9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori
1.1.1 Minat Berkunjung Ulang Minat beli kembali di definisikan sebagai purchase intention yaitu keinginan yang kuat untuk membeli kembali (Fullerton dan Taylor dalam Basiya dan Rozak, 2012). Menurut Miller, Glawter, dan Primban dalam Basiya dan Rozak (2012) mendefinisikan purchase intention adalah keadaan mental seseorang yang mencerminkan rencana untuk melakukan beberapa tindakan dalam jangka waktu tertentu. Definisi ini diasumsikan sebagai anteseden langsung dari perilaku. Penerapannya dalam riset terhadap definisi purchase intention adalah pelanggan akan melakukan tindakan pembelian kembali diwaktu yang akan datang sebagai respon langsung dari perilaku paska pembelian dalam jangka waktu tertentu. Purchases intention dalam hubungannya dengan kunjungan wisatawan dalam pembelian jasa pariwisata disebut sebagai behavior attention to visit. Pengembangan konseptualisasi model hubungan antara kualitas pelayanan yang dirasakan, nilai layanan, dan kepuasan serta pengaruh relatifnya terhadap perilaku minat beli (Basiya dan Rozak, 2012). 1.1.2 Pengertian Pariwisata Pariwisata yang memegang peran penting dalam pembangunan negara didukung oleh sumber daya alam dan budaya harus dikelolah dengan manajemen yang baik. Diamati dari pemanfaatan sumber dayanya terhadap pengembangan pariwisata, pariwisata juga berperan penting dalam kemajuan perekonomian
9
10
nasional dan regional. Baik sebagai pemasukan devisa negara maupun sumber lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pariwisata harus dikembangkan dan diarahkan untuk lebih meningkatkan rasa cinta tanah air dan menananmkan nilainilai luhur disamping untuk meningkatkan kegiatan ekonomi. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. 1.1.3 Unsur-unsur Pariwisata Menurut James J. Spillane dalam Dwi Hary Baskoro (2013), ada lima unsur industri pariwisata yang sangat penting, yaitu: 1.
Attractions (daya tarik) Attractions dapat digolongkan menjadi site atractions dan event attractions.
Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangusng sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festivalfestival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah. 2.
Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan) Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena
fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata, wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum. Oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Jenis fasilitas penginapan ditentukan oleh
11
persaingan, setidaknya fasilitas yang ditawarkan harus sama dengan fasilitas yang tersedia di tempat persaingan di pasar yang sama. Jenis fasilitas penginapan juga ditentukan oleh jenis angkutan yang digunakan oleh wisatawan, misalnya perkembangan lapangan pesawat terbang sering menciptakan kebutuhan hotelhotel yang bermutu. Selain itu ada kebutuhan akan Support Industries yaitu toko souvenir, laundry, pemandu, daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan). 3.
Infrastructure (infrastruktur) Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi dibawah dan diatas tanah dari suatu wilayah atau daerah, bagian penting dari infrastruktur pariwisata termasuk: a. Sistem pengairan b. Jaringan komunikasi c. Fasilitas kesehatan d. Sumber listrik dan energi e. Sistem pembuangan kotoran/air f. Jalan-jalan/jalan raya Jika semakin lama suatu tempat tujuan menarik semakin banyak wisatawan, maka dengan sendirinya akan mendorong perkembangan infrastruktur. Dalam kasus lain hal yang sebaliknyalah yang berlaku, perkembangan infrastruktur perlu untuk mendorong perkembangan pariwisata, infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawab maupun rakyat yang juga tinggal
12
disana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata. 4.
Transportations (transportasi) Dalam pariwisata, kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat
dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata, transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata, yang menyebabkan pergerakan seluruh roda industri pariwisata mulai dari tempat sang wisatawan tinggal menuju tempat dimana obyek wisata berada sampai kembali lagi ke tempat asal. 5.
Hospitality (keramahtamahan) Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal
memerlukan kepastian jaminan keaman khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Situasi yang kurang aman mengenai makanan, air, atau perlindungan memungkinkan orang menghindari berkunjung ke suatu lokasi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata. 1.1.4 Sadar Wisata Sadar Wisata adalah pemahaman mendalam dan kesadaran pemikiran untuk menjadi tuan rumah yang baik dari seseorang atau kelompok yang terwujud dari
13
sikap dan tingkah laku yang mendukung pengembangan pariwisata. Program Sadar Wisata dapat ditingkatkan melalui pembinaan, workshop yang menyangkut penerapan Sadar Wisata dan peningkatan citra obyek wisata. Pemberian penyuluhan Sadar Wisata memiliki tujuan: meningkatkan kadar pemahaman masyarakat tentang pariwisata, bertanggung jawab berperan serta dalam mencapai sasaran pengembangan pariwisata. Menggalang sikap dan prilaku menjadi tuan rumah yang baik, menerapkan sapta pesona dalam kehidupan seharihari sehingga mutu dan citra obyek wisata semakin meningkat. Sapta pesona adalah tujuh unsur atau kondisi yang dapat meningkatkan daya tarik pariwisata, yaitu: 1.
Aman Menciptakan keadaan lingkungan dan suasana yang membuat seseorang
merasa tentram, tidak merasa takut atas keselamatan jiwa dan raga, serta bebas dari tindak pidana, kekerasan, dan ancaman, misalnya pencopetan, penipuan, penjarahan dan pemerkosaan. Wajib mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. 2.
Tertib Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap
orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat. Seperti pemberian informasi yang benar dan tidak membingungkan. 3.
Bersih Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan
14
suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, corat-coret, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempattempat yang bersih dan sehat. Seperti pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap dan lain sebagainya. 4.
Sejuk Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan
sejuk, nyaman dan tentram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berbeda di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya. 5.
Indah Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan
sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai sagi, seperti dari sagi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah selalu berjalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa ciptaan Tuhan YME maupun hasil karya manusia. Karena itu kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh umat manusia. 6.
Ramah Tamah Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan suatu keputusan atau sikap. Ramah,
15
merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus. 7.
Kenangan Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan
seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan. Seperti cendramata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa adn dengan harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu tempat. 1.1.5 Teori Berbasis Sumber Daya Teori RBV (Resources Based View) memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki perusahaan. Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Asumsi RBV (Resources Based View) yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
16
Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan. Kriteria VRIN adalah sebagai berikut : a. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis pada perusahaan. b. Langka (R): Sumber daya yang sulit untuk ditemukan diantara para pesaing dan menjadi potensi perusahaan. c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber daya tersebut. d. Non-Substitution (N): Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya. Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslissom (1997,18) mengatakan, terdapat beberapa model penting yang ditunjukkan untuk menggambarkan input strategis bagi langkah suatu perusahaan, dan salah satu diantaranya adalah model berbasis sumber daya untuk profitabilitas tinggi. Pada Gambar 1 dijelaskan model ini mengansumsikan bahwa tiap organisasi merupakan kumpulan sumber daya dan kemampuan unik yang merupakan dasar untuk
memperoleh
sumber
daya
yang berbeda
serta
mengembangkan
kemampuannya yang unik. Karenanya seluruh perusahaan bersaing dalam industri tertentu mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan strategis yang sama. Model ini juga mengansumsikan bahwa sumber daya tidak terlalu mudah
17
berpindah antar perusahaan. Perbedaan dalam sumber daya, yang tidak mungkin didapatkan atau ditiru perusahaan lain, serta cara penggunaannya merupakan dasar keunggulan bersaing. Sumber daya adalah input bagi proses produksi perusahaan, seperti barang, modal, kemampuan para pekerjanya, paten, keuangan dan manajer yang berbakat. Umumnya sumber daya perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu modal fisik, sumber daya manusia dan organisasi. Satu jenis sumber daya saja mungking tidak dapat menghasilkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan, misalnya sepotong mesin canggih hanya dapat menjadi sumber daya yang relevan secara strategis jika digunakan bersama aspek operasi lainnya (seperti pemasaran dan pekerjaan pegawai). Gambar 1 Model Berbasis Sumber Daya Untuk Profitabilitas Tinggi 1. Mengidentifikasikan sumber daya perusahaan. Mempelajari kekuatan dan kelemahannya dibanding dengan pesaing
Sumber Daya Input bagi proses produksi perusahaan
2. Menentukan kemampuan perusahaan apa yang dimiliki sehingga memungkinkan perusahaan untuk lebih baik dari pada pesaingnya
Kemampuan Kapasitas sekumpulan sumber daya yang terintegrasi
3. Tentukan sumber daya dan kemampuan perusahaan dalam hal keunggulan bersaing yang berkesinambungan
Keunggulan Bersaing Yang Berkesinambungan Kemampuan perusahaan untuk mengungguli pesaingnya dalam profitabilitas
4. Memilih strategi yang terbaik yang memungkinkan perusahaan mengeksplorasi sumber daya dan kemampuan relatif terhadap peluang dalam lingkungan eksternal
Pemilihan dan Penerapan Strategi Tindakan yang diambil untuk memperoleh laba yang tinggi
5. Profitabilitas perusahaan tinggi dan mencapai laba diatas rata-rata
Profitabilitas Tinggi Mencapai laba diatas rata-rata
Sumber: Reverensi Michael A. Hitt & R. Duane Irland & Robert E. Hoslissom (1997:18)
18
Melalui kombinasi dan integrasi sekelompok sumber daya dapat mencapai keunggulan bersaing. Kemampuan adalah kapasitas sekumpulan sumber daya untuk secara integratif melakukan suatu tugas atau aktiivitas. Kemampuan adalah hasil dari suatu kelompok sumber daya terintegrasi. Tidak seluruh sumber daya dan kemampuan perusahaan memiliki potensi seagai dasar keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Potensi ini direalisasikan apabila sumber daya dan kemampuan tersebut berharga, langka, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan. Sumber daya (istilah sumber daya juga mencakup kemampuan) adalah berharga hanya jika memungkinkan perusahaan menggunakan kesempatan dan atau menetralisir ancaman dalam lingkungan eksternalnya; Sumber daya disebut langka apabila, jika ada, hanya dimiliki oleh sedikit pesaing yang ada maupun yang mungkin ada, Sumber daya disebut tak dapat ditiru apabila perusahaan lain tidak dapat memperolehnya, serta tidak dapat digantikan jika tidak memiliki equivalen yang strategis. Apabila kriteria-kriteria tersebut dipenuhi, sumber daya dan kemampuan menjadi kompetensi inti dan dapat berlaku sebagi dasar keunggulan bersaing perusahaan, daya saing strategis, dan kemampuannya untuk mendapat laba diatas rata-rata. Trisna Eka Putri, I.A dan N. M. Ariani (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Sadar Wisata dan Penguatan Citra Wisata Melalui Penanaman Tanaman Upakara di Kerambitan Kabupaten Tabanan” menyatakan bahwa Sadar Wisata adalah pengertian yang mendalam pada orang, seorang atau sekelompok orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku yang mendukung pengembangan pariwisata. Jadi pemberian penyuluhan Sadar Wisata memiliki
19
tujuan: meningkatkan kadar pemahaman masyarakat tentang peranan pariwisata bertanggung jawab berperan serta dalam mencapai sasaran pengembangan pariwisata, menggalang sikap dan prilaku masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik. Lenwi Maya Tati Tanjung (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pentingnya Sadar Wisata Untuk Menunjang Kepariwisataan Di Kabupaten Padang Lawas Utara : Studi Candi Portibi” menyatakan bahwa Portibi merupakan suatu daerah atau kawasan yang memiliki potensi, baik untuk dikembangkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Padang Lawas Utara. Portibi mempunyai daya tarik berupa peninggalan bersejarah yang sangat autentik, memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, merupakan peninggalan agama Budha yang dipadukan dengan agama Hindu dari India. Terdapat tiga bangunan berupa 3 candi yang tidak berjauhan dan memiliki kesejajaran pada stupa-stupa nya. Disayangkan pemerintah daerah Kabupeten Padang Lawas Utara kurang memperhatikan kawasan Candi yang sanagat potensial. Percandian ini sudah menjadi kawasan wisata, tapi tidak berkembang, karena hanya dijadikan objek wisata di saat hari-hari besar saja, misalnya hari raya dan ini di kelola penduduk sekitar berganti-gantian tiap tahunnya, tergantung desa manakah yang sanggup untuk memborong tiket yang disediakan. Sangat disayangkan peninggalan sejarah ini di anggur-anggurkan, pemeritah memeng kurang peka akan potensi wisata yang daerah mereka miliki sehingga banyak sekali hal-hal yang menjadi simpang siur dikarenakan sejarah candi tersebut mulai tidak diketahui kebenarannya.
20
Padahal apabila pemerintah kabupaten dan pemerintah daerah lebih jeli melihat aset pariwisata ini, tentu pasti menjadi pemasukan khas pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Harapannya kedepan Pemerintah Daerah maupun masyarakat setempat kawasan Candi Portibi bersama-sama berkontribusi untuk kawasan candi yang sangat potensial ini. Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut. H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan Sadar Wisata pihak pengelolah Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah. 1.1.6 Teori Mill Menurut Mill (2000) dimana produk pariwisata itu sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: 1.
Atraksi (Kemenarikan) Mill (2000) mengatakan “ Attractions, yaitu semua yang menjadi daya tarik
mengapa wisatawan tertarik datang dan berkunjung pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) ”. 2.
Fasilitas (Suasana Fisik) Mill (2000) mengatakan facilities of the tourism destination. Bila accessibility
fungsinya memberi kemudahan untuk berkunjung, maka dalam hal ‘facilities’ fungsinya adalah memenuhi kebutuhan wisatawan selama tinggal untuk sementara waktu di DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang dikunjungi. Fasilitas merupakan
21
faktor yang secara nyata mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk yang ditawarkan. 3.
Aksesibilitas Mill (2000) mengatakan “ accessibities of the tourism destination, yaitu
semua yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk datang berkunjung pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). 2.1.7 Daya Tarik Wisata (Destination Attraction) Produk wisata merupakan sebuah paket yang tidak hanya tentang keindahan atau eksotisme suatu tempat wisata, tapi dalam arti yang lebih luas. produk wisata mencakup daya tarik, fasilitas dalam saat berwisata, dan juga akses menuju tempat wisata tersebut (Ali, 2012). Menurut Basiya dan Rozak (2012), daya tarik tempat tujuan wisata merupakan motivasi utama bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata. Menurutnya destinasi wisata dikelompokkan menjadi empat daya tarik, yaitu : 1.
Daya tarik wisata alam (natural attraction) yang meliputi pemandangan alam daratan, pemandangan alam lautan, pantai, iklim atau cuaca.
2.
Daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction) yang meliputi bangunan dan arsitektur bersejarah, bangunan dan arsitektur modern, arkeologi.
3.
Daya tarik wisata yang dikelola khusus(managed visitor attractions), yang meliputitempat peninggalan kawasan industiseperti yang ada di Inggris, Theme Park diAmerika, Darling Harbour di Australia.
22
4.
Daya tarik wisata budaya (culturalattraction) yang meliputi teater, musium,tempat bersejaah, adat-istiadat, tempat-tempatreligius, peristiwaperistiwa khusus seperti festival dan drama bersejarah(pageants), dan heritage seperti warisan peninggalan budaya.
5.
Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup penduduk di tempat tujuan wisata. Elemen-elemen daya tarik tempat tujuan wisata merupakan pilihan
pengunjung dan yang mendorong bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata. Daya tarik tempat tujuan wisata ini terdiri dari : 1.
Daya tarik wisata alam yang meliputi pemandangan alam daratan, pemandangan alam lautan, pantai, iklim, dan ciri kas geografis lainnya dari tempat tujuan wisata.
2.
Daya tarik wisata berupa bangunan-bangunan yang meliputi bangunanbangunan dengan arsitektur modern, arsitektur bersejarah, monumen, promenades, taman dan kebun, convention center, arkeologi, manage visitor attractions generally, lapangan golf, toko-toko khusus, dan themed retailareas.
3.
Daya tarik wisata budaya yang meliputi history and folklore, religion and art, teater, musik, tari-tarian (dance) dan entertainment lainnya, museum, dan peristiwa-peristiwa khusus sepertifestival dan drama bersejarah(pageants).
4.
Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup, bahasa penduduk di tempat tujuan wisata, serta kegiatan sehari-hari. Produk jasa dikatakan berkualitas atau tidak berkualitas tergantung padapersepsi individu (konsumen) dalam menginterpretasikan jasa yang dibeli atau dikonsumsi. Menurut Koskela
23
(2002) kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap evaluasi atribut produk, kinerja atribut, dan upaya meningkatkan fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk mencapai pelanggan yang baik pada berbagai situasi. Sedangkan persepsi didefinisikan sebagai proses di mana individu memilih, mengorganisir dan menginterpretasikan stimuli (rangsangan) di dalam gambaran tentang dunia yang masuk akal dan berarti (Schiffman dan Kanuk, 2000). Keputusan konsumen didasarkan pada persepsi bukan pada kualitas secara realitas. Suatu produk tidak hanya memiliki mutu bila produk tersebut hanya menahan produk bebasnya saja, namun mutu dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti daya tarik (attractiveness), daya tahan (maintainability) dan mudah dalam penggunaan (ease of use) dan pada khususnya suatu produk harus memuaskan keinginan dari konsumen (Kotler, 2000:112) yaitu dapat memenuhi segala ekspektasi konsumen terhadap sebuah produk. Basiya dan Rozak ( 2012) menyatakan bahwa daya tarik tempat wisata merupakan motivasi utama bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata. Lebih lanjut Witt (1994) mengelompokkan destinasi wisata menjadi 4 daya tarik, yaitu : 1. Daya tarik wisata alam (natural attraction) yang meliputi pemandangan alam daratan, pemandangan alam lautan, pantai, iklim atau cuaca. 2. Daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction) yang meliputi bangunan dan arsitektur bersejarah, bangunan dan arsitektur modern, arkeologi.
24
3. Daya tarik wisata yang dikelola khusus (managed visitor attractions), yang meliputi tempat peninggalan kawasan industi seperti yang ada di Inggris, Theme Park di Amerika, Darling Harbour di Australia. 4. Daya tarik wisata budaya (cultural attraction) yang meliputi teater, musium, tempat bersejaah, adat-istiadat, tempat-tempat religius, peristiwa-peristiwa khusus seperti festival dan drama bersejarah (pageants), dan heritage seperti warisan peninggalan budaya. 5. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup penduduk di tempat tujuan wisata. Penelitian yang dilakukan oleh Basiya R dan Hasan A R (2012) menyimpulkan bahwa daya tarik wisata alam (natural attraction), daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction), daya tarik wisata budaya (cultural attraction), dan daya tarik wisata sosial (social attraction) masingmasing memiliki pengaruh langsung dan positif terhadap kepuasan pengunjung. Basiya R dan Hasan A R (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kualitas daya tarik wisata alam (natural attraction), kualitas daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction), daya tarik wisata budaya (cultural attraction), dan daya tarik wisata sosial (social attraction) memiliki hubungan langsung dan positif terhadap minat berkunjung ulang para pengunjung. Monang Sitorus (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Atraksi, Fasilitas dan Aksesibilitas Terhadap Nilai Pelanggan dan Citra Objek Wisata Danau Toba di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara” menyatakan bahwa atraktivitas dan fasilitas objek wisata dipinggiran Danau Toba Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara sesuai tanggapan pengunjung berada pada
25
kategori menarik namun kurang memadai seperti tenaga pemandu pariwisata masih kurang profesional, kondisi penginapan dan kondisi rumah makan/restoran yang masih dirasakan kurang. Secara parsial atraktivitas memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap nilai pengunjung, artinya kontribusi terhadap nilai maupun terhadap citra yang dirasakan oleh pengunjung lebih tinggi. Atraksi, Fasilitas, Aksesibilitas berpengaruh positif signifikan terhadap citra objek wisata Danau Toba Di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara. Sopyan (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Daya Tarik Wisata Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Berkunjung Ulang Pengunjung Dengan Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening (Studi Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu)” menyatakan bahwa Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa daya tarik wisata, kualitas pelayanan, kepuasan pengunjung, dan minat berkunjung ulang pengunjung Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu tergolong sedang. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel kepuasan pengunjung berpengaruh positif terhadap minat berkunjung ulang (hipotesis 1 diterima), variabel daya tarik berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung (hipotesis 2 diterima), variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung (hipotesis 3 diterima), variabel daya tarik berpengaruh positif terhadap minat berkunjung ulang (hipotesis 4 diterima), variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap minat berkunjung ulang pengunjung (hipotesis 5 diterima). Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.
26
H2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Kemenarikan Fasilitas di Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada Objek Wisata Masjid Agung Jawa Tengah. 2.1.8 Surplus Konsumen Surplus konsumen dalam artian Jarak disini adalah memperkirakan nilai tempat wisata tersebut akan menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh Jarak wisatawan ke tempat wisata tersebut, akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang dikeluarkan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa wisatawan mendapatkan surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan kelebihan kesediaan membayar atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena itu surplus konsumen yang dimiliki oleh wisatawan yang jauh tempat tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah dari pada mereka yang lebih dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut (Suparmoko, 2000:117). Jarak pada penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu Jarak mutlak dan Jarak dalam arti relatif. Jarak mutlak yaitu Jarak yang dapat ditung dengan jelas dengan satuan (km), sedangkan Jarak dalam artian relatif adalah Jarak yang jauh dapat menjadi dekat karena menggunakan berbagai macam pilihan transportasi darat, laut, udara yang membuat Jarak yang jauh menjadi dekat dan cepat untuk sampai ke objek wisata.
27
Fanita Osha Tazkia, Banatul Hayati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Kalianget, Kabupaten Wonosobo Dengan Pendekatan Travel Cost” menyatakan bahwa Distance (Jarak) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah permintaan secara statistik. Bramantyo Wicaksono (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Biaya Perjalanan (Travel Cost), Biaya Perjalanan Ke Objek Wisata Lain, Umur, Penghasilan Perbulan, Dan Jarak Terhadap Permintaan Pengunjung Objek Wisata Pantai Widuri Kabupaten Pemalang” menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan jumlah kunjungan individu sebagai variabel dependen dan lima variabel sebagai variabel independen yaitu variabel biaya perjalanan ke Pantai Widuri, biaya perjalanan ke obyek wisata lain ( Pantai Blendung ), penghasilan perbulan, umur, dan Jarak. Hasil penelitian menyatakan empat variabel berpengaruh siginifikan terhadap jumlah permintaan pariwisata ke pantai Widuri, biaya perjalanan ke objek wisata lain ( pantai Blendung ), penghasilan perbulan, umur, dan Jarak. Sedangkan variabel biaya perjalanan ke Pantai Widuri tidak berpengaruh terhadap jumlah permintaan pariwisata ke Pantai Widuri. Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut. H3 :
Terdapat pengaruh positif signifikan Jarak yang harus ditempuh para wisatawa menuju objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada Objek Wisata Masjid Agung Jawa Tengah.
28
Alfattory Rheza Syahrul (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Daya Tarik, Fasilitas Dan Aksesibilitas Terhadap Keputusan Wistawan Asing Berkunjung Kembali Ke Aloita Resort Di Kab. Kep. Mentawai” menyatakan bahwa Daya Tarik (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan wisatawan asing berkunjung. Fasilitas (X2) berpengaruh signifikan terhadap wisatawan asing untuk berkunjung dan Aksesibilitas (X3) berpengaruh signifikan terhadap keputusan wisatawan asing berkunjung . Dhita Triana Dewi (2010) dalam skripsinya berjudul “Analisis Kunjungan Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang” Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan jumlah kunjungan sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yaitu variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis (Rp), variabel fasilitas, variabel permainan, variabel penghasilan rata-rata per bulan (Rp) dan variabel jarak (km). Setelah dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik, hasilnya menunjukkan data terdistribusi normal dan tidak diperoleh suatu penyimpangan. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 17.0 diperoleh nilai F hitung sebesar 21,272 dengan signifikansi F sebesar 0.000. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai F tabel sebesar 2,31, maka F hitung (21,272) > F tabel (2,31), atau signifikansi F sebesar 0,000 menunjukkan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ke lima variabel independen yaitu harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis, fasilitas, permainan, penghasilan rata-rata per bulan dan jarak
29
secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan obyek wisata Water Blaster diterima. Secara parsial variabel fasilitas, permainan, penghasilan rata-rata per bulan dan jarak berpengaruh signifikan, sedangkan variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis tidak berpengaruh signifikan. Dari ke lima variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan wisatawan adalah variabel permainan. Dengan nilai t hitungsebesar 5,406 dan probabilitas signifikasi sebesar 0,000. Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut. H4 : Terdapat pengaruh positif signifikan secara bersama-sama Sadar Wisata, Kemenarikan Fasilitas, dan Jarak terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah. Suwarti, SE. M.Par. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Pantai Cahaya LumbaLumba Kendal” Analisis yang digunakan adalah uji T-test dan F-test hasil nilai Ttest pada masing-masing ini indikator atau unsur car and natural beauty sebesar 2,62, Variatif sebesar 5,597, scarcity sebesar 4,534, Wholeness sebesar 4,083≥ Ttabel1661 dan sigifikansi 0,00. Terdapat pengaruh daya tarik wisata terhadap minat kunjung wisata pantai cahaya lumba-lumba Kendal. Dan unsur Variatif yang paling berpengaruh terhadap Daya Tarik Wisata Pantai Cahaya Lumbalumba Kendal. Irma Dwiyanti (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Atribut Produk Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan (Studi Pada Batu Night
30
Spectacular Kota Batu)” Alat uji yang digunakan untuk menguji instrumen penelitian ini berupa uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji t. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa variabel kepuasan wisatawan (Y) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel destination attractions (X1) sebesar 0,394 daripada variabel lain yaitu destination facilities and services (X2) sebesar 0,014, accessibilities to the destinations (X3) sebesar 0,026, image of the destinations (X4) sebesar 0,203, dan price to the customers (X5) sebesar 0,338. Dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh atribut produk wisata sebesar 47,5% terhadap kepuasan wisatawan. Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut. H5 : Terdapat pengaruh positif signifikan dan secara dominan Kemenarikan Fasilitas terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah. 1.2
Kerangka Pemikiran
SADAR
H4
WISATA
H1 KEMENARIKAN FASILITAS
H2 H3
JARAK
MINAT BERKUNJUNG KEMBALI
31
1.3
Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah
pustaka (yaitu berdasarkan teori dan penelitian terdahulu), serta merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian diatas dan perumusan masalah yang telah dijabarkan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan Sadar Wisata pengelolah Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah. H2 : Terdapat
pengaruh positif signifikan Kemenarikan Fasilitas di Masjid
Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah. H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan Jarak yang ditempuh pengunjung menuju Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah. H4 : Terdapat pengaruh positif signifikan secara bersama-sama Sadar Wisata, Kemenarikan Fasilitas, dan Jarak terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah. H5 : Terdapat pengaruh positif signifikan dan secara dominan Kemenarikan Fasilitas terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah.