BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kurikulum Kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan yang dilakukan pemerintah dengan niat untuk memperbaiki sistem pendidikan. Meskipun sebenarnya setiap kurikulum pasti ada kekurangan dan perlu dievaluasi agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Kurikulum merupakan perangkat rencana dan peraturan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam Kurniasih & Sani (2014: 6) mendefinisikan bahwa, “Kurikulum adalah suatu perangkat yang dijadikan acuan dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan siswa yang akan dapat diusahakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan secara umum.” Dalam Muzamiroh (2013: 15) menyatakan pengertian Kurikulum di organisasi ada dua, yaitu : Pertama, Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk intitusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kedua, kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan yang dijadikan acuan dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar, berisi petunjuk proses pendidikan dan kompetensi yang harus dimiliki
6
7
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kurikulum diharapkan dapat memberikan perubahan dalam pendidikan, memperbaiki kelemahan kurikulum sebelummya dan mencapai pendidikan nasional yang optimal. 2.1.1 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru dalam pendidikan. Kurikulum 2013 diluncurkan pada tahun 2013 dan berjalan sampai sekarang. Untuk sekolah dasar kurikulum 2013 menonjolkan pembelajaran tematik dengan pendekatan scientifik. Pada awal peluncuran kurikulum 2013 pembelajaran tematik diberikan pada siswa kelas I dan IV. Pengembangan kurikulum 2013 dibuat berdasarkan kelemahan-kelemahan dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran tematik dan penguatan karakter. Dalam Mulyasa (2013: 65) menyatakan, “Pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.” Pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kurikulum 2013 lebih difokuskan pada pembentukan kompetensi dan pengembangan karakter peserta didik. Guru dan siswa harus lebih akrab sehingga guru dapat lebih mengenali peserta didiknya. Pengembangan kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif melalui penguatan sikap, pengetahuan dan keterampilan.
8
2.1.2 Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 Dalam Mulyasa (2013: 64) menyatakan pengembangan kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis, dan konseptual sebagai berikut: 1. Landasan Filosofis a. Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan. b. Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat. 2. Landasan Yuridis a. RPJMM
2010-2014
Sektor
Pendidikan,
tentang
Perubahan
Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum b. PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan c. INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. 3. Landasan Konseptual a. Relevansi pendidikan (link and match) b. Kurikulum berbasis kompetensi, dan karakter c. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) d. Pembelajarn aktif (student active learning) e. Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh Dalam Hidayat (2013: 114) menyatakan landasan pengembangan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
9
1
Aspek Filosofis Landasan filosofis didasarkan atas landasan filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik
dan
masyarakat
serta
kurikulum
berorientasi
pada
pengembangan kompetensi. 2
Aspek Yuridis Pengembangan Kurikulum 2013 mengacu pada RPJMN 2014 sektor pendidikan yang memuat tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum. Instruksi Presiden nomor 11 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional menegaskan bahwa penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan Nilai-nilai Budaya Bangsa untuk Membentuk Daya Saing Karakter Bangsa.
3
Aspek Konseptual Secara konseptual kurikulum dikembangkan memperhatian prinsip relevansi. Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah kurikulum. Artinya apabila prinsip ini tidak terpenuhi dalam sebuah kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada lagi artinya dan kurikulum menjadi tidak bermakna. Prinsip relevansi mengandung arti bahwa sebuah kurikulum harus relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli menyatakan bahwa landasan kurikulum merupakan pijakan awal bagi pengembangan kurikulum yang akan menentukan rancangan dan bentuk kurikulum nantinya. Landasan kurikulum 2013 dilihat dari
10
tiga landasan yaitu filosofis, yuridis dan konseptual. Aspek filosofis dilihat dari nilai-nilai dan kebutuhan peserta didik. Aspek yuridis merupakan landasan atas dasar hukum, peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku mengatur tentang pendidikan dan pembangunan nasional. Sedangkan aspek konseptual merupakan prinsip dasar yang paling dasar dalam sebuah kurikulum. Prinsip ini menyatakan bahwa kurikulum harus relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mempelajari iptek yang benar-benar baru dan sesuai dengan perkembangan zaman. Siswa dituntut untuk tetap dapat mengikuti zaman dengan berhati-hati dalam hal memilih dan menggunakan iptek. Tidak sembarangan menggunakan internet dan media sosial. Teknologi yang ada semata-mata digunakan hanya untuk ilmu dan pengetahuan. 2.1.3 Konsep Pengembangan Kurikulum 2013 Menurut Kurniasih dan Sani (2014:131) menyatakan bahwa ada tiga konsep tentang kurikulum 2013 yaitu: 1 Kurikulum sebagai suatu substansi Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajarmengajar, jadwal, dan evaluasi. 2 Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem Sistem kurikulum merupakan bagian sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara
11
menyusun
suatu
kurikulum,
melaksanakan,
mengevaluasi,
dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap danamis. 3 Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum, mempelajari konsepkonsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum. Menurut Muzamiroh (2013:16) mengemukakan konsep kurikulum meliputi: 1. Sebagai substansi, yang dipandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai. 2. Sebagai
sistem,
merupakan
bagian
dan
sistem
persekolahan,
pendidikan, dan bahkan masyarakat. 3. Sebagai bidang studi, merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Jadi konsep kurikulum ada tiga, yaitu kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem dan sebagai bidang studi. Sebagai substansi yaitu sebagai pandangan pembelajaran, kurikulum sebagai sistem merupakan sistem dalam persekolahan, sebagai bidang studi yaitu sebagai kajian para ahli yang bertujuan untuk
12
mengembangkan ilmu dalam pendidikan. Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kurikulum 2013 lebih mendorong siswa dalam pembentukan sikap, kompetensi dan karakter. Pembentukan kompetensi dan karakter ditandai dengan keikutsertaan siswa dalam pengelolaan pembelajaran yang berkaitan tugasnya dalam menyelenggarakan pendidikan. 2.1.4 Karakteristik Kurikulum 2013 Dalam Muzamiroh (2013:143) menyatakan bahwa karakteristik Kurikulum 2013 yaitu: Karakteristik kurikulum 2013 merupakan suatu yang lazim manakala reformasi kurikulum dilakukan akan membawa perubahan yang cukup signifikan, termasuk perubahan dalam hal karakteristik kurikulum itu sendiri. Karakteristik kurikulum 2013 memang akan mengalami banyak sekali perubahan, baik itu mulai jenjang SD sampai dengan SMA, beberapa materi pelajaran yang dipangkas atau
ditiadakan.
Mulai
tahun
pelajaran
ini
(2013/2014),
kurikulum
SD/SMP/SMA/SMK mengalami perubahan-perubahan antara lain mengenai proses pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah jam pelajaran. Dan berikut ini adalah beberapa hal yang baru yang terdapat pada kurikulum 2013 mendatang diantaranya sebagai berikut: SD-MI (Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah): a) Kurikulum 2013 berbasis pada sains. b) Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
13
c) Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara
sikap,
keterampilan,dan
pengetahuan,
di
samping
cara
pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. d) Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotor melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi. Karakteristik kurikulum 2013 khusus sekolah dasar yaitu berbasis pada sains, maksudnya materi yang diajarkan akan berkaitan dengan sains secara umum. Kemudian K-13 Sekolah dasar berbasis tematik integratif yaitu semua kelas I sampai VI menggunakan pembelajaran tematik dengan kompetensi yang ditekankan yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian k-13 berbasis tes dan portofolio sehari-hari yang saling melengkapi. Dalam Kurniasih dan Sani (2014:57) Karakteristik penilaian kelas dalam kurikulum 2013 sebagai berikut: 1. Belajar tuntas, asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat mencapai kompetensi yang di tentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan. Peserta didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. Untuk kompetensi pada kategori (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
14
2. Autentik, penilaian dikatakan autentik apabila peserta didik diminta untuk menampilkan tugas atau situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna (Mueller,2006). 3. Berkesinambungan Penilaian dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan selama pembelajaran. 4. Menggunakan teknik yang bervariasi Teknik penilaian berupa tertulis/lisan, unjuk kerja, proyek produk, portofolio, pengamatan, dan penilaian diri, disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai. 5. Berdasarkan acuan kriteria Penilaian berdasarkan pada ukuran kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan siswa dilihat berdasarkan kriteria uang ditetapkan dan ketuntasan belajar minimum. Jadi, karakteristik penilaian dalam kurikulum 2013 yaitu belajar tuntas, penilaian autentik, berkesinambungan, menggunakan teknik yang bervariasi dan berdasarkan acuan kriteria. Karakteristik kurikulum 2013 mengacu pada pembelajaran tematik integratif, dengan mengutamakan penilaian lebih mendalam dalam
proses belajar mengajar setiap hari. Melalui penilaian, guru akan
mengetahui pencapaian kompetensi dan hasil belajar siswa. 2.1.5 Keunggulan Kurikulum 2013 Menurut Kurniasih dan Sani (2014:40) menyatakan beberapa keunggulan kurikulum 2013 yaitu :
15
Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi disekolah. Adanya penilaian dari semua aspek Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lainlain. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dan banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan. Hal yang paling menarik dan kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Standar penilaian mengarah pada penilaian berbasis kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala. Tidak memerlukan dokumen kurikulum lebih rinci Sifat pembelajaran kontekstual
16
Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal. Buku, dan kelengkapan dokumen disiapkan. Keunggulan kurikulum 2013 lebih berpusat pada siswa, siswa dituntut lebih aktif, kreatif dan inovatif. Pembentukan karakter pendidikan menjadi acuan dalam pembelajaran. Kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Oleh sebab itu standar penilaian juga berbasis pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sifat pembelajaran kontekstual berdasarkan pengalaman siswa. Buku, dan kelengkapan dokumen juga disiapkan. 2.1.6 Kelemahan Kurikulum 2013 Menurut Kurniasih dan Sani (2014:41) menyatakan beberapa kelemahan kurikulum 2013 yaitu :
Guru banyak salah kaprah, karena beranggapkan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan guru.
Banyak sekali guru-guru yang belum siap belum siap secara merata dengan kurikulum 2013 ini.
Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan sientific
Kurangnya keterampilan guru merancang merancang RPP
Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
Tugas menganalisis SKL, KI, KD, Buku Siswa dan Buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.
17
Tidak
pernahnya
guru
dilibatkan
langsung
dalam
proses
pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi faktor penghambat.
Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia mampu.
Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.
Kelemahan kurikulum 2013 yaitu guru banyak salah kaprah, karena dianggap tidak perlu menjelaskan materi. Banyak guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013. Guru kurang memahami konsep pendekatan scientifik. Proses pengembangan kurikulum 2013 tidak melibatkan guru dan menganggap guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Beban belajar siswa dan guru lebih berat karena banyaknya materi yang harus dikuasai sehingga waktu belajar lebih lama. 2.1.7 Penerapan Pembelajaran Kurikulum 2013 Untuk mendukung keefektifan dan efisiensi pelaksanaan pembelajaran para guru harus menguasai perencanaan, pelaksaan dan evaluasi pembelajaran sesuai kurikulum 2013 SD sebagai berikut:
18
2.1.7.1 Tahap Perencanaan Prastowo (2014:112-115) Pada tahap perencanaan seorang guru harus mampu memilih dan mengembangkan. Dalam proses pemilihan materi, setidaktidaknya ada dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu:pertama, kesesuaian materi dengan struktur kurikulum lintas disiplin; dan kedua, kesesuaian materi dengan perkembangan usia siswa, minat, peristiwa yang paling dekat dengan kehidupan siswa, bahkan konteks lingkungan masyarakat (sosial, budaya, tradisi). Dalam hubungannya dengan hal di atas, tema dapat digali dari berbagai sumber, yaitu: pertama, minat peserta didik; kedua, peristiwa khusus yang sering dirasakan, dilihat, atau didengar oleh siswa; ketiga, kejadian yang tidak didugaduga yang memicu rasa keingintahuan siswa secara lebih mendalam; keempat, materi yang didapatkan oleh lembaga pendidikan bersangkutan, seperti dalam bentuk misi atau harapan tertentu; dan kelima, tentang orangtua anak dan guru. Berbagai sumber materi ini dapat divisualisasikan. Setelah guru melakukan pemilihan tema sesuai dengan kriteria tertentu dan kesesuai dengan isi kurikulum (lintas bidang studi), langkah berikutnya tema tersebut dikembangkan ke dalam sub-subtema atau topik-topik yang relevan. Semuanya ini dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman siswa pada konsepkonsep yang sedang dipelajari. Di sini yang perlu diperhatikan guru adalah bahwa inti dari setiap materi adalah informasi faktual yang diwujudkan dalam sebuah istilah (term), fakta (fact), prinsip (principles) yang relevan dengan materi. Istilah atau term adalah perbendaharaan kata yang harus diketahui oleh siswa untuk menggambarkan objek atau peristiwa yang berhubungan dengan materi. Fakta
19
adalah suatu yang ada, nyata atau yang benar-benar terjadi. Dan, prisip adalah perpaduan fakta-fakta atau hubungan timbal balik di antara fakta-fakta tersebut. 2.1.7.2 Tahap Pelaksanaan Prastowo (2014:115) Pada tahap ini, materi yang telah direncanakan diatas dijadikan sebagai materi pelajaran lintas disiplin. Untuk mencapai efektivitas dalam pelaksanaan pembelajaran, guru disarankan memerhatikan beberapa hal, sebagai berikut: pertama, mengembangkan pembelajaran yang sudah disusun, kemudian memerhatikan kejadian spontan yang ditunjukan oleh siswa terhadap konsep-konsep yang sednag dipelajari, terutama yang dekat hubungannya dengan tema pembelajaran. Kedua, melakukan penilaian terhadap pemahaman dan minat siswa terhadap materi, baik melalui observasi, diskusi kelompok; maupun contoh hasil karya mereka. Ketiga, membantu siswa dalam merefleksikan pemahamannya terhadap isi dan proses pembelajaran, misalnya dengan menugaskan siswa untuk membuat gambar, peta, lukisan, atau karya-karya lain yang telah dipelajari. Keempat, melakukan percakapan dengan siswa mengenai apa yang ingin mereka ketahui tentang materi. Kelima, melakukan komunikasi timbal balik dengan orang tua atau keluarga siswa. Tujuannya adalah memberikan informasi yang bertujuan dengan materi pembelajaran. 2.1.7.1 Tahap Penilaian Prastowo (2014:117) berpendapat tentang penilaian Dalam pembelajaran tematik adalah sebagai berikut. “Penilaian merupakan usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, kesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai, baik berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian (evaluasi) pembelajaran tematik dilakukan pada dua
20
hal, yaitu; pertama, penilaian terhadap proses kegiatan, dan kedua, penilaian hasil kegiatan”.
Dengan
dilaksanakan
penilaian,
guru
diharapkan
dapat;
pertama,
mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan; kedua, memperoleh umpan balik hingga dapat diketahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran; ketiga, memperoleh gambaran yang jelas tentang gambaran pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa; dan keempat, menjadikan acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan). Dan perlu diketahui bahwa penilaian pembelajaran tematik dilaksanakan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang terdapat dalam materi pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian tidak lagi terpadu pada materi melainkan sudah dipisah-pisah sesuai dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran. Penilaian dalam pembelajaran mengikuti ketentuan penilaian yang digunakan dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yaitu menekankan pada kompetensi pembelajaran. “Prastowo (2014:118) berpendapat tentang Penilaian berbasis kelas yaitu penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja siswa (portofolio), dan tes tertulis (paper and pen). Dengan adanya penilaian berbasis kelas, guru mendapatkan potret atau profil kemampuan siswa secara utuh dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Selain itu, hasil penilian tersebut berguna untuk; pertama, umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dan kekurangannya, sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya. Kedua, memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya. Ketiga, memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki proses pembelajarannya di
21
kelas. Keempat, memungkinkan anak mencapai kompetensi yang telah ditentukan, meskipun dengan kecepatan belajar yang berbeda. Dan, kelima, memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan, sehingga meningkatakan partisipasinya”. 2.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Siswa sekolah dasar memiliki karakteristik yang unik dan bermacammacam. Dari berbagai keunikan tersebut maka dibuatlah berbagai macam pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Anak cenderung ingin bermain dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain, karena anak usia dini masih polos dan yang ia tahu hanya bermain. Pada usia sekolah dasar anak cenderung cengeng dan manja, mereka selalu ingin diperhatikan dan dituruti semua keinginannya. Mereka masih belum mandiri dan masih harus dibimbing. Anak juga aktif dalam bergerak, maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan mentalnya anak menjadi hiperaktif, anak juga mempunyai insting sebagai makhluk sosial yang bersosialisasi dengan orang lain terutama teman sebaya. Terkadang mereka membentuk suatu kelompok tertentu untuk bermain. Teori perkembangan menurut Jean Piaget dalam Aunurahman (2012: 76), menyatakan: Menurut Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu periode sensorimotorik (dari lahir), kemampuan pada tahap ini, yaitu terbentuknya konsep kepermanenan objek dan kemampuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah pada tujuan. Periode operasi awal (2 sampai 7 tahun), cirinya yaitu perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia,
22
dan pemikiran masih egosentris dan sentrasi. Periode operasi kongkrit (7 sampai 11 tahun), perbaikan dalam kemampuan untuk berfikir secara logis, kemampuankemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi dapat-balik pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. Periode operasi formal (11 sampai dewasa), pemikiran abstrak dan murni simbolismungkin dilakukan, masalah- masalah dapat dipecahkan
melalui
penggunakan
eksperimentasi
sistematis.
Kecepatan
perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati satu tahap tersebut. Ditinjau dari teori perkembangan di atas anak memasuki tahap perkembangan mulai dari lahir periode sensorimotorik, periode operasi awal, periode operasi kongkrit dan periode operasi formal. Setiap individu pasti akan mengalami setiap tahap tersebut. Dari lahir yaitu tahap sensorimotorik, anak mengalami perkembangan keterampilan perilaku, tetapi perkembangan verbal dan kognitif sangatlah kurang. Pada tahap operasi awal, anak mulai berimajinasi dan berpikir. Hanya saja anak belum bisa menimbang sesuatu dengan benar, artinya apa yang anak lakukan dianggap cara yang paling benar seolah-olah tidak ada alternatif lain. Tahap operasional kongkrit, sejak anak usia tujuh tahun sampai dua belas tahun. Ini adalah tahap perkembangan usia sekolah dasar. Anak mulai berkembang pada keterampilan berpikir logis dan pemecahan masalah. Sedangkan tahap operasi formal, yaitu usia dua belas tahun ke atas. Anak mampu berpikir logis dan matematis, abstrak bahkan mampu memahami hal-hal yang secara teoritik mungkin terjadi tetapi belum pernah terjadi dalam kenyataan.
23
Hal ini menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar berada pada periode operasi kongkrit. Anak usia sekolah dasar berpikir sesuai dengan pengalaman secara langsung. Dari apa yang dipelajari di sekolah anak belajar memahami konsep baru dengan konsep lama. Contoh semua materi yang diperoleh harus dibuktikan dan dilaksanakan agar mereka paham dengan konsep awal yang diberikan. Dengan ini siswa bisa membentuk konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, moral dan sebagainya dalam pembelajaran. Jadi setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan keunikan masing-masing. Anak sekolah dasar umumnya senang diperhatikan, dalam interaksi sosial anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya. Mereka senang apabila orang lain memperhatikan, disini peran guru untuk mengarahkan perasaan anak tersebut untuk bertanya jawab. Selanjutnya anak suka meniru dengan mencari figur yang sering dia lihat dan dianggap keren. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang ingin ditiru tersebut. Sebagai seorang guru harus menjaga tindakan, sikap, perkataan, penampilan yang bagus dan rapi agar meberikan contoh yang baik untuk anak didik kita. Perlu pemilihan metode yang tepat agar siswa dapat memahami apa yang diberikan dan diajarkan oleh gurunya. Siswa sekolah dasar merupakan siswa yang berusia mulai dari 7 sampai dengan 12 tahun. Masa kelas rendah sekolah dasar yaitu usia sekitar 6/7 tahun – 9/10 tahun, sedangkan masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu usia sekitar 9/10 tahun – 11/12 tahun. Karakteristik siswa sekolah dasar usia 7 – 12 tahun menurut Jean Piaget dalam Aunurrahman (2013: 77) menyatakan bahwa: Perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar ada dalam periode operasi kongkret, yaitu sejak usia kurang
24
lebih tujuh tahun sampai 12 tahun, perkembangan skema pada periode ini lebih berupa skema kognitif, terutama yang berkaitan dengan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah. Periode operasi kongkrit tidak hanya memungkinkan anak memecahkan masalah khusus, tetapi juga belajar untuk mempelajari keterampilan dan kecakapan berpikir logis yang membantu mereka memaknai pengalaman. Ini menyatakan bahwa anak SD mulai mampu berpikir logis, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek dalam klasifikasi, mampu mengingat, memahami, dan memecahkan masalah yang bersifat kongkrit. Perkembangan fisik anak SD tampak dari perubahan lebih tinggi, berat, kuat dan perubahan pada sistem gerak. Pada perkembangan bahasa anak SD mulai memiliki tambahan kosakata dan keahlian membaca mulai berkembang. Sedangkan pada perkembangan moral anak SD memiliki perilaku yang banyak dipengaruhi pola asuh orang tua dan perilaku moral lingkungan. Anak SD mulai memiliki kemampuan memahami aturan, norma dan etika di masyarakat. Teman sebaya merupakan sarana untuk mengembangkan moral dan sikap.