangnya teknologi alat kesehatan yang semakin canggih selain kedua cara pemeriksaan tersebut, kini telah banyak digunakan pemeriksaan darah lengkap dengan menggunakan alat otomatik yang di kenal dengan nama hematology analyser. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian hasil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin.Perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl. Darma, 2008).
Gambar 2. 3 : Gugus Heme
(
16
B. Anemia Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007). Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi Zat besi (Murgiyanto, 2006). Menurut Wirakusumah, anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin di bawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrommikrositer, kadar besi serum dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Oppusungu, 2009).
17
Menurut Soekirman, anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja ( tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru (Wulansari, 2006). 1. Penyebab Anemia Ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu : (Arisman, 2008). a. Kehilangan darah secara kronis Pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan akibat penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama haid banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Selain itu, kehilangan zat besi dapat diakibatkan karena perdarahan selama persalinan dan setelah persalinan. b. Asupan dan serapan tidak adekuat
18
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian besar penduduk di Negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan bahan makanan tersebut. Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah. c. Peningkatan kebutuhan Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air seni dan kulit. Berdasarkan jenis kelamin, kehilangan zat besi untuk pria dewasa mendekati 0,9 mg dan 0,8 mg untuk wanita. Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan zat besi,serta peningkatan adaptif jumlah persentasi zat besi yang terserap melalui saluran cerna. Namun, jika cadangan zat besi sangat sedikit sedangkan kandungan dan serapan zat besi dalam dan dari makanan sedikit, pemberian suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat penting. 2. Tanda dan gejala Anemia Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa
19
diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia, koilonikia dan patofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menurun (Arisman, 2008). Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunangkunang terutama bila bangkit dari tempat duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas bahkan lemah jantung (Zarianis,2006). C. Nutrisi dan Suplemen Besi (Fe) Makanan diperlukan untuk membina tubuh, mengganti yang sudah aus dan bekerja sebagai bahan bakar untuk menghasilkan panas dan energi. Setiap orang untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup memerlukan lima kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Pemberian gizi yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan.
20
Perlu di perhatikan dalam pemberian nutrisi pada ibu habis melahirkan adalah karena pada persalinan banyak mengeluarkan darah. Pemberian nutrisi dengan kandungan zat gizi yang tinggi kalori dan tinggi protein adalah sangat membantu pemulihan kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan. Kandungan gizi yang diperlukan antara lain : 1. Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori dapat diperoleh dari serealia dan umbi-umbian. 2. Protein sebagai sumber zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-kacangan. 3. Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayuran. 4. Vitamin B complex berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi secara normal. Dapat dijumpai pada serealia, biji-bijian, kacang-kacangan, sayur hijau, telur dan produk susu. 5. Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi, sumbernya terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu. 6. Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat, terdapat pada gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau. 7. Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah, banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam.kembang kol dan brokoli, pada buah-buahan asam folat terdapat pada jeruk, pisang, wortel dan tomat.
21
Selain dari pemberian makanan yang mengandung komposisi Tinggi Kalori dan Tinggi Protein, salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah adalah zat besi. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu meningkatkan Fe di dalam. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A. makanan sumber zat besi umumnya merupakan sumber vitamin A. Fe dari bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe dari bahan makanan nabati (non heme). Penyerapan zat besi heme lebih banyak daripada zat besi non heme, yaitu 20-30% dibanding hanya 2-10% saja untuk sumber dari sayuran. Pemberian suplemen zat besi tambahan kepada pasien post partum yang diberikan umumnya adalah tablet zat besi. Setiap tablet zat besi yang berisi 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 mg besi elemental dan 0.25 mg asam folat. D. Perawatan dan Pengobatan Setelah persalinan normal berlangsung, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemantauan yang dilakukan selama 2 jam di ruang pemulihan. Yang dipantau adalah kesadaran ibu, tekanan darah, dan perdarahan yang terjadi pada
22
vagina. Jika tak ada perdarahan, komplikasi, atau pembengkakan jalan lahir, dan sebagainya, ibu dialihkan ke ruang perawatan. Setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika sejumlah kecil plasenta tertinggal di dalam rahim sehingga rahim tidak dapat berkontraksi, maka darah yang hilang akan lebih banyak. Robekan pada vagina atau serviks juga bisa menyebabkan perdarahan hebat. Perdarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter. Hal ini terjadi ketika plasenta lepas dari rahim tetapi rahim tidak berkontraksi dengan baik, yang disebabkan rahim terlalu tegang atau pemakaian anestesi pengendur otot selama proses persalinan. Untuk membantu kontraksi rahim maka diberikan oksitocin/prostaglandin melalui infus. Jika perdarahan terus berlanjut mungkin perlu diberikan tranfusi darah. Dalam keadaan anemia wanita semakin rentan terhadap terjadinya infeksi sehingga bakteri dalam keadaan normal didalam vagina setelah persalinan bisa menyebabkan infeksi. Pengobatan yang efektif dan tepat setelah persalinan adalah mencegah terjadinya infeksi pada jalan lahir dan perdarahan post partum. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah dan mengobati terjadinya infeksi.Untuk mengatasi terjadinya anemi akibat perdarahan pada saat persalinan dilaksanakan prosedur dasar pencegahan anemi yaitu :
23
1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi Pemberian tablet tambah darah atau lama suplementasi selama 3-4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi. 2. Meningkatkan asupan nutrisi Peningkatan asupan makanan untuk mencukupi nilai gizi dan pemulihan kesehatan bagi penderita anemia adalah makanan yang mengandung zat besi. Makanan sumber zat besi adalah: Hati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan, kangkung, daun katuk, bayam, daun ubi jalar, daun singkong, buncis, kacang panjang. Makanan sumber asam folat : Hati, jamur, pisang, apel. Tinggi protein adalah telur, susu, tahu, tempe dan kacang-kacangan.(sumber brunner dan suddar, 2001 buku ajar keperawatan medical bedah).
24
E. Kerangka Teori
Pasien post partum
Kadar Hb
Anemia
Perawatan dan Pengobatan
Perdarahan
Asupan tidak
Asupan gizi
adekuat
Peningkatan
Suplemen besi
kebutuhan
Gambar 2. 4. Faktor - faktor yang mempengaruhi kadar Hb.
25
F. Kerangka Konsep Kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Perawatan dan Pengobatan
Kadar Hemoglobin
G. Hipotesis. Ha : Ada perbedaan kadar hemoglobin pada pasien persalinan normalsebelum dan sesudah mendapatkan perawatan dan pengobatan. Ho : Tidak ada perbedaan kadar hemoglobin pada pasien persalinan normal sebelum dan sesudah mendapatkan perawatan dan pengobatan.