6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sekilas Tentang Radio 1. Sejarah dan Pengertian Radio Seiring perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan komunikasi menjadi hal yang sangat essensial. Maka tidak heran rasanya jika manusia melakukan revolusi – revolusi untuk mendapatkan kemudahan – kemudahan guna memperoleh sebuah informasi yang cepat, mudah, dan murah dari sebuah proses komunikasi yang telah dilakukan. Dengan
makin
banyaknya
saluran
komunikasi
dan
jaringan
komunikasi yang semakin canggih. Peranan media massa semakin hari semakin mengalami kedinamisan. Masyarakat yang tidak puas dengan informasi yang ia dapat dari satu alat komunikasi, pada saat sekarang mempermudahkannya untuk mencari bahan tambahan dari jenis media yang berbeda atau akan memperluas perhatiannya terhadap media yang lain dan menggunakannya sebagai sumber informasi tambahan. Untuk itulah terdapat banyak sekali penciptaan – penciptaan media komunikasi mulai dari yang primitif sampai yang termodern, dan salah satu hasil penciptaan yang modern itu adalah “radio”. Walaupun begitu banyak media komunikasi lain yang lebih modern dan canggih, namun pada kenyataannya radio masih menjadi pilihan
7
bagi pendengarnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya stasiun – stasiun radio. Karena sifatnya yang fleksibel dan mudah dibawa, radio juga merupakan transistor yang tidak terlalu terikat pada tempat. Sehingga di Negara berkembang pun, radio sudah digunakan sebagai sumber informasi. Sejarah radio yang pertama dimulai pada tahun 1895, dengan munculnya “The Wireless Telegraph Company” yang didirikan oleh seorang insinyur elektronika dari Italia. Dia menemukan suatu alternatif untuk mengirim pesan tanpa menggunakan kabel melewati jarak yang cukup jauh. Rangkaian siaran yang pertama dimulai pada tahun 1919 oleh seorang Belanda. Dia adalah orang pertama yang mengudarakan siaran yang sudah dia umumkan sebelumnya, sehingga orang-orang memang menunggu program siaran tersebut dan siaran tersebut tidak hanya didengar secara kebetulan. Pada tahun empat puluhan dan lima puluhan sebuah media baru mulai dikembangkan. Sejak itu, orang tidak hanya dapat mendengarkan apa yang terjadi di seluruh dunia, mereka juga dapat melihatnya. Hal ini memberikan kesadaran pada orang-orang bahwa peran radio sudah berubah. Orang-orang menyadari peralihan fungsi radio pada sekitar tahun enam puluhan dan tujuh puluhan. Industri musik menjadi bertambah penting bagi radio. Karena musik dan karena peran radio sebagai sebuah media imajinasi, radio menjadi populer lagi dan bahkan semakin bertambah popular (Masduki, 2007, hal.7).
8
Radio merupakan suatu alat komunikasi yang menjadi salah satu bagian dari media elektronik, jadi radio dapat diartikan sebagai “suatu alat penghubung untuk menyebarkan, menyiarkan, dan menyalurkan buah pikiran dan pendapat seseorang, sesuatu golongan dan atau sesuatu pemerintah kepada masyarakat banyak untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan guna diikuti atau tidak diikuti” (Lembaga Pembina Jiwa 45 Indonesia Kini dan Esok, 1945, hal.170). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa radio tidak hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja tetapi merata pada semua strata masyarakat. Dari uraian di atas maka dapat diasumsikan, setiap proses komunikasi mengandung lima unsur pokok yaitu sumber, pesan, media, sasaran, dan pengaruh kepada penerima pesan. Berbicara tentang pengaruh media terhadap khalayak, tentu saja media memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat termasuk radio. Radio sebagai salah satu alat komunikasi memegang peranan penting dalam menyebarluaskan informasinya kepada khalayak, sehingga radio mendapat julukan sebagai “kekuasaan kelima” (the fifth estate), setelah pers atau media cetak yang dianggap sebagai kekuasaan yang keempat (Rusdi Sufi, 1999, hal.11). Hal tersebut terbukti dengan fungsi dari radio pada jaman revolusi yaitu sebagai alat propaganda politik. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan radio dianggap sebagai alat komunikasi yang memiliki kekuasaan demikian hebat (Rusdi Sufi, 1999:11) : 1) Radio bersifat langsung Radio dapat menyampaikan pesannya secara langsung kepada pendengar tanpa melalui proses yang berbelit – belit, dan pada saat itu juga disiarkan, maka beberapa detik kemudian akan segera terdengar atau sampai kepada masyarakat.
9
2) Radio tidak mengenal jarak dan rintangan Dalam hal ini siaran radio tidak dapat terhenti oleh ruang dan waktu, karena ketika menyampaikan pesan kepada sasarannya, media elektronik tersebut diperantarai oleh udara. Dengan peralatan yang cukup sederhana pun radio dapat on air dengan mudah. 3) Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat Tiga unsur yang membuat radio memiliki daya tarik yang kuat yaitu musik, kata, dan sound efek. Karena radio bersifat auditif maka hanya tiga unsur itu yang dapat diketengahkan dalam radio, namun demikian karena alat tersebut memiliki harga yang relative terjangkau, maka hamper semua strata sosial dapat memilikinya. Penyampaian
pesan
melelui
radio
siaran
dilakukan
dengan
mengunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambing – lambing non verbal yang dipergunakan jumlahnya sangat minim. 2. Keunggulan dan Kelemahan Radio Radio tidak kalah saing dengan media informasi dan hiburan yang lain seperti televisi, surat kabar, majalah, maupun tabloid. Murah dan mudah merupakan keunggulan radio, adapun keunggulan lainnya adalah sebagai berikut (Romli, 2009:10) : 1) Cepat dan Langsung Radio merupakan sarana tercepat, lebih cepat daripada koran ataupun televisi, dalam menyampaikan informasi kepada publik tanpa proses yang rumit. 2) Akrab Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya. Jarang sekali ada sekelompok orang mendengarkan siaran radio disuatu tempat umum, biasanya seseorang mendengarkan radio di kamar tidur, di dapur, atau di dalam mobil. 3) Dekat Radio begitu dekat dengan pendengarnya. Penyiar radio menyapa pendengarnya secara personal. Sang penyiar seakan berbicara dengan satu orang pendengar, bukan banyak pendengar.
10
4) Hangat Paduan kata-kata, lagu, dan efek suara dalam siaran radio begitu terasa hangat dan mampu mempengaruhi emosi pendengarnya. Penyiar radio yang sering kali menanyakan kabar pendengarnya, memberikan semangat hidup, menghibur di kala sedih dengan lagu-lagu, bertindak seakan-akan menjadi “ teman baik” bagi pendengarnya. 5) Tanpa Batas Siaran radio bisa disimak oleh siapa saja, menembus batas-batas geografis, demografis, suku, ras, agama, antar golongan, juga kelas sosial, hanya tunarungu yang tidak mampu menikmati siaran radio. 6) Fleksibel Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengagangu aktivitas lain, seperti memasak, mengemudi, dan belajar. Pesawat radio pun mobile atau portable, mudah dibawa kemana saja. Radio juga memiliki kelemahan disbanding media massa lainnya. Kelemahan – kelemahan itu adalah sebagai berikut (Romli, 2009:12) : 1) Selintas Siaran radio cepat hilang dan gampang dilupakan oleh pendengar tidak bisa mengulang apa yang didengarnya, tidak bisa seperti membaca koran yang bisa mengulang bacaannya dari awal tulisan. 2) Global Sajian informasi bersifat global, tidak detail, angka-angkapun dibulatkan, misalnya penyiar akan menyebutkan “seribu orang lebih” untuk angka 1.053 orang. 3) Batasan waktu Waktu siaran radio relatif terbatas, hanya 24 jam sehari, berbeda dengan surat kabar yang bisa menambah jumlah halaman dengan bebas. 4) Linier Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Beda dengan surat kabar, pembaca bisa langsung ke halaman tengah, akhir, atau langsung ke rubrik yang ia sukai. 5) Mengandung gangguan Pendengar terkadang mengalami gangguan secara teknis saat mendengarkan program acara radio. Seperti timbul-tenggelamnya (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor”. 3. Karakteristik Radio Radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa
11
lainnya. Dibandingkan dengan media massa lain, media radio memiliki karakteristik khas sebagai berikut (Romli, 2004: 22-23): 1) 2) 3) 4)
5)
Auditori : Radio adalah “suara”, untuk didengar, karena isinya siaran bersifat “sepintas lalu” dan tidak dapat diulang. Transmisi : Proses penyebarluasannya atau disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi). Ada gangguan : Seperti timbul – tenggelam (fading) dan gangguan teknis “chanel noise factor”. Theatre Of Mind : Radio menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara. Identik musik : Radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media massa utama untuk mendengarkan musik. Dalam hal musik, radio memiliki daya surprise seketika atau memberi kejutan, karena biasanya pendengar tidak tahu lagu apa yang disajikan.
B. Jurnalistik Radio 1. Pengertian Jurnalistik Jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek, bahasa Inggris journalism, atau bahasa Perancis journal. Journal berasal dari perkataan jour yang bearti hari. Jadi journal bearti catatan harian. Pada radio siaran, definisi jurnalistik adalah pengetahuan tentang penyiaran catatan harian dengan segala aspeknya, mulai dari mencari, mengolah, sampai ke penyebarluasan catatan harian tersebut yang dikenal sebagai berita (Helena Olii,2007:18). Sedangkan para ahli mendefinisikan jurnalistik sebagai berikut : a. Menurut Lislie Stephen jurnalistik adalah penulisan hal – hal penting yang tidak anda ketahui. b. Eric Hodgin mengatakan, jurnalistik adalah pengiriman dari sini ke sana dengan benar, seksama dan cepat, dalam rangka membela kebenaran, keadilan, berpikir yang selalu dapat dibuktikan.
12
c. Djafar H. Assegraf mendefinisikan jurnalistik sebagai kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, entah media tadi media cetak maupun elektronika. (Mursito BM, 1999:3) Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan dan memproses fakta menjadi format tertentu, serta menyiarkannya kepada khalayak melalui media massa. 2. Prinsip – Prinsip Penulisan Berita Dalam menulis sebuah berita ada beberapa acuan yang dapat digunakan sebagai prinsip saat menulis berita yaitu : a. Honesty 1) Semua pernyataan yang dikemukakan sebagai fakta harus mengandung kebenaran mutlak. 2) Kutipan – kutipan harus dilakukan kata demi kata secara verbal. 3) Jika sesuatu nama harus diubah, audien harus diberi tahu. b. Akurasi 1) Semua berita harus 100 persen akurat. 2) Semua pernyataan mengenai opini atau fakta yang bukan pengetahuan umum harus dihubungkan dengan sumber. c. Fairness 1) Berita kisah harus menyajikan semua sisi kontroversinya. 2) Seorang “terdakwa” dalam pemberitaan harus selalu diberi kesempatan untuk menjawab. 3) Komentar editorial dan bias bahasa harus tidak muncul dalam berita kisah. (Mursito BM, 1999:53) 3. Teknik Penulisan Berita Ada tiga teknik menulis naskah berita. Perbedaan ini ada karena sifat dan jenis berita itu sendiri. Ketiga teknik itu adalah (JB Wahyudi, 1994:36 37) : a. Teknik Piramida Terbalik Teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita aktual. Teknik
13
penulisan dimulai dari yang terpenting menuju yang kurang penting. Isi berita hanya inti – inti 5W + 1H. Tehnik penulisan naskah seperti ini disebut juga straight news. b. Teknik Piramida Teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita non aktual. Penulisan dimulai dari yang kurang penting menuju yang terpenting. c. Teknik Kronologis Teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita non aktual dan bisa juga berita aktual. Sesuai dengan nama (kronologis), maka penulisan sesuai dengan urutan peristiwa dari awal menuju akhir. Ketiga teknik dasar penulisan naskah berita di atas, sebaiknya dikuasai secara sempurna, sebelum mengembangkan cara – cara penulisan naskah berita yang lain. Untuk medium radio, naskah yang sudah siap dapat langsung dibaca oleh penyiar berita, sementara untuk medium televisi, naskah ini masih harus disinkronkan dengan visual yang ada.
C. Tinjauan Tentang Script writer Script writer adalah orang yang bertugas menulis naskah siaran untuk dibacakan oleh penyiar. Secara umum deskripsi kerjanya adalah membuat naskah siaran yang dibutuhkan selama program acara radio berlangsung. Script writer mempunyai peran yang penting dalam dunia radio. Bahkan perannya sama dengan seorang penyiar radio dalam hal “menghidupkan” sebuah acara. Yang membedakan adalah, penyiar mampu berkomunikasi langsung dengan pendengar, sedangkan seorang script writer memberikan hiburan lewat tulisan-tulisannya. (Ningrum, 2008 : 48) Ada beberapa hal penting yang harus di perhatikan oleh script writer, yang pertama yaitu kreatifitas dalam menulis. Yaitu mengeksplorasi penggunaan
14
bahasa, dengan menggunakan kata-kata yang memiliki daya tarik. Sedangkan yang kedua yaitu, kreatifitas dalam menciptakan peristiwa, misalnya peristiwa yang sudah lalu namun masih menarik untuk diperbincangkan karena ada sesuatu yang belum terpecahkan dalam peristiwa tersebut. (Iriantara dan Surachman, 2006:21) Menurut Romli dalam bukunya Broadcat Journalism (2004). Pada prinsipnya dalam membuat naskah yang baik harus “WRITE THE WAY YOU TALK”. Yaitu, “Tuliskan sebagaimana cara Anda mengatakannya”. Dengan kata lain, menulis naskah radio adalah menulis untuk “berbicara”, bukan membaca atau menatap, menulis untuk telinga, bukan untuk mata. “Naskah siaran tidak hanya mengizinkan, tapi memerlukan bentuk ekspresi yang mungkin sekali alamiah bagi Anda berbicara” (Romli, 2004 : 74). Seorang penulis naskah radio itu harus tahu dunia penyiaran sehingga ia bisa membedakan tulisan media cetak dengan media massa elektronik. Suka membaca, menulis, menguasi bahasa Indonesia yang baik dan benar, bisa mengopersikan komputer, dan mengerti bahasa Inggris pasif maupun aktif merupakan syarat sebagai seorang script writer. Kemampuan mengoperasikan komputer menjadi perlu karena perangkat kerja seorang script writer adalah komputer, baik untuk menulis maupun menyimpan tulisan-tulisannya. Sementara itu, kemampuan bahasa Inggris, seminimal apa pun, dibutuhkan seorang script writer dalam mencari bahan tulisan, baik dari buku, majalah, koran, maupun internet. Kreatif merupakan nilai tambah yang tidak kalah pentingnya untuk menjadi seorang script writer radio. Dalam membuat tulisan, apalagi naskah iklan
15
atau menyusun program acara, seorang script writer harus bisa merangsang imajinasi pendengar. Pendengar bisa membayangkan sesuatu hanya dengan tulisan yang dibaca penyiar radio, ditambah bunyi-bunyian (sound effect) atau musik. Tulisan yang dibuat oleh script writer juga harus mempertahankan image stasiun radio tempat dia bekerja. Sebagus apapun tulisannya jika tidak sesuai dengan ciri stasiun radio tersebut, tidak akan menarik. Untuk radio anak muda misalnya, gaya bahasa yang ditulis adalah santai, boleh menyelipkan “bahasa gaul”, serta informasi yang dibuat seputar “dunia anak muda”, apa yang dibutuhkan, dipikirkan dan dibicarakan “anak muda” masa kini. (Ningrum, 2008 : 52 - 53)
D. Peran dan Tanggung Jawab Script Writer Seorang script writer mempunyai peran dan tanggung jawab yang tak lain adalah tugas dan kewajiban seorang penulis. Menurut Ningrum (2008:55), Tugas dan Kewajiban script writer sebagai berikut: 1. Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah (skenario) atas dasar ide sendiri atau ide dari pihak lain. 2. Bekerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (pra produksi). 3. Membuat naskah dengan format yang telah ditentukan 4. Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan. Seorang penulis naskah juga mempunyai peran dan tanggung jawab untuk menjelaskan atau memberi sedikit arahan bagi penyiar apabila mereka membutuhkan penjelasan mengenai naskah yang ditulis script writer. Script writer juga berdiskusi dengan editor dan program director agar proses pembuatan naskah sesuai dengan apa yang diinginkan.
16
E. Naskah Berita 1. Pengertian dan Peranan Naskah Berita Secara umum naskah adalah bentuk tertulis dari sebuah aplikasi ide atau gagasan kedalam tulisan yang disusun sedemikian rupa untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan Naskah Program Acara Siaran adalah menurut Darmanto dalam buku Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio , adalah; “Naskah Program Acara Siaran dapat di artikan sebagai bentuk tertulis dari suatu gagasan atau pemikiran orang/ kelompok yang telah disistematisasikan dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan siaran radio atau pun televisi”.(Darmanto,1998:1). Dan pengertian berita menurut Sumadiria (2006:65), adalah: “laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet”. Berdasarkan kutipan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa naskah program acara siaran berita adalah, suatu bentuk tertulis dari suatu gagasan atau pemikiran orang/kelompok yang telah disistematisasikan dan dimaksudkan untuk memberikan informasi aktual fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak melalui siaran radio ataupun televisi. 2. Membuat Naskah yang Menarik Naskah siaran (script) adalah materi siaran yang akan disampaikan penyiar dalam siaran dengan teknik “membaca naskah”. Selain berfungsi
17
sebagai materi atau bahan siaran, script juga berfungsi sebagai pengendalian siaran agar tepat waktu dan sesuai visi - misi program, penyeragaman tata bahasa bagi penyiar (standarisasi kata), dan pembentuk image radio di benak pendengar. (Romli, 2003 : 76) Penulisan naskah siaran harus berdasarkan kesadaran penuh bahwa naskah siaran itu akan dibacakan penyiar, sehingga penyiar membacakan naskah tersebut seolah-olah tidak membacanya namun naskah tersebut mampu “berbicara” dan sadar penuh kalau naskah tersebut dikonsumsi oleh “telinga”. Dengan kata lain penulisan naskah radio adalah “menulis untuk telinga” yaitu layak didengar oleh audience dan harus bisa dipahami serta dimengerti pendengar. Naskah yang baik itu harus mudah dibaca oleh penyiar serta mudah dimengerti oleh pendengar sehingga dalam penulisannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Penggunaan bahasa harus seperti pecakapan biasa selayaknya berbicara dengan orang lain (mengobrol) serta kalimat yang digunakan pun seperti halnya obrolan sehari-hari. Penggunaan kalimat sederhana dalam pembuatan naskah memang harus diperhatikan, sehingga dapat mempermudah penyiar ketika membacakannya. Selain itu kalimat yang digunakan pun tidak terlalu panjang, agar mudah dipahami oleh pendengar, dan yang terpenting ketika kalimat tersebut dibacakan oleh penyiar enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama oleh audiencenya. Karena biasanya, ketika seorang penyiar menyampaikan informasinya pada
18
kalimat pertama yang di ucapkannya, terkadang tidak langsung dimengerti oleh audience. Biasanya jika informasi yang disampaikan tidak dimengerti oleh audience dikarena kan kalimat yang digunakan terlalu panjang ataupun terlalu singkat. Apalagi ketika penulisannya menggunakan kalimat yang susah dimengerti misalnya, menggunakan bahasa asing, bahasa yang sedang trend, ataupun bahasa-bahasa yang tidak dimengerti oleh orang awam. Pada prinsipnya, dalam pembuatan naskah siaran haruslah berdasarkan apa yang ingin penulis katakan dan rasakan. Dengan begitu informasi-informasi yang disampaikannya pun akan berjalan secara efektif. 3. Karakteristik Naskah Dalam membuat naskah tidak hanya menulis dengan begitu saja, melainkan harus berdasarkan ketentuan-kententuan yang berlaku. Berikut ini adalah karakteristik naskah yang baik untuk disiarkan. Jelas. Ringkas Sederhana Aktif Imajinatif Pembulatan Angka Global Logis Bercerita Sign – Posting (Romli, 2004 : 80-83) Kejelasan menempati prioritas utama dalam penulisan naskah. Clarity has toppriority! Kata dan kalimat yang disusun harus “sekali ucap langsung
19
dimengerti”. Penyiar hanya memiliki satu kesempatan untuk berkomunikasi dengan pendengar. Pembaca koran dapat membaca dapat membaca artikel secara berulang-ulang sampai dapat memahami intinya secara jelas. Di radio, pendengar hanya memiliki satu kesempatan untuk memahami sebuah pesan. Kemudian Satu ide untuk satu kalimat. Dalam hal ini adalah keringkasan. Hindari pemakaian anak kalimat, naskah harus disusun dengan kalimat-kalimat ringkas sebagaimana kalimat yang biasa diucapkan saat bercakap-cakap. Jika ada anak kalimat, lebih baik dipisahkan dan dijadikan kalimat tersendiri. Dua kalimat pendek lebih baik daripada satu kalimat panjang. Jika perlu, tulislah dalam frasa-frasa pendek, jangan dalam kalimat lengkap. Kalimat panjang selain sulit dicerna pendengar, juga bisa menyulitkan penyiar dalam menyampaikannya, misalnya soal pengaturan nafas dan intonasi. Selain itu gunakanlah kalimat yang sederhana dan kalimat aktif bukan pasif. Kata-kata yang digunakan harus sederhana, umum digunakan dalam percakapan keseharian, tidak rumit, atau teknis-ilmiah yang kurang dikenal dikalangan awam. Sekuat mungkin istilah asing harus dihindari, gaya bahasa birokrasi, bahasa hukum, atau jargon. Naskah juga harus mampu mengembangkan imajinasi pendengar hanya dengan kekuatan kata-kata, suara, dan dukungan musik. Ingat, radio adalah Theatre of Mind. Karena itu, gunakan pancaindera. Hadirkan gambaran, bau, atmosfer suasan, hal-hal yang terasa, dan lintasan-lintasan
20
pemikiran yang muncul di lokasi. Buatlah gambar, misalnya dengan mendeskripsikan warna, ukuran, bnetuk, dan detil-detil yang relevan. Informasi radio sifatnya global, tidak detil, karenanya angka-angka yang digunakan sebaiknya dibulatkan. Serta Hindari sedapat mungkin detil yang tidak perlu, sederhanakan fakta. Pendengar hanya perlu ini berita, waktu Anda pun terbatas. Selain itu, hindari susunan kalimat yang terbalik. Susun kalimat yang baik mengikuti kaidah SPOK – Subyek, Predikat, Obyek, dan Keterangan. Uraikan intinya lalu jelaskan, misalnya kedepankan peristiwa yang terjadi lalu kemukakan penyebabnya. Kalimat yang digunakan juga harus bersifat global. Yaitu kalimat tidak langsung atau hindari penggunaan kalimat langsung. Naskah harus “bercerita”, yakni “menceritakan” orang berbicara apa, dimana, bagaimana, kenapa, dan sebagainya. Untuk tanda baca kalimat, gunakan tanda-tanda baca dalam kalimat untuk
membantu
penyiar
dalam
membacanya,
seperti
tanda-tanda
pemenggalan kalimat ejaan. Yaitu garis miring (/) untuk menggantikan koma, garis miring ganda (//) untuk menggantikan titik, dan garis miring tiga (///) sebagai penanda akhir naskah. Tetapi harus diingat, penggunaan tanda baca ini tidak mutlak. Penulis naskah dan penyiar harus melihatnya sebagai alat bantu semata. Tanda pisah untuk menonjolkan sebuah nama atau kata keterangan. Tanda sengkang, penghubung, atay strip (-) untuk membantu penyiar mengeja sebuah singkatan.
21
Karakteristik penulisan naskah siaran mengacu pada aspek bahasa, yang menurut Darmanto (1998:17). berdasarkan kesimpulannya dari buku AIBD, terutama pada Unit Writing For Radio, adalah : a. Menulis untuk radio pada dasarnya untuk kepentingan berbicara (diucapkan). Oleh karena itu hindari cara penulisan sebagaimana kalau hendak membuat buku. Kalimatnya tidak selalu sempurna, dan menggunakan idiom sehari-hari. Untuk itulah tahap-tahap penuangannya sebagai berikut : pikirkan, katakan, baru kemudian ditulis. b. Menulis untuk radio pada dasarnya untuk komunikasi orang perorang (person to person), komunikasi antara Anda (kamu,kau) dengan saya. Oleh karena itu kalimat atau kata-katanya tidak bersifat formal, dan penuh keakraban. Adalah lebih baik menggunakan kalimat aktif dari pada pasif. c. Menulis naskah untuk siaran radio pada dasarnya hanya untuk sekali dengar. Oleh karenanya gunakan bahasa yang sederhana (hindari pemakaian istilah-istilah asing yang belum memasyarakat), gunakan kalimat sederhana, dan pendek-pendek, jangan terlalu menjejalkan informasi, dan bawa sesegera mungkin pada sasarannya, kemudian penjelasan latar belakang masalahnya. d. Menulis naskah untuk siaran radio berarti hanya mengandalkan pada media sound (suara).sehubungan dengan itu maka implikasi kebahasaannya, antara lain : pergunakan kata-kata yang dapat memberi imajinasi nyata, menggunakan gaya bahasa Smile dan Metaphor, pengulangan untuk memberikan tekanan- tekanan tertentu dan usahakan pendengar tertarik dengan pengucapan kalimat pertama. 4. Unsur – unsur Naskah Berita Menurut Darmanto (1998:1-2), Naskah program acara siaran sedikitnya mengandung sedikitnya 3(tiga) unsur pokok, yaitu : a. Voice adalah suara yang keluar secara teratur, diproduksi dengan penuh penghayatan, memperhatikan segi Intonasi, Diksi, Presering, dan Imphasing. Bukan suara yang keluar secara spontan dan tidak beraturan. b. Musik dalam konteks ini tidak terbatas pada jenis musik modern saja, melainkan musik dalam pengertian yang luas, yaitu: semua bentuk perpaduan bunyi yang memiliki arti dan memiliki nilai artistik tinggi.
22
c. Sound adalah suara-suara yang munculnya tidak direncanakan, spontan, tidak beraturan namun berfungsi sebagai atmosfir yang menjelaskan seting suasana, seting tempat,seting waktu, dan sebagainya dari suatu peristiwa. Agar menghasilkan paket yang baik maka semua materi disusun secara berurutan menurut kaidah-kaidah produksi program siaran radio. Proses pengurutan tersebut perlu memperhatikan strukutr dramatik sehingga menghasilkan karya yang menarik dan mempunyai nilai artistik yang tinggi. Suatu siaran radio dapat dikatakan baik dari segi isi jika penyelenggaraannya mempunyai visi dan misi yang jelas. Kedua segi itu dapat di capai melalui perencanaan yang matang dan pelaksaannya sempurna. Indikasi tingkat kematangan tersebut dapat dilihat dari tersedia tidaknya naskah siaran yang berkualitas. Maka tidak berlebihan apabila naskah mempunyai
kedudukan
dan
peranan
yang
sangat
penting
dalam
penyelenggaraan suatu program acara siaran radio. Naskah program acara siaran mempunyai fungsi praktis, yaitu menyatukan pandangan dan kehendak dari semua orang yang terlibat dalam Proses Produksi Program Acara Siaran Radio. Dan peranan dalam proses produksi yaitu sebagai sarana komunikasi antar orang yang terlibat produksi dan sekaligus menjadi pedoman kerja yang utama,(pedoman kerja yang lainnya adalah intruksi produser atau pengarah acara).
23
5. Proses Penulisan Naskah Radio Proses penulisan naskah adalah proses dimana sebuah naskah dibuat adapun tahapannya terdiri dari Tahap Perencanaan, Tahap Prapenulisan, Pelaksanaan Penulisan, Evaluasi dan Penulisan Kembali,yaitu: a. Tahap Perencanaan 1) Menentukan Tema/ Topik Tema atau Topik merupakan hal yang sangat pokok dalam proses penulisan naskah. Tema/Topik mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai bingkai atau pengikat dan sekaligus sebagai sumber permasalahan yang akan dibahas dalam siaran. Dengan adanya Tema/Topik maka masalahnya dapat dirumuskan dengan jelas dan tujuan program bisa ditentukan. Biasanya topik ditentukan oleh produser, akan tetapi apabila produser belum menentukan tema pihak penulis dapat menentukan sendiri, dengan mengacu pada deskripsi acara yang bersangkutan. Ada spesifikasi tersendiri dalam menentukan tema untuk siaran
radio
atau
televisi,dan
itu
tergantung
dari
format
acaranya,format tersebut adalah Feature dan Majalah Udara. Jenis format feature mensyaratkan Tema/Topik tunggal, sedangkan format Majalah Udara harus menggunakan lebih dari satu topik.
24
2) Melakukan Riset Pendahuluan Pada Riset Pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah mencari latar belakang informasi mengenai permasalahan yang akan ditulis.Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a) Apakah tema/ topik yang akan ditulis memenuhi kelayakan untuk dipublikasikan, yaitu menarik, aktual, dan bermanfaat bagi publik? b) Apakah tema/ topik yang akan ditulis belum pernah dipublikasikan oleh orang lain? Kalau sudah pernah, angle bagaimana yang hendak dipakai sekarang ? c) Apakah materi yang akan ditulis bisa di dapat dengan fasilitas yang tersedia? d) Apakah kelak tidak mengalami kesulitan teknik produksi bila tema/ topik tersebut ditulis? Riset pendahuluan bisa dilakukan dengan membaca-baca kepustakaan yang tersedia (surat kabar, majalah, brosur-brosur, bukubuku), melihat-lihat pameran, mengunjungi museum, mendengarkan rekaman-rekaman peristiwa, melihat televisi/ video rekaman peristiwa tertentu.Bisa juga di tempuh melalui wawancara dengan orang-orang yang di anggap mengetahui masalah yang akan ditulis.
25
3) Merumuskan Masalah Banyak sedikitnya hal-hal yang ditanyakan disesuaikan dengan durasi acara yang bersangkutan.Agar penulisan lebih terarah maka terlebih dahulu harus dirumuskan permasalahannya. Menurut Masduki (2001,25) dalam mengangkat suatu peristiwa menjadi berita, ada empat masalah pokok atau bidang utama, yaitu: a) ekonomi, meliputi masalah perdagangan, perbankan, industri, pasar; b) politik, meliputi birokrasi, parlemen, eksekutif, partai, demonstrasi; c) hukum, meliputi pengadilan, perceraian, HAM; dan d) sosial budaya, meliputi peristiwa alam, kesenian, olah raga, prestasi dan segala hal yang berdimensi human interest. Dengan mengacu pada pendapat diatas maka kita dapat merumuskan masalah, tanpa keluar dari koridor yang akan ditulis dalam naskah nanti. 4) Menentukan Tujuan Program Meskipun setiap jenis acara sudah dengan sendirinya memuat segi tujuan yang harus tercapai, namun setiap program acara yang dibuat harus jelas goal yang hendak dicapai. Rumusan tujuan berupa kalimat pernyataan dan merupakan jawaban atas problematik yang di ajukan, contoh, siaran pendidikan dan kebudayaan mengajarkan sesuatu yang ideal, sedangkan acara hiburan dimaksudkan untuk memberikan kepuasan batin audience.
26
5) Menentukan Format Acara Format acara yang di maksud disini adalah format acara dari segi produksinya. Menurut Darmanto (1998:47) format acara dari segi produksi adalah “rancang bangun suatu acara program siaran menurut pendekatan teknik penyajiannya kedalam bahasa audio. Titik tekanannya adalah pada nuansa produksi” b. Tahap Prapenulisan 1) Pengumpulan Materi Memasuki tahap pengumpulan materi, setiap penulis harus mengetahui tempat-tempat yang diyakini menjadi sumber informasi berkaitan dengan masalah yang akan ditulis. Jenis acara dan format penyajian akan sangat mempengaruhi proses pengumpulan materi. Menurut Darmanto (1998:38) Terdapat beberapa hal pokok yang berkaitan dengan pengumpulan materi penulisan, yaitu : a) Memilih subjek penulisan - Bersifat fungsional, atau okupasional. Hal itu menyangkut substansi permaslahan yang hendak ditulis. Persoalan pokok yang perlu di ajukan untuk itu meliputi ; apa sesungguhnya peristiwa yang terjadi, menyangkut bidang apa, bagaimana pengaruhnya terhadap yang lain, dan sterusnya. Jadi menyangkut hal-hal yang esensial. - Bersifat geografis, yaitu menyangkut wilayah geografi tempat terjadinya peristiwa atau sumber informasi. Misal, dalam satu wilayah kabupaten yang sama dengan stasiun penyiaran yang bersangkutan, lain kabupaten, lain propinsi , dan sebagainya. - Bersifat biografis, yaitu pertanyan-pertanyaan yang dimaksudkan untuk menjawab “siapa” (who) dari suatu peristiwa . apakah orang yang bersangkutan tokoh politik, budayawan, sastrawan, artis, pejabat pemerintahan, orang kebnyakan ? dan seterusnya.
27
- Bersifat kronologis, yaitu jenis pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengungkapkan suatu peristiwa terjadi. b) Pembatasan subjek permasalahan Pembatasan subjek permasalahan itu sangat penting dilakukan agar penulis tidak terjebak pada ambisi yang berlebihan. Penulis yang belum berpengalaman sering mempunyai keinginan sulit diwujudkan menjadi bahasa audio yang baik karena karena pemilihan subjek permasalahan yang terlalu luas. Penulis harus menyadari bahwa pemilihan subjek harus mengingat beberapa hal : - apakah permasalahan yang bersangkutan riil terjadi dan menarik untuk orang banyak? - apakah sumber informasinya pasti bisa didapatkan? - apakah peralatan/fasilitas teknik yang tersedia memungkinkan meng-covernya, dan apakah sesuai dengan kemampuan biaya yang disediakan oleh stasiun penyiaran yang bersangkutan?. c) Menyeleksi Materi Setelah pengumpulan materi penulis harus melakukan seleksi materi mana yang bisa dipakai dan mana yang tidak. Beberapa pertanyaan pokok berikut bisa dijadikan pedoman untuk pelaksanaan seleksi materi penulisan : - Apakah materi yang terkumpul sudah sesuai dengan kebutuhan format penyajian ? -. Apakah materi yang tersedia mampu menjawab rumusan permasalahan, dan sesuai dengan tujuan program? - Apakah informasi didapat dari sumber primer ataukah sekunder? - Apakah isi meteri yang terkumpul sudah sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya? Ataukah ada manipulasi? - Apakah materi yang terkumpul sudah sesuai dengan visi penyiaran stasiun yang bersangkutan? - Apakah materi yang terkumpul sudah sesuai derngan jenis acaranya, serta tidak akan menimbulkan persoalan baru baik bagi penulisnya sendiri maupun stasiun penyiaran yang bersangkutan? (Darmanto,1998:39) Selain pertanyaan di atas, hal lain yang perlu diperhitungkan dalam proses seleksi materi adalah tingkat kesulitan teknis produksi dan durasi yang tersedia.
28
2) Merencanakan Pesan Pesan merupakan inti dari seluruh penyelenggraan produksi program atau pentiaran acara. Pesan pada dasarnya adalah suatu nilai yang oleh pembuat program dimaksudkan untuk diterima, dimengerti dan dipahami serta mempengaruhi perilaku audiences. Oleh sebab itu pesan harus jelas, baik dari segi pembuat program (penulis naskah, pengarah acara, dan produser) serta bagi audiences. Pesan dapat disampaikan secara langsung melalui judul program bisa pada awal program, tapi ada juga yang menggunakan cara tidak langsung. Tetapi cara yang dianggap paling baik adalah menyampaikannya pada permulaan program, kemudian menyusunnya secara bertahap, dan berakhir sebagai kesimpulan (Sunyoto, 1978 :9) Mengenai cara menyampaikan pesan maka Daniel Handoyo (Sunyoto, 1978 :10) menyarankan penggunaan sejumlah metode berikut: - Menggunakan semboyan yang sama yang memuat pesan. - Disampaikan berulang-ulang selama satu paket program. - Pesan disampaikan beberapa kali dalam satu paket program tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda. - Berbagai bagian program itu memuat kenyataan yang sama tetapi selalu dalam situasi yang berbeda, atau diucapkan oleh pemain lain. 3) Memilih Gaya dan Warna Penulisan Menurut Darmanto (1998:41) ada beberapa warna penulisan, yaitu : a) Pungent verbs. Penulisan dengan menggunakan kalimat yang lebih memberi kesan aktif (kata kerja yang menonjol). b) Narrative treatment.
29
c)
d)
e)
f)
Cara penulisan masalah yang dimulai dari awal sampai akhir. Dengan kata lain penuturannya secara kronologis, jadi bukan menggunakan sistem lead. Periodic sentense. Warna penulisan ini menggunakan kata-kata dengan kalimat yang memukau dan menimbulkan emosi. Dari kalimat satu ke kalimat yang berikutnya mempunyai arti yang sama, tetapi lain ekspresi. Methaphora and smile. Suatu penulisan dengan menggunakan penganalogian atau kesejajaran makna dalam rangkaian kalimat. Peristiwa bisa hangat, bisa tidak, tetapi keabadiannya bisa melekat dalam ingatan banyak orang. repetion. Penulisan dengan cara menciptakan kesan pengulangan dengan maksud untuk menciptakan image/ citra. Informality. Penulisan bagaikan bicara. Tampak seakan-akan tidak nada hubungan, terputus, maknanya melompat-lompat, tapi enak di dengar dan ada garis logikanya. Kadang-kadang dimulai dari kalimat yang belum selesai.
g) Sparkle. Adalah cara penulisan yang didalamnya disisipkan ungkapan pameo yang terkenal. h) personality. Warna penulisan ini lebih menekankan pada terciptanya suasana yang bersifat pribadi. i) Prose rythem. Cara penulisan yang menggunakan kalimat bertujuan menyentuh persaaan orang. j) Emphasis. Penulisan dengan menggunakan kalimat yang memberi kesan sepele tapi cukup mempunyai arti. 4) Merenncanakan Alur Penulisan Menurut Bambang Winarso (Darmanto,1988:42), penulisan naskah siaran berita seyogyanya mengikuti alur penulisan seperti yang telah dicontohkan diatas.
30
c. Pelaksaan Penulisan Pada dasarnya pelaksanaan penulisan naskah program acara siaran radio terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1) Membuat sinopsis 2) Membuat treatment 3) Membuat full-script d. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian kembali suatu objek atau pekerjaan. Suatu naskah juga memerlukan evaluasi, dan menurut Darmanto proses evaluasi mencakup beberapa pertanyaan yang dapat membantu menilai sebuah naskah siaran yang layak, seperti yang diungkapkan oleh Darmanto (1998:42-43) berikut: 1) Apakah materi yang disajikan sudah bisa menjawab semua permasalahan yang diajukan? 2) Apakah dapat memuaskan keinginan semua lapisan masyarakat? 3) Apakah materi yang hendak disajikan sudah di cek kebenarannya? 4) Apakah materi sudah didasarkan pada sumber yang seharusnya? 5) Apakah tidak terjadi kesalahan di dalam memilih nara sumber? 6) Apakah materi yang dipilih benar-benar berkualitas? Tidakkah terjadi salah pilih? Dari aspek kebahasaan dapat kita pertanyakan: 1) Apakah bahasanya sudah komunikatif? 2) Apakah sudah menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat? 3) Sudahkah menggunakan bahsa tutur? 4) Apakah kalimatnya sudah cukup sederhana ataukah banyak menggunakan kalimat majemuk? 5) Apakah masih terdapat istilah asing yang mengganggu pendengar?
31
Dalam aspek teknis produksi, Hal-hal yang patut dikaji ulang dalam kaitan itu: 1) apakah naskah yang bersangkutan memungkinkan untuk diproduksi sesuai dengan fasilitas yang tersedia? Sesuai dengan keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang tersedia? 2) Apakah materi yang ada sudah sesuai dengan durasi yang tersedia? Perlukah dikurangi atau bahkan sebaliknya? Jika harus dikurangi, bagian mana yang bisa di edit dan apakah editing tidak akan mengganggu kesinambungan naskah? Jika harus ditambah, apakah tersedia bahan? Kalau tidak tersedia, bagaimana harus mendapatkannya? e. Penulisan Kembali Penulisan kembali adalah proses dimana naskah perlu diperbaiki apa bila dalam proses evaluasi didalam naskah tersebut tidak memenuhi poin-poin yang telah disebutkan sebelumnya. jika berdasarkan evaluasi naskah harus diperbaiki, maka perlu diadakan penulisan kembali. Namun kalau hasil evaluasi meneguhkan bahwa naskah sudah baik, tidak perlu ada penulisan kembali. Naskah yang sudah jadi tersebut kemudian diserahkan kepada produser, untruk selanjutnya diproduksi oleh pengarah acara. Biasanya penulis naskah dilibatkan dalam proses produksi, terutama sebagai konsultan.
F. Menulis Berita dari Media Lain (Re-Write/Secondary News) Transisi dari radio hiburan (musik) ke radio informasi (berita) membuat
radio
harus
melakukan
adaptasi
bertahap
(gradual),
sambil
mempersiapkan SDM, peralatan, investasi dana untuk membangun institusi
32
pemberitaan. Jenis berita yang bersifat secondary news atau straight news yang sumbernya ditulis ulang dari media lain, menjadi pilihan favorit. Selain mudah dari segi penyediaan sumber berita, SDM yang terlibat juga relatif tidak membutuhkan pengetahuan jurnalistik yang rumit. Meskipun telah disadari pilihan jenis berita itu mengandung kontroversi bahkan kritik tajam karena tidak aktual, namun jenis berita itu justru tetap dan masih akan berkembang dalam dunia radio yang akan menerapkan full news selama 24 jam. Masalahnya tinggal bagaimana menyiasati data dari media lain, agar tidak kentara sekedar mengutip, tetap menjaga aktualitas, dan tidak terjebak menjadi corong media lain, ketika menyampaikan berita yang sama di radio. Oleh karena itu, diperlukan strategi menulis berita, antara lain sebagai berikut (Masduki, 2001:33) : 1. Menyeleksi bahan berita yang layak untuk ditulis ulang menjadi berita radio. Kelayakan ini dapat diukur menurut nilai – nilai berita yang lazim, seperti lokalitas, besaran kasus, unsur kemanusiaan. 2. Membaca bahan berita secara utuh dari awal hingga akhir. Membaca utuh ini dimaksudkan untuk memahami keseluruhan materi bahan berita, dan mencari sudut pandang (angle) baru/alternatif di luar angle yang sudah dimunculkan media lain. 3. Tidak bersikap memihak dan atau terpengaruh terhadap judul berita dan kepala berita (lead) yang sudah muncul di media lain. Sikap ini untuk menghindari radio dari sekadar menjadi corong lanjutan atau promosi berita media lain, sehingga terdengar “basi” bagi pendengar. 4. Melakukan penilaian dan analisis fakta – fakta yang ada dalam bahan berita media lain. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode 5W + 1H. 5. Memperhatikan kaidah baku straight news dalam penulisan berita, dan mentaati etika untuk selalu menyebutkan sumber berita yang dikutip, sehingga pendengar lebih yakin kebenarannya.
33
Beberapa radio swasta secara khusus merekrut SDM yang disebut script writer, antara lain untuk mengolah paket – paket berita radio yang diambil dari sumber media lain, baik media cetak (koran, majalah, jurnal), maupun media online (Detik.com, Vivanews), dan media luar negeri (CNN dan ABC) setiap saat, setiap hari. Mereka bekerja secara fulltime di ruangan khusus pemberitaan.