BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. MEMORI II.1.1 Defenisi Memori merupakan istilah umum dari suatu proses mental yang menyebabkan seseorang dapat menyimpan informasi untuk
recall
selanjutnya. Jangka waktu untuk panggilan/ recall dapat singkat beberapa detik, atau panjang dalam beberapa tahun (Strub dkk, 2000).
II.1.2 Stage (tahapan) Proses memori terdiri dari 3 tahapan: 1. Registrasi Pada tahap ini informasi diterima dan diregistrasi oleh suatu modalitas
sensorik
tertentu
seperti
sentuhan,
pendengaran
atau
penglihatan. Setelah informasi sensorik diterima dan diregistrasi, informasi tersebut dipertahankan sementara dalam working memory (memori jangka pendek). 2. Penyimpanan Pada tahap ini informasi disimpan dalam bentuk yang lebih permanen (memori jangka panjang). Proses penyimpanan ini dapat ditingkatkan
dengan
pengulangan,
sehingga
dikatakan
bahwa
penyimpanan adalah suatu proses aktif yang memerlukan usaha berupa latihan dan pengulangan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemanggilan kembali (recall) Merupakan tahap akhir dari proses memori. Pada tahap ini informasi yang sudah disimpan dipanggil kembali sesuai permintaan atau kebutuhan (disebut memori deklaratif). (Strub dkk, 2000; Lumbantobing SM, 2006).
II.1.3 Klasifikasi A. Berdasarkan jenis materi yang diingat, memori dibagi atas : 1. Memori prosedural Disebut juga memori implisit. Merupakan bentuk memori yang tidak dapat dinyatakan atau dibawa ke fikiran melalui penglihatan. Bentuk memori ini lebih menekankan pada kemahiran dan recall keahlian kognitif dan motorik setelah suatu prosedur khusus (misal belajar berjalan, mengendarai sepeda, atau mobil). Daerah yang berperan adalah neostriatum, serebellum dan korteks sensorimotor. 2. Memori deklaratif Disebut juga memori eksplisit. Berupa pengetahuan yang dapat dinyatakan dan dibawa ke dalam fikiran selama penglihatan sadar, seperti fakta- fakta, kata, nama dan wajah seseorang, yang dapat dipanggil kembali dari memori, ditempatkan dalam fikiran, dan dilaporkan. Jenis memori ini sangat erat kaitannya dengan fungsi hipokampus dan struktur lobus temporal mesial lainnya. Terbagi menjadi memori episodik dan memori semantik. Memori
Universitas Sumatera Utara
episodik menunjuk kepada kejadian khusus atau pengalaman seseorang, misalnya menghadiri acara pernikahan teman dekat. Memori semantik menunjuk kepada proses belajar dan recall faktafakta dan pengetahuan umum (Kempler, 2005; Tranel dkk, 2009). B. Berdasarkan modalitas materi yang diingat, terdiri dari : 1. Memori verbal Berkenaan dengan proses belajar dan recall informasi yang didapat dari bahasa. 2. Memori non verbal Berhubungan dengan proses belajar dan recall informasi visual, melodi, sensasi sentuh dan bau. (Kempler, 2005; Tranel dkk, 2009). C. Berdasarkan jangka waktu materi diingat, dibagi menjadi : 1. Immediate memory Istilah yang digunakan bila memori dipanggil kembali setelah jangka waktu beberapa detik. Disebut juga immediate recall. Immediate
memory
sangat
bergantung
pada
atensi
dan
konsentrasi. Contoh memori ini adalah mengingat nama baru yang baru saja didengar. Daerah yang berperan adalah daerah asosiasi neokorteks dan prefrontal.
Universitas Sumatera Utara
2. Recent Memory Berkaitan dengan recall memori setelah beberapa menit, jam atau hari. Memori ini ditingkatkan dengan proses belajar dan pengulangan.
Beberapa
peneliti
telah
menemukan
adanya
perubahan pada sinaps, yang disebut dengan long term synaptic potentiation yang dapat menjelaskan keadaan ini. Contoh dari memori ini adalah mempelajari materi baru dan memanggil materi itu setelah beberapa menit, jam, atau hari. Daerah yang berperan adalah lobus temporal medial (hipokampus, amigdala) dan diencephalon (nucleus dorsomedial thalamus dan corpus mamilare dari hipotalamus) (gambar 1).
Gambar 1. Daerah otak yang berperan dalam proses belajar dan memori Dikutip dari: The Brain: Organ of mind. 2003. Available at : http://kybele.psych.cornell.edu
Universitas Sumatera Utara
3. Remote Memory Menunjuk kepada recall kejadian yang telah terjadi bertahuntahun sebelumnya, misalnya mengingat nama- nama guru, dan teman- teman sekolah yang lama, tanggal lahir, dan fakta sejarah. Pada pasien yang mengalami gangguan pada recent memory, remote memory menunjuk kepada recall kejadian- kejadian sebelum onset terjadinya gangguan recent memory. Struktur otak yang terlibat dalam remote memory adalah korteks asosiasi kanan dan kiri. (Strub dkk, 2000 ; Kempler, 2005). Perbedaan dari ketiga jenis memori tersebut dideskripsikan dalam tabel dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Perbedaan beberapa komponen memori A Schematic to differentiate Several Possible Components of Memory Memory Time Phase Name Stage Course Sensory Perception of Immediate Perception recognition information Primary Short term memory
Processing Registration
Few seconds
Short term, working, or immediate memory; phonological loop; visuospatial skerchpad; central executive
Secondary Long term
Storage/learning consolidation
Minutes, hours, days
Recent memory
Retrieval
Years
Remote memory; memory
Required Anatomy
Test
Disease
Basic sensory (neo) cortex Sensory, motor, and Digit span tests association cortex (eg. Language areas for digits); prefrontal cortex; central executive areas
Limbic system; hippocampi and amygdala;mamillary bodies;dorsal medial nuclei of thalamus;cortex for storage and retrieval mechanism old Left and right association cortex
Aphasia
Orientation questions;new learning word lists
Korsakoff syndrome; Alzheimer’s disease
Autobiograhical questions
Alzheimer’s disease
Dikutip dari : Kempler, D. 2005. Neurocognitive disorders in aging. Sage Publications, Inc. California
Universitas Sumatera Utara
II.1.4 Long Term Potentiation Long Term Potentiation (LTP) adalah peningkatan transmisi sinaps yang mengikuti stimulasi berfrekuensi tinggi dari serabut saraf aferen, atau dengan kata lain, suatu peningkatan pada eksitabilitas sel- sel post sinaps yang berlangsung selama beberapa jam, hari atau minggu setelah sel pre sinaps yang berkaitan distimulasi dengan getaran frekuensi tinggi (Curran dkk,2002) Long Term Potentiation (LTP) pertama kali ditemukan di hipokampus dan telah lama diketahui berperan dalam proses belajar dan memori. Proses ini dibangkitkan melalui pengaktifan sinaps dari reseptor post sinaps NMethyl D-Aspartate (NMDA), suatu reseptor glutamat jenis ionotropik, dan depolarisasi post sinaps, yang disebabkan oleh stimulasi berulang pada sinaps. Pada keadaan basal dimana transmisi sinaps berfrekuensi rendah, sinaps melepaskan glutamat yang berikatan pada 2 reseptor glutamat ionotropik yang berbeda, yakni NMDA dan AMPA (α-amino-3-hydroxy-5methyl-4-isoxazole propionic acid), yang terletak pada celah dendrit. Reseptor AMPA memiliki saluran yang permeable terhadap kation monovalen (Na+ dan K+), dan pengaktifan reseptor AMPA menyebabkan ion-ion tersebut masuk dan membangkitkan respons eksitasi sinaps ketika sel berada pada potensial membran istirahat. Sedangkan reseptor NMDA bergantung pada
Universitas Sumatera Utara
voltase yang kuat karena hambatan pada salurannya oleh magnesium pada potensial membran negatif. Akibatnya, reseptor NMDA hanya berperan sedikit pada respon post sinaps selama aktivitas sinaps basal. Pada keadan sel depolarisasi, magnesium terpisah dari tempat ikatannya didalam saluran reseptor NMDA, dan menyebabkan kalsium dan natrium memasuki celah dendrit. Peningkatan kalsium intraseluler dibutuhkan untuk membangkitkan LTP (gambar 2) (Malenka, 2002 ; Citri dkk, 2008).
Gambar 2. Transmisi sinaps pada keadaan istirahat dan depolarisasi Dikutip dari : Malenka, R.C. 2002. Synaptic plasticity. In Davis, K.L., Charney, D., Coyle, J.T. and Nemeroff, C. (eds.). Neuropsychopharmacology: The Fifth Generation of Progress.Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Universitas Sumatera Utara
Ion Kalsium (Ca2+) yang berperan sebagai second messenger melekatkan diri pada protein calmodulin dan enzim Protein Kinase C (PKC) membentuk Calcium calmodulin- dependent protein kinase II (CaMKII) yang dibutuhkan untuk meningkatkan kekuatan sinaps yang berlangsung lama, sehingga memori dapat disimpan dalam jangka panjang (gambar 3) (Malenka, 2002).
Gambar 3. Bentuk transduksi sinyal pada LTP Dikutip dari : Malenka, R.C. 2002. Synaptic plasticity. In Davis, K.L., Charney, D., Coyle, J.T. and Nemeroff, C. (eds.). Neuropsychopharmacology: The Fifth Generation of Progress.Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Universitas Sumatera Utara
II.2. GANGGUAN MEMORI II.2.1 Defenisi Gangguan memori adalah suatu keadaan dimana pasien tidak mampu untuk mempelajari informasi baru atau untuk memanggil kembali informasi yang sudah didapat sebelumnya (Kempler, 2005). Gangguan memori merupakan keluhan kognitif yang paling sering terjadi pada pasien dengan sindrom behavioral organik. Hampir seluruh pasien demensia menunjukkan gangguan memori pada awal gejala timbulnya penyakit (Strub dkk, 2000).
II.2.2 Etiologi Beberapa kondisi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan memori adalah: A. Penyakit degeneratif 1. Demensia kortikal
Penyakit alzheimer
Pick’s disease
Demensia lobus frontal
Demensia frontotemporal
2. Demensia sub kortikal
Penyakit Parkinson
Penyakit Huntington
Universitas Sumatera Utara
Progressive Supranuclear Palsy
3. Kondisi degeneratif lainnya
Demensia yang berhubungan dengan Immunodeficiency virus disease dan Immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS)
Multiple sclerosis
B. Trauma Kepala C. Penyakit serebrovaskular
Stroke
Ruptur aneurisma
Demensia vaskular
D. Keracunan
Alkohol (alcoholic korsakoff’s syndrome atau wernicke korsakoff”s syndrome)
Neurotoksin lain misal logam-logam (seperti timah, air raksa), bahan pelarut bahan bakar, dan pestisida
E. Anoksia/ iskemik F. Herpes simplex encephalitis G. Tindakan operasi, misalnya temporal lobectomy pada pasien epilepsi (Tranel dkk, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Gangguan memori juga bisa berasal dari kelainan non neurologis, misalnya pada pasien depresi, dan penyakit psikiatrik lainnya (Strub dkk, 2000).
II.3 PROFIL LIPID II.3.1. Definisi Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah. Profil lipid biasanya memeriksa kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL di dalam darah (Biology online dictionary, 2011).
II.3.2. Jenis Lipid dan Lipoprotein Di dalam plasma, terdapat beberapa jenis lipid yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Lipid- lipid tersebut tidak larut dalam plasma. Agar lipid dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid harus dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Lipoprotein terdiri dari kolesterol ester dan trigliserida yang mengisi inti dan dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non ester dan apolipoprotein. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya ke tempat penggunaannya. Lipoprotein dapat dibagi ke dalam lima kategori utama, tergantung pada komposisinya. Pengelompokan dimulai dari ukuran yang paling besar dengan densitas yang kecil hingga ke ukuran yang terkecil dengan densitas
Universitas Sumatera Utara
yang besar yaitu kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate-Density Lipoprotein (IDL) , Low-Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL). Partikel yang lebih besar dan lebih ringan terutama memiliki inti kaya trigliserida, sedangkan partikel yang lebih kecil dan lebih padat memiliki inti kolesterol ester (Mayes P.A dkk, 2003). Adapun perbedaan dari beberapa lipoprotein tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 2. Komposisi lipoprotein dalam plasma manusia
Dikutip dari : Mayes, P.A., Botham, K.M. 2003. Lipid Transport & Storage. In : Murray,R.K, Granner,D.K, Mayes,P.A, Rodwell V.W. Editors. Harper’s Illustrated Biochemistry. Lange Medical Book. 26th ed. New York.
Universitas Sumatera Utara
II.3.3. Transpor Lipid Lipid darah diangkut dengan 2 cara : (1) jalur eksogen dan (2) jalur endogen. Jalur eksogen yang berperan adalah kilomikron dan jalur endogen yang berperan adalah VLDL, IDL dan HDL (Mayes P.A dkk, 2003; Han P.K dkk, 2003). II.3.3.1. Jalur Eksogen Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dicerna dan diserap dalam usus halus bagian proksimal kemudian diformulasi dan dikemas menjadi kilomikron oleh sel-sel di usus endothelium. Kilomikron ini kemudian memasuki sistem limfatik dan berjalan ke seluruh tubuh sampai mereka dipecah oleh enzim lipoprotein lipase di dalam kapiler menjadi sisasisa kilomikron (chylomicron remnants) yang berukuran lebih kecil, mengandung sedikit asam lemak, tetapi memiliki apolipoprotein B-48 dan E. Sisa- sisa ini kemudian dibersihkan dari sirkulasi oleh protein reseptor LDL yang ditemukan di liver. II.3.3.2. Jalur Endogen Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati, disekresikan ke dalam aliran darah sebagai VLDL. Partikel-partikel VLDL ini mengandung terigliserida lima kali lebih banyak dari kolesterol, dan juga mengandung apolipoprotein B-100, E, dan C-II. Protein B dan E berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
reseptor permukaan sel LDL atau B-E, sedangkan apolipoprotein C-II berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim lipoprotein lipase. Setelah disekresi ke dalam aliran darah, molekul trigliserida dihidrolisis dari partikel VLDL oleh lipoprotein lipase, yang terletak di dinding kapiler. Pada pelepasannya, asam lemak bebas digunakan untuk produksi energi terutama oleh jantung dan otot rangka, atau disimpan dalam sel adiposa. Meskipun begitu, proses lipolisis ini
mengurangi
kandungan
trigliserida
dan
ukuran
mempersiapkannya untuk salah satu dari dua kondisi bersihan
partikel
VLDL,
metabolik, yaitu
melalui reseptor remnan hati, atau pelepasan lebih lanjut dari
trigliserida menghasilkan pembentukan partikel IDL. Partikel IDL tinggi kandungan trigliserida, dan berisi hampir semua kolesterol yang awalnya terkandung dalam partikel VLDL. Lipolisis terus berlanjut melalui lipoprotein lipase dan lipase hati, menghasilkan partikel LDL yang berukuran lebih kecil dan
kaya kolesterol. Pada keadaan ini,
apolipoprotein E dan C telah dibuang, yang tinggal hanya apolipoprotein B100 pada partikel LDL. Partikel IDL adalah produk antara VLDL dan LDL dan karena itu memiliki masa hidup yang pendek. Kandungan kolesterol dan trigliseridanya tidak berdampak signifikan pada pengukuran kolesterol. Setengah dari partikel-partikel IDL dibersihkan dari sirkulasi oleh reseptor LDL sedangkan separuh lainnya dikonversikan untuk partikel LDL.
Universitas Sumatera Utara
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah lipoprotein aterogenik primer, dan semakin kecil ukuran partikel LDL, semakin ia mampu menembus ke dalam jaringan subendothelial, di mana ia berperan terhadap perkembangan aterosklerosis. Kolesterol LDL berlebih yang beredar akan menyebabkan pengendapan kolesterol di luar sel, menyebabkan pembentukan plak aterogenik dalam endotel vaskular, berpotensi menyebabkan penyakit arteri koroner. Lipoprotein mayor ketiga yang terlibat dalam jalur endogen adalah HDL. High Density Lipoprotein (HDL) memiliki ukuran yan lebih kecil dan kandungan kolesterol yang lebih sedikit dibandingkan LDL. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron dibawah pengaruh enzim Lecithin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT). Kemudian kolesterol ester yang berada pada pertikel HDL mengalami perpindahan ke VLDL dan IDL, begitu juga trigliserida yang terdapat pada partikel VLDL dan IDL dipindahkan ke partikel HDL melalui enzim Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP). Sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transport kolesterol dari perifer menuju ke hati untuk dikatabolisasi (reverse cholesterol transport) (Mayes P.A dkk, 2003; Han P.K dkk, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Jalur transpor lipid Dikutip dari : Mayes, P.A, Botham, K.M. 2003. Lipid transport and storage. In : Murray,R.K, Granner,D.K, Mayes,P.A, Rodwell V.W. Editors. Harper’s Illustrated Biochemistry. Lange Medical Book. 26th ed. New York.
Universitas Sumatera Utara
II.4. PROFIL LIPID DAN GANGGUAN MEMORI Masih sedikit penelitian yang berusaha menemukan kaitan antara profil lipid dan fungsi memori, sehingga hubungan antara keduanya belum bisa dijelaskan secara pasti. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan terhadap tikus, menemukan adanya hubungan antara trigliserida dengan perburukan memori. Penelitian tersebut menyatakan bahwa trigliserida dapat mempengaruhi fungsi memori melalui 2 cara. Pertama, adanya peningkatan kadar trigliserida dalam darah dapat menyebabkan peningkatan dari proteinprotein karbonil (suatu indeks oksidasi protein) dan kadar 4-hydroxynonenal (HNE) (suatu indeks oksidasi membran lipid), dimana keduanya merupakan
zat prooksidan yang dapat mencetuskan terjadinya oksidative stress di SSP. Peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) dapat merubah influks kalsium pada reseptor NMDA, sehingga merubah LTP pada sinaps di hipokampus dan akhirnya berdampak pada perburukan proses belajar dan memori (Farr dkk,2008). Mekanisme kedua, kadar trigliserida yang tinggi didalam darah menyebabkan
terjadinya
resistensi
leptin
yang
ditandai
dengan
memburuknya transpor leptin menuju BBB, sehingga mengakibatkan rendahnya kadar leptin di CSF, dimana leptin telah diketahui berperan dalam proses belajar dan memori (Banks dkk, 2004). Beberapa penelitian lain telah menemukan adanya hubungan antara kadar HDL dengan terjadinya gangguan memori. Hubungan keduanya dapat
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan sebagai berikut, lipoprotein yang ditemukan di CSF mirip dengan HDL plasma, berbentuk sferis, memiliki diameter 10-12 nm dengan densitas berkisar 1,063-1,25 g/mL (Kontush dkk, 2008). Fagan dkk (1999) mendapatkan hubungan yang positif antara HDL plasma dan HDL di SSP (Fagan dkk, 1999). Lipoprotein ini berfungsi membawa kolesterol, dan seperti yang telah kita ketahui bahwa otak manusia mengandung 25% kolesterol dari keseluruhan kolesterol tubuh, dan paling banyak dijumpai pada membran myelin, membran neuron dan sel glia. Persediaan kolesterol otak didapat baik secara endogen atau eksogen. Sumber endogen yang diperoleh dari de novo synthesis di otak, sedangkan sumber eksogen diperoleh dari plasma darah (Yanasigawa, 2002). Selain lipoprotein, di CSF dapat juga ditemukan apolipoprotein (apo). Apolipoprotein E dan A-1 adalah apolipoprotein yang paling banyak ditemukan dalam CSF manusia, dibandingkan apolipoprotein yang lain (apo A-II, A-IV, J, D, C-II, C-III, C-IV dan H). High Density Lipoprotein (HDL) yang kaya apoE disintesis secara lokal di SSP dan disekresikan oleh astrosit. Sedangkan, lipoprotein CSF yang kaya apo A-1 paling banyak berasal dari HDL plasma yang memasuki SSP melalui BBB, karena apo A-1 tidak disintesis di SSP melainkan didalam plasma manusia (Kontush dkk, 2008). Sumber endogen kolesterol diperoleh dari de novo synthesis yang terjadi di sel glia (astrosit dan oligodendrosit). Terdapat 2 jalur pembentukan
Universitas Sumatera Utara
kolesterol,
yaitu
menggunakan
7-
dehydrocholesterol
atau
7-
dehydrodesmosterol sebagai perantara. Oligodendrosit di SSP biasanya menggunakan jalur 7- dehydrodesmosterol. Adanya gangguan pada kode gen untuk delta 24- reductase menyebabkan penumpukan dari desmosterol. Proses ini juga memerlukan enzim HMG (Hydroxy Methyl Glutaryl) CoA Reductase, sama seperti sel lainnya di dalam tubuh. Kolesterol eksogen dan endogen berada di astrosit / oligodendrosit, kemudian diangkut dalam lipoprotein dan apoliporotein E (ApoE) menuju selsel yang membutuhkan kolesterol dan sel yang mengekspresikan reseptor apoE (reseptor LDL) dengan bantuan enzim Adenosine Tri Phosphate (ATP) binding cassette transporter-1 (ABCA-1). Di neuron, kolesterol digunakan untuk sinaptogenesis dan dapat masuk ke dalam vesikel sinaps. Kolesterol yang berlebih kemudian dieliminasi ke dalam plasma darah. Ada 2 cara pembuangan kolesterol dari otak. Pertama, kolesterol bersama dengan ApoE dan Apo A-1 diekskresikan langsung melalui CSF. Kedua, kolesterol dikonversi terlebih dahulu menjadi oxysterol (24S- dehydroxycholesterol) sebelum dieliminasi ke dalam CSF. Selain sebagai produk ekskresi, 24Sdehydroxycholesterol juga berperan sebagai aktivator yang poten terhadap LXR (Liver-X Receptor) yang terdapat di astrosit. Proses ini dapat merangsang dikeluarkannya kembali kolesterol dari astrosit. Adanya gangguan pada pembuangan oxysterol ini akan menyebabkan meningkatnya
Universitas Sumatera Utara
proses inflamasi di neuron yang dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sinaptik (Bjorkhem dkk, 2004).
Gambar 5. . Transportasi kolesterol di otak Dikutip dari : Bjorkhem I, Meaney S. 2004. Brain Cholesterol: long secret life behind a barrier. Arterioscler Thromb Vasc ;24;806-815
Kolesterol di SSP diperlukan untuk transmisi neuron, pematangan sinaps, dan mempertahankan plastisitas sinaps. Jika terjadi gangguan pada metabolisme lipoprotein HDL, maka akan terjadi perubahan pada komposisi membran lipid yang mana akan meningkatkan metabolisme dari Amyloid Precursor Protein (APP) sehingga akan menghasilkan peningkatan produksi amyloid β (Aβ) monomer. Bentuk monomer Aβ ini merupakan chelator agent yang kuat terhadap perpindahan prooksidan ion-ion logam dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
bebasnya. Keadaan ini akan memicu timbulnya stres oksidatif yang kemudian akan meyebabkan oligomerisasi dan agregasi dari Aβ. Keseluruhan proses ini akan mengganggu pembentukan dan pematangan sinaps, sehingga proses transmisi neuronal yang berperan dalam pembentukan memori dapat terganggu (Launer dkk, 2001; Kontush dkk, 2008). Partikel HDL juga berperan dalam metabolisme Aβ, dengan cara berikatan dengan Aβ yang berlebih dan mengekskresikannya ke dalam plasma darah. Dengan demikian bila terjadi kekurangan lipoprotein HDL, dapat menyebabkan gangguan pembuangan Aβ, sehingga meningkatkan terbentuknya oligomerisasi dan agregasi Aβ, yang juga berperan dalam perburukan fungsi memori (Singh-manoux dkk, 2008; Kontush dkk, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Peran HDL di SSP Dikutip dari : Kontush A, Chapman M.J. 2008. HDL: close to our memories?. Arterioscler Thromb Vasc Biol.28:1418-1420
Universitas Sumatera Utara
II.4. KERANGKA KONSEP
PROFIL LIPID Frias dkk (2007): TG tinggi → ggn memori semantik kol. total tinggi → ggn memori episodik Singh-manoux dkk (2008) : HDL rendah → deficit fungsi memori
Kontush dkk (2008) : HDL rendah → memori memburuk
Lane dkk (2005): ggn transpor kolesterol ke neuron → perubahan pd membran lipid
Farr dkk (2008): TG tinggi → meningkatkan kadar karbonil protein dan HNE
PERUBAHAN MEMBRAN LIPID
Singh-manoux dkk (2008): HDL dpt mengurangi oxidative stress
OXIDATIVE STRESS
Bjorkhem dkk (2004): Kolesterol yg tinggi atau rendah di membran lipid → produksi Aβ ↑ → memori memburuk
Banks dkk (2004) : TG tinggi → ressitensi leptin
RESISTENSI LEPTIN
Lesne dkk (2006) : Bentuk agregasi Aβ merupakan prooksidan → ggn memori
Kontush dkk (2008): Pembuangan kolesterol dari sel neuron bersamaan dengan menurunnya inflamasi neuron
INFLAMASI NEURON
Farr dkk (2008) : Resistensi leptin → gangguan memori
Singh-manoux dkk (2008): Proses inflamasi pada neuron → ggn fungsi memori
Yaffe dkk (2002) : kol. total dan LDL yang tinggi → ggn memori
GANGGUAN MEMORI Universitas Sumatera Utara